Jalan Kemuliaan
Istiqmah
Jalan Kemuliaan
Penulis
Abdullah Gymnastiar
Editor
Rashid Satari
Desainer/Layouter
Agus Anwar
Diterbitkan oleh
SMS Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang No. 30F Bandung
Telp. 022-2002282, Hp. 0821 2002 2002
www.smstauhiid.com
Pengantar Penerbit
3
praktek peribadatan dan konsistensi
atau keistiqamahan.
Istiqomah adalah sikap yang sangat
dicintai oleh Allah Swt. Yaitu ketika sese-
orang konsisten, terus-menerus dalam
melakukan suatu ibadah, amal shaleh
atau kebaikan. Meskipun amal tersebut
kecil atau sederhana saja. Ini jauh lebih
utama dibandingkan suatu amal yang be-
sar namun hanya sesekali saja dilakukan.
Keistiqamahan dalam beramal sha
leh atau beribadah akan mengantarkan
seseorang kepada keuntungan yang
sangat besar. Mulai dari ketenangan dan
kebahagiaan selama menjalani hidup di
dunia, hingga ganjaran surga di akhi-
rat. Semoga buku ini memudahkan kita
membentuk pribadi yang istiqamah di
jalan-Nya.
Pengantar Penerbit 3
Pengertian Istiqmah 8
Keutamaan Istiqmah 13
Tanda-tanda Istiqmah 30
Bagaimana Agar Istiqmah 37
5
Istiqmah
Jalan Kemuliaan
7
Pengertian
Istiqmah
9
terus-menerus untuk mendirikan. Ada
tingkatan yang semakin meninggi dari
qooma ke istaqoma.
Ketika kita menunaikan shalat, ma
ka itu disebut Qooma. Ketika kita mem-
pelajari berbagai literatur dalam rangka
meningkatkan kualitas shalat kita agar
semakin baik sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw, kemudian
kita pun mengajarkan dan mengajak
orang lain untuk menunaikan shalat se-
cara benar, dan semakin baik dalam ber-
perilaku, maka kita termasuk Aqooma.
Kemudian, ketika kita berada di
dalam lingkungan atau suatu kondisi
yang sangat sulit untuk melakukan hal-
hal di atas, akan tetapi kita tetap mau
melaksanakan hal-hal tersebut, maka
kita sudah termasuk ke dalam Istaqama.
Dalam ajaran Islam, melakukan sua-
tu perbuatan baik yang kecil secara ter-
atur dan terus menerus, itu jauh lebih
11
Keutamaan
Istiqmah
D alam situasi apapun, ketenangan
akan selalu hadir di dalam diri
orang yang istiqamah terhadap Allah
Swt. Bahkan di dalam situasi yang bagi
orang lain sangat sulit sekalipun. Hal
ini adalah sebagai buah dari sikap
istiqamahnya dalam keyakinan bah-
wasanya Allah Swt adalah Dzat yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketenangan adalah keadaan diri
yang hanya bisa diberikan oleh Allah
Swt kepada hamba-Nya. Ketenangan
tidak bisa dibeli. Ketenangan tidak pula
bisa dipinta dari manusia. Bahkan, ke-
tenangan juga tidak akan pernah bisa
diperoleh dengan cara direbut atau
dirampok dari orang lain. Ketenangan
itu hanya milik Allah Swt dan hanya Dia
yang kuasa memberikannya kepada
siapa saja di antara hamba-hamba
yang dikehendaki oleh-Nya.
Di dalam Al Quran Allah Swt berfir-
man,
;
V
13
Artinya: Dia-lah yang telah menu-
runkan ketenangan ke dalam hati orang-
orang mukmin supaya keimanan mere-
ka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada). Dan kepu
nyaan Allah-lah tentara langit dan bumi
dan adalah Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Supaya Dia memasuk
kan orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan ke dalam surga yang me
ngalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya dan supaya
Dia menutupi kesalahan-kesalahan
mereka. Dan yang demikian itu adalah
keberuntungan yang besar di sisi Allah.
(QS. Al Fath [48]: 4-5).
Ketenangan akan didapatkan oleh
orang-orang yang senantiasa mendekat-
kan diri kepada Allah Swt dan beristi
qamah di dalam keimanan terhadap-
Nya. Ketenangan seperti ini bisa kita
dapati di dalam diri para utusan Allah
15
cita. Mereka itulah penghuni-penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya; seba-
gai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Al Ahqf [46]: 13-14).
Orang-orang yang istiqamah tidak
akan berduka lara menyikapi kehidu-
pan dunia yang seringkali berjalan
tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan,
juga tidak jarang yang terjadi adalah
hal-hal yang mengundang kesedihan.
Orang-orang yang beristiqamah akan
bisa menjalani semua dengan kebesa-
ran jiwa dan hati yang lapang. Karena
mereka yakin bahwa Allah Swt yang
menghendaki segalanya dan mereka
pun yakin bahwa hanya dengan tetap
kokoh berpegang kepada Allah, mereka
akan mampu bahagia hidup di dunia
sebelum meraih kebahagiaan di akhirat.
Suatu ketika Rasulullah Saw pernah
ditanya oleh salah seorang sahabatnya
yaitu Abu Amr Sufyan bin `Abdullah Ats
17
Keuntungan orang yang bersikap
istiqamah terhadap Allah Swt ada-
lah hati dan jiwanya akan diliputi ke-
tenangan. Mengapa terjadi demikian?
Karena Allah Swt menyukai perbuatan
baik yang dilakukan secara konsisten,
terus-menerus, kontinu, meskipun amal
kebaikan itu hanya kecil atau sedikit saja.
Rasulullah Saw bersabda, Beramal-
lah dengan benar dan sungguh-sungguh,
ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang
dari kalian tidak akan masuk surga ka-
rena amalannya. Mereka bertanya, Dan
apakah engkau juga wahai Rasulullah?
Beliau menjawab, (Ya) Demikian juga
aku, kecuali Allah memberikanku rahmat-
Nya. Dan ketahuilah bahwa amalan yang
paling dicintai oleh Allah adalah ama-
lan yang kontinu (berkesinambungan)
walaupun itu sedikit. (HR. Muslim)
Mengapa amal kebaikan yang sedikit
tapi dilakukan secara terus-menerus atau
19
berdzikir sejak di dalam masjid hingga
saat keluar masjid.
Demikian juga dengan orang yang
membiasakan diri senantiasa berdoa
setiap kali bangun tidur. Mungkin di
sepanjang hari ia tidak bisa melakukan
amal-amal yang besar-besar, atau tidak
bisa selalu bersedekah, namun ia disu-
kai oleh Allah Swt karena ia istiqamah
dalam melakukan dzikir setiap kali ia
bangun dari tidurnya.
Oleh karena itulah mengapa orang
yang beristiqamah senantiasa merasa
tenang karena hatinya erat terus de
ngan Allah Swt. Sikap istiqamah adalah
hal yang wajib dilakukan oleh manusia
terhadap Allah Swt. Bagaimana mung-
kin pengabdian terhadap-Nya dilaku-
kan secara sekali-sekali saja.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah
Swt berfirman, Dan tiadalah hamba-
Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang
25
takut pada akhirat yang akan kalian
hadapi dan janganlah bersedih dengan
dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak,
keluarga, harta dan tanggungan utang.
Karena para malaikat nanti yang akan
mengurusnya. Begitu pula mereka di-
beri kabar gembira berupa surga yang
dijanjikan. Orang yang beristiqamah
akan mendapat berbagai macam ke
baikan dan terlepas dari berbagai macam
kejelekan.
Seorang pedagang yang istiqomah
akan selalu berlaku jujur, baik itu dalam
timbangannya ataupun juga dalam hal
informasi kualitas barang yang dida-
gangkannya. Dengan cara berdagang
yang demikian, ia yakin akan mendapat-
kan keuntungan yang terus-menerus
mengalir walaupun secara nominal
mungkin tidak banyak keuntungan
yang ia peroleh. Ia merasa tenang dan
bahagia karena justru dengan keju-
27
amanah setiap tugas yang diberikan
kepadanya. Ia tidak akan melakukan
kecurangan, manipulasi, atau korupsi.
Seseorang yang beristiqamah terhadap
Allah Swt, tidak akan pernah kendur se-
mangatnya untuk tetap bekerja secara
lurus di dalam jalur kebenaran dan ke
taatan terhadap-Nya.
Keistiqamahan akan membuat sese-
orang mempraktekkan nilai-nilai ibadah
di dalam setiap aktivitas dan rutinitasnya.
Sekalipun ia berada di dalam lingkungan
yang penuh dengan tipu muslihat dan
jebakan maksiat, ia tidak akan terjebak.
Ia akan selalu bisa mawas diri untuk tidak
sedikit pun mendekati apa yang syubhat
apalagi yang diharamkan oleh Allah Swt
terhadap dirinya.
29
baikan mengantarkan kepada surga.
Sesungguhnya jika seseorang berlaku
jujur dan memilih kejujuran,maka dia
akan ditulis di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Jauhilah kebohongan ka-
rena kebohongan mengantarkan
kepada kejahatan dan kejahatan
mengantarkan kepada neraka. (HR.
Bukhari Muslim).
2. Menjaga hati untuk menjauhi bu-
ruk sangka. Karena Allah Swt berfir-
man,
31
Jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman,
dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang
dzalim. (QS. Al Hujurat [49]: 11).
Ayat di atas diperkuat dengan ha-
dits Rasulullah Saw. Beliau bersabda,
Tidak akan masuk surga orang yang
di dalam hatinya ada sifat sombong
walaupun sebesar biji sawi. (HR.
Muslim).
4. Memelihara shalat lima waktu dan
menginfaqkan harta di jalan Allah.
Allah Swt berfirman,
35
Bagaimana Agar
Istiqmah
S audaraku, diawal tadi telah kita kaji
bersama tentang pengertian, keu-
tamaan, dan tanda-tanda orang yang
istiqamah, lantas bagaimana caranya
agar kita bisa menjadi hamba yang bisa
beristiqamah di jalan-Nya.
1. Menjiwai Syahadat
Orang yang beristiqamah di dalam
keimanan terhadap Allah Swt, awalnya
adalah mampu menjiwai syahadat
yang diucapkan dan diikrarkannya.
Asyhadu anlaa ilaaha illallaah wa
37
selain Allah Swt. Tidak ada yang bisa
memuliakan selain Allah Swt. Tidak ada
yang bisa memberi rezeki selain Allah
Swt. Makhluk dan dunia ini tidak lagi
jadi sandaran hidupnya ketika Allah
Swt telah hadir sepenuhnya di dalam
hatinya. Harta kekayaan sekedar fasili-
tas semata. Kedudukan, pangkat dan
jabatan sekedar aksesori saja.
Apabila seseorang beramal di du-
nia karena landasan selain Allah Swt,
pasti berhenti amalnya itu. Misalnya,
ketika kita berderma dengan harapan
mendapat sanjungan dan pujian orang
lain. Maka ketika tidak ada orang yang
melihat, memuji atau menyanjungnya,
ia pun menghentikan amalnya itu. Ia
akan mencari-cari amal perbuatan lain
yang bisa dilihat oleh orang lain.
Kalau beramal karena ingin dapat
jodoh, setelah dapat jodoh maka akan
berhenti amalnya. Ketika beramal ka-
39
penceramah itu telah tiada, ia pun akan
berhenti pula mendengarkan nase-
hat. Meskipun masih begitu banyak
penceramah lain yang bisa memberi-
kan nasehat kepadanya.
Akan beda pengaruhnya manakala
seseorang mencari nasehat dan ilmu
karena mendambakan ridha Allah Swt.
Meskipun nasehat atau ilmu itu datang
dari berbagai orang, penceramah atau-
pun bukan, ia akan terus bersemangat
menerima dan mengamalkannya.
Demikianlah pula ketika seseorang
beristiqamah menjadikan Allah Swt se-
bagai satu-satunya Dzat yang dijadikan
sebagai sandaran dan tumpuan. Nama
Allah Swt akan mendominasi hati dan
pikirannya, mewarnai setiap perilaku
sehari-harinya.
Untuk menjadi orang yang beris-
tiqamah dalam beribadah kepada Allah
Swt, hal penting lainnya yang harus kita
41
pandang dan dinilai manusia, kita akan
merasa berat melakukannya dan dija-
min kita tidak akan melakukannya jika
tidak sedang dipandang atau dinilai oleh
manusia. Kita terbelenggu oleh kepura-
puraan, kepalsuan, dan itulah yang akan
menjadi beban terhadap kita.
2. Membaca dan Menghayati Isi
Al Quran
Al Quran diturunkan oleh Allah Swt
untuk menjadi pegangan bagi seluruh
umat manusia dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang mereka ha-
dapi. Bahkan Al Quran adalah kitab suci
yang menjawab berbagai macam per-
soalan manusia baik yang kecil maupun
yang besar. Baik yang terjadi di masa
lalu maupun di masa kini dan masa
yang akan datang. Hal ini dikarenakan
Al Quran adalah kitab yang senantiasa
sesuai dengan perubahan tempat dan
perkembangan zaman.
43
45
Akan tetapi pada perkembangannya,
yang kuat bertahan hanyalah tinggal dua
belas orang saja. Keduapuluh tiga orang
yang mendaftar ini tentu memiliki otak
yang sama, akan tetapi mereka memiliki
potensi daya hafal yang berbeda. Ada
yang hanya beberapa kali membacanya
bisa ingat atau hafal dengan mudah. Na-
mun, ada juga yang sudah dibolak-balik
berkali-kali malah semakin semrawut
ayat-ayat yang ada di dalam ingatannya.
Ada orang yang memang luar
biasa dalam daya hafalnya. Ada juga
orang yang diberikan kelebihan daya
tahan tubuhnya untuk giat menunai-
kan shaum Daud. Ada lagi orang yang
mantap dalam kedisiplinan untuk ban-
gun malam menunaikan Tahajud tanpa
menganggu kualitas kerja di siang hari.
Ada yang bagus dalam bersedekahnya.
Saat berjumpa dengan berbagai
macam orang dengan beragam po-
47
dan istiqamahlah dalam melakukan-
nya. Apabila kita yakin bahwa diri kita
punya potensi untuk bisa disiplin Ta-
hajud tanpa mengurangi kualitas kerja
di siang hari, maka lakukanlah secara
bertahap dan teratur.
Bila kita belum punya potensi
untuk disiplin Tahajud, maka latihlah
diri secara bertahap namun konsisten.
Misalnya dengan mengatur alarm jam
pada pukul empat dini hari, kemudian
tunaikan Tahajud dua rakaat ditambah
Witir. Pada kesempatan selanjutnya,
barulah semakin ditambah lagi, pasang
alarm pada pukul tiga, rakaat Tahajud
ditambah lagi. Terus seperti itu hingga
kita semakin terbiasa, hingga diri kita
bisa semakin beradaptasi dan semakin
konsisten menunaikannya. Dengan
begitu kita akhirnya bisa benar-benar
istiqamah dalam menunaikannya.
49
belum terbiasa, maka akan berat terasa.
Alasannya bisa macam-macam, bisa
karena aktifitas siang hari yang padat
dan melelahkan, atau alasan lainnya. Ia
lupa bahwa ia pernah melakukan shaum
selama satu bulan penuh ketika bulan
Ramadhan. Jadi sebenarnya bukan bisa
atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau.
Ada tekad atau tidak ada tekad.
Membiasakan shaum Senin-Kamis
akan semakin sulit dan berat manakala
seseorang tidak memiliki keikhlasan ka-
rena Allah Swt untuk melaksanakannya.
Andaipun ia paksakan melakukannya
karena ingin mendapat penilaian orang
lain, maka akan berat terasa kala ia mela
kukannya. Lain halnya dengan orang
yang menunaikan shaum Senin-Kamis
ini karena ia yakin bahwa Allah Swt suka
terhadap orang yang menunaikannya. Ia
yakin bahwa shaum Senin Kamis akan
membuatnya semakin dekat dengan
51
agar kualitasnya selalu bagus, intensitas
masih terbatas namun terus-menerus.
Kemalasan adalah faktor peng
halang atau tantangan atas niat kita
membiasakan diri untuk konsisten
atau istiqamah dalam menunaikan
ibadah-ibadah sunnah atau kebaikan-
kebaikan lainnya. Kemalasan ini bia
sanya dipicu karena ketidakseriusan
kita dalam merencanakan diri untuk
menunaikan suatu ibadah sunnah
yang belum biasa kita lakukan.
Misalnya, ketika pertama kali kita
ingin mencoba shalat Tahajud, kita me-
nyetel alarm pada pukul satu tengah
malam. Tentu saja ketika alarm ini ber-
bunyi, kemungkinan besar kita akan
segera mematikan alarm itu dengan
penuh kesal. Hal ini terjadi karena kita
belum siap dan terlalu ekstrim memulai
hal yang baru. Semestinya kita mulai
secara bertahap, sehingga bisa memi-
53
nantiasa hadir di dalam hati kita, dan kita
pun terhindar dari perbuatan-perbuat
an yang sia-sia, apalagi kemaksiatan.
Bila doa sudah terbiasa, tingkatkan-
lah pada kebiasaan baik yang lebih berat.
Misalnya menjaga wudlu. Ini bukanlah
hal yang sederhana. Wudlu disyariatkan
apabila kita hendak mendirikan shalat.
Tapi sesungguhnya keutamaan wudlu
tidaklah hanya itu.
Dalam salah satu hadits yang di
riwayatkan dari Abu Hurairah dijelaskan,
Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,
Sesungguhnya pada hari kiamat nanti
umatku akan dipanggil dalam keadaan
putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan
barangsiapa yang mampu untuk mem-
perlebar putihnya maka kerjakanlah hal
itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kita mau jujur pada diri sendiri,
betapa kita sulit sekali untuk membia-
sakan berwudlu di luar waktu shalat.
55
segar dan sumringah. Dahsyatnya lagi,
air wudlu ini akan membuat pelakunya
memiliki wajah putih bersih di akhirat
nanti.
Tentang wudlu ini, masih ada satu
keterangan dari Abu Hurairah. Abu
Hurairah menceritakan bahwa suatu ke-
tika Rasulullah Saw menziarahi kuburan.
Kemudian beliau berdoa, Semoga ke
selamatan tetap dilimpahkan kepadamu,
hai kaum muminin. Dan kami insya Allah
akan menyusul kalian. Aku senang apa-
bila aku dapat bertemu dengan kalian,
saudara-saudaraku.
Mendengar ucapan Rasulullah Saw
itu para sahabat bertanya, Wahai Rasu-
lullah, bukankah kami saudara-saudara-
mu? Lalu beliau pun menjawab, Kalian
adalah sahabat-sahabatku. Sedangkan
saudara-saudaraku adalah orang-orang
yang belum datang dan akan datang
setelahku.
57
Beberapa hikmah tersebut dianta-
ranya adalah kita akan merasa selalu
dekat dengan Allah Swt. Dalam ke
adaan memiliki wudlu, kita juga akan
termotivasi untuk senantiasa menjaga
diri dari dorongan hawa nafsu untuk
berbuat maksiat. Selain itu juga me
latih diri untuk senantiasa fokus pada
keadaan atau kesucian diri. Sikap
menjaga wudlu juga akan membuat
kita mawas diri dalam mengkonsumsi
minuman dan makanan, sehingga ke
sehatan akan lebih terjaga.
Adapun manfaat untuk kesehatan,
aktifitas wudlu membantu tubuh kita
untuk senantiasa bersih dari debu,
mikroba dan virus yang bisa menim-
bulkan penyakit pada tubuh kita. Saat
berkumur misalnya, air wudlu akan
membersihkan sisa-sisa makanan yang
mungkin tertinggal atau tersangkut
pada gigi-gigi kita, sedangkan jika sisa-
59
ngun niscaya malaikat itu akan berucap,
Ya Allah ampunilah hambamu si fulan
ini, karena ia tidur di malam hari dalam
keadaan selalu suci. (HR Ibnu Hibban).
Demikianlah hikmah dari sikap
menjaga wudlu. Selain bernilai ibadah,
wudlu juga memiliki manfaat keseha-
tan. Maka, biasakanlah melakukannya.
Amal kebaikan kecil yang dilakukan
secara terus-menerus itu sangat disukai
oleh Allah Swt. Pelajarilah amal-amal
ibadah dan kebaikan yang kecil-kecil,
pelajari dalil-dalilnya, hayati dan amal-
kan secara istiqamah.
4. Baca dan teladani kisah orang-
orang shaleh
Hal lain yang bisa melatih kita menjadi
orang yang istiqamah adalah banyak
membaca kisah orang-orang shaleh. Ka-
rena orang-orang shaleh adalah inspirasi
untuk kita. Bacalah kisah para sahabat,
61
benderang jelas. Tidak ada keraguan.
Demi Allah, saya tidak akan pernah me
nukar akhirat dengan dunia yang fana
ini.Ketika para pengawal itu mengingat-
kannya pada ancaman kematian yang
sebentar lagi datang, Sayyid Qutb hanya
menjawab, Selamat datang kematian.
Wajahnya tetap tenang dan tegar, tanpa
beban.
Begitulah orang yang sudah kokoh
berpegang teguh kepada kebenaran
Allah Swt. Ia akan senantiasa tenang
menghadapi kenyataan hidup seperti
apapun, seberat apapun. Sebaliknya,
orang yang menggantungkan hidup
nya pada urusan-urusan duniawi, ia akan
terus-menerus dihimpit oleh kegelisahan
di dalam hatinya. Sedangkan orang yang
memiliki kekayaan namun dihantui ke
gelisahan, maka segala yang dia miliki itu
menjadi tiada berarti. Ketika makan enak,
tapi hati gelisah, maka tersedak. Punya
63
diri dalam beribadah dengan ketiga hal
ini, maka kita bagaikan berada di dalam
benteng yang sangat kokoh sehingga
terjaga dari berbagai serangan dan tipu
daya syaitan. Serta selamat dari jebakan-
jebakan kemaksiatan yang akan menje-
rumuskan kita dalam jurang dosa.
Coba kita bedakan suasana yang
terasa saat kita memasuki masjid de
ngan suasana ketika kita memasuki
mall. Sangat jauh berbeda. Rasakan
juga suasana ketika kita membaca ayat
demi ayat di dalam Al Quran. Apalagi
jika kita hayati juga maknanya. Betapa
hati menjadi tentram. Bahkan, jangan-
kan membacanya, dengan mende
ngarkan lantunannya saja kita menjadi
tenang. Kemudian, rasakan juga dam
pak positif saat kita berdzikir.
Allah Swt berfirman,
64
,Jalan
Istiqmah
Kemuliaan
Artinya: (yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi ten-
teram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah hati men-
jadi tenteram. (QS. Ar Radu [13]: 28).
Banyak-banyaklah bergaul dengan
mereka yang selalu rindu kepada mas-
jid. Banyaklah bergaul dengan mereka
yang senantiasa menjadikan tadarus
Al Quran sebagai bagian dari kesehari-
annya, dan mereka yang gemar sekali
menjaga hafalan Al Qurannya. Juga
yang tak kalah penting adalah banyak
bergaul dengan mereka yang senan-
tiasa membasahi lisannya dengan dzikir
terhadap Allah Swt.
Bergaul dengan mereka akan mem-
berikan efek positif secara langsung
kepada kita. Karena bukankah seba-
gaimana hadits Rasulullah Saw, bah-
65
wasanya bergaul dengan pandai besi
maka minimal akan terkena baunya.
Demikian juga apabila bergaul dengan
tukang minyak wangi, maka mini-
malnya kita akan dapatkan wanginya.
Rasulullah Saw bersabda, Perumpa
maan teman yang shalih dengan yang bu-
ruk itu seperti penjual minyak wangi dan
tukang pandai besi. Berteman dengan
penjual minyak wangi akan membuatmu
harum karena kamu bisa membeli minyak
wangi darinya atau sekurang-kurangnya
mencium wanginya. Sementara berteman
dengan pandai besi akan membakar
badan dan bajumu atau kamu hanya
akan mendapatkan bau tidak sedap.
(HR. Bukhari & Muslim).
Demikianlah bahwa amal kebiasaan
itu bisa menular. Bila kita banyak bergaul
dengan orang yang terbiasa melakukan
kemaksiatan dan dosa, maka perbuatan
dan tabiatnya itu bisa menular dengan
67
5. Taubat
Allah Swt berfirman di dalam Al Quran,
69
71
#$ % ) / # F# M
g M_
g /
'/
73