Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SKENARIO KASUS PBL 1

BLOK COMMUNITY HEALTH


AND ENVIRONMENTAL MEDICINE II
(BLOK CHEM II)
SEMESTER II

Malaria di Purworejo

Tutor: dr. Fajar Wahyu Pribadi


Kelompok V

MEGA G1A009006
DIKODEMUS GINTING G1A009019
PRASASTIE GITA W. G1A009023
AYU ASTRINI N PS G1A009037
BUNGA WIHARNING S. P. G1A009060
ALFIAN TAGAR A P G1A009064
ZAHRA IBADINA SILMI G1A009082
DHYAKSA CAHYA P G1A009088
ALIFAH NURMALA SARI G1A009099
RENDHA FATIMA RYSTA G1A009123
HAFIDH RIZA PERDANA G1A009127

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2010
SKENARIO PBL I
MALARIA DI PURWOREJO

Malaria sebagai salah satu penyakit menular, sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan gangguan kesehatan di
masyarakat, tetapi telah menimbulkan kematian, disamping menurunkan produktifitas
kerja dan dampak ekonomi lainnya. Diduga 36 % penduduk dunia terkena resiko
malaria. Di negara berkembang, termasuk Indonesia meningkatnya malaria sangat
berkaitan erat dengan kekurangan gizi, krisis ekonomi, perang atau kerusuhan. Hal
ini juga terjadi di Jawa Tengah. Peningkatan kasus malaria di Jawa Tengah terjadi di
beberapa kabupaten termasuk Kabupaten Purworejo.

Secara geografis Purworejo merupakan daerah pantai. Sebagian besar wilayahnya


berada di sepanjang tepi laut Jawa, terdapat banyak laguna dan rawa-rawa.
Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pencari ikan di rawa-rawa pada
malam hari.

Pada tiga tahun terakhir situasi malaria di Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan
dibanding tahun tahun sebelumnya.

Proporsi parasit penyebabnya yaitu 67 % Plasmodium falcifarum, 28 %


Plasmodium vivax dan sisanya berupa campuran (mix) 5 %. Di Kabupaten
Purworejo terdapat 4 jenis vektor malaria yaitu An. Aconitus, An. Maculatus, An.
Balabacencis dan An. Sundaicus.

Berbagai upaya penanggulangan malaria telah dilakukan, baik penanganan penyakitnya


maupun vektornya oleh Pemerintah Kabupaten Purworejo. Dengan demikian diharapkan
dapat menurunkan angka kejadian, kesakitan dan kematian akibat malaria.
BAB I
PEMBAHASAN

1) Kejelasan Istilah dan Konsep

No Istilah Arti Referensi


1. Malaria a. Infeksi penyakit yang disebabkan oleh Buku Ajar IPD
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai FK UI
dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Arief
b. Penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik Mansjoer,
yang disebabkan oleh Plasmodium dengan tanda- Selekta
tanda seperti demam, anemia, dan splenomegali. Kedokteran
c. Penyakit parasit yang ditularkan ke manusia FK UI
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
terinfeksi Patofisiologi
d. Penyakit protozoa yang disebarkan melalui Sylvia-Price.
gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi
Fauci, Anthony
S. 2008.
Harrisons
Principles of
Internal
Medicine 17th
edition.

2. Laguna Laguna merupakan sekumpulan air yang terpisah http://www.wi


dari laut (tertutup) oleh karena adanya penghalang kipedia.com
berupa pasir atau gugusan batu karang dan
sejenisnya

3. Vektor Vektor adalah hewan yang memindahkan parasit Lecture 3 dr.


stadium infektif dari penderita ke hewan atau Tutik Ida R,
manusia penerima. M. Kes

4. Plasmodium Plasmodium adalah genus sporozoa (famili


Plasmodiidae) bersifat parasitic pada sel darah
merah hewan dan manusia.

5. Parasit

2) Menetapkan Definisi atau Batasan Permasalahan yang Tepat

Pada diskusi kali ini, batasan permasalahan yang dibahas adalah penyebaran penyakit
malaria, macam dan pengendalian vektor, siklus hidup parasit, dan faktor-faktor
pendukung penyebaran penyakit parasit, terutama malaria.

3) Menganalisa Masalah
Pada diskusi kali ini, ada beberapa permasalahan yang dibahas. Permasalahan-
permasalahan tersebut adalah:
1) Macam-macam vektor dan parasit
2) Pengendalian vektor
3) Ciri plasmodium
4) Ciri khas setiap spesies Anopheles (vektor malaria)
5) Siklus hidup parasit malaria
6) Gejala dan tanda penyakit malaria
7) Faktor yang berpengaruh terhadap penyakit malaria (termasuk hubungan gizi,
krisis ekonomi, perang atau kerusuhan terhadap malaria)
8) Sebab terjadi peningkatan kasus malaria selama 3 tahun terakhir dan mengapa
malaria sulit di berantas.

4) Menyusun berbagai penyelesaian tentang permasalahan

No Masalah Pembahasan Referensi


1. Macam-macam Vektor: adalah hewan yang memindahkan parasit Lecture dr.
vektor dan stadium infektif dari penderita ke hewan/manusia Tutik,
parasit penerima. Penyakit Tular
Vektor dibagi 2: Vektor
1) Mekanis parasit tidak mengalami
pertumbuhan & perkembangan pada Parasitologi
vektornya. FK UI, edisi
co: lalat rumah membawa kista protozoa Ketiga, 1998
amoebasiasis
Penting u/ penyebaran IPD FKUI,
2) Biologis vektor mengangkut parasit 2007
patogen dan sbelum dipindahkan ke hospes
baru, parasit tumbuh dan berkembang biak.
Contoh: sama seperti kasus, penyakit
malaria.
Penting u/ siklus hidup dan distribusi
penyakit di suatu daerah

2 Pengendalian Pengendalian vektor bisa dilakukan untuk http://www.wh


vektor melakukan pencegahan penyakit malaria. Ada o.int/malari
beberapa aspek pengendalian vektor: a/vector_con
1) Mekanik/fisik: trol/en/index
a) Dipukul
.html
b) Kawat kasa/ kelambu
c) Pendingin (suhu <50C
tidak mati tp ga bs http://www.cd
makan) c.gov/malaria/
d) Pemanas (suhu >600C
about/disease.
mati diguakan u/ html
penyimpanan padi
Lecture dr.
2) Kimawi:
a) Fogging (pestisida untuk nyamuk) Nendyah,
b) Lotion anti nyamuk (melindungi u/ Pengendalian
nelayan yg kerja malam hari) Vektor dan
c) Bau-bau pengusir nyamuk, co: wangi
Binatang
kulit jeruk, lavender
Pengerat,
3) Biologis
a) Memanfaatkan cicak & ikan sbg predator
IPD FKUI,
nyamuk 2007

4) Biophysical
Menangkap nyamuk jantan disterilkan
dgn radiasi dikembalikan ke habitat u/
mengontrol populasi

5) Kultural
a) 3M (menutup penampungan air,
menguras bak mandi, mengubur kaleng2
bekas) mengurangi jumlah telur dan
larva nyamuk
b) Tidak membiarkan air tergenang sda
c) Mengurangi penggantungan baju di
dinding dan belakang pintu
d) Menggunakan baju lengan panjang
e) Mencegah keluar di alam bebas dimana
nyamuk bisa bebas menggigit

Upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan, antara


lain sebagai berikut:
1) Menempatkan penderita malaria pada rumah
sakit dan dikarantina (mengindari
penyebaran)
2) Vaksinasi, namun masih jarang karena
masih dalam proses pengembangan. Karena
banyaknya antigen pada plasmodium.

Pengendalian vektor merupakan tindakan yang


efektif untuk mencegah penyebaran malaria.
Prinsipnya adalah untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh
malaria, yaitu dengan mengatasi penyebarannya.

Pemilihan vector control yang baik tergantung pada


besar tidaknya kasus malaria itu terjadi di
masyarakat.

Metode yang dapat digunakan adalah sebagai


berikut.

1. Integrated vector management (IVM)


Menggunakan sumber alam dengan optimal
untuk mengatur populasi vektor, yang mana
dapat mengganggu penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh vektor. Dengan IVM, kita dapat
melakukan tindakan yang efektif antara kimia,
biologis dan lingkungan.

2. Indoor residual spraying (IRS)


Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi
penyebarannya dengan mengurangi
kelangsungan hidup vektor malaria yang berada
di dalam rumah.

3. Insecticide-treated materials
Sebuah usaha yang efektif untuk mengontrol
vektor dimana terjadi banyak kasus manusia
digigit oleh vektor lokal saat mereka tidur. Dapat
juga sebagai pelindung pribadi.
4. Fogging atau Area spraying
Tujuannya untuk membunuh nyamuk yang
kontak dengan insektisida di udara.

3) Ciri-ciri Plasmodium
Penyebab malaria adalah plasmodium. Plasmodium sendiri dibagi beberapa
jenis:
NAMA MALARIA YG EPIDEMIOLOGI PROGNOSIS
DITIMBULKAN
Plasmodium Malaria vivaks, atau Daerah subtropics, Tidak menye babkan
vivax malaria tertiana daerah dingin (Rusia), kematian. Tanpa
Hospes perantara: dan di daerah tropis pengobatan serangan
manusia (Indonesia), umumnya blangsung 2bln- 3 thn
Hospes definitif: di endemic, dgn
Anopheles betina frekuensi yg tertinggi.
Plasmodium Malaria quartana Daerah tropic maupun Tanpa pengobatan,
malariae rendah subtropik, tapi infeksi bisa berlangsung
frekuensi penyakitnya 30-50 tahun.
di Indonesia
cenderung redah.
Plasmodium Malaria ovale Daerah tropic Afrika Ringan, dapat sembuh
ovale barat, pasifik barat. Di tanpa pengobatan
Indonesia ditemukan
di P. Owi, selatan Biak
Irian Jaya dan di P.
Timor, tp jumlah
sedikit
Plasmodium Malaria falcifarum Daerah tropic, Tergantung penyakit
falcifarum utamanya di afrika yang ditimbulkan.
dan asia tenggara. Di Merupakan spesies
Indonesia tersebar di paling berbahaya krn
seluruh kepulauan penyakit yang
ditimbulkannya bisa
jadi berat.

Sumber: Parasitologi FK UI, edisi Ketiga, 1998, IPD FK UI, 2007

Tiap jenis plasmodium memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan


karakteristik setiap plasmodium adalah sebagai berikut:
Characteristic P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae
Duration of 5.5 8 9 15
intrahepatic
phase (days)
Number of 30,000 10,000 15,000 15,000
merozoites
released per
infected
hepatocyte
Duration of 48 48 50 72
erythrocytic
cycle (hours)
Pigment color Black Yellow- Dark brown Brown-black
brown
Ability to cause No Yes Yes No
relapses
Sumber: Fauci, Anthony S. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th
edition. USA : McGraw-Hill. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Frames/M-
R/Malaria/body_Malaria_page1.htm,

No Masalah Pembahasan Referensi


4 Ciri Anopheles Anopheles Adalah nyamuk malaria merupakan Parasitologi
salah satu genus nyamuk. Terdapat 400 spesies FK UI, edisi
nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 Ketiga, 1998
menyebarkan malaria (contoh, merupakan "vektor")
secara alami.

Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat


peranannya sebagai penyebar parasit malaria
(contoh. Plasmodium falciparum) dalam kawasan
endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus
adalah penyebar malaria di Asia. Anopheles juga
merupakan vektor bagi cacing jantung anjing
Dirofilaria immitis.

Tabel dibawah merupakan karakteristik beberapa


spesies Anopheles yang umum ditemukan di
Indonesia.

VECTOR TEMPAT PERINDUKAN LARVA PERILAKU NYAMUK


DEWASA
An.sundaicus Muara sungai yang mendangkal pada Antropofilik > zoofilik:
musim kemarau, tambak ikan yang menggigit sepanjang malam
kurang terpelihara, perit di sepanjang Tit : di dalam dan di luar
pantai bekas galian yang terisi air rumah
payau, tempat penggaraman (Bali) di air
tawar ( Kal Tim dan Sum)
An.aconitus Persawahan dengan saluran irigasi, tepi Zoofilik > antropofilik
sungai pada musim kemarau, kolam Eksofagik menggigit di
ikan dengan tanaman rumput di tepinya waktu senja sampai dengan
dini hari
Tit : di luar rumah
An.balabacenc Bekas roda yang tergenang air, bekas Antropofilik < zoofilik
is jejak kaki binatang pada tanah Endofilik menggigit malam
berlumpur yang berair, tepi sungai pada Tit : di luar rumah (di
musim kemarau, kolam atau kali yang sekitar kandang)
berbatu di hutan atau daerah pedalaman
An.maculatus Mata air dan sungai dengan air yang Zoofilik > antropofilik
jernih yang mengalir lambat di daerah menggigit malam
penggunungan, daerah perkebunan teh Tit : di luar rumah (sekitar
(Jawa) kandang)
Sumber: Parasitologi FK UI, edisi Ketiga, 1998

No Masalah Pembahasan Referensi


5 Siklus hidup Vektor (anopheles betina) menghisap darah manusia Garcia, L.S,
parasit malaria sporozoit dari glandula saliva nyamuk masuk dan Bruckner,
setelah 1 jam akan masuk ke hati ke sel D.A. 1996.
parenkim hati mengalami siklus pre-eritrositik
merozoit eksoeritrositik invasi ke sel darah Diagnostik
merah (siklus eritrositik) mengalami Parasitologi
rekrudesensi/rekurens merozoit (tropozoit muda) Kedokteran.
bervakuol, berbentuk cincin, ameboid, berinti satu Buku
inti mulai membelah (tahap skizon) ke Kedokteran
peredaran darah setelah beberapa generasi ada ECG: Jakarta
yang menjadi gametosit makrogamet (betina),
mikrogamet (jantan) terhisap oleh nyamuk IPD FK UI,
fertilisasi zigot ookinet ookista ookista 2007
matang mengadung sporozoit.
Parasitologi

1. Dimulai bila nyamuk anopheles betina menggigit Kedokteran


manusia dan nyamuk melepaskan sporozoit ke Edisi Ketiga,
dalam pembuluh darah, FK UI, 1998

2. Sporozoites menginfeksi sel hati.

3. Di dalam sel parenkim hati, mulailah


perkembangan aseksual ini. Setelah sel parenkim
hati ini terinfeksi, maka terbentuklah skizont
hati,

4. Skizont hati yang apabila pecah ini akan


mengeluarkan merozoit ke sirkulasi darah. Di
dalam sirkulasi darah, fase akan berlanjut.

5. Merozoit akan menyerang eritrosit, dan menjadi


tropozoit immature,

6. Nantinya tropozoit akan menjadi mature dan


berubah menjadi sizont, dan apabila pecah akan
melepaskan merozoit,
Pada plasmodium falciparum, plasmodium vivax,
dan plasmodium ovale, siklus aseksual ini
berlangsung sekitar 48 jam dan untuk
plasmodium malariae adalah sekitar 72 jam.

7. Beberapa parasit akan berdiferensiasi menjadi


gametosit (fase sexual erythrocytic),

8. Gametosit yang nantinya untuk jantan adalah


microgametosit dan betina (makrogametosit)
akan masuk ke tubuh nyamuk saat menghisap
darah manusia itu,

9. Di dalam perut nyamuk, mikrogamet dan


makrogamet akan berfusi menjadi zygot,

10. Zygot ini nantinya akan menjadi motil dan


panjang (ookinetes) dan menembus dinding
perut nyamuk,

11. Nantinya akan berkumpul menjadi oocyst


(ookista),
12. Oocyst akan penuh, pecah dan akan melepaskan
sporozoit, dan akan masuk ke dalam kelenjar
saliva nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
Dan siklus akan kembali lagi ke langkah (1).

A. Fase yang terjadi di hati (exo-erythrocytic

skizogoni), plasmodium vivax dan plasmodium


ovale mengalami fase dormansi (hypnozoit) di
hati dan menyebabkan malaria kambuh dengan
menyerang pembuluh darah,

B. Fase yang terjadi di eritrosit (erythrocytic


skizogoni), masih merupakan fase aseksual

C. Fase dimana parasit tereplikasi di tubuh nyamuk


(sporogonic cycle), sudah merupakan fase
seksual
6 Gejala dan tanda Khusus Plasmodium falcifarum, ada beberapa Sudoyo, Aaru
penyakit malaria penyakit lain penyerta malaria, antara lain sebagai W, dkk. 2006.
berikut: Buku Ajar
a) Malaria otak/ malaria selebral penyebab Ilmu Penyakit
kematian tertinggi (80%), menyerang otak Dalam Volume
meningitis, epilepsy, intoksikasi, sengat panas. 3 Jilid II.
b) Anemia berat menurunnya HT secara
Jakarta : Pusat
mendadak < 1,5% atau kadar Hb < 5 g% Penerbitan
c) Gagal ginjal kelainan urine output <400
Departemen
ml/24 jam pd org dewasa
d) Edema paru Ilmu Penyakit
e) Hipoglikemia turunnya konsentrasi gula Dalam FKUI
darah <40 mg/dl
f) Syok/ gangguan sirkulasi darah tekanan
darah <50 mmHg pd dewasa, <70mmHg pada
anak2
g) DIC (disseminated intravascular coagulation)
pendarahan abnormal dan spontan dr gusi
h) Hemoglobinuria warna urin kehitam2an

Gejala malaria secara umum sendiri yaitu ditandai


dengan terjadinya trias malaria.
Terjadinya Trias Malaria yaitu :
1. Periode dingin,
Mulai menggigil dan temperatur tubuh
meningkat,
2. Periode panas,
Muka merah, nadi cepat, temperatur tubuh tetap
tinggi,
3. Periode berkeringat
Berkeringat banyak dan suhu tubuh turun,
Pada tahap awal, 10 sampai 15 hari setelah tertular
serangan malaria muncul 46 jam disertai:
a) menggigil
b) demam tinggi
c) berkeringat
d) sakit kepala
e) tubuh terasa sakit
f) batuk kering
g) muntah dan anemia

Serangan bisa terjadi setiap hari atau setiap 3 hari.

Gejala & pola malaria juga bisa dibagi berdasarkan


jenis malaria.
malaria vivax dan ovale

Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar


dengan menggigil, diiukuti berkeringat dan demam
yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu, akan
terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang
timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak
enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam
berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda,
penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil
berikutnya. Pada malaria vivax, serangan
berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.

malaria falciparum

Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil.


Suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-tiba
turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam.
Penderita tampak lebih sakit dibandingkan dengan
malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara
serangan (dengan selang waktu 36-72 jam),
penderita biasanya merasa tidak enak badan dan
mengalami demam ringan.

3. Malaria malariae

Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-


samar. Serangannya menyerupai malaria vivax
dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72
jam

7 Faktor yang Beberapa faktor penyebab malaria, antara lain: Lecture dr.
berpengaruh Nendyah,
terhadap 1. FAKTOR LINGKUNGAN Pengendalian
penyakit malaria A. Lingkungan Fisik Vektor dan
1. Suhu Binatang
Suhu mempengaruhi perkembangan Pengerat
parasit dalam tubuh nyamuk. Suhu yang
optimum berkisar antara 20-30 0C Lecture dr.
2. Kelembaban Joko
Kelembaban tidak berpengaruh langsung Mulyanto,
terhadap parasit, namun cukup berpengaruh Social
terhadap nyamuknya. Kelembaban optimum Determinants
untuk hidup nyamuk berkisar antara 60- of Health
90%. Kelembaban yang lebih rendah dari
60% akan memperpendek hidup nyamuk,
sedangkan kelembaban yang tinggi akan
membuat nyamuk lebih aktif dan lebih
sering menggigit sehingga meningkatkan
penularan penyakit malaria.
3. Hujan
Pada umumnya, hujan akan
memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemi malaria. Hujan yang
diselingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk
anopheles.
4. Ketinggian
Secara umum kejadian penyebaran
malaria akan berkurang pada ketinggian
2000 m dpl karena terjadi penurunan suhu.
Akan tetapi, hal ini bisa berubah akibat
pemanasan global karena adanya kenaikan
suhu pada ketinggian tertentu.
5. Angin
Kecepatan dan arah angin dapat
mampengaruhi arah dan jarak terbang
nyamuk. Normalnya, nyamuk hanya bisa
terbang sampai 100 m saja. Akan tetapi,
dengan kecepatan angin yang tinggi nyamuk
dapat terbawa hingga ke jarak yang jauh
sehingga memperluas penyebaran malaria.
6. Sinar Matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap
pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.
Nyamuk An. sundaicus lebih menyukai
tempat yang teduh, ada pula spesies nyamuk
yang lebih menyukai tempat yang terang.
7. Arus Air
Seperti halnya sinar matahari, beberapa
spesies nyamuk ada yang menyukai tempat
perindukan dengan air yang statis/mengalir
lambat (An. barbirostris). An. minimus
menyukai aliran air yang deras, sedangkan
An. letifer menyukai air tergenang.
8. Kadar Garam
An. sundaicus kebanyakan tumbuh
optimal pada air payau yang kadar
garamnya 12-18% dan sulit berkembang
pada keadaan kadar garam lebih dari 40%.
B. Lingkungan Biologis
Tanaman-tanaman seperti bakau, lumut,
ganggang, dan berbagai tanaman lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva spesies
nyamuk tertentu karena tanaman-tanaman ini
melnghalangi cahaya matahari masuk ke dalam
air yang terdapat larva nyamuk di dalamnya.
Adanya ikan-ikan pemangsa nyamuk juga akan
mempengaruhi jumlah populasi nyamuk.
Selain itu, peningkatan populasi hewan ternak
yang kandangnya tidak jauh dari pemukiman
penduduk juga akan mempengaruhi persebaran
malaria karena nyamuk Anopheles akan lebih
memilih untuk menggigit hewan-hewan ternak
tersebut.
C. Lingkungan Sosial Budaya
Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut
malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan
eksofagik akan memudahkan nyamuk
menggigit. Tingkat kesadaran masyarakat
tentang bahaya malaria akan mempengaruhi
kesediaan masyarakat untuk mencegah malaria
dengan berbagai cara. Beberapa aktivitas
manusia seperti peperangan dan perpindahan
penduduk melalui pariwisata misalnya, akan
meningkatkan kejadian penyakit malaria,
terutama kasus malaria yang diimpor.

2. FAKTOR PENYEBAB DARI SOSIAL


Hubungan antara status gizi dengan kejadian
penyakit malaria lebih mengarah kepada sistem
imun seseorang. Orang dengan status gizi baik
tentunya memiliki sistem imun yang baik sehingga
sulit bagi plasmodium untuk berkembang dalam
tubuh orang tersebut. Jika orang dengan status gizi
baik terkena penyakit malaria, maka dengan sistem
imun yang baik tubuh orang tersebut akan lebih
mudah menyembuhkan penyakit malaria tersebut

Keadaan social atau lebih dikenal Social


Determinants of Health merupakan salah satu aspek
yang mempengaruhi derajat kesehatan suatu
masyarakat.

Salah satu bagian dari Social Determinants of


Health yang paling berpengaruh di kasus ini adalah
Faktor Social Gradient.

Social gradient yang miskin lebih banyak yg


sakit, disebabkan:
1) Social mobility kurang pergerakan
kelas social kurang (tdk bs merubah
nasib) untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan diatas kelas sosialnya.
2) Social protection kurang

Dua hal diatas menyebabkan terjadinya


kesenjangan social antara yang miskin dan kaya.

8 Sebab terjadi Kabupaten Purworejo merupakan salah satu


peningkatan daerah endemis malaria di Jawa. Pada kasus di
kasus malaria Purworejo ditemukan proporsi parasit terbanyak
selama 3 tahun adalah plasmodium falcifarum (67%). Hal ini dapat
terakhir dan diinterprentasikan bahwa penularan malaria di
mengapa daerah ini masih baru/belum lama dan pengobatan
malaria sulit di yang dilakukan selama kurun waktu penyebaran
berantas. yang belum lama tersebut masih kurang sempurna.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk


memberantas malaria di daerah ini, namun ada
beberapa faktor yang mungkin menyebabkan
transmisi malaria cenderung menetap di Purworejo,
antara lain:

1.Purworejo merupakan daerah perindukan yang baik


untuk nyamuk Anopheles, terutama jenis An.
balabacensis, An. maculatus, dan An. aconitus
karena di Purworejo banyak genangan air yang
terbentuk di sepanjang sungai dan sekitarnya.
Selain itu, di Purworejo juga banyak terdapat
bukit yang lereng-lerengnya digunakan sebagai
areal persawahan dan tempat tinggal penduduk.

2.Kepadatan hewan berkurang, sehingga nyamuk


Anopheles betina beralih menggigit manusia.

3.Nyamuk Anopheles sudah resisten terhadap


insektisida

4.Parasit yang menjadi penyebab penyakit malaria


sudah resisten terhadap klorokuin.

5.Banyak migrasi warga dari luar Purworejo. Warga


migran dari luar Purworejo ini kemungkinan telah
terjangkit malaria di daerah asalnya dan kemudian
menularkan kepada komunitas barunya yaitu
warga Purworejo.

6.Upaya pemberantasan malaria yang belum


lengkap/komprehensif

5) Merumuskan tujuan belajar

Dari hasil diskusi tutorial pertama, didapatkan beberapa sasaran belajar yang harus
dijawab dan digali lebih dalam untuk dibahas pada tutorial ke dua. Tujuan belajarnya
antara lain sebagai berikut:

1) Epidemiologi malaria

2) Pengobatan pada penyakit malaria

6) Belajar mandiri secara individual atau kelompok

Telah dilaksanakan.

7) Menarik atau mengambil sistem informasi yang dibutuhkan dari informasi yang ada

No Masalah Pembahasan Referensi


1 Epidemiologi Pada umumnya, endemisitas dibagi menjadi : http://www.cd
Malaria 1. Hipoendemik : parasit rate 0-10%, c.gov/malaria/
about/distribut
2. Mesoendemik : parasit rate 10-50%,
ion.html
3. Hiperendemik : parasit rate 50-75%,
Sudoyo, Aaru
4. Holoendemik : parasit rate >75%.
W, dkk. 2006.
Parasit rate ini dtentukan pada pemeriksaan anak Buku Ajar
umur 2-9 tahun. Pada daerah holoendemik, akan Ilmu Penyakit
sering digigit nyamuk dan terinfeksi berulang. Juga Dalam Volume
banyak ditemukan anemia berat. Pada daerah 3 Jilid II.
hiperendemik dan mesoendemik, banyak ditemukan Jakarta : Pusat
malaria serebral. Pada daerah hipoendemik (daerah Penerbitan
tak stabil), sering dijumpai malaria serebral, anemia Departemen
berat, dan gangguan hati dan ginjal. Ilmu Penyakit
Dalam FKUI ;
Di

negara endemik malaria, malaria tidak terjadi di


seluruh daerah negara itu. Meskipun lingkungannya
berada di wilayah tropis dan subtropis, penyebaran
tak akan terjadi pada keadaan :
1. Daerah dengan permukaan tinggi (malaria
biasa ditemukan pada ketinggian daerah di
bawah 1500 m),

2. Di padang pasir,

3. Adanya program dari pemerintah yang


berhasil menanggulangi dan mengontrol
masalah ini.

Umumnya, di daerah yang bersuhu hangat yang


dekat dengan garis khatulistiwa, malaria akan
terjadi lebih sering dan akan disebarkan setiap
tahun.
2 Pengobatan Obat Anti Malaria
malaria Klasifikasi IPD FK UI,
1. Skizontosida Jaringan 2007
a. Primer
Proguanil dan pirimetamin dapat membasmi
Fauci,
parasit praeritrosit sehingga mencegah
Anthony S.
masuknya parasit ke dalam eritrosit, dan
2008.
dapat digunakan sebagai profilaksis kausal
Harrisons
b. Sekunder
Principles of
Primakuin dapat membasmmi parasit daur
Internal
eksoeritrosit atau stadium jaringan P. vivax
Medicine 17th
dan P. ovale dan digunakan untuk pengobatan
edition. USA :
radikal sebagai obat anti relaps.
McGraw-Hill.
2. Skizontosida Darah
Membasmi parasit stadium eritrosit, yang
berhubungan dengan penyakit akut disertai
Ian Tanu.
gejala klinis. Skizontosida darah juga
2008.
mengeleminasi stadium seksual di eritrosit P.
Farmakologi
vivax, P. ovale, dan P. malariae, namun tidak
dan Terapi.
efektif terhadap gametosit P. falciparum yang
Jakarta : Balai
matang. Skizontosida darah yang ampuh adalah
Penerbit
kina, amodiakuin, halofantrine, golongan
FKUI.
artemisinin. Sedangkan yang efeknya terbatas
adalah proguanil dan pirimetamin.
3. Gametositosida
Mengeleminasi semua stadium seksual termasuk
gametosit P. falciparum, juga mempengaruhi
stadium perkembangan parasit malaria dalam
nyamuk anopheles. Beberapa obat
gametositosida bersifat sporontosida untuk
keempar spesies, sedangkan kina, klorokuin,
amodiakuin adalah gametositosida untuk P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale.
4. Sporontosida
Mencegah atau menghambat gametosit dalam
darah untuk membentuk ookista dan sporozoit
dalam nyamuk anopheles. Pbat ini mencegah
transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat
anti sporogonik. Obat yang termasuk golongan
ini adalah primakuin dan proguanil.

Macam-macam Obat Anti Malaria

Klorokuin dan turunannya


Amodiaksin dan hirdoksiklorokuin merupakan
turunan dari klorokuin yang sifatnya mirip dengan
klorokuin. Walaupun in vitro dan in vivo
amodiakuin lebih aktif terhadap P. falciparum yang
mulai resisten terhadap klorokuin, obat ini tidak
digunakan rutin karena efek samping
agranulositosis yang fatal dan toksik pada hati.

Farmakodinamik
Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase
eritrosit. Sama sekali tidak efektif terhadap parasit
di jaringan. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale.
Gejala klinik dan parasitemia serangan akut malaria
akan cepat dikendalikan oleh klorokuin. Demam
akan hilang dalam 24 jam dan sediaan apus darah
umumnya akan negatif dalam waktu 48-72 jam.
Bila tidak ada perbaikan sampai hari kedua,
mungkin telah terjadi resistensi.
Mekanisme klorokuin yang penting adalah
penghambatan ektivitas polimerase heme plasmodia
oleh klorokuin. Polimerase heme plasmodia
berperan mendetoksifikasi heme
ferriprotoporphyrin IX menjadi bentuk hemozoin
yang tidak toksik. Heme ini merupakan senyawa
yang bersifat membranolitik dan terbentuk dari
pemecahan hemoglobin di vakuol makanan parasit.
Peningkatan hemee dalam parasit menimbulkan
lisis membran parasit.

Farmakokinetik
Absorbsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi
lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat
absorbsi ini. Sedangkan kaolin dan antasid yang
mengandung kalsium atau magnesium dapat
mengganggu absorbsi klorokuin. Sehingga, obat ini
sebaiknya jangan diberikan bersama dengan
klorokuin. Klorokuin lebih banyak ditemukan pada
hati, limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelamin
sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma.
Sebaliknya otot dan medulla spinalis hanya
mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam
plasma.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung
lambat sekali dan metabolitnya,
monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin
diekskresi melalui urin.

Efek Samping dan Kontraindikasi


Pada dosis yang tepat, klorokuin merupakan obat
yang sangat aman. Efek samping yang mungkin
ditemukan adalah sakit kepala ringan, gangguan
pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.
Pengobatan kronik dapat menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit likenoid,
rambut putih, dan perubahan gambar EKG.
Dosis tinggi parental yang diberikan secara cepat
dapat menimbulkan toksisitas berupa hipotensi,
vasodilatasi, dan penekanan fungsi miokard.
Klorokuin harus digunakan secara hati-hati pada
pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien
dengan gangguan saluran cerna, neurologik, dan
darah berat.

Dosis
Untuk pengobatan malaria, dosis awalnya adalah 10
mg/KgBB klorokuin basa pada 6, 12, 24, dan 36
jam berikutnya sehingga tercapai 30 mg/KgBB
dalam 2 hari.
Obat ini diberikan secara IV dengan kecepatan tidak
lebih dari 0.83 mg/KgBB klorokuin basa per jam
atau dengan suntikan dengan dosis tidak melebihi
3.5 mg/KgBB klorokuin basa sampai tercapai 25
mg/KgBB klorokuin basa.
Untuk profilaksis, orang dewasa diberikan
klorokuin fosfat per oral 500 mg tiap minggu dari 1
minggu sebelum masuk ke daerah endemik dan
diteruskan 4 minggu setelah meninggalkan tempat
tersebut. Sedangkan pada anak diberikan klorokuin
fosfat 8.3 mg/KgBB.
Pirimetamin

Farmakodinamik
Pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja
lambat yang mempunyai efek anti-malaria mirip
dengan proguanil namun lebih kuat karena bekerja
langsung.
Pirimetamin dan sulfadoksin biasa dikombinasi
untuk profilaksis dan supresi malaria, terutama
yang disebabkan oleh P. falciparum

Mekanisme Kerja
Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat
reduktase plasmodia pada kadar yang jauh lebih
rendah daripada yang diperlukan untuk
menghambat enzim yang sama pada manusia.
Penghambatan enzim ini menyebabkan gagalnya
pembelahan inti pada pertumbuhan skizon pada hati
dan eritrosit

Farmakokinetik
Penyerapan pirimetamin di saluran cerna
berlangsung lambat tetapi lengkap. Obat ini
ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa,
kemudian diekskresi lambat dengan waktu paruh
kira-kira 4 hari. Metabolitnya diekskresi melalui
urin.

Efek samping dan kontraindikasi


Dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang
serupa dengan yang terjadi pada defisiensi asam
folat. Pirimetamin dosis tinggi bersifat teratogenik
pada hewan coba, tetapi pada manusia belum
terbukti..

Dosis
Pirimetamin tersedia sebagai tablet 25 mg, selain itu
terdapat juga sediaan kombinasi tetap dengan
sulfadoksin 500 mg.

Primakuin

Farmakodinamik
Primakuin dosis terapi tidak memiliki efek selain
anti malaria. Primakuin dapat menghancukan
bentuk laten jaringan plasmodia.
Primakuin sendiri tidak menekan serangan malaria
vivax. Demikian juga secara klinis tidak digunakan
untuk mengatasi serangga malaria falciparum sebab
tidak efek terhadap fase eritrosit.
Cara kerja 8-aminokuinolon terhadap skizon
jaringan dan gametosit belum diketahui dengan
jelas.

Farmakokinetik
Setelah pemberian secara oral primakuin segera
diabsorbsi dan didistribusi luas ke jaringan.
Primakuin tidak pernah diberikan secara parental
karena dapat menyebabkan hipotensi.
Metabolismenya berlangsung cepat dan hanya
sebagian kecil dari dosis yang diberikan yang
diberikan yang diekskresi ke urin dalam bentuk
asal.

Efek Samping dan Kontraindikasi


Efek samping yang paling berat adalah anemia
hemolitik akut pada pasien yang mengalami
defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Hemolisis juga dapat terjadi pada pasien yang
mengalami hemoglobinopati tertentu atau gangguan
metabolisme glukosa pada eritrosit. Pada dosis
tinggi dapet menyebabkan spasme usus dan
gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi dapat
menyebabkan methemoglobinemia dan sianosis.
Primakuin tidak dianjurkan pada pasien dengan
penyakit sistemik berat yang cenderung mengalami
granulositopenia. Primakuin juga tidak dianjurkan
untuk digunakan dengan obat yang dapat
menyebabkan hemolisis.

Dosis
Untuk penyembuhan P. vivax dan P. ovale,
pengobatan dimulai setelah serangan akut, kira-kira
pada hari ke-4 dengan dosis 15 mg/hari (anak 0.3
ml/KgBB) selama 14 hari (sebelumnya 3 hari).
Primakuin dosis tunggal 45 mg diberikan untuk
memutuskan transmisi malaria.

Kina dan Alkaloid Sinkona


Farmakodinamik
Untuk terapi supresi dan pengobatan, kina sudah
digantikan oleh obat lain seperti klorokuin. Namun
kina bersama primetamin dan sulfadoksin masih
digunakan untuk P. falciparum.
Kina berefek pada skizontosid darah dan juga dapat
pada gametositosid terhadap P. vivax dan malariae,
namun tidak pada falciparum. Obat ini lebih toksik
dan kurang efektif dibandingkan klorokuin. Obat ini
bekerja pada organel vakuola makanan P.
falciparum melalui penghambatan aktivitas heme
polimerase, sehingga terjadi penumpukan substrat
yang bersifat sitotoksik yaitu heme.

Farmakokinetik
Kina dan turunannya diserap baik melalui usus
halus bagian atas. Distribusinya luas terutama ke
hati, tetapi kurang ke paru, ginjal, dan limfa.
Sebagian besar alkaloid sinkona di metabolisme
dalam hati sehingga hanya kira-kira 20% yang
diekskresi dalam bentuk utuh ke urin. Karena
perombakan dan ekskresi yang cepat, tidak terjadi
kumulasi dalam badan.
Waktu paruh eliminasi kina pada orang sehat 11
jam, sedangkan pada penderita malaria berat 18
jam.

Efek Samping dan Kontraindikasi


Kina dapat menyebabkan sinkonisme. Gejalanya
mirip salisilismus, yaitu tinitus, sakit kepala,
gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare,
dan mual. Pada keracunan berat terlihat gangguan
gastrointestinal, saraf, kardiovaskular, dan kulit.
Kina juga dapat menyebabkan gangguan ginjal,
hipoprotrombinemia, dan agranulositosis.
Tidak dianjurkan pada orang yang hiperaktif dan
pasien hamil.

Dosis
Kina sulfat diberikan 3 kali 650 mg/hari selama 3-7
hari dikombinasikan dengan doksisiklin 2 kali
100mg/hari selama 7 hari atau dengan klindamisin
2 kali 600 mg/hari selama 7 hari atau dengan
sulfadoksin-primetamin 3 tablet sekali pemberian
per oral. Untuk anak 10 mg/KgBB per oral tiap 8
jam kina sulfat.
BAB II
KESIMPULAN

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yag disebabkan oleh Plasmodium
yang dibawa oleh nyamuk Anopheles sp. Jenis-jenis plasmodium sendiri ada 4 macam,
dan setiap plasmodium memiliki ciri khas masing-masing dan menyebabkan jenis malaria
yang berbeda-beda. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falcifarum,
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale, Plasmodium vivax menyebabkan malaria
vivax atau tertiana, dan Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae. Jenis
vektor malaria, yaitu nyamuk Anopheles sendiri ada beberapa macam dan setiap jenis
memiliki karakteristik masing-masing.

Pengendalian vektor adalah salah satu cara yang tepat untuk mengatasi
permasalahan penyakit yang ditularkan melalui vektor, dan juga sebagai upaya
pencegahan untuk mengurangi angka penyakit malaria. Pengendalian vektor sendiri
dibagi beberapa cara, aspek fisik, kimiawi, biophysical, biologi, cultural, dan terpadu.
Faktor lingkungan dan aspek social merupakan salah satu faktor utama penyebab malaria
mudah menyebar di Indonesia.

Daur hidup malaria terjadi dalam dua fase, yaitu aseksual (di dalam manusia) dan
sexual (dalam tubuh vektor). Dalam fase aseksual, dibagi dua fase kembali, fase pre-
eritrositik dan fase eritrositik.
REFERENSI

Sudoyo, Aru W cs. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Pusat Penerbitan
Dep.Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Arif Mansjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Jakarta : EGC

Fauci, Anthony S. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th edition. USA :
McGraw-Hill

Garcia, L.S, dan Bruckner, D.A. 1996. Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Buku
Kedokteran ECG: Jakarta

Staf Pengajar Bagian Parasitologi FK UI. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
Jakarta: Pusat Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mulyanto, Joko. 2010. Lecture Social Determinants Of Health. Purwokerto: Jurusan


Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

Nendyah. 2010. Lecture Pengendalian Vektor dan Binatang Pengerat. Purwokerto:


Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

Ida Rosanti, Tutik. 2010. Lecture Penyakit Tular Vektor. Purwokerto: Jurusan
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Frames/MR/Malaria/body_Malaria_page1.htm
http://www.who.int/malaria/vector_control/en/index.html
http://www.cdc.gov/malaria/about/disease.html

Anda mungkin juga menyukai