Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lobus frontalis merupakan sepertiga bagian dari kortek serebri manusia. Berdasarkan
fungsinya, lobus frontalis dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu area motor, premotor dan
prefrontal.1 Korteks prefrontalis berperan penting dalam fungsi otak yang kompleks seperti
orientasi dan perhatian, pembuat keputusan berdasarkan informasi eksteroseptif, interoseptif,
pengalaman masa lalu, merencanakan dan merangkaikan suatu tindakan, emosi dan kepribadian.2
Di dalam menjalankan fungsinya ini korteks prefrontal merupakan tempat terjadinya working
memory, dimana otak menyimpan sementara dan memanipulasi informasi secara aktif dalam
membuat perencanaan dan alasan.3,4
Dalam keadaan tertentu, area otak khususnya korteks prefrontalis dapat mengalami
kerusakan. Ini dapat disebabkan oleh beberapa aspek seperti genetik, biologis, psikologis dan
lingkungan. Pada janin dan neonatus terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang otak prenatal, seperti toksin/ zat kimia, gizi ibu, infeksi, stress, radiasi dan
hormon. Bila terjadi lesi pada korteks prefrontalis menimbulkan suatu kelainan yang dikenal
sebagai sindrom lobus frontalis, yang mana dapat menyebabkan kualitas hidup menurun dan
muncul gangguan mental.5 Gangguan mental yang dapat terjadi seperti depresi, skizofrenia,
ADHD, patological lyingdan lainnya. Oleh karenanya meskipun area ini terbilang kecil, namun
memiliki pengaruh yang besar pada kehidupan.

1.2. Tujuan
- Mengetahui, memahami dan dapat menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi korteks
prefrontal.
- Mengetahui, memahami dan dapat menjelaskan tentang kerusakan pada area prefrontal
dan gejala klinis yang muncul.
- Mengetahui, memahami dan dapat menjelaskan tentang usaha untuk mencegah kerusakan
area prefrontal.

1
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Anatomi Lobus Frontalis


Lobus frontalis merupakan sepertiga bagian dari kortek serebri manusia. Berdasarkan
fungsinya, lobus frontalis dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu:1
1. Motor
Motor cortex adalah area 4. Motor cortex berfungsi untuk gerakan voluntary
2. Premotor
Premotor cortex termasuk area 6 dan 8. Pada manusia, area 6 diperluas menjadi area
broca (44). Premotor cotex berhubungan dengan kortek motor primer dan penting untuk
integrasi dan program program gerakan yang berurutan
3. Prefrontal
Prefrontal terbagi atas 3 area yaitu dorsolateral (area 9,46), lateral frontopolar cortex
(area 10), dan ventrolateral prefrontal cortex (47, 45, 44). Dalam prefrontal ini terdapat 3
sirkuit yakni Sirkuit dorsolateral, Sirkuit orbitofrontal, Sirkuit cingulatum.

Gambar 1. Lobus frontal

Terdapat lima jaras yang diketahui , yaitu : jaras motorik pada area motorik, jaras
okulomotor pada lapangan penglihatan frontal, dan tiga jaras pada daerah kortek pre frontal ;
yaitu jaras dorsolateral pre frontal, jaras orbitofrontal pre frontal, serta cingulatum anterior .

2
Setiap jaras mempunyai serabut proyeksi ke struktur striata ( nucleus caudatus, putamen, dan
striatum anterior ) , dan dari striata berhubungan ke globus pallidus dan substansia nigra ,
proyeksi ke nucleus thalamus dan kembali ke lobus frontal.2
Jaras dorsolateral dimulai dari korteks pre frontal dorsolateral nucleus kaudatus
dorsolateral globus pallidus dorsomedial lateral nucleus thalamus dorsomedial dan
anteroventral regio dorsolateral pre frontal. Jaras ini menerima inpuls dari serabut afferent
area prefrontal 4,6 dan area parietal 7a yang berperan dalam proses penglihatan. Serabut aferen
dari sistim limbic diterima melalui proyeksi dopamine dari substansia nigra.2
Jaras orbitofrontal dimulai dari kortek orbitolateral nucleus caudatus ventromedial
globus pallidus dorsomedial medial nucleus thalamus ventroanterior dan mediodorsal kortek
orbitolateral . Kerusakan pada jaras ini menyebabkan gangguan disinhibisi , berupa gangguan
perilaku berupa emosi yang labil dan obsesif kompulsif . Jaras ini menerima serabut aferen dari
area temporal 22 dan orbito frontal 12 yang terdiri dari bagian sensorik heteromodal dan para
limbic.2
Jaras cingulatum anterior dimulai dari kortek cingulatum anterior nucleus akumbens
globus pallidus rostrolateral thalamus medio dorsal kortek cingulatum anterior . Kerusakan
pada jaras ini ditandai dengan apati, penurunan kemauan dan tidak adanya emosi . Jaras ini
menerima serabut afferent hipokampus , area enttorhinal 28 dan area perirhinal 35.2
Selain jaras-jaras diatas , juga terdapat jalur langsung dan jalur tidak langsung yang turut
berperan dalam fungsi lobus frontalis .2

2.1.1. Hubungan Antar Bagian


Premotor bertugas untuk mempengaruhi gerakan, menerima proyeksi, dan berhubungan
motor area untuk menggerakkan anggota tubuh, menerima proyeksi untuk gerakan mata dan
mengirimnya pada area yang akan mengeksekusi kontrol gerakan mata.1
Dorsolateral prefrontal cortex berfungsi untuk menerima input utama dari area belakang
parietal dan superior dari sulkus temporal. Area lainnya berfungsi untuk menerima proyeksi dari
lobus temporal dari area pendengaran dan penglihatan.1
Pengaturan sementara dari perilaku adalah fungsi utama dari lobus frontal. Jika motor
cortex memfasilitasi mekanisme eksekusi dari pergerakan seseorang, maka premotor cortex
memilih pergerakan mana yang akan dieksekusi. Passingham mengusulkan bahwa bagian

3
premotor berfungsi untuk memilih perilaku dalam merespon tanda dari eksternal dan
suppelemtary motor cortex,. Passingham menyarankan bahwa area 8 dispesialisasikan untuk
gerakan terhadap stimulus langsung (stimulus-directed movement), dan area 8A bertugas untuk
gerakan yang distimulasi oleh drive internal (internally driven movements). Motor cortex
bertugas untuk membuat sebuah pergerakan. Premotor cortex bertugas untuk memilih gerakan.
Maka prefrontal cortex bertugas untuk mengontrol proses kognitif agar gerakan yang tepat dapat
dipilih di waktu yang tepat dan di tempat yang tepat.1
Jika membahas fungsi asimetris dari hubungan korteks parietal dan temporal, dapat
diperkirakan bahwa lobus frontal juga berfungsi asimetris. Bersamaan dengan general
complementary organization dari hemisfer kiri dan kanan, maka lobus frontal kiri memiliki peran
yang penting terkait dengan bahasa. Sementara lobus frontal kanan memiliki peran besar seperti
ekspresi wajah.1

2.1.2. Prefrontal Cortex


Korteks prefrontal terletak di sebelah anterior dari area 6, 8, dan pusat bicara; yang
mencakup area 9 sampai 12,32,45,47. Area ini dapat dibedakan dari area motorik dan premotorik
dengan adanya lapisan granularia internal yang mencolok serta memiliki hubungan timbal balik
dengan inti talamus mediodorsal (MD). Jalur output yang penting dari korteks prefrontal adalah
yang dibentuk oleh serangkaian serat asosiasi pendek, melalui korteks premotorik, dan
berkumpul pada korteks motorik primer. Serat aferen dari beraneka area asosiasi dihubungkan
secara timbal balik oleh serat eferen. Serat ini menerima aferen kolinergik dan GABAergik dari
inti Meynert bagian basal, histaminergik, oreksinergik dan serat yang mengandung hormon
melanin dari hipotalamus, serat serotoninergik dari inti raphe mesensefalon, serat dopaminergik
dari area tegmentum ventral dan serat noradrenergik dari lokus seruleus. Korteks prefrontalis
berhubungan bolak balik dengan berbagai bagian dari lobus limbik, amigdala, hipotalamus dan
proyeksinya menuju nukleus kaudatus, periaqueductal grey (PAG), dan pons.1
Secara khusus bisa dikatakan korteks prefrontalis berperan penting dalam fungsi otak
yang lebih kompleks seperti orientasi dan perhatian, pembuat keputusan berdasarkan informasi
eksteroseptif, interoseptif, pengalaman masa lalu, merencanakan dan merangkaikan suatu
tindakan, emosi dan kepribadian. Didalam menjalankan fungsinya ini korteks prefrontal
merupakan tempat terjadinya working memory, dimana otak menyimpan sementara dan

4
memanipulasi informasi secara aktif dalam membuat perencanaan dan alasan.4 Lesi bilateral
yang besar pada korteks prefrontalis menimbulkan suatu kelainan yang dikenal sebagai sindrom
lobus frontalis.3

5
Gambar 2. Area otak dan Korteks Prefrontalis (Dorsolateral, ventrolateral, dan orbitofrontal)

Secara klinikal dapat dibagi menjadi kortek prefrontal dorsolateral (DLPFC), medial
(MPC), dan orbitofrontal (OFC) sesuai gambar 2.

a. Korteks Prefrontal Lateral


Area DLPFC penting dalam organisasi tugas untuk diri sendiri; fungsi eksekutif yaitu
kemampuan untuk merencanakan, membawa, serta memonitor tindakan untuk mewujudkan
tujuan; kontrol okulomotor yang bertanggung jawab memutuskan berdasarkan pergerakan mata
yang volunter dan menghambat gerakan sakadik reflek yang tidak diinginkan.3
Penelitian menggunakan MRI dan event-related potential (ERP) telah mendefinisikan
peran waktu dan ruang dari LPFC (lateral prefrontal cortex) termasuk peran bagian inferior,
medial dan girus superior pada bahasa, perhatian, ingatan, respon terhadap sebuah masalah,
pembelajaran terhadap hal baru dan kreativitas. Area ini juga merespon terhadap pengulangan
ingatan-ingatan dan peristiwa masa lalu, ingatan yang eksplisit, dan metamemori. Simulasi
adalah sebuah proses untuk menghasilkan mode (bentuk) internal dari sebuah kenyataan
eksternal. Bila tidak ada yang mencetuskan Stimulus-Bound Behavior (sikap yang muncul bila
dipicu oleh keadaan lingkungan tertentu) sehingga pembentukan sikap dan pemantauan realitas
dibantu oleh area ini, yang dikenal sebagai mekanisme utama dalam kesadaran diri (self-
awareness). Bagian bawah dari LPFC berperan penting untuk perhatian dan orientasi. Aktivasi
DLPFC bersama jaras saraf lain seperti korteks parietal posterior, bagian atas nucleus caudatus,
dan inti thalamic dorsomedial dikaitkan dengan beragam rangkaian proses kognitif, termasuk
aktif menjaga informasi dalam memori kerja, mengubah perilaku sesuai dengan tuntutan tugas
atau menampilkan kembali peristiwa masa lalu, tujuan jangka pendek (saat itu), prediksi masa
depan, organisasi dan konseptualisasi keuangan. Peningkatan aktivitas memory-related pada
mid-ventrolateral PFC telah terkait dengan encoding yang aktif dan pengambilan informasi,
pembaruan dan pemeliharaan isi memori kerja. DLPFC kanan menengahi sikap negatif dan
ventrolateral PFC kiri menengahi sikap positif, tata ruang dan proses penalaran konseptual,
perencanaan, dan integrasi persepsi.5

b. PFC Medial

6
Area MPC (Medial prefrontal Cortex) memiliki hubungan dengan beberapa nukelus
thalamik terutama dorsomedian dan kortek temporal superior. Daerah ini berperan dalam asosiasi
auditori dan visual.3 Secara khusus, area frontal medial (area cingulated anterior) terlibat dalam
koordinasi bimanual, perhatian akan tugas-tugas kognitif, modulasi gairah tubuh, memori
spasial, pergerakan yang inisiatif, dan resolusi sebuah konflik (area prefrontal medial dan orbital
medial). Korteks cingulate anterior juga terlibat dalam persepsi nyeri dan menengahi respon
emosional di balik itu. Penghargaan dan aktivitas yang berhubungan dengan tujuan yang ingin
dicapai dianggap sesuai dengan pola yang unik dari koneksi yang menghubungkan rostral
cingulate motor cortex dengan korteks prefrontal dan limbik. Area ventromedial berperan dalam
pengambilan keputusan dan pengambilan informasi dari memori jangka panjang dan proses
metakognitif.5

c. Korteks Orbitofrontal

Fungsi OFC sebagai komponen dari cincin paralimbic adalah sebagai fungsi otonom,
penghambatan respon, dan fungsi stimulus yang signifikan, fungsi mnemonic dan respon yang
tertunda. Hal ini memainkan peran dalam membentuk harapan akan sebuah penghargaan,
melakukan antisipasi serta meresepon sebuah hasil bahkan jika yang dilakukan tidak
mendapatkan penghargaan seperti yang diharapkan. Area ini terbukti memiliki peran yang
signifikan dalam mebentuk perilaku sosial dan emosional. OFC anterior diaktifkan dalam kasus
permusuhan dan rasa menyenangkan dimediasi oleh daerah caudomedial dari PFC. Hubungan
PFC dengan hipotalamus memediasi keinginan untuk memakan makanan yang diidamkan (ex:
ngidam). PFC bagian ventral muncul dari OFC yang terhubung dengan sistem limbik dan terlibat
dalam pengolahan emosi. Area ini berkaitan erat dengan amigdala dan cingulate anterior, dan
terlibat dalam pengaturan perilaku.5
Daerah OFC memiliki hubungan penting dengan sistem limbik termasuk amygdala.
Sindrom diinhibisi dari perilaku sosial yang sedikit tidak pantas hingga jelas nyata mania bisa
terjadi akibat kerusakan pada daerah ini terutama pada hemisfer kanan. Pasien juga cenderung
menunjukkan emosional yang labil, kelemahan dalam mengambil pertimbangan dan
distrakbiliti.3

7
2.2. Gangguan Pada PFC

Tabel 1. Gangguan Pada PFC 5

Kerusakan pada PFC tidak saja mempengaruhi fungsi kognitif, tetapi juga afektif dan
emosi, seperti:
1. Apatis
Apatis terjadi karena adanya lesi yang luas pada PFC. Penderita memiliki afek
dan emosi yang tumpul serta bersikap tidak perduli terhadap orang lain.5
2. Depresi
Depresi dapat terjadi bila lesi pada PFC kiri. Terutama bagian anterior lobus
frontal.5
3. Perubahan perilaku sosial

8
Lesi PFC cenderung memiliki dampak yang besar pada perilaku sosial terutama
lesi pada daerah OFC. Dapat menyebabkan euforia. Beberapa pasien dengan lesi OFC
menunjukkan kecenderungan memiliki nafsu makan yang tinggi, terus merasa lapar dan
dorongan seksual yang tidak dapat ditahan.5
4. Prefrontal Syndrome
a. Dysexecutive Syndrome
Dysexecutive Syndrome ditandai dengan defisit dalam beberapa hal seperti
fleksibilitas kognitif, mengingat peristiwa yang baru, perencanaan, mengatur
tindakan berdasarkan stimulus internal dan eksternal. Hal ini dapat mengganggu
mental, perseverasi, dan gangguan perhatian. Pasien tidak dapat mengingat
kembali sebuah kejadian atau informasi meskipun telah ditunjukkan bukti atau
objeknya. Pasien kesulitan dalam mengambil keputusan, gangguan memori kerja,
wawasan, perawatan diri, dan sering mengalami penurunan kemampuan dan
kelancaran berkomunikasi verbal dan nonverbal.5
b. Medial frontal apathetic syndrome
Gambaran klinis khas dari medial frontal apathetic syndrome adalah
berkurangnya spontanitas, motivasi, dan minat terhadap lingkungan. Ini
disebabkan oleh lesi yang melibatkan korteks motorik medial. Pada sindrom ini,
Ingatan terhadap peristiwa yang baru terjadi masih terbilang relatif baik.5
c. Orbitofrontal Disinhibition Syndrome
Pasien dengan kerusakan OFC ditandai oleh gangguan personal dan
perilaku sosial. Didapatkan kelainan pada cara berfikir , pengambilan keputusan,
dan pengendalian emosi. Ini mengakibatkan pasien tidak diterima di lingkungan
sosial, bersikap canggung, dan kasar.5
5. Hubungannya dengan Gangguan Psikiatri
Peran PFC dalam fungsi kognitif juga dapat berhubungan dengan gangguan
kejiwaan. Mulai dari depresi, gangguan cemas hingga terjadi skizofrenia. Juga dapat
terjadi gangguan lain seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), autisme,
gangguan perilaku, dll.
a. Schizophrenia:
Pasien skizofrenia secara konsisten terganggu pada domain pemenuhan
kebutuhan harian dan task irrespective. Pola ini menggambarkan Disfungsi
DLPFC dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia dan mempengaruhi fungsi
kognitif kedepannya, genetik, dan akan mempengaruhi penelitian di masa yang
akan datang.5

9
b. Mania:
Penelitian yang dilakukan oleh Lebowitz dkk menunjukkan bahwa
penurunan kelancaran verbal ditemukan semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah episode mania. Episode dan jumlah total rawat inap
berhubungan dengan penurunan kerja pada beberapa aspek WCST (Wisconsin
Card Sorting Test).5
c. Depresi:
Berdasarkan meta-analisis dari 13 penelitian, Veiel menyimpulkan bahwa
defisiensi kognitif yang berhubungan dengan depresi mayor mirip dengan yang
terlihat pada cedera kepala sedang. Merriam dkk melaporkan bahwa pasien
depresi mayor yang unipolar menunjukkan defisit yang signifikan pada WCST.5
d. Demensia:
Pasien dengan penyakit Alzheimer (AD) dan penyakit Parkinson dapat
dibedakan berdasarkan gambaran kognitif dan perilakunya. Beberapa percobaan
yang berbeda telah dilakukan. Didapatkan persamaan dan perbedaan dalam profil
kognitif dari kedua kelompok ini.5
Kesamaan antara kedua kelompok terlihat pada kecepatan visuo-motor
dan kemampuan memperhatikan suatu hal. Perbedaan yang ditemukan pada
fungsi eksekutif, memori, kemampuan mengurutkan, mengatur pergeseran, dan
kelancaran kata. Dengan demikian, pasien AD secara signifikan lebih buruk
daripada kelompok subkortikal (penyakit Parkinson) dalam kemampuan memori,
Sementara kelompok kedua menunjukkan defisit yang lebih besar pada fungsi
eksekutif. Penelitian telah menemukan bahwa pasien dengan kognitif yang baik,
seperti pendidikan tinggi, pekerjaan, dll mencapai kerja neuropsikologi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien dengan kognitif yang rendah.5
e. Patological lying:
Patological lying atau Bohong patologis (juga disebut pseudologia
fantastica dan mythomania), erat hubungannya dengan bohong kompulsif, Ini
pertama kali dijelaskan dalam literatur medis pada tahun 1891 oleh Anton
Delbrueck. Meskipun topik tersebut adalah topik yang kontroversial. Bohong
patologis didefinisikan sebagai "pemalsuan yang disproporsional bila dilihat dari
sisi manapun, dapat bersifat luas dan sangat rumit, serta dapat bermanifestasi
selama bertahun-tahun atau bahakan seumur hidup. Penderita mungkin

10
menyadari mereka berbohong, atau mungkin percaya bahwa mereka mengatakan
yang sebenarnya dan tidak menyadari bahwa mereka sedang berfantasi.6,7
Onset pathological lying terjadi pada rata-rata umur 16 tahun yaitu saat
berada di tingkat kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Juga, di mana saat itu
mereka sudah memiliki kemampuan bicara yang baik. 30% penderita biasanya
berhubungan dengan lingkungan keluarga yang buruk, seperti adanya anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa. Beberapa penelitian mendapati jumlah
penderita laki-laki dan perempuan sama, namun beberapa lainnya percaya banyak
terjadi pada wanita. 40% kasus disebabkan oleh akibat gangguan sistem saraf
pusat seperti epilepsi, temuan EEG yang abnormal, ADHD, trauma kepala, atau
infeksi saraf pusat.8
Penyebab dari bohong patologis ini bila dilihat dari struktural anatominya
adalah telah terjadi defisit pada struktur otak, dimana PFC berperan sebagai
komponen otak penting pada sirkuit saraf dan menyediakan sebuah hubungan
neurobiology inisial pada kepribadian seorang penipu.9 Pada penelitian lain juga
didapatkan, adanya penurunan volume otak substansia alba pada daerah superior
korteks frontal dan terjadi peningkatan volume yang signifikan pada korteks
inferior, medial dan orbitofrontal 10. Bila terjadi disfungsi PFC, maka tidak
ditemukan adanya efek simpatis pada saat penderita berbohong.11
f. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
ADHD adalah gangguan fungsi otak dan defisit aktivasi yang disebabkan
adanya defisit patologi di area prefrontal dan/atau sagital frontal. ADHD
merupakan kombinasi antara faktor genetik dan kerusakan otak.12
Pada pencitraan otak, terjadi penurunan aliran darah di korteks prefrontal
& di daerah yg menyambung sistem limbik (nukleus kaudatus & striatum). Selain
itu juga terjadi penurunan metabolisme glukosa global (seluruh otak) dan lokal
(korteks premotor & sensorimotorik); hipoperfusi lobus frontal &
parietotemporal. 12

11
Gambar 3. Perbedaan Otak Normal dan ADHD

2.3. Etiologi Kerusakan Prefrontal Cortex Cerebri


Walaupun penyebab pasti dari kebanyakan gangguan mental belum diketahui, namun
gangguan pada PFC dapat disebabkan oleh genetik, biologis, psikologis dan lingkungan.13
1. Genetik: Gangguan mental berhubungan dengan keturunan. Biasanya ada anggota
keluarga yang juga menderita gangguan mental tertentu. Ini memberikan gambaran
bahwa gangguan mental dapat diturunkan ke anaknya melalui gen tertentu. Gangguan ini
terjadi karena interaksi gen dengan faktor-faktor lain, seperti trauma psikologis dan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi atau memicu penyakit pada seseorang yang telah
mewarisi kerentanan terhadap penyakit.
2. Biologis: Gangguan mental berhubungan dengan keseimbangan yang abnormal dari
neurotransmitter serta komunikasi dan koneksi antara neuron dalam otak yang terganggu.
Ketika sinyal neuronal tidak dapat ditransmisikan dengan tepat dalam otak, khususnya
dalam wilayah otak seperti PFC, tanda-tanda dan gejala gangguan jiwa akan muncul.
3. Trauma psikologis: Beberapa gangguan jiwa dapat dicetuskan oleh trauma psikis yang
dialami saat kecil, emosi yang berlebihan, siksaan fisik atau juga pelecehan seksual, dan
lain-lain.
4. Stresor lingkungan atau faktor risiko: cedera otak, kehidupan keluarga yang bermasalah,
penyalahgunaan zat, atau peristiwa yang mengancam jiwa dapat memicu gangguan pada
seseorang yang mungkin berisiko dan dapat berkembang menjadi gangguan mental .

2.4. Kehamilan dan Gangguan Pada Otak Anak


2.4.1. Gagguan Otak pada Neonatus

12
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang otak prenatal, seperti
toksin/ zat kimia, gizi ibu, infeksi, stress, radiasi dan hormon. 12
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan atau pada waktu hamil dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan otak. Anak yang lahir dari ibu yang kurang gizi akan
mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan menjadi wanita
dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. 12
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan otak bawaan: obat-obatan tertentu,
alkohol, logam berat. Mengonsumsi alkohol dapat menyebabkan fetal alchol syndrome
seperti gangguan pertumbuhan janin, gangguan kecerdasan, perilaku dan kelainan otak.
Pajanan asap rokok dihubungkan dengan berat badan, tinggi badan, dan lingkaran kepala
lahir rendah serta penurunan IQ dan meningkatnya frekuensi ketidakmampuan belajar. 12
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan
kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lain. Efek radiasi pada laki-
laki dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya. 12
Gangguan atau kerusakan otak, merupakan proses yang kompleks dan multifaktorial
yang disebabkan oleh kombinasi factor genetic, fisiologis, lingkungan dan obstetrik.
Asfikasi saat lahir menjadi salah satu penyebabnya. The American College of Obstetricians
and Gynecologists (1998, 2004) membentuk definisi pasti untuk asfiksia lahir yang meliputi
syarat berikut: 14
1. Asidemia metabolik atau campuran yang jelas (Ph < 7) yang ditentukan dari sampel
darah arteria umbilikalis.
2. Skor apgar 0 sampai 3 persisten selama lebih dari 5 menit.
3. Adanya sekule neurologis neonatal seperti kejang, koma, atau hipotonia atau
disfungsi salah satu dari beberapa sistem berikut: kardiovaskular, gastrointestinal,
hematologis, pulmonal atau renal.

13
Tabel 2. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum

14
Gambar 4. Hubungan Asfiksia dengan Kerusakan Otak

Selain asfiksia, infeksi juga dapat menyebabkan gangguan pada otak. Infeksi yang
sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,
Citomegalovirus, Herpes Simplex). 14
Infeksi varisela pada ibu hamil trisemester I mungkin menyebabkan cacat bawaan
seperti korioretinitis, atrofi korteks serebri, hidronefrosis, dan kelainan pada tulang dan
kulit. Jika pada kehamilan kurang dari 13 minggu, cacat bawaan terjadi sebesar 0,2%, jika
pada kehamilan 13-20 minggu sebesar 2%, tetapi jika infeksi terjadi setelah 20 minggu
umumnya tida terjadi kelainan. Masa inkubasi varisela virus umumnya kurang dari 2
minggu. Jika persalinan terjadi sebelum masa inkubasi atau pada persalinan, maka karena
antibody pada tubuh ibu belum terbentuk, bayi akan terinfeksi dan menimbulkan cacat pada
usus dan susunan saraf pusat. Karena hal tersebut, bayi yang lahir dari ibu hamil seperti
disampaikan di atas harus disuntik dengan VZIG atau ZIG meskipun daya proteksinya 60-
70%.15
Infeksi sitomegalovirus (CMV) pada ibu hamil menyebabkan kematian perinatal 20-
30% serta timbulnya cacat neurologic berat lebih dari 90% pada kelahiran. Sebanyak 10-
15% bayi yang terinfeksi bersifat tanpa gejala serta tampak normal pada waktu lahir.
Kemungkinan bayi ini akan memperoleh cacat neurologik seperti retardasi mental atau
gangguan pendengaran dan penglihatan diperkirakan 1-2 tahun kemudian. Dengan alasan ini
sebenarnya infeksi CMV adalah penyebab utama kerusakan sistem susunan saraf pusat pada
anak-anak. 15

16
2.4.2. Psikologi Perkembangan Anak
Masa kehamilan terdapat empat kondisi penting yang sangat mempengaruhi
perkembangan si janin menjadi individu selanjutnya. Peranan pada masing-masing kondisi
dalam perkembangan akan menjelaskan bahwa kehamilan merupakan periode yang sangat

15
penting dalam rentang kehidupan kita. Empat kondisi tersebut adalah sifat bawaan, jenis
kelamin, jumlah anak, dan posisi urutan anak.

a. Sifat Bawaan
Penentuan sifat bawaan ini hanya satu kali saja dalam seluruh kehidupan seseorang
selama kehamilan, oleh sebab itu hal ini jauh lebih penting daripada jika seandainya sifat
bawaan ini dapat berubah dalam tahap-tahap perkembangan selanjutnya.
Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua
hal. Yang pertama, factor keturunan membatasi sejauh mana individu dapat berkembang.
Kalau kondisi-kondisi sebelum dan sesudah lahir si anak menguntungkan (baik), dan
sesorang tersebut mempunyai dorongan yang sangat kuat, ia dapat mengembangkan sifat-
sifat fisik maupun mental yang telah diwarisinya hingga batas maksimumnya, namun tidak
dapat berkembang lebih jauh lagi. Montagu mengatakan, Kalau kita menguasai lingkungan
berarti sedikit banyaknya kita menguasai Kember keturunan. Keturunan, dikatakan
menentukan apa yang dapat kita lakukan, dan lingkungan menentukan apa yang kita lakukan
. Yang kedua adalah sifat bawaan itu sepenuhnya merupakan kebetulan. Tidak ada teknik
ataupun cara tertentu dalam mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu maupun ayah
yang akan diturunkan pada anak. Scheinfeld memaparkan bahwa kelahiran individu
bergantung pada persatuan ovum tertentu dengan sperma tertentu. Dan kemungkinan
persatuan ini terjadi hanya 1 dalam 300.000.000.000.000 (300 trilyun).

b. Jenis Kelamin
Penentuan jenis kelamn merupakan bagian terpenting yang kedua pada saat
kehamilan. Jenis kelamin (sex) bergantung pada jenis spermatozon dan ovum yang bersatu.
Dua jenis spermatozoa yang matang (yang dihasilkan oleh Ayah) diproduksi dalam jumlah
yang sama banyak. Yang pertama mengandung dua puluh dua pasang kromosom ditambah
satu kromosom X, yang kedua mengandung dua puluh dua pasang kromosom ditambah satu
kromosom Y. Kromosom-kromosom X dan Y ini adalah penentu jenis kelamin si calon anak.
Telur yang matang (yang dihasilkan oleh Ibu) selalu mengandung kromosom X. bila telur ini
dibuahi oleh spermatozoon pembawa kromosom X, maka anak yang dilahirkan adalah

16
perempuan. Sedangkan jika telur dibuahi spermatozoon pembawa kromosom Y, maka anak
yang dilahirkan berkelamin laki-laki.
Di saat sel-sel pria dan wanita sudah bersatu, tidak akan ada yang dapat dilakukan
untuk mengubah jenis kelamin individu (si anak) yang terbentuk. Dan jenis kelamin yang
terbentuk inilah (baik perempuan ataupun laki-laki), yang akan membentuk pola tingkah
laku dan kepribadian si anak sepanjang hidupnya.
Ada tiga alasan mengapa jenis kelamin individu penting bagi perkembangan selama
hidupnya. Pertama, setiap tahun anak-anak akan mengalami tekanan-tekanan budaya dari
para orang tua, guru, kelompok atau teman sebaya mereka, serta masyarakat yang
mempengaruhi perkembangan pola perilaku/sikap yang dipandang sesuai dengan kelompok
jenis kelamin mereka. Anak-anak yang berperilaku sewajarnya dianggap masyarakat sesuai
jenis kelaminnya akan mendapatkan dukungan sosial. Artinya seorang anak perempuan
berperilaku selayaknya seorang anak perempuan. Sebaliknya anak-anak yang gagal
menyesuaiakan diri akan dikritik dan dikucilkan oleh masyarakat. Seperti misalnya anak
laki-laki namun berperilaku seperti anak perempuan (kemayu).
Kedua, pengalaman belajar ditentukan jenis kelamin individu. Di rumah, di sekolah,
dan di dalam kelompok bermain, anak-anak belajar apa yang dianggap pantas untuk anggota
sejenis kelamin mereka. Anak laki-laki yang bermain atau bertingkah laku seperti anak
perempuan disebut sebagai banci dan anak perempuan yang berperilaku dan bermain
seperti anak laki-laki disebut tomboy.
Ketiga, dan mungkin yang terpenting, adalah sikap orang tua dan anggota keluarga
lainnya terhadap individu sehubungan dengan jenis kelamin mereka. Oranang tua maupun
keluarga yang cenderung suka untuk memilih-milih jenis kelamin anak akan mempengaruhi
sikap-sikap orang tua dan selanjutnya mempengaruhi perilaku mereka kepada anak dan
hubungan mereka dengan anak.

c. Jumlah Anak
Meskipun pada umunya pada peristiwa kelahiran hanya satu anak yang dilahirkan,
akan tetapi sering juga terjadi kelahiran kembar. Apabila ovum yang matang dibuahi oleh
satu spermatozoon hasilnya adalah satu anak, kecuali jika telur yang telah dibuahi ( zygote)
membelah menjadi dua bagian atau lebih yang terpisah selama tahap-tahap permulaan

17
pembelahan sel. Jika hal ini terjadi maka akan melahirkan kembar identik (uniovular) dua,
tiga atau lebih. Kalau dua ovum atau lebih dibebaskan dan dibuahi oleh spermatozoon yang
berlainan, akan melahirkan kembar nonidentik (juga disebut biovular atau fraternal) deua,
tiga, atau lebih.
Pada kembar nonidentik yang mana berasal dari zygote yang berbeda, kumpulan gen-
gen dan kromoso yang berbeda juga, oleh sebab itu perkembangan , keadaan mental dan
fisik mereka berbeda pula. Sebaliknya, kembar identik yang berasal dari zygote yang sama
memiliki keadaan mental dan fisik yang sama pula. Serta mereka mempunyai kumpulan
kromoson dan gen-gen yang sama. Anak-anak kembar identik cenderung memiliki jenis
kelamin yang sama. Sedangkan anak-anak kembar nonidentik mungkin sejenis kelamin
maupun berbeda jenis kelamin.

Efek Lahir Kembar terhadap Perkembangan


Sebagian besar penelitian tentang efek kelahiran kembar hanya pada kembar dua saja.
Karena kembar tiga ataupun lebih sangat jarang dijumpai dan angka kemtaian mereka pun
KemberKK tinggi dibandingkan kembar dua.
Alasan kelahiran kembar mempengaruhi perkembangan tidak hanya karena Kember
keturunan tetapi saat sebelum dan sesudah kelahiran bayi kembar berbeda dengan
lingkungan pada kelahiran tunggal. Pada bayi tunggal ibu dapat memberikan perhatian
sepenuhnya kepada bayi tersebut. Namun ibu bayi kembar harus membagi perhatian. Jadi,
selama tahun-tahun pertama, saat dasar-dasar kepribadian diletakkan, bayi-bayi kembar
memperoleh perawatan dan perhatian ibu lebih sedikit ketimbang bayi tunggal sehingga
mereka merasa tidak dicintai atau bahkan merasa benar-benar ditolak.
Kebanyakan para orang tua terutama sang ibu, merasa bahwa anak kembar mereka
diharuskan memakai seragam yang sama dan permainan yang sama pula. Apalagi jika anak
kembar mereka berjenis kelamin yang sama. Adanya tekanan-tekanan untuk menjadi sama
dan diabaikannya individualitas mereka sendiri akan meninggalkan bekas kepribadian dan
pola perilaku mereka.

d. Posisi Urutan Anak

18
Forer menjelaskan pengaruh posisi kelahiran terhadap individu sebagai berikut :
Kedudukan Anda dalam keluarga sangat mempengaruhi bagaimana Anda menghadapi
masyarakat dunia. Sebagian besar perkembangan anak bergantung pada interaksi dengan
saudara-saudaranya. Semua anggota memaksakan pola-pola perilaku tertentu kepada
anggota keluarga yang lain pada saat mereka berinteraksi, untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Dengan cara inilah posisi dalam keluarga memberi cap yang tidak dapat dihapuskan
pada gaya hidup seseorang.
Penentuan posisi urutan anak yang baru terbentuk di antara saudara-saudaranya, dan
mungkin beberapa tahun setelahnya akan merubah posisi tersebut. Maka peralihan ini dapat
mengganggu selama beberapa waktu , tetapi anak-anak atau bahkan bayi cenderung mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan ini.
Alfred Adler, seorang psikolog yang mempelopori bahwa terdapat hubungan antara
urutan kelahiran dengan kepribadian. Walaupun begitu penelitian dan hipotesanya tersebut
bukanlah suatu keterangan yang pasti dan mutlak benar, karena hubungan antara urutan
kelahiran dan kepribadian ini ia dapatkan dari kebanyakan sifat yang diperlihatkan anak-
anak atas pengaruh urutan kelahiran pada umumnya.
Anak pertama lebih bertanggung jawab dan tegas dibandingkan anak kedua, maupun
bungsu. Dan cenderung berada di posisi sebagai pemimpin. Mereka juga memiliki prestasi
akademik di berbagai bidang studi. Walaupun demikian, anak pertama ini cenderung untuk
lebih mudah stress karena menanggung beban lebih banyak daripada saudaranya.
Anak kedua cenderung merasa rendah diri atau tidak percaya diri terhadap anak
pertama dan anak lainnya karena kakak mereka lebih diunggulkan. Oleh sebab itu, mereka
sering mencoba untuk unggul di bidang yang berbeda dari yang diunggulkan oleh saudara
mereka. Anak kedua ini cenderung bersifat jujur, feksibel, toleransi, dan cenderung tidak
mementingkan dirinya sendiri.
Anak terkahir cenderung manja dan berperan sebagai pelindung dalam keluarganya.
Anak terakhir ini mempunyai hubungan sosial yang baik di luar rumah dan biasanya populer
tetapi jarang menjadi pemimpin karena kurangnya kemauan memikul tanggung jawab.
Anak tunggal atau satu-satunya cenderung berperilaku seperti anak pertama dan anak
terakhir. Seperti anak pertama, mereka lebih terfokus kepada prestasi akademik. Dan seperti
anak terakhir, mereka sangat mengahargai diri mereka sendiri.

19
2.5. Pencegahan Dan Menjaga Kesehatan Otak
a. Menjaga Otak Tetap Aktif
Para ilmuwan menemukan bahwa menantang otak dengan kegiatan-kegiatan baru
membantu membentuk sel-sel otak yang baru dan memperkuat hubungan antara sel-sel tersebut.
Ini membantu memberi otak lebih banyak cadangan sehingga otak sanggup mengatasi
tantangan secara lebih baik dan tetap bekerja dengan baik jika ada sel-sel otak yang rusak atau
mati. Pilihlah kegiatan yang menantang dan yang senang anda lakukan. Terus menantang diri
sering-sering dan mempelajari hal-hal yang baru sepanjang hidup. Ikut serta dalam pergaulan dan
berinteraksi dengan orang lain membuat sel-sel otak terlatih dan memperkuat hubungan-
hubungan di antara mereka. Pergaulan yang menyangkut kegiatan mental dan kegiatan fisik
memberikan manfaat yang lebih besar lagi bagi kesehatan otak dan mengurangi risiko
menderita demensia.17

20
Gambar 5. Beberapa tindakan agar otak tetap aktif

b. Jaga Tubuh Tetap Bugar dan Sehat


Mengkonsumsi makanan secara sehat dan ikut serta dalam kegiatan fisik secara teratur
dapat menjaga otak tetap sehat. Otak memerlukan berbagai bahan gizi, cairan dan energi agar
dapat bekerja dengan baik. Hindari banyak makan makanan yang mengandung banyak lemak
jenuh (mentega, gorengan, makanan deli yang terproses, kue-kue, roti-rotian dan biskuit).
Pilihlah berbagai makanan yang di antaranya ada sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh
(wholegrains), kacang-kacangan dan produk susu rendah lemak. Makanlah ikan, daging tak
berlemak dan masak dengan minyak monounsaturated atau polyunsaturated (minyak canola,
zaitun, bunga matahari dan minyak kacang).Jika meminum minuman keras, sebaiknya minum
tidak berlebihan, jangan lebih dari dua ukuran standar per hari. 17
Kegiatan fisik secara berkala sangat bermanfaat bagi kesehatan otak. Ini membantu
pasokan aliran darah dan oksigen ke otak. Usahakan melakukan olah raga ringan atau sedang
paling sedikit 30 menit setiap hari. Pilihlah kegiatan yang disukai melakukannya seperti berjalan,
berenang, menari, tai chi atau bergabung dengan klub olah raga.17

21
Gambar 6. Tindakan Menjaga Tubuh Sehat dan Bugar

c. Menjaga Kesehatan Jantung


Penelitian menunjukkan bahwa kolesterol tinggi atau tekanadarah tinggi yang tidak
diobati dengan efektif, dapat merusak saluran-saluran darah di otak dan mempengaruhi cara
kerja otak dan kemampuan berfikir.17
Penting jugs untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkadan mengikuti nasihat
dokter atau ahli kesehatan. Menjaga tekanan darah, kolesterol, gula darah dan berat badan pada
tingkat yang sehat dan ikuti nasihat perawatan mereka. 17
Sudah terbukti bahwa merokok meningkatkan risiko menderita demensia. Untuk menjaga
agar otak tetap sehat, merokok harus dihindari.17

22
Gambar 7. Tindakan Menajaga Jantung Tetap Sehat

2.6. Pencegahan Kerusakan Otak Pada Neonatus


a. Pencegahan Terhdapa Infeksi TORCH 14
Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya
terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agar
oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.
Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi
yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu
dicuci / dibersihkan.
Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,
musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang
kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable
(dibuang setelah dipakai).
Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif,
jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang
masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan
dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung
tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita
imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari
orang dengan seronegatif TORCH.
Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk
membasmi oosista.
Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan
agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.
Mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi
yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh
dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi
tubuh.

23
Memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah
dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika
Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan
hingga benar-benar sembuh.
Melakukan Vaksinasi untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti
vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil
dahulu sampai 2 bulan kemudian.
Memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat
dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH.
Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
Jaga kebersihan tubuh
Hindari kontak dengan penderita penyakit infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut
campak Jerman.

b. Pencegahan Asfiksia Neonatorum


Secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu
hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari.
Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi
saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor
seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain
sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling
terkait.18
Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga
obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak
diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan
harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman
atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat.14 Pada bayi dengan prematuritas,
perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.18
Antisipasi dini perlunya dilakukan resusitasi pada bayi yang dicurigai mengalami
depresi pernapasan untuk mencegah morbiditas dan mortilitas lebih lanjut

24
Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi pada
bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba. Karena
alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga terlatih
dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi baru lahir.
Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan resusitasi yang
lebih kompleks.18
Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi
baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis
dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan
peralatan resusitasi yang diperlukan.18

BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Lobus frontalis merupakan sepertiga bagian dari kortek serebri manusia. Berdasarkan
fungsinya, lobus frontalis dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu area motor, premotor
dan prefrontal.
Korteks prefrontalis berperan penting dalam fungsi otak yang kompleks seperti orientasi
dan perhatian, pembuat keputusan berdasarkan informasi eksteroseptif, interoseptif,
pengalaman masa lalu, merencanakan dan merangkaikan suatu tindakan, emosi dan
kepribadian. Di dalam menjalankan fungsinya ini korteks prefrontal merupakan tempat
terjadinya working memory, dimana otak menyimpan sementara dan memanipulasi
informasi secara aktif dalam membuat perencanaan dan alasan.
Kerusakan pada otak dapat terjadi pada semua usia, termasuk saat prenatal hingga
menjadi anak. Pada janin dan neonatus terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang otak prenatal, seperti toksin/ zat kimia, gizi ibu, infeksi, stress,
radiasi dan hormone.
Asfiksia pada neonatus menyebabkan kerusakan otak. Dimana dipegaruhi oleh faktor
antepartum, intrapartum dan resiko janin.
Kerusakan pada PFC dapat menyebabkan sindroma lobus frontalis dan gangguan mental.

25
Penyebab pasti dari kebanyakan gangguan mental belum diketahui, namun gangguan
pada PFC dapat disebabkan oleh genetik, biologis, psikologis dan lingkungan.
Terapi pada gangguan mental dapat disesuaikan dengan diagnosa neuropsikiatri yang
sudah ditegakkan.
Pencegahan yang dapat dilakukan agar PFC tetap baik adalah dengan menjaga otak agar
tetap aktif, menjaga tubuh tetap bugar dan sehat, menjaga kesehatan jantung. Pencegahan
keruskan otak pada neonatus dapat dilakukan pencegahn dari infeksi TORCH dan
asfiksia neonatorum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kolb, Bryan; Whishaw, Ian G. Fundamentals of Human Neuropsychology 4th Edition.


New York: W. H. Freeman and Company. 1996.
2. Cummings JL, Miller BL . The human Frontal Lobe ; function and disorder 1st ed. New
York : The Guilford Press, 1999.
3. Nieuwenhuys, Rudolf, Voogd, Jan, Huijzen, Christiaan van. The Human Central
Nervous System 4th Edition. Berlin: Springer Berlin Heidelberg, 2008.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 3. Jakarta : EGC, 2010.
5. Siddiqui SV, Chatterjee U, Kumar D, Siddiqui A, Goyal N. Neuropsychology of
prefrontal cortex. Indian J Psychiatry. 2008: 50(3): 202208.
6. Dike CC, Baranoski M, Griffith EE. Pathological lying revisite. The Journal of the
American Academy of Psychiatry and the Law. 2005: 33 (3): 3429. PMID 16186198.
7. Dike, Charles C.Pathological Lying: Symptom or Disease. 2008: 25 (7).
8. Healy, M., & Healy, W. Pathological lying, Accusation And Swindling. Winnetka, Illinois:
Kessinger Publishing. 2004.
9. Yang Y, Raine A, Lencz T, Bihrle S, Lacasse L, Colletti P. Prefrontal white matter in
pathological liars. British Journal of Psychiatry. 2005: 187: 320-325.
10. Yang Y, Raine A, Narr KL, Lencz T, Lacasse L, Colleti P, Toga AW. Localisation of
increased prefrontal white matter in pathological. Br J Psychiatry. 2007 February ; 190:
174175.
11. Karim et al. The Truth about Lying: Inhibition of the Anterior Prefrontal Cortex Improves
Deceptive Behavior. Oxford University Press. 2010.

26
12. Chamidah AN. Materi Kuliah: Neurologi. Yogyakarta. 2013. Diambil dari
http://staff.uny.ac.id, 2016.
13. Gao WJ, et al. The Unique Properties of the Prefrontal Cortex and Mental Illness.
Philadelphia: Department of Neurobiology and Anatomy, Drexel University College of
Medicine.
14. Cunningham, FG et al. Obstetri Williams Ed.23. Jakarta : EGC, 2012.
15. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan, Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka. 2010.
16. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: PT. Erlangga.
17. Alzheimers Australia. Your Brain Matters: A Guide To Healthy Hearts &
Minds.Australia. 2012. Diambil dari yourbrainmatters.org.au, 2017.
18. Suradi R, dkk. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Health
Technology Assessment Indonesia. Jakarta: Depkes RI, 2008.

27

Anda mungkin juga menyukai