Anda di halaman 1dari 76

Istiqmah

Jalan Kemuliaan
Istiqmah
Jalan Kemuliaan

Cetakan I, Maret 2012


Cetakan II, Mei 2012

Penulis
Abdullah Gymnastiar
Editor
Rashid Satari
Desainer/Layouter
Agus Anwar

Diterbitkan oleh
SMS Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang No. 30F Bandung
Telp. 022-2002282, Hp. 0821 2002 2002
www.smstauhiid.com
Pengantar Penerbit

S egala puji hanya milik Allah Swt.


Dzat Maha Agung yang telah men-
ciptakan jagat raya ini secara sempurna.
Dzat Yang Maha Memberi petunjuk
kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah ke-
pada Muhammad Saw, insan mulia
yang dengan pengorbanannya, beliau
mengantarkan kita kepada jalan yang
lurus: Islam.
Dua kalimat syahadat yang diucap-
kan seseorang untuk menyatakan diri
sebagai seorang muslim, adalah per-
mulaan. Iman tidak selesai sampai di
ikrar tersebut. Iman perlu direalisasikan
dalam bentuk keyakinan di dalam hati,

3
praktek peribadatan dan konsistensi
atau keistiqamahan.
Istiqomah adalah sikap yang sangat
dicintai oleh Allah Swt. Yaitu ketika sese-
orang konsisten, terus-menerus dalam
melakukan suatu ibadah, amal shaleh
atau kebaikan. Meskipun amal tersebut
kecil atau sederhana saja. Ini jauh lebih
utama dibandingkan suatu amal yang be-
sar namun hanya sesekali saja dilakukan.
Keistiqamahan dalam beramal sha
leh atau beribadah akan mengantarkan
seseorang kepada keuntungan yang
sangat besar. Mulai dari ketenangan dan
kebahagiaan selama menjalani hidup di
dunia, hingga ganjaran surga di akhi-
rat. Semoga buku ini memudahkan kita
membentuk pribadi yang istiqamah di
jalan-Nya.

Bandung, Mei 2012


Penerbit

4 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Daftar Isi

Pengantar Penerbit 3
Pengertian Istiqmah 8
Keutamaan Istiqmah 13
Tanda-tanda Istiqmah 30
Bagaimana Agar Istiqmah 37

5
Istiqmah
Jalan Kemuliaan

S audaraku, kajian kita pada kesem-


patan ini adalah bagaimana kita
bersama-sama berikhtiar untuk meraih
kemuliaan di sisi Allah Swt dengan ja-
lan bersikap istiqamah.
Air jatuh menetes menimpa bong-
kahan batu yang besar dan keras. Air
itu memang hanya menetes kecil-
kecil. Akan tetapi ia menetes secara
istiqamah, terus-menerus tak jemu-je-
mu. Hingga akhirnya, bongkahan batu
yang besar dan keras itu berlubang
atau menjadi cekung karena tetesan
air tersebut.

6 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Apa yang terjadi pada air dan batu
di atas adalah sebuah sunnatullah. Yai-
tu bahwa istiqamah adalah kekuatan.
Istiqamah itu mengundang karomah
dan mengantarkan kita kepada ke-
muliaan.
Para kekasih Allah Swt memiliki
dua ciri khas. Ciri khas pertama ada-
lah iman, dan ciri khas kedua adalah
istiqamah. Orang yang istiqamah akan
mendapatkan keutamaan-keutamaan.

7
Pengertian
Istiqmah

S ecara bahasa, kata istiqamah me


rupakan bentuk masdar (baca: in-
finitif) dari kata istaqama yastaqimu
istiqaman. Kata ini memiliki arti men-
jadi tegak dan lurus. Dari makna kata ini
kita bisa menyimpulkan bahwa orang
yang istiqamah adalah seseorang yang
senantiasa `lurus` dalam menjalani ke
hidupannya dan tidak mudah berpa
ling dari petunjuk dan hal-hal yang
diridhai oleh Allah Swt.
Salah seorang sahabat Rasulullah
Saw yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq RA,

8 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


pernah ditanya tentang makna is-
tiqamah. Kemudian beliau memberi
jawaban, Istiqamah adalah bahwa
engkau tidak mempersekutukan Allah
terhadap sesuatu apapun.
Ibnu Qayim Al Jauzi menjelaskan
bahwa penjelasan sahabat Abu Ba-
kar Ash Shiddiq ini menggambarkan
istiqamah dalam Tauhidullah atau pe
ngesaan terhadap Allah Swt. Karena se-
seorang yang istiqamah dalam pijakan
tauhid, ia akan bisa istiqamah dalam se-
gala hal, di atas jalan yang dikehendaki-
Nya. Ia pun akan beristiqamah dalam se-
gala aktivitas dan dalam setiap keadaan.
Apabila kita tafakuri lebih dalam
makna istiqamah ini, maka kita akan
temukan bahwa kata Istiqomah adalah
masdar dari istaqoma, yang merupakan
kata bentukan dari Qooma. Qooma arti
nya berdiri, Aqooma berarti mendiri-
kan, sedangkan Istaqoma berarti upaya

9
terus-menerus untuk mendirikan. Ada
tingkatan yang semakin meninggi dari
qooma ke istaqoma.
Ketika kita menunaikan shalat, ma
ka itu disebut Qooma. Ketika kita mem-
pelajari berbagai literatur dalam rangka
meningkatkan kualitas shalat kita agar
semakin baik sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah Saw, kemudian
kita pun mengajarkan dan mengajak
orang lain untuk menunaikan shalat se-
cara benar, dan semakin baik dalam ber-
perilaku, maka kita termasuk Aqooma.
Kemudian, ketika kita berada di
dalam lingkungan atau suatu kondisi
yang sangat sulit untuk melakukan hal-
hal di atas, akan tetapi kita tetap mau
melaksanakan hal-hal tersebut, maka
kita sudah termasuk ke dalam Istaqama.
Dalam ajaran Islam, melakukan sua-
tu perbuatan baik yang kecil secara ter-
atur dan terus menerus, itu jauh lebih

10 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


bernilai daripada melakukan yang be-
sar tapi jarang dan tidak teratur. Inilah
makna dari Istiqamah. Yaitu ketika se-
seorang menjadikan perbuatan baik,
ibadah atau amal shalehnya sebagai
bagian penting dari kehidupannya se-
hingga ia disiplin melakukannya, meski
di dalam situasi yang sulit sekalipun.
Seseorang disebut beristiqamah
dalam menunaikan shalat ketika ia
disiplin dalam menunaikan shalat, ia
meningkatkan kualitas shalatnya, men-
gajak orang lain untuk shalat, semakin
baik perangai dan perilakunya, semakin
baik kerjanya, dan tetap melakukan se-
mua itu di dalam situasi seperti apapun.
Umar bin Khatab RA pernah me
nerangkan bahwa Istiqamah adalah
sikap yang senantiasa lurus (konsisten)
dalam melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan Allah, serta tidak me
nyimpang dari jalan-Nya.

11
Keutamaan
Istiqmah
D alam situasi apapun, ketenangan
akan selalu hadir di dalam diri
orang yang istiqamah terhadap Allah
Swt. Bahkan di dalam situasi yang bagi
orang lain sangat sulit sekalipun. Hal
ini adalah sebagai buah dari sikap
istiqamahnya dalam keyakinan bah-
wasanya Allah Swt adalah Dzat yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ketenangan adalah keadaan diri
yang hanya bisa diberikan oleh Allah
Swt kepada hamba-Nya. Ketenangan
tidak bisa dibeli. Ketenangan tidak pula
bisa dipinta dari manusia. Bahkan, ke-
tenangan juga tidak akan pernah bisa
diperoleh dengan cara direbut atau
dirampok dari orang lain. Ketenangan
itu hanya milik Allah Swt dan hanya Dia
yang kuasa memberikannya kepada
siapa saja di antara hamba-hamba
yang dikehendaki oleh-Nya.
Di dalam Al Quran Allah Swt berfir-
man,

       

  3 


   Y
    

      4   


 

      j  V  

 

     ;

 

     4 h  e  

 V    

13
Artinya: Dia-lah yang telah menu-
runkan ketenangan ke dalam hati orang-
orang mukmin supaya keimanan mere-
ka bertambah di samping keimanan
mereka (yang telah ada). Dan kepu
nyaan Allah-lah tentara langit dan bumi
dan adalah Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Supaya Dia memasuk
kan orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan ke dalam surga yang me
ngalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya dan supaya
Dia menutupi kesalahan-kesalahan
mereka. Dan yang demikian itu adalah
keberuntungan yang besar di sisi Allah.
(QS. Al Fath [48]: 4-5).
Ketenangan akan didapatkan oleh
orang-orang yang senantiasa mendekat-
kan diri kepada Allah Swt dan beristi
qamah di dalam keimanan terhadap-
Nya. Ketenangan seperti ini bisa kita
dapati di dalam diri para utusan Allah

14 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Swt, para sahabat Nabi Saw serta para
ulama yang benar-benar jernih hatinya.
Ketenangan mereka ini bisa dirasakan
oleh kita. Mereka adalah para kekasih
Allah. Hamba-hamba-Nya yang tidak
memiliki rasa takut, resah dan gelisah
terhadap urusan-urusan dunia.
Di dalam ayat yang lain Allah Swt
berfirman,

         

  
    


       

   


 
Artinya: Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan, Tuhan Kami ialah
Allah, kemudian mereka tetap istiqamah,
maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka

15
cita. Mereka itulah penghuni-penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya; seba-
gai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Al Ahqf [46]: 13-14).
Orang-orang yang istiqamah tidak
akan berduka lara menyikapi kehidu-
pan dunia yang seringkali berjalan
tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan,
juga tidak jarang yang terjadi adalah
hal-hal yang mengundang kesedihan.
Orang-orang yang beristiqamah akan
bisa menjalani semua dengan kebesa-
ran jiwa dan hati yang lapang. Karena
mereka yakin bahwa Allah Swt yang
menghendaki segalanya dan mereka
pun yakin bahwa hanya dengan tetap
kokoh berpegang kepada Allah, mereka
akan mampu bahagia hidup di dunia
sebelum meraih kebahagiaan di akhirat.
Suatu ketika Rasulullah Saw pernah
ditanya oleh salah seorang sahabatnya
yaitu Abu Amr Sufyan bin `Abdullah Ats

16 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Tsaqafi RA, Wahai Rasulullah, ajarkan ke-
padaku tentang agama Islam dengan satu
ucapan sederhana yang bisa mencakup
keseluruhan sehingga aku tidak perlu
bertanya lagi kepada engkau sesudah
ini. Kemudian, Rasulullah Saw menjawab,
Katakanlah, Aku beriman kepada Allah,
lalu beristiqamahlah. (HR. Muslim).
Keimanan dan keistiqamahan ada-
lah dua kata kunci penting. Ketika sese-
orang telah menyatakan dirinya beriman
kepada Allah Swt, yakin kepada-Nya,
kemudian ia beristiqamah di dalam
keimanan, pendiriannya, amal shalehnya,
keikhlasannya, maka ia akan dapatkan
kebahagiaan yang ia cari. Istiqamahlah
dalam keikhlasan beribadah. Dunia dan
seisinya ini tidaklah berarti apa-apa. Ke-
tika seseorang telah mendapatkan dua
kata kunci tadi di dalam dirinya, maka ia
bisa mencapai derajat kekasih Allah Swt.

17
Keuntungan orang yang bersikap
istiqamah terhadap Allah Swt ada-
lah hati dan jiwanya akan diliputi ke-
tenangan. Mengapa terjadi demikian?
Karena Allah Swt menyukai perbuatan
baik yang dilakukan secara konsisten,
terus-menerus, kontinu, meskipun amal
kebaikan itu hanya kecil atau sedikit saja.
Rasulullah Saw bersabda, Beramal-
lah dengan benar dan sungguh-sungguh,
ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang
dari kalian tidak akan masuk surga ka-
rena amalannya. Mereka bertanya, Dan
apakah engkau juga wahai Rasulullah?
Beliau menjawab, (Ya) Demikian juga
aku, kecuali Allah memberikanku rahmat-
Nya. Dan ketahuilah bahwa amalan yang
paling dicintai oleh Allah adalah ama-
lan yang kontinu (berkesinambungan)
walaupun itu sedikit. (HR. Muslim)
Mengapa amal kebaikan yang sedikit
tapi dilakukan secara terus-menerus atau

18 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


berkesinambungan itu lebih disukai? Ka-
rena ketika satu amal kebaikan dilakukan
secara kontinu, maka itu artinya si pelaku
itu berdzikir secara berkesinambungan
pula. Itu artinya ia pun melakukan upaya
pendekatan kepada Allah Swt secara
terus-menerus pula.
Contohnya adalah ada seseorang
yang senantiasa membiasakan dirinya
membaca sepuluh ayat Al Quran setiap
kali ia selesai menunaikan shalat. Meski-
pun ayat-ayat Al Quran yang ia baca itu
tidaklah banyak, akan tetapi bisa men-
jadi indikasi betapa kuat usahanya un-
tuk tetap konsisten dalam mengingat
Allah Swt.
Setiap orang yang keluar dari mas-
jid kemudian ia bersedekah meskipun
dengan jumlah yang relatif kecil, jika
ia menjadikan amalannya itu sebagai
hal yang rutin, maka itu lebih baik. Ka-
rena dengan begitu ia terus-menerus

19
berdzikir sejak di dalam masjid hingga
saat keluar masjid.
Demikian juga dengan orang yang
membiasakan diri senantiasa berdoa
setiap kali bangun tidur. Mungkin di
sepanjang hari ia tidak bisa melakukan
amal-amal yang besar-besar, atau tidak
bisa selalu bersedekah, namun ia disu-
kai oleh Allah Swt karena ia istiqamah
dalam melakukan dzikir setiap kali ia
bangun dari tidurnya.
Oleh karena itulah mengapa orang
yang beristiqamah senantiasa merasa
tenang karena hatinya erat terus de
ngan Allah Swt. Sikap istiqamah adalah
hal yang wajib dilakukan oleh manusia
terhadap Allah Swt. Bagaimana mung-
kin pengabdian terhadap-Nya dilaku-
kan secara sekali-sekali saja.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah
Swt berfirman, Dan tiadalah hamba-
Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang

20 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


lebih Aku cintai selain apa yang Aku wajib-
kan atasnya, dan hamba-Ku senantiasa
mendekati-Ku dengan amalan-amalan
sunnah hingga Aku mencintainya, dan
jika Aku mencintainya, maka Akulah
pendengaran yang selalu ia pakai untuk
mendengar, penglihatan yang selalu ia
gunakan untuk melihat, tangan yang
ia gunakan untuk menggerakan segala
sesuatu, kaki yang dia pakai berjalan,
dan apabila ia memohon kepada-Ku,
Aku berikan. Dan apabila ia memohon
perlindungan kepada-Ku, maka Aku
melindunginya (HR. Bukhari).
Jadi berkahnya orang yang beris-
tiqamah itu adalah dicintai oleh A llah
Swt. Ia juga dijaga oleh malaikat. Ketika
pada suatu waktu seseorang tidak bisa
melakukan amal kebaikan yang sudah
biasa ia lakukan secara konsisten, maka
sesungguhnya ia tetap mendapatkan
pahala dari amal kebaikan yang biasa
ia lakukan itu.
21
Misalnya adalah ketika seseorang
membiasakan diri untuk selalu shalat
Subuh secara berjamaah di masjid. Pada
suatu ketika ia jatuh sakit sehingga ia
tidak bisa melakukan shalat Subuh ber-
jamaah di masjid sebagaimana biasanya
yang selalu ia lakukan. Maka, sebenar
nya ia tetap mendapatkan pahala. Con-
toh lain, seseorang terbiasa menunaikan
shalat Tahajud setiap malam. Pada satu
ketika, ternyata ia tertidur sangat pulas
disebabkan kelelahan setelah bekerja.
Maka, ia tetap mendapatkan pahalanya.
Salah satu kebaikan dari sikap is-
tiqamah adalah membuat pelakunya
senantiasa ingat pada amal kebaikan
yang selalu dilakukannya itu. Meskipun
di dalam benaknya berjejalan juga inga
tan-ingatan terhadap urusan lainnya.
Akan tetapi amal kebaikan tersebut
selalu ada dalam ingatannya, terselip
di antara berbagai urusan lainnya.

22 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Contohnya adalah orang yang selalu
membiasakan diri menunaikan shalat Ta-
hajud. Pola yang ada di dalam benaknya
adalah: Tahajud, jaket, sepatu, peci, cu-
cian, Tahajud, buku, sandal, kacamata,
saputangan, Tahajud, utang, belanjaan,
kunci rumah, Tahajud. Coba perhatikan
pola tersebut, manakah hal yang lebih
banyak ada di dalam ingatan?
Demikianlah apabila seseorang
beristiqamah dalam menunaikan suatu
amalan ibadah tertentu. Persis seperti
kala kita sering melewati suatu jalan atau
gang, kita akan menelusurinya dengan
sangat mudah tanpa harus fokus meng-
ingat-ingat rutenya. Meskipun di jalan
atau gang itu terdapat banyak peruba-
han ornamen atau aksesori.
Allah Swt berfirman,

qJ) N   Y q9%   b

w r q w p6 =J9 O g= A \


23
crqOZ.9  pY : r  
r qR 
qJ) N   Y q9%   b

w r q w p6 =J9 O g= A \

crqOZ.9  pY : r  


r qR 

Artinya: Sesungguhnya orang-


orang yang mengatakan: Tuhan Kami
ialah Allah kemudian mereka meneguh-
kan (istiqamah) pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan: Janganlah kamu
takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu.
(QS. Fushilat [41]: 30).
Di dalam ayat tersebut di atas, A
llah
Swt menjelaskan bahwa Dia akan me
nurunkan malaikat-malaikat-Nya kepa-
da orang-orang yang mau bersikap is-
tiqamah dalam pendirian mereka untuk
beriman kepada Allah Swt. Tidak hanya
itu, orang-orang yang beristiqamah
terhadap-Nya juga akan diberikan
24 Istiqmah, Jalan Kemuliaan
kekuatan hati sehingga terhindar dari
rasa takut dan sedih. Orang-orang yang
beristiqamah dalam keimanan kepada
Allah Swt akan diliputi dengan kebaha-
giaan dan kegembiraan. Sebelum pada
akhirnya akan dianugerahi tempat ting-
gal di dalam surga.
Sedangkan ulama tafsir terkemuka
yaitu Ibnu Katsir menjelaskan bahwa
ayat di atas menceritakan orang yang
istiqomah dan teguh dalam tauhid dan
ketaatan, maka malaikat akan mem-
beri kabar gembira kepadanya ketika
maut menjemput. Malaikat maut akan
berkata kepadanya, Janganlah takut
dan janganlah bersedih.
Masih dalam kitabnya, Ibnu Katsir
juga menjelaskan bahwa Mujahid, Ikri-
mah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan
ayat tersebut, bahwa kepada orang-
orang yang beristiqamah terhadap A llah
Swt, malaikat akan berkata, Janganlah

25
takut pada akhirat yang akan kalian
hadapi dan janganlah bersedih dengan
dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak,
keluarga, harta dan tanggungan utang.
Karena para malaikat nanti yang akan
mengurusnya. Begitu pula mereka di-
beri kabar gembira berupa surga yang
dijanjikan. Orang yang beristiqamah
akan mendapat berbagai macam ke
baikan dan terlepas dari berbagai macam
kejelekan.
Seorang pedagang yang istiqomah
akan selalu berlaku jujur, baik itu dalam
timbangannya ataupun juga dalam hal
informasi kualitas barang yang dida-
gangkannya. Dengan cara berdagang
yang demikian, ia yakin akan mendapat-
kan keuntungan yang terus-menerus
mengalir walaupun secara nominal
mungkin tidak banyak keuntungan
yang ia peroleh. Ia merasa tenang dan
bahagia karena justru dengan keju-

26 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


jurannya di dalam berniaga, maka ia
akan mendapat keuntungan yang jauh
berlipat ganda yaitu keuntungan yang
dilatarbelakangi ridha Allah Swt atas apa
yang dilakukannya dalam perniagaan.
Demikian pula dengan orang yang
berbelanja kepadanya, mereka akan
tenang dalam berbelanja. Ketenangan
mereka muncul karena adanya rasa
percaya atas kejujuran timbangannya.
Bahkan dalam banyak kasus, justru ke-
jujuran yang logikanya mendatangkan
keuntungan yang kecil, justru memikat
rasa simpati para pembeli untuk kemu-
dian memberikan berbagai macam
kebaikan kepadanya. Tanpa ada unsur
pamrih, bagaimana pun juga kejujuran
senantiasa berdampak kebaikan.
Demikian halnya dengan profesi
lainnya. Keistiqamahan terhadap A llah
Swt pada diri seseorang akan mem-
buatnya menunaikan dengan penuh

27
amanah setiap tugas yang diberikan
kepadanya. Ia tidak akan melakukan
kecurangan, manipulasi, atau korupsi.
Seseorang yang beristiqamah terhadap
Allah Swt, tidak akan pernah kendur se-
mangatnya untuk tetap bekerja secara
lurus di dalam jalur kebenaran dan ke
taatan terhadap-Nya.
Keistiqamahan akan membuat sese-
orang mempraktekkan nilai-nilai ibadah
di dalam setiap aktivitas dan rutinitasnya.
Sekalipun ia berada di dalam lingkungan
yang penuh dengan tipu muslihat dan
jebakan maksiat, ia tidak akan terjebak.
Ia akan selalu bisa mawas diri untuk tidak
sedikit pun mendekati apa yang syubhat
apalagi yang diharamkan oleh Allah Swt
terhadap dirinya.

28 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Tanda-tanda Istiqmah

S audaraku, kita tentu sangat ingin


menjadi orang-orang yang is-
tiqamah dalam ketaatan terhadap
Allah Swt. Oleh karenanya penting
untuk kita ketahui tanda-tanda orang
yang istiqomah agar kita senantiasa bisa
berintrospeksi diri. Beberapa di antara
ciri-ciri orang yang istiqamah adalah
sebagai berikut ini.
1. Menjaga lidah agar tetap adil, yaitu
menempatkan lidah untuk berkata
jujur. Sebagaimana sabda Rasulullah
Saw, Hendaklah kamu bersikap jujur
karena kejujuran mengantarkan ke-
pada kebaikan dan sesungguhnya ke-

29
baikan mengantarkan kepada surga.
Sesungguhnya jika seseorang berlaku
jujur dan memilih kejujuran,maka dia
akan ditulis di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Jauhilah kebohongan ka-
rena kebohongan mengantarkan
kepada kejahatan dan kejahatan
mengantarkan kepada neraka. (HR.
Bukhari Muslim).
2. Menjaga hati untuk menjauhi bu-
ruk sangka. Karena Allah Swt berfir-
man,

          

     

Artinya: Hai orang-orang yang beri-


man, jauhilah kebanyakan prasang-
ka (kecurigaan), karena sebagian dari
prasangka itu dosa.. (QS. Al Hujurat
[49]: 12).

30 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


3. Menjauhi sikap meremehkan orang
lain, merasa tinggi hati, karena itu
merupakan sifat sombong. Allah Swt
berfirman,

          

  
        

             

            


 

  
     
  

   


   

Artinya: Hai orang-orang yang beri-


man, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik dari mereka. Dan jangan
pula sekumpulan perempuan me
rendahkan kumpulan lainnya, boleh

31
Jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman,
dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang
dzalim. (QS. Al Hujurat [49]: 11).
Ayat di atas diperkuat dengan ha-
dits Rasulullah Saw. Beliau bersabda,
Tidak akan masuk surga orang yang
di dalam hatinya ada sifat sombong
walaupun sebesar biji sawi. (HR.
Muslim).
4. Memelihara shalat lima waktu dan
menginfaqkan harta di jalan Allah.
Allah Swt berfirman,
        

   

32 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Artinya: Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan rukulah be-
serta orang-orang yang ruku. (QS. Al
Baqarah [2]: 43).
5. Menahan pandangannya dari se-
gala sesuatu yang diharamkan.

         

     
      

          


Artinya: Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman, Hendaklah
mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka per-
buat. (QS. An Nuur[24]: 30).
6. Tidak berlebih-lebihan. Allah Swt
berfirman,
33

        

     


 

Artinya: Sesungguhnya pemboros-


pemboros itu adalah saudara-sau-
dara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.
(QS. Al Isra[17]: 27).
7. Tetap teguh pada sunnah dan ber-
jamaah. Karena Allah Swt berfir-
man,

 nq J) B  d br

   ` N3 -


 @ 9 q wr

bq) N6 = 9 m N3


r N39 

Artinya: Dan bahwa (yang Kami


perintahkan ini) adalah jalan-Ku

34 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-
jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai beraikan kamu dari ja-
lan-Nya. Yang demikian itu diperin-
tahkan Allah agar kamu bertakwa.
(QS. Al Anam [6]: 153).

35
Bagaimana Agar
Istiqmah
S audaraku, diawal tadi telah kita kaji
bersama tentang pengertian, keu-
tamaan, dan tanda-tanda orang yang
istiqamah, lantas bagaimana caranya
agar kita bisa menjadi hamba yang bisa
beristiqamah di jalan-Nya.

1. Menjiwai Syahadat
Orang yang beristiqamah di dalam
keimanan terhadap Allah Swt, awalnya
adalah mampu menjiwai syahadat
yang diucapkan dan diikrarkannya.
Asyhadu anlaa ilaaha illallaah wa

36 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Asyhadu anna Muhammad rasulullah.
Ketika kalimat syahadat ini diucapkan,
hati dan pikirannya turut bersyahadat
sembari memaknai isi dari ucapan
tersebut. Bukan hanya bibir dan lisan-
nya saja yang bersyahadat.
Ketika ia mengucapkan kalimat
syahadat, hatinya benar-benar tidak
menuhankan apapun selain Allah Swt.
Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah.
Kalimat ini benar-benar diiringi dengan
keteguhan hati menyingkirkan segala
sesuatu yang menjadi sekutu bagi Allah
di dalam hati. Hatinya kokoh meyakini
bahwa tiada yang memiliki kuasa untuk
menciptakan, selain Allah Swt. Tidak ada
yang mampu mengendalikan pergiliran
siang dan malam selain Allah Swt.
Tiada yang meninggikan derajat
makhluk selain Allah Swt. Tiada yang
memberi kecukupan selain Allah Swt.
Tidak ada yang memberi kebahagiaan

37
selain Allah Swt. Tidak ada yang bisa
memuliakan selain Allah Swt. Tidak ada
yang bisa memberi rezeki selain Allah
Swt. Makhluk dan dunia ini tidak lagi
jadi sandaran hidupnya ketika Allah
Swt telah hadir sepenuhnya di dalam
hatinya. Harta kekayaan sekedar fasili-
tas semata. Kedudukan, pangkat dan
jabatan sekedar aksesori saja.
Apabila seseorang beramal di du-
nia karena landasan selain Allah Swt,
pasti berhenti amalnya itu. Misalnya,
ketika kita berderma dengan harapan
mendapat sanjungan dan pujian orang
lain. Maka ketika tidak ada orang yang
melihat, memuji atau menyanjungnya,
ia pun menghentikan amalnya itu. Ia
akan mencari-cari amal perbuatan lain
yang bisa dilihat oleh orang lain.
Kalau beramal karena ingin dapat
jodoh, setelah dapat jodoh maka akan
berhenti amalnya. Ketika beramal ka-

38 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


rena ingin lunas utang, maka setelah
utang lunas, berhentilah amalnya.
Utang lunas, lunas juga amalnya. Ironis-
nya, saat utangnya tidak juga lunas,
maka ia akan segera merasa kecewa
dan menghentikan amalnya.
Selama seseorang merasa bahwa ada
sesuatu yang lain yang bisa memberikan-
nya rezeki, karunia dan manfaat, maka ia
pun akan beramal bukan karena meng-
harap ridha Allah Swt melainkan beramal
untuk sesuatu tersebut. Jika demikian
yang terjadi, maka akan sulit untuk ber-
sikap istiqamah karena sesuatunya itu
akan berhenti atau menghilang. Dampa-
knya adalah ia akan berhenti memperha-
tikan, berhenti peduli, berhenti memberi,
berhenti beramal kebaikan.
Ketika seseorang mau mendengar
nasehat hanya karena melihat siapa
yang mengatakannya atau siapa yang
berceramahnya, maka suatu saat jika si

39
penceramah itu telah tiada, ia pun akan
berhenti pula mendengarkan nase-
hat. Meskipun masih begitu banyak
penceramah lain yang bisa memberi-
kan nasehat kepadanya.
Akan beda pengaruhnya manakala
seseorang mencari nasehat dan ilmu
karena mendambakan ridha Allah Swt.
Meskipun nasehat atau ilmu itu datang
dari berbagai orang, penceramah atau-
pun bukan, ia akan terus bersemangat
menerima dan mengamalkannya.
Demikianlah pula ketika seseorang
beristiqamah menjadikan Allah Swt se-
bagai satu-satunya Dzat yang dijadikan
sebagai sandaran dan tumpuan. Nama
Allah Swt akan mendominasi hati dan
pikirannya, mewarnai setiap perilaku
sehari-harinya.
Untuk menjadi orang yang beris-
tiqamah dalam beribadah kepada Allah
Swt, hal penting lainnya yang harus kita

40 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


miliki adalah keikhlasan. Sikap ikhlas itu
seperti susu murni yang tidak tercampur
dengan dzat apapun seperti pemanis,
pewarna dan lain sebagainya. Jadilah
orang yang ikhlas dalam menunaikan
ibadah atau amal kebaikan. Jadikan
ridha Allah Swt sebagai satu-satunya
alasan kita menunaikan ibadah atau
melakukan amal kebaikan. Jangan jadi-
kan ibadah sebagai pelarian semata di
saat kita menghadapi masalah yang
berat. Jangan lakukan amal kebaikan
karena ada unsur ingin dipandang ma-
nusia atau karena instruksi atasan.
Apabila ibadah dan amal-amal ke-
baikan biasa kita lakukan karena alasan
ingin menggapai ridha Allah Swt, maka
kita akan mudah untuk konsisten atau
istiqamah melakukannya. Karena kita
melakukannya dengan ringan, mudah
tanpa beban. Sedangkan bila semua
itu kita lakukan karena alasan ingin di-

41
pandang dan dinilai manusia, kita akan
merasa berat melakukannya dan dija-
min kita tidak akan melakukannya jika
tidak sedang dipandang atau dinilai oleh
manusia. Kita terbelenggu oleh kepura-
puraan, kepalsuan, dan itulah yang akan
menjadi beban terhadap kita.
2. Membaca dan Menghayati Isi
Al Quran
Al Quran diturunkan oleh Allah Swt
untuk menjadi pegangan bagi seluruh
umat manusia dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang mereka ha-
dapi. Bahkan Al Quran adalah kitab suci
yang menjawab berbagai macam per-
soalan manusia baik yang kecil maupun
yang besar. Baik yang terjadi di masa
lalu maupun di masa kini dan masa
yang akan datang. Hal ini dikarenakan
Al Quran adalah kitab yang senantiasa
sesuai dengan perubahan tempat dan
perkembangan zaman.

42 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Bagaimana tidak, Al Quran misalnya
sejak berabad-abad yang lampau telah
dengan secara detail dan tepat menje-
laskan proses penciptaan manusia. Hal
yang baru bisa diungkap oleh manusia
pada era perkembangan ilmu pengeta-
huan modern. Lihat pula Al Quran yang
telah dengan gamblang menyampaikan
fenomena keajaiban alam berupa per-
temuan dua arus air laut yang bertemu
tapi tidak berbaur. Seolah terhalang
dinding. Lagi-lagi hal ini baru terungkap
oleh manusia di era modern.
Allah Swt menjelaskan bahwa Al
Quran bisa meneguhkan hati orang-
orang beriman dan Al Quran adalah
petunjuk kepada jalan yang lurus. Hal
ini sebagaimana Allah Swt berfirman,

       

        





   43

       

        





   

Artinya: Katakanlah, Ruhul Qu-


dus (Jibril) menurunkan Al Quran itu
dari Rabbmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang
telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah). (QS.
An Nahl [16]: 102).
Oleh karena itulah mengapa Al
Quran itu diturunkan oleh Allah Swt
kepada Rasulullah Saw secara berang-
sur-angsur. Hal ini dimaksudkan untuk
meneguhkan hati Rasulullah Saw se-
bagaimana terdapat dalam firman-Nya,

          

    


       
44
     
Istiqmah, Jalan Kemuliaan
          

    


       

     


Artinya: Berkatalah orang-orang
yang kafir, Mengapa Al Quran itu
tidak diturunkan kepadanya sekali tu-
run saja? Demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacakannya secara tartil (teratur
dan benar). (QS. Al Furqon [25]: 32).

3. Tingkatkan Potensi Kebaikan


di Dalam Diri
Setelah pentingnya memaknai syahadat
yang kita ucapkan dan urgensi meng-
hayati isi Al Quran, ini adalah hal ketiga
yang perlu kita lakukan untuk menjadi
manusia istiqamah terhadap Allah Swt.
Sebagai contoh Ada dua puluh tiga
orang yang mendaftarkan diri untuk
mengikuti program menghafal Al Quran.

45
Akan tetapi pada perkembangannya,
yang kuat bertahan hanyalah tinggal dua
belas orang saja. Keduapuluh tiga orang
yang mendaftar ini tentu memiliki otak
yang sama, akan tetapi mereka memiliki
potensi daya hafal yang berbeda. Ada
yang hanya beberapa kali membacanya
bisa ingat atau hafal dengan mudah. Na-
mun, ada juga yang sudah dibolak-balik
berkali-kali malah semakin semrawut
ayat-ayat yang ada di dalam ingatannya.
Ada orang yang memang luar
biasa dalam daya hafalnya. Ada juga
orang yang diberikan kelebihan daya
tahan tubuhnya untuk giat menunai-
kan shaum Daud. Ada lagi orang yang
mantap dalam kedisiplinan untuk ban-
gun malam menunaikan Tahajud tanpa
menganggu kualitas kerja di siang hari.
Ada yang bagus dalam bersedekahnya.
Saat berjumpa dengan berbagai
macam orang dengan beragam po-

46 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


tensinya yang luar biasa itu, kita tidak
bisa emosional ingin langsung seperti
mereka. Karena boleh jadi kita tidak atau
belum memiliki potensi itu, akan teta-
pi memiliki potensi dalam aspek lain.
Tidak bisa kita begitu emosional, saat
bertemu dengan seorang penghafal Al
Quran, lalu kita memaksakan diri secara
sporadis untuk bisa seperti dia. Karena,
akibatnya malah bisa kontraproduktif
apabila ternyata kita memang memiliki
potensi berbeda dengannya. Tidak bisa
juga kita emosional tidak tidur di malam
hari, setiap hari, karena ingin meniru
seorang ahli Tahajud yang bisa disiplin
Tahajud setiap malam. Kemudian kuali-
tas kerja kita merosot tajam di siang hari.
Jadi janganlah emosional. Kenali-
lah terlebih dahulu di mana atau apa
potensi diri kita. Setelah kita mengerti
potensi diri dalam menunaikan suatu
amal shaleh tertentu, maka hayati

47
dan istiqamahlah dalam melakukan-
nya. Apabila kita yakin bahwa diri kita
punya potensi untuk bisa disiplin Ta-
hajud tanpa mengurangi kualitas kerja
di siang hari, maka lakukanlah secara
bertahap dan teratur.
Bila kita belum punya potensi
untuk disiplin Tahajud, maka latihlah
diri secara bertahap namun konsisten.
Misalnya dengan mengatur alarm jam
pada pukul empat dini hari, kemudian
tunaikan Tahajud dua rakaat ditambah
Witir. Pada kesempatan selanjutnya,
barulah semakin ditambah lagi, pasang
alarm pada pukul tiga, rakaat Tahajud
ditambah lagi. Terus seperti itu hingga
kita semakin terbiasa, hingga diri kita
bisa semakin beradaptasi dan semakin
konsisten menunaikannya. Dengan
begitu kita akhirnya bisa benar-benar
istiqamah dalam menunaikannya.

48 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Semakin kita mengetahui kebaikan
suatu amal shaleh, maka kita akan se-
makin bertekad untuk melakukannya.
Contoh sederhananya adalah seseorang
yang sudah terbiasa mandi dengan air
hangat. Kemudian dia mendapat ilmu
bahwasanya mandi dengan air dingin
itu jauh lebih memberikan kebaikan
untuk tubuh. Mandi air dingin bisa
meningkatkan daya tahan tubuh secara
pesat, mengurangi resiko darah tinggi,
membuat kulit semakin halus dan ken-
cang. Orang yang terbiasa mandi agak
siang dan itupun dengan air hangat,
setelah mengetahui khasiat mandi air
dingin, lalu ia mencoba mandi air dingin,
lama-kelamaan dia akan terbiasa meski
ia mandi dengan air dingin di hari yang
masih sangat pagi.
Sama juga dengan orang yang be-
lum terbiasa menunaikan shaum sunnah
Senin-Kamis, misalnya. Bagi orang yang

49
belum terbiasa, maka akan berat terasa.
Alasannya bisa macam-macam, bisa
karena aktifitas siang hari yang padat
dan melelahkan, atau alasan lainnya. Ia
lupa bahwa ia pernah melakukan shaum
selama satu bulan penuh ketika bulan
Ramadhan. Jadi sebenarnya bukan bisa
atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau.
Ada tekad atau tidak ada tekad.
Membiasakan shaum Senin-Kamis
akan semakin sulit dan berat manakala
seseorang tidak memiliki keikhlasan ka-
rena Allah Swt untuk melaksanakannya.
Andaipun ia paksakan melakukannya
karena ingin mendapat penilaian orang
lain, maka akan berat terasa kala ia mela
kukannya. Lain halnya dengan orang
yang menunaikan shaum Senin-Kamis
ini karena ia yakin bahwa Allah Swt suka
terhadap orang yang menunaikannya. Ia
yakin bahwa shaum Senin Kamis akan
membuatnya semakin dekat dengan

50 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


llah Swt. Ia yakin bahwa shaum ada-
A
lah perisai yang akan menepis segala
hasutan dan tipu daya syaitan terhadap
dirinya. Orang yang memiliki pikiran dan
keyakinan demikian, maka akan sangat
ringan ia menunaikan shaum Senin-
Kamis tersebut.
Oleh karenanya, jangan terlalu spo-
radis dalam melakukan suatu amalan ke-
baikan. Maksudnya adalah jangan terlalu
ingin langsung melakukan yang besar,
karena seandainya nanti tidak mampu
melakukannya, kita akan cenderung ber-
henti tidak lagi melakukannya. Lakukan-
lah setahap demi setahap hingga kita
benar-benar bisa menikmatinya sebagai
suatu kebutuhan untuk diri kita.
Sungguh, Allah Swt mengetahui
kadar kemampuan kita. Tak apa-apa
jika kita bisa melakukan suatu amalan
ibadah sunnah dengan intensitas yg
masih terbatas. Namun, upayakanlah

51
agar kualitasnya selalu bagus, intensitas
masih terbatas namun terus-menerus.
Kemalasan adalah faktor peng
halang atau tantangan atas niat kita
membiasakan diri untuk konsisten
atau istiqamah dalam menunaikan
ibadah-ibadah sunnah atau kebaikan-
kebaikan lainnya. Kemalasan ini bia
sanya dipicu karena ketidakseriusan
kita dalam merencanakan diri untuk
menunaikan suatu ibadah sunnah
yang belum biasa kita lakukan.
Misalnya, ketika pertama kali kita
ingin mencoba shalat Tahajud, kita me-
nyetel alarm pada pukul satu tengah
malam. Tentu saja ketika alarm ini ber-
bunyi, kemungkinan besar kita akan
segera mematikan alarm itu dengan
penuh kesal. Hal ini terjadi karena kita
belum siap dan terlalu ekstrim memulai
hal yang baru. Semestinya kita mulai
secara bertahap, sehingga bisa memi-

52 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


nimalisir kemungkinan munculnya rasa
malas.
Lakukanlah permulaan atau peru-
bahan secara bertahap hingga ibadah
atau amal kebaikan yang kita lakukan
itu terasa manisnya. Lakukan dari yang
kecil-kecil dulu tapi konsisten. Kebiasaan
membaca doa misalnya. Disadari atau
tidak, kita seringkali melakukan suatu
pekerjaan tanpa membaca doa terlebih
dahulu, padahal Rasulullah Saw telah
mencontohkannya. Seperti doa saat
hendak pergi keluar rumah, doa hendak
memasuki kamar kecil. Doa-doa yang
nampak seperti perkara kecil.
Padahal bukankah kekuatan doa
itu bisa mengubah takdir?! Bukankah
doa itu untuk keselamatan diri sendiri?!
Biasakanlah mengucap doa saat akan
melakukan aktifitas apapun. Saat di
ucapkan, hayati maknanya di dalam
hati. Dengan begitu, Allah Swt akan se

53
nantiasa hadir di dalam hati kita, dan kita
pun terhindar dari perbuatan-perbuat
an yang sia-sia, apalagi kemaksiatan.
Bila doa sudah terbiasa, tingkatkan-
lah pada kebiasaan baik yang lebih berat.
Misalnya menjaga wudlu. Ini bukanlah
hal yang sederhana. Wudlu disyariatkan
apabila kita hendak mendirikan shalat.
Tapi sesungguhnya keutamaan wudlu
tidaklah hanya itu.
Dalam salah satu hadits yang di
riwayatkan dari Abu Hurairah dijelaskan,
Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,
Sesungguhnya pada hari kiamat nanti
umatku akan dipanggil dalam keadaan
putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan
barangsiapa yang mampu untuk mem-
perlebar putihnya maka kerjakanlah hal
itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kita mau jujur pada diri sendiri,
betapa kita sulit sekali untuk membia-
sakan berwudlu di luar waktu shalat.

54 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Misalnya setelah kita buang air kecil
atau buang air besar. Kita tahu bahwa
menjaga wudlu itu baik, akan tetapi
betapa berat kita melakukannya.
Untuk kaum pria, biasanya yang
membuat berat untuk berwudlu itu
adalah karena malas menggulung le
ngan kemeja karena takut kusut. Ma-
las membuka jam tangan karena takut
jam tersebut terkena air saat dikenakan
kembali. Atau, karena tatanan rambut
yang sudah rapi dan tidak mau rusak
karena terkena air wudlu. Untuk kaum
wanita, biasanya yang membuat berat
untuk berwudlu adalah karena terkait
urusan-urusan make up atau kosmetik.
Padahal jika kita mau menyimak
penjelasan Rasulullah Saw tersebut di
atas, maka justru air wudlu lah yang akan
membuat penampilan kita semakin me-
mancarkan cahaya. Paras akan semakin
cerah. Rona wajah akan semakin teduh,

55
segar dan sumringah. Dahsyatnya lagi,
air wudlu ini akan membuat pelakunya
memiliki wajah putih bersih di akhirat
nanti.
Tentang wudlu ini, masih ada satu
keterangan dari Abu Hurairah. Abu
Hurairah menceritakan bahwa suatu ke-
tika Rasulullah Saw menziarahi kuburan.
Kemudian beliau berdoa, Semoga ke
selamatan tetap dilimpahkan kepadamu,
hai kaum muminin. Dan kami insya Allah
akan menyusul kalian. Aku senang apa-
bila aku dapat bertemu dengan kalian,
saudara-saudaraku.
Mendengar ucapan Rasulullah Saw
itu para sahabat bertanya, Wahai Rasu-
lullah, bukankah kami saudara-saudara-
mu? Lalu beliau pun menjawab, Kalian
adalah sahabat-sahabatku. Sedangkan
saudara-saudaraku adalah orang-orang
yang belum datang dan akan datang
setelahku.

56 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Para sahabat bertanya lagi, Bagai
mana engkau dapat mengenal umatmu
yang belum datang di masa itu ? Beliau
menjawab, Tahukah engkau, seandainya
ada seorang lelaki memiliki kuda yang
bertanda warna putih di dahi dan kaki-
kakinya, kemudian kuda itu berada di
antara kuda-kuda yang hitam legam,
dapatkah ia mengenali kudanya? Para
sahabat menjawab, Tentu saja dapat,
wahai Rasulullah.
Kemudian Rasulullah Saw bersab-
da, Sesungguhnya umatku akan datang
dengan wajah, kaki dan tangan yang
bersinar, bekas wudlu. (HR. Muslim).
Sebagaimana redaksi hadits yang
pertama tentang wudlu di atas, se
nantiasa berwudlu atau menjaga
wudlu memang tidak diwajibkan. Akan
tetapi sangat dianjurkan. Apalagi jika
kita mentafakuri manfaat atau hikmah
dari kebiasaan diri menjaga wudlu.

57
Beberapa hikmah tersebut dianta-
ranya adalah kita akan merasa selalu
dekat dengan Allah Swt. Dalam ke
adaan memiliki wudlu, kita juga akan
termotivasi untuk senantiasa menjaga
diri dari dorongan hawa nafsu untuk
berbuat maksiat. Selain itu juga me
latih diri untuk senantiasa fokus pada
keadaan atau kesucian diri. Sikap
menjaga wudlu juga akan membuat
kita mawas diri dalam mengkonsumsi
minuman dan makanan, sehingga ke
sehatan akan lebih terjaga.
Adapun manfaat untuk kesehatan,
aktifitas wudlu membantu tubuh kita
untuk senantiasa bersih dari debu,
mikroba dan virus yang bisa menim-
bulkan penyakit pada tubuh kita. Saat
berkumur misalnya, air wudlu akan
membersihkan sisa-sisa makanan yang
mungkin tertinggal atau tersangkut
pada gigi-gigi kita, sedangkan jika sisa-

58 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


sisa makanan itu berada lebih lama di
sana maka akan merusak lapisan email
gigi dan membuatnya mudah keropos
atau bolong.
Demikian juga dengan Istinsyaq
(memasukan dan mengeluarkan air
ke dan dari hidung di saat berwudhu).
Lubang dan rongga hidung menjadi
bersih, terbebas dari radang dan bakteri.
Ini mencerminkan kesehatan tubuh se-
cara keseluruhan. Proses ini dapat men-
jaga manusia akan bahaya perpindahan
mikroba dari hidung ke anggota tubuh
yang lain yang bisa terjadi saat bersin.
Jagalah wudlu kita bahkan saat hen-
dak tidur sekalipun. Karena Rasulullah
Saw sangat menganjurkan hal ini karena
keutamaannya. Sebagaimana sabda Ra-
sulullah di dalam haditsnya yang lain,
Barangsiapa tidur di malam hari dalam
keadaan suci (berwudhu) maka malaikat
akan tetap mengikuti, lalu ketika ia ba

59
ngun niscaya malaikat itu akan berucap,
Ya Allah ampunilah hambamu si fulan
ini, karena ia tidur di malam hari dalam
keadaan selalu suci. (HR Ibnu Hibban).
Demikianlah hikmah dari sikap
menjaga wudlu. Selain bernilai ibadah,
wudlu juga memiliki manfaat keseha-
tan. Maka, biasakanlah melakukannya.
Amal kebaikan kecil yang dilakukan
secara terus-menerus itu sangat disukai
oleh Allah Swt. Pelajarilah amal-amal
ibadah dan kebaikan yang kecil-kecil,
pelajari dalil-dalilnya, hayati dan amal-
kan secara istiqamah.
4. Baca dan teladani kisah orang-
orang shaleh
Hal lain yang bisa melatih kita menjadi
orang yang istiqamah adalah banyak
membaca kisah orang-orang shaleh. Ka-
rena orang-orang shaleh adalah inspirasi
untuk kita. Bacalah kisah para sahabat,

60 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


para ulama, atau kisah orang-orang yang
memiliki tingkat keshalehan tinggi.
Mari sejenak melihat ke bela-
kang, pada sejarah salah seorang to-
koh Islam yang sangat dikenal kaum
muslimin hampir di seluruh negeri. Ia
adalah Sayyid Qutb. Menjelang detik-
detik hukuman mati yang dijatuhkan
kepadanya, Sayyid Qutb tetap dalam
keadaan tenang dan jernih. Pancaran
mata dan wajahnya meneduhkan siapa
saja yang melihatnya. Hal ini hingga me-
nyebabkan para petugas yang menjaga
sel tahanannya terheran-heran karena
mereka berpikir bahwa orang seperti ini
tak mungkin berbuat kejahatan.
Ketika Sayyid Qutb dikawal ber
jalan menuju tiang gantungan, tak ada
sedikitpun sinar ketakutan di wajahnya.
Saat para pengawal bertanya-tanya ke-
padanya, Sayyid Qutb hanya menjawab,
Saya melihat kebenaran yang terang

61
benderang jelas. Tidak ada keraguan.
Demi Allah, saya tidak akan pernah me
nukar akhirat dengan dunia yang fana
ini.Ketika para pengawal itu mengingat-
kannya pada ancaman kematian yang
sebentar lagi datang, Sayyid Qutb hanya
menjawab, Selamat datang kematian.
Wajahnya tetap tenang dan tegar, tanpa
beban.
Begitulah orang yang sudah kokoh
berpegang teguh kepada kebenaran
Allah Swt. Ia akan senantiasa tenang
menghadapi kenyataan hidup seperti
apapun, seberat apapun. Sebaliknya,
orang yang menggantungkan hidup
nya pada urusan-urusan duniawi, ia akan
terus-menerus dihimpit oleh kegelisahan
di dalam hatinya. Sedangkan orang yang
memiliki kekayaan namun dihantui ke
gelisahan, maka segala yang dia miliki itu
menjadi tiada berarti. Ketika makan enak,
tapi hati gelisah, maka tersedak. Punya

62 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


kasur empuk dan mewah, namun hati
gelisah, maka tidur tak pernah nyenyak.
Bacalah terus kisah orang-orang
shaleh. Lalu, sempurnakan bacaan kita
dengan pergaulan. Yaitu bergaul de
ngan orang-orang shaleh. Kalau kita
bergaul dengan penghafal Al Quran,
maka kita akan terpengaruh untuk
dekat dengan Al Quran. Jika kita ber-
gaul dengan orang yang senantiasa
rindu kepada masjid, maka kita akan
terbawa untuk selalu menunaikan sha-
lat berjamaah di masjid. Pun demikian
jika kita bergaul dengan orang yang ge-
mar menunaikan shaum sunnat, maka
kita akan termotivasi untuk melakukan-
nya juga. Pergaulan yang baik adalah
investasi yang sangat berharga.
Benteng yang harus kita miliki di
dalam diri ada tiga. Pertama adalah mas-
jid. Kedua adalah Al Quran. Ketiga ada-
lah Dzikrullah. Jika kita mendisiplinkan

63
diri dalam beribadah dengan ketiga hal
ini, maka kita bagaikan berada di dalam
benteng yang sangat kokoh sehingga
terjaga dari berbagai serangan dan tipu
daya syaitan. Serta selamat dari jebakan-
jebakan kemaksiatan yang akan menje-
rumuskan kita dalam jurang dosa.
Coba kita bedakan suasana yang
terasa saat kita memasuki masjid de
ngan suasana ketika kita memasuki
mall. Sangat jauh berbeda. Rasakan
juga suasana ketika kita membaca ayat
demi ayat di dalam Al Quran. Apalagi
jika kita hayati juga maknanya. Betapa
hati menjadi tentram. Bahkan, jangan-
kan membacanya, dengan mende
ngarkan lantunannya saja kita menjadi
tenang. Kemudian, rasakan juga dam
pak positif saat kita berdzikir.
Allah Swt berfirman,

           

64
,Jalan
Istiqmah  Kemuliaan
     
           


      
Artinya: (yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi ten-
teram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah hati men-
jadi tenteram. (QS. Ar Radu [13]: 28).
Banyak-banyaklah bergaul dengan
mereka yang selalu rindu kepada mas-
jid. Banyaklah bergaul dengan mereka
yang senantiasa menjadikan tadarus
Al Quran sebagai bagian dari kesehari-
annya, dan mereka yang gemar sekali
menjaga hafalan Al Qurannya. Juga
yang tak kalah penting adalah banyak
bergaul dengan mereka yang senan-
tiasa membasahi lisannya dengan dzikir
terhadap Allah Swt.
Bergaul dengan mereka akan mem-
berikan efek positif secara langsung
kepada kita. Karena bukankah seba-
gaimana hadits Rasulullah Saw, bah-

65
wasanya bergaul dengan pandai besi
maka minimal akan terkena baunya.
Demikian juga apabila bergaul dengan
tukang minyak wangi, maka mini-
malnya kita akan dapatkan wanginya.
Rasulullah Saw bersabda, Perumpa
maan teman yang shalih dengan yang bu-
ruk itu seperti penjual minyak wangi dan
tukang pandai besi. Berteman dengan
penjual minyak wangi akan membuatmu
harum karena kamu bisa membeli minyak
wangi darinya atau sekurang-kurangnya
mencium wanginya. Sementara berteman
dengan pandai besi akan membakar
badan dan bajumu atau kamu hanya
akan mendapatkan bau tidak sedap.
(HR. Bukhari & Muslim).
Demikianlah bahwa amal kebiasaan
itu bisa menular. Bila kita banyak bergaul
dengan orang yang terbiasa melakukan
kemaksiatan dan dosa, maka perbuatan
dan tabiatnya itu bisa menular dengan

66 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


mudah kepada kita. Sebaliknya, apa-
bila kita banyak bergaul dengan orang
yang senantiasa rindu kepada masjid,
istiqamah dalam tilawah dan menghafal
Al Quran serta konsisten membiasakan
diri berdzikir kepada Allah Swt, maka se-
mua hal itupun bisa menular kepada kita.
Dalam hadits yang lain Rasulullah
Saw bersabda, Seseorang dapat dinilai
dari agama kawan setianya, maka hen-
daklah di antara kalian melihat sese-
orang dari siapa mereka bergaul. (HR.
Hakim).
Demikianlah arti penting siapa
yang diajak bergaul oleh kita. Karena
mereka adalah cerminan kita. Ketika
orang-orang yang sering dan dekat
dalam bergaul dengan kita itu adalah
orang-orang yang bagus dalam ibadah
dan memiliki ketenangan jiwa, maka
hal itu sungguh akan menular kepada
diri kita.

67
5. Taubat
Allah Swt berfirman di dalam Al Quran,

          

Artinya: ..Sesungguhnya Allah me-


nyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensuci-
kan diri. (QS. Al Baqarah [2]: 222).
Dalam ayat yang lain Allah Swt
berfirman,

          

    

Artinya: ..dan bertaubatlah kamu


sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung.
(QS. An Nuur [24]: 31).
Sungguh tidak ada manusia yang
bersih dari salah, khilaf dan dosa. Manu-

68 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


sia adalah tempatnya salah dan dosa.
Hampir setiap hari manusia melakukan
perbuatan salah, baik yang disadari
ataupun tidak disadari. Oleh karena itu-
lah Allah Swt memberikan jalan kepada
manusia untuk senantiasa membersih-
kan diri dari noda-noda dosa itu. Jalan
tersebut bernama taubat.
Taubat adalah kembalinya seorang
hamba kepada Allah Swt dengan jalan
menunaikan ketaatan terhadap-Nya
serta menjauhi segala bentuk kemak-
siatan dan kekufuran. Jadi, di dalam
taubat itu terdapat tiga komponen,
yaitu kembali kepada Allah Swt, menu-
naikan perintah-Nya, serta menjauhi
apa yang dilarang-Nya.
Lantas taubat seperti apakah yang
dikehendaki oleh Allah Swt untuk kita
lakukan?
Allah Swt berfirman,

69
          

         

 
 
 
      


          

        

         

  
     

  

Artinya: Hai orang-orang yang beri-


man, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-
murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkanmu ke dalam surga yang

70 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak mengecewa-
kan Nabi dan orang-orang mukmin yang
bersama dia; sedang cahaya mereka me-
mancar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka, sambil mereka mengatakan, Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami ca-
haya kami dan ampunilah kami. Sesung-
guhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (QS. At Tahriim [66]: 8).
Sikap selalu bertaubat memohon
ampun kepada Allah Swt adalah sikap
yang sangat berpengaruh terhadap
keistiqamahan kita di dalam keimanan
terhadap Allah Swt. Oleh karena itu,
usahakanlah di dalam satu hari itu kita
punya waktu tertentu untuk merenu
ngi keadaan diri dan melakukan per-
taubatan terhadap Allah Swt. Sehingga
kita selalu mawas diri untuk istiqamah
di jalan-Nya.
Allah Swt berfirman,

71
  #$ % ) /  # F# M 

   ##    $#  

g M_  
 g /
  '/

 #$ ! _?    $   #  & 




 &  { 


 ##
Artinya: Maka aku katakan kepada
mereka, Mohonlah ampun kepada Tu-
hanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun-. Niscaya Dia akan mengirim-
kan hujan kepadamu dengan lebat. Dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) un-
tukmu sungai-sungai. Mengapa kamu
tidak percaya akan kebesaran Allah? Pa-
dahal Dia Sesungguhnya telah mencip-
takan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian. (QS Nuuh [71]: 10-14).

72 Istiqmah, Jalan Kemuliaan


Mohon ampunlah kepada Allah
Swt. Taubatlah kepada-Nya dengan
sungguh-sungguh. Taubat membuat
hati semakin bening dan tenang.
Pendirian kita pun semakin kokoh di
dalam kebenaran. Semakin kita banyak
bertaubat, semakin mudah juga kita
melihat kehidupan ini. Persoalan pasti
banyak. Tapi jangan takut, karena Allah
Swt sudah menyediakan jalan keluar
nya, kita hanya tinggal mau untuk men-
jemputnya. Allah Swt akan mudahkan
jalan kita untuk menghadapi persoa-
lan, jika kita senantiasa bertaubat.
Semoga Allah Swt memberikan ke
kuatan kepada kita sehingga kita bisa
senantisa beristiqamah di jalan-Nya.
Senantiasa bangkit kembali setelah
futur melanda. Senantiasa mengiku-
ti dengan setia petunjuk Rasul-Nya.
Amin. Wallahualam [].

73

Anda mungkin juga menyukai