Malaria di Purworejo
MEGA G1A009006
DIKODEMUS GINTING G1A009019
PRASASTIE GITA W. G1A009023
AYU ASTRINI N PS G1A009037
BUNGA WIHARNING S. P. G1A009060
ALFIAN TAGAR A P G1A009064
ZAHRA IBADINA SILMI G1A009082
DHYAKSA CAHYA P G1A009088
ALIFAH NURMALA SARI G1A009099
RENDHA FATIMA RYSTA G1A009123
HAFIDH RIZA PERDANA G1A009127
Malaria sebagai salah satu penyakit menular, sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan gangguan kesehatan di
masyarakat, tetapi telah menimbulkan kematian, disamping menurunkan produktifitas
kerja dan dampak ekonomi lainnya. Diduga 36 % penduduk dunia terkena resiko
malaria. Di negara berkembang, termasuk Indonesia meningkatnya malaria sangat
berkaitan erat dengan kekurangan gizi, krisis ekonomi, perang atau kerusuhan. Hal
ini juga terjadi di Jawa Tengah. Peningkatan kasus malaria di Jawa Tengah terjadi di
beberapa kabupaten termasuk Kabupaten Purworejo.
Pada tiga tahun terakhir situasi malaria di Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan
dibanding tahun tahun sebelumnya.
5. Parasit
Pada diskusi kali ini, batasan permasalahan yang dibahas adalah penyebaran penyakit
malaria, macam dan pengendalian vektor, siklus hidup parasit, dan faktor-faktor
pendukung penyebaran penyakit parasit, terutama malaria.
3) Menganalisa Masalah
Pada diskusi kali ini, ada beberapa permasalahan yang dibahas. Permasalahan-
permasalahan tersebut adalah:
1) Macam-macam vektor dan parasit
2) Pengendalian vektor
3) Ciri plasmodium
4) Ciri khas setiap spesies Anopheles (vektor malaria)
5) Siklus hidup parasit malaria
6) Gejala dan tanda penyakit malaria
7) Faktor yang berpengaruh terhadap penyakit malaria (termasuk hubungan gizi,
krisis ekonomi, perang atau kerusuhan terhadap malaria)
8) Sebab terjadi peningkatan kasus malaria selama 3 tahun terakhir dan mengapa
malaria sulit di berantas.
4) Biophysical
Menangkap nyamuk jantan disterilkan
dgn radiasi dikembalikan ke habitat u/
mengontrol populasi
5) Kultural
a) 3M (menutup penampungan air,
menguras bak mandi, mengubur kaleng2
bekas) mengurangi jumlah telur dan
larva nyamuk
b) Tidak membiarkan air tergenang sda
c) Mengurangi penggantungan baju di
dinding dan belakang pintu
d) Menggunakan baju lengan panjang
e) Mencegah keluar di alam bebas dimana
nyamuk bisa bebas menggigit
3. Insecticide-treated materials
Sebuah usaha yang efektif untuk mengontrol
vektor dimana terjadi banyak kasus manusia
digigit oleh vektor lokal saat mereka tidur. Dapat
juga sebagai pelindung pribadi.
4. Fogging atau Area spraying
Tujuannya untuk membunuh nyamuk yang
kontak dengan insektisida di udara.
3) Ciri-ciri Plasmodium
Penyebab malaria adalah plasmodium. Plasmodium sendiri dibagi beberapa
jenis:
NAMA MALARIA YG EPIDEMIOLOGI PROGNOSIS
DITIMBULKAN
Plasmodium Malaria vivaks, atau Daerah subtropics, Tidak menye babkan
vivax malaria tertiana daerah dingin (Rusia), kematian. Tanpa
Hospes perantara: dan di daerah tropis pengobatan serangan
manusia (Indonesia), umumnya blangsung 2bln- 3 thn
Hospes definitif: di endemic, dgn
Anopheles betina frekuensi yg tertinggi.
Plasmodium Malaria quartana Daerah tropic maupun Tanpa pengobatan,
malariae rendah subtropik, tapi infeksi bisa berlangsung
frekuensi penyakitnya 30-50 tahun.
di Indonesia
cenderung redah.
Plasmodium Malaria ovale Daerah tropic Afrika Ringan, dapat sembuh
ovale barat, pasifik barat. Di tanpa pengobatan
Indonesia ditemukan
di P. Owi, selatan Biak
Irian Jaya dan di P.
Timor, tp jumlah
sedikit
Plasmodium Malaria falcifarum Daerah tropic, Tergantung penyakit
falcifarum utamanya di afrika yang ditimbulkan.
dan asia tenggara. Di Merupakan spesies
Indonesia tersebar di paling berbahaya krn
seluruh kepulauan penyakit yang
ditimbulkannya bisa
jadi berat.
malaria falciparum
3. Malaria malariae
7 Faktor yang Beberapa faktor penyebab malaria, antara lain: Lecture dr.
berpengaruh Nendyah,
terhadap 1. FAKTOR LINGKUNGAN Pengendalian
penyakit malaria A. Lingkungan Fisik Vektor dan
1. Suhu Binatang
Suhu mempengaruhi perkembangan Pengerat
parasit dalam tubuh nyamuk. Suhu yang
optimum berkisar antara 20-30 0C Lecture dr.
2. Kelembaban Joko
Kelembaban tidak berpengaruh langsung Mulyanto,
terhadap parasit, namun cukup berpengaruh Social
terhadap nyamuknya. Kelembaban optimum Determinants
untuk hidup nyamuk berkisar antara 60- of Health
90%. Kelembaban yang lebih rendah dari
60% akan memperpendek hidup nyamuk,
sedangkan kelembaban yang tinggi akan
membuat nyamuk lebih aktif dan lebih
sering menggigit sehingga meningkatkan
penularan penyakit malaria.
3. Hujan
Pada umumnya, hujan akan
memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemi malaria. Hujan yang
diselingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk
anopheles.
4. Ketinggian
Secara umum kejadian penyebaran
malaria akan berkurang pada ketinggian
2000 m dpl karena terjadi penurunan suhu.
Akan tetapi, hal ini bisa berubah akibat
pemanasan global karena adanya kenaikan
suhu pada ketinggian tertentu.
5. Angin
Kecepatan dan arah angin dapat
mampengaruhi arah dan jarak terbang
nyamuk. Normalnya, nyamuk hanya bisa
terbang sampai 100 m saja. Akan tetapi,
dengan kecepatan angin yang tinggi nyamuk
dapat terbawa hingga ke jarak yang jauh
sehingga memperluas penyebaran malaria.
6. Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap
pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
Nyamuk An. sundaicus lebih menyukai
tempat yang teduh, ada pula spesies nyamuk
yang lebih menyukai tempat yang terang.
7. Arus Air
Seperti halnya sinar matahari, beberapa
spesies nyamuk ada yang menyukai tempat
perindukan dengan air yang statis/mengalir
lambat (An. barbirostris). An. minimus
menyukai aliran air yang deras, sedangkan
An. letifer menyukai air tergenang.
8. Kadar Garam
An. sundaicus kebanyakan tumbuh
optimal pada air payau yang kadar
garamnya 12-18% dan sulit berkembang
pada keadaan kadar garam lebih dari 40%.
B. Lingkungan Biologis
Tanaman-tanaman seperti bakau, lumut,
ganggang, dan berbagai tanaman lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva spesies
nyamuk tertentu karena tanaman-tanaman ini
melnghalangi cahaya matahari masuk ke dalam
air yang terdapat larva nyamuk di dalamnya.
Adanya ikan-ikan pemangsa nyamuk juga akan
mempengaruhi jumlah populasi nyamuk.
Selain itu, peningkatan populasi hewan ternak
yang kandangnya tidak jauh dari pemukiman
penduduk juga akan mempengaruhi persebaran
malaria karena nyamuk Anopheles akan lebih
memilih untuk menggigit hewan-hewan ternak
tersebut.
C. Lingkungan Sosial Budaya
Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut
malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan
eksofagik akan memudahkan nyamuk
menggigit. Tingkat kesadaran masyarakat
tentang bahaya malaria akan mempengaruhi
kesediaan masyarakat untuk mencegah malaria
dengan berbagai cara. Beberapa aktivitas
manusia seperti peperangan dan perpindahan
penduduk melalui pariwisata misalnya, akan
meningkatkan kejadian penyakit malaria,
terutama kasus malaria yang diimpor.
Dari hasil diskusi tutorial pertama, didapatkan beberapa sasaran belajar yang harus
dijawab dan digali lebih dalam untuk dibahas pada tutorial ke dua. Tujuan belajarnya
antara lain sebagai berikut:
1) Epidemiologi malaria
Telah dilaksanakan.
7) Menarik atau mengambil sistem informasi yang dibutuhkan dari informasi yang ada
2. Di padang pasir,
Farmakodinamik
Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase
eritrosit. Sama sekali tidak efektif terhadap parasit
di jaringan. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale.
Gejala klinik dan parasitemia serangan akut malaria
akan cepat dikendalikan oleh klorokuin. Demam
akan hilang dalam 24 jam dan sediaan apus darah
umumnya akan negatif dalam waktu 48-72 jam.
Bila tidak ada perbaikan sampai hari kedua,
mungkin telah terjadi resistensi.
Mekanisme klorokuin yang penting adalah
penghambatan ektivitas polimerase heme plasmodia
oleh klorokuin. Polimerase heme plasmodia
berperan mendetoksifikasi heme
ferriprotoporphyrin IX menjadi bentuk hemozoin
yang tidak toksik. Heme ini merupakan senyawa
yang bersifat membranolitik dan terbentuk dari
pemecahan hemoglobin di vakuol makanan parasit.
Peningkatan hemee dalam parasit menimbulkan
lisis membran parasit.
Farmakokinetik
Absorbsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi
lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat
absorbsi ini. Sedangkan kaolin dan antasid yang
mengandung kalsium atau magnesium dapat
mengganggu absorbsi klorokuin. Sehingga, obat ini
sebaiknya jangan diberikan bersama dengan
klorokuin. Klorokuin lebih banyak ditemukan pada
hati, limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelamin
sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma.
Sebaliknya otot dan medulla spinalis hanya
mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam
plasma.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung
lambat sekali dan metabolitnya,
monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin
diekskresi melalui urin.
Dosis
Untuk pengobatan malaria, dosis awalnya adalah 10
mg/KgBB klorokuin basa pada 6, 12, 24, dan 36
jam berikutnya sehingga tercapai 30 mg/KgBB
dalam 2 hari.
Obat ini diberikan secara IV dengan kecepatan tidak
lebih dari 0.83 mg/KgBB klorokuin basa per jam
atau dengan suntikan dengan dosis tidak melebihi
3.5 mg/KgBB klorokuin basa sampai tercapai 25
mg/KgBB klorokuin basa.
Untuk profilaksis, orang dewasa diberikan
klorokuin fosfat per oral 500 mg tiap minggu dari 1
minggu sebelum masuk ke daerah endemik dan
diteruskan 4 minggu setelah meninggalkan tempat
tersebut. Sedangkan pada anak diberikan klorokuin
fosfat 8.3 mg/KgBB.
Pirimetamin
Farmakodinamik
Pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja
lambat yang mempunyai efek anti-malaria mirip
dengan proguanil namun lebih kuat karena bekerja
langsung.
Pirimetamin dan sulfadoksin biasa dikombinasi
untuk profilaksis dan supresi malaria, terutama
yang disebabkan oleh P. falciparum
Mekanisme Kerja
Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat
reduktase plasmodia pada kadar yang jauh lebih
rendah daripada yang diperlukan untuk
menghambat enzim yang sama pada manusia.
Penghambatan enzim ini menyebabkan gagalnya
pembelahan inti pada pertumbuhan skizon pada hati
dan eritrosit
Farmakokinetik
Penyerapan pirimetamin di saluran cerna
berlangsung lambat tetapi lengkap. Obat ini
ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa,
kemudian diekskresi lambat dengan waktu paruh
kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi melalui
urin.
Dosis
Pirimetamin tersedia sebagai tablet 25 mg, selain itu
terdapat juga sediaan kombinasi tetap dengan
sulfadoksin 500 mg.
Primakuin
Farmakodinamik
Primakuin dosis terapi tidak memiliki efek selain
anti malaria. Primakuin dapat menghancukan
bentuk laten jaringan plasmodia.
Primakuin sendiri tidak menekan serangan malaria
vivax. Demikian juga secara klinis tidak digunakan
untuk mengatasi serangga malaria falciparum sebab
tidak efek terhadap fase eritrosit.
Cara kerja 8-aminokuinolon terhadap skizon
jaringan dan gametosit belum diketahui dengan
jelas.
Farmakokinetik
Setelah pemberian secara oral primakuin segera
diabsorbsi dan didistribusi luas ke jaringan.
Primakuin tidak pernah diberikan secara parental
karena dapat menyebabkan hipotensi.
Metabolismenya berlangsung cepat dan hanya
sebagian kecil dari dosis yang diberikan yang
diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk
asal.
Dosis
Untuk penyembuhan P. vivax dan P. ovale,
pengobatan dimulai setelah serangan akut, kira-kira
pada hari ke-4 dengan dosis 15 mg/hari (anak 0.3
ml/KgBB) selama 14 hari (sebelumnya 3 hari).
Primakuin dosis tunggal 45 mg diberikan untuk
memutuskan transmisi malaria.
Farmakokinetik
Kina dan turunannya diserap baik melalui usus
halus bagian atas. Distribusinya luas terutama ke
hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limfa.
Sebagian besar alkaloid sinkona di metabolisme
dalam hati sehingga hanya kira-kira 20% yang
diekskresi dalam bentuk utuh ke urin. Karena
perombakan dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi
kumulasi dalam badan.
Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11
jam, sedangkan pada penderita malaria berat 18
jam.
Dosis
Kina sulfat diberikan 3 kali 650 mg/hari selama 3-7
hari dikombinasikan dengan doksisiklin 2 kali
100mg/hari selama 7 hari atau dengan klindamisin
2 kali 600 mg/hari selama 7 hari atau dengan
sulfadoksin-primetamin 3 tablet sekali pemberian
per oral. Untuk anak 10 mg/KgBB per oral tiap 8
jam kina sulfat.
BAB II
KESIMPULAN
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yag disebabkan oleh Plasmodium
yang dibawa oleh nyamuk Anopheles sp. Jenis-jenis plasmodium sendiri ada 4 macam,
dan setiap plasmodium memiliki ciri khas masing-masing dan menyebabkan jenis malaria
yang berbeda-beda. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falcifarum,
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale, Plasmodium vivax menyebabkan malaria
vivax atau tertiana, dan Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae. Jenis
vektor malaria, yaitu nyamuk Anopheles sendiri ada beberapa macam dan setiap jenis
memiliki karakteristik masing-masing.
Pengendalian vektor adalah salah satu cara yang tepat untuk mengatasi
permasalahan penyakit yang ditularkan melalui vektor, dan juga sebagai upaya
pencegahan untuk mengurangi angka penyakit malaria. Pengendalian vektor sendiri
dibagi beberapa cara, aspek fisik, kimiawi, biophysical, biologi, cultural, dan terpadu.
Faktor lingkungan dan aspek social merupakan salah satu faktor utama penyebab malaria
mudah menyebar di Indonesia.
Daur hidup malaria terjadi dalam dua fase, yaitu aseksual (di dalam manusia) dan
sexual (dalam tubuh vektor). Dalam fase aseksual, dibagi dua fase kembali, fase pre-
eritrositik dan fase eritrositik.
REFERENSI
Sudoyo, Aru W cs. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Pusat Penerbitan
Dep.Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Arif Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Fauci, Anthony S. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th edition. USA :
McGraw-Hill
Garcia, L.S, dan Bruckner, D.A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Buku
Kedokteran ECG: Jakarta
Staf Pengajar Bagian Parasitologi FK UI. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
Jakarta: Pusat Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ida Rosanti, Tutik. 2010. Lecture Penyakit Tular Vektor. Purwokerto: Jurusan
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Frames/MR/Malaria/body_Malaria_page1.htm
http://www.who.int/malaria/vector_control/en/index.html
http://www.cdc.gov/malaria/about/disease.html