Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL PENELITIAN

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah
Kecamatan Mapanget Kota Manado

Factors Associated with Health Care Utilization Health On BPJS Participants


in PHC Paniki Mapanget Down District of Manado

Debra S. S. Rumengan 1) J. M. L. Umboh 2) G. D. Kandou 2)


1)
Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak
Abstract
Puskesmas dalam sistem JKN/ BPJS memiliki
peran yang besar kepada peserta BPJS kesehatan. PHC in the system JKN / BPJS has a major
Apabila pelayanan puskesmas yang diberikan baik role to participants BPJS health. If the health
maka akan semakin banyak peserta BPJS yang center services are provided in either the more
memanfaatkan pelayanan kesehatan, namun dapat participants BPJS utilize health services, but may
terjadi sebaliknya jika pelayanan dirasakan kurang be otherwise if the service is perceived as
memadai. Pemanfaatan pelayanan kesehatan di insufficient. Utilization of health services at the
tingkat puskesmas memiliki beberapa faktor yang health center has a range of factors, namely
mempengaruhinya, yakni faktor konsumen berupa: consumer factors such as: education, livelihoods,
pendidikan, mata pencaharian, pengetahuan dan knowledge and perception of the patient;
persepsi pasien; faktor organisasi berupa: organizational factors such as: the availability of
ketersediaan sumber daya, keterjangkauan lokasi resources, affordability location services, and
layanan, dan akses sosial; serta faktor pemberi social access; as well as service providers of
layanan diantaranya: perilaku petugas kesehatan. factors including: the behavior of health workers.
Puskesmas Paniki Bawah merupakan salah satu PHC Paniki Down is one of the health centers that
puskesmas yang memiliki wilayah kerja yang luas have a wide working area and serves 7 villages.
dan melayani 7 kelurahan. Jumlah peserta BPJS The number of participants served BPJS is the
yang dilayani merupakan yang terbanyak di Kota largest in the city of Manado, but the utilization of
Manado namun pemanfaatan pelayanan kesehatan health services by health BPJS participants still
oleh peserta BPJS kesehatan masih menunjukkan showed less percentage. The purpose of this study
persentase yang kurang. Tujuan penelitian ini was to analyze the relationship between the
adalah untuk menganalisis hubungan antara patient's perception of the National Health
persepsi pasien tentang Jaminan Kesehatan Insurance, Access and perception of the action
Nasional, akses dan persepsi terhadap tindakan officer with the utilization of health services at the
petugas dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan health center Mapanget Paniki Down District of
di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Manado. This research is analytic survey research
Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian using cross sectional design. The results showed no
survey analitik dengan menggunakan rancangan significant relationship between the perception of
cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan ada respondents about JKN, access to services and the
hubungan yang bermakna antara Persepsi perception of respondents to the action officer with
responden tentang JKN, akses layanan dan Persepsi the Health Care Utilization in PHC..
responden terhadap Tindakan Petugas dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Keywords : Perceptions of JKN, access services,
Perceptions of action officer, Health Care
Utilization in PHC
Kata Kunci : Persepsi tentang JKN, Akses
layanan, Persepsi terhadap tindakan petugas,
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

88
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

Pendahuluan pelayanan dirasakan kurang memadai


(Hasbi 2012). Permasalahan klasik yang
Pelayanan kesehatan yang baik sering timbul di Puskesmas adalah berupa
merupakan suatu kebutuhan masyarakat ketersediaan tenaga kesehatan yang kurang
dan sering kali menjadi ukuran dalam serta kelengkapan obat yang belum
keberhasilan pembangunan. Menyadari memadai, ditambahkan pula dengan sikap
bahwa pelayanan kesehatan menjadi dan perilaku petugas kesehatan terhadap
kebutuhan setiap warga negara maka pasien. Terkadang hubungan antara
pemerintah berupaya dari waktu ke waktu petugas kesehatan dengan pasien belum
untuk menghasilkan program-program tercipta secara baik menimbulkan
yang dapat meningkatkan pelayanan rendahnya tingkat kepercayaan terhadap
kesehatan secara menyeluruh. Salah satu layanan yang diberikan. Hal tersebut
program yang diselenggarakan oleh banyak mempengaruhi minat masyarakat
Pemerintah Indonesia adalah khususnya peserta BPJS kesehatan untuk
penyelenggaraan program Jaminan memperoleh pelayanan kesehatan di
Kesehatan Nasional (JKN) yang Puskesmas (Alamsyah, 2011).
diselenggarakan oleh Badan Pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tingkat puskesmas memiliki beberapa
menurut Undang-undang (UU) yakni UU faktor yang mempengaruhinya, yakni
Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem faktor konsumen berupa: pendidikan, mata
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pencaharian, pengetahuan dan persepsi
Program jaminan kesehatan dijalankan pasien; faktor organisasi berupa:
secara nasional dengan prinsip asuransi ketersediaan sumber daya, keterjangkauan
sosial, prinsip ekuitas dan sistemnya lokasi layanan, dan akses sosial; serta
berupa sistem gotong royong dimana faktor pemberi layanan diantaranya:
peserta mampu dan sehat akan membantu perilaku petugas kesehatan (Dever, 1984).
peserta yang miskin dan sakit (Kemenkes, Terkait dengan pemanfaaatan pelayanan
2014). Namun di kalangan masyarakat kesehatan, penelitian dari Rauf dkk (2013)
muncul persepsi yang masih kurang baik menunjukkan bahwa perilaku petugas
dengan program JKN. Hal ini dapat terhadap pasien menjadi salah satu faktor
disebabkan karena pengetahuan dan yang berhubungan dengan pemanfaatan
sosialisasi tentang program BPJS pelayanan antenatal care di Puskemas
kesehatan masih rendah sehingga Minasa Upa Kota Makasar. Penelitian dari
pelaksanaan program BPJS belum Pratiwi (2012) menyatakan bahwa akses
dipahami dengan baik oleh seluruh ke lokasi pelayanan kesehatan dengan
masyarakat. Kenyataan lainnya bahwa minat pemanfaatan puskesmas oleh peserta
kepesertaan BPJS belum keseluruhan Jaminan Kesehatan Berbasis Masyarakat
mencakup masyarakat terutama para (JKBM) di Kabupaten Karangasem dan
pekerja informal (buruh atau petani) Kabupaten Badung Provinsi Bali tidak
ataupun masyarakat di pedesaan terpencil terdapat hubungan karena ketersediaan
dikarenakan belum seluruhnya terdaftar transportasi yang lancar dan murah
atau memiliki kartu BPJS. menjadi faktor yang memudahkan
masyarakat ntuk menjangkau Puskesmas.
Puskesmas dalam sistem JKN/ BPJS
memiliki peran yang besar kepada peserta Peserta BPJS kesehatan berdasarkan
BPJS kesehatan. Apabila pelayanan UU terbagi dua yakni Peserta Penerima
puskesmas yang diberikan baik maka akan Bantuan Iuran (PBI) dan Bukan Penerima
semakin banyak peserta BPJS yang Bantauan Iuran (Bukan PBI). Peserta BPJS
memanfaatkan pelayanan kesehatan, yang tergolong PBI adalah masyarakat
namun dapat terjadi sebaliknya jika yang tergolong fakir miskin atau keluarga

89
Rumengan, Umboh dan Kandou, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

miskin dan tidak mampu. Jumlah peserta mengetahui dengan jelas tentang manfaat
BPJS secara nasional yang terdata pada JKN-BPJS sehingga hampir setiap saat
Januari 2014 adalah sebanyak 116.122.065 pasien menanyakan tentang JKN.
jiwa / peserta (Kemenkes, 2014). Beberapa pasien juga mengaku bahwa
nanti datang berobat ke Puskesmas karena
Di Kota Manado menurut laporan
penyakit yang dialami pasien sudah
BPJS Kesehatan Cabang Manado bahwa
bertambah parah karena tidak sembuh
jumlah kepesertaan BPJS tergolong PBI
dengan obat tradisional ataupun yang
yang terbanyak ada di kecamatan
dibeli sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
Mapanget yakni berjumlah 1.877 peserta,
pemanfaatan terhadap pelayanan
dimana jumlah tersebut tersebar di 7
puskesmas belum menjadi prioritas
kelurahan dan jumlah peserta terbanyak
sebagai pelayanan kesehatan primer atau
berada di Kelurahan Kairagi Dua yakni
yang pertama.
524 peserta dan yang paling sedikit berada
di Kelurahan Paniki Satu sebanyak 37 Menyadari pentingnya puskesmas
peserta. sebagai sarana yang penting dalam
pelayanan JKN untuk meningkatkan
Data kunjungan Peserta BPJS
derajat kesehatan masyarakat, maka
kesehatan golongan PBI untuk
berbagai masalah atau kekurangan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan rawat
penyelenggaraan pelayanan BPJS
jalan di Puskesmas Paniki Bawah dalam 3
kesehatan di tingkat puskesmas perlu
bulan pertama (Januari sampai Maret)
diteliti. Berdasarkan latar belakang yang
tahun 2014, sebagai berikut: bulan Januari
diuraikan di atas, peneliti tertarik
belum ada peserta rawat jalan, bulan
melakukan penelitian yakni analisis
Februari sebanyak 15 peserta dan bulan
tentang faktor-faktor yang berhubungan
Maret sebanyak 15 peserta. Pelayanan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
pertolongan persalinan terhadap peserta
oleh peserta BPJS kesehatan di Puskesmas
BPJS golongan PBI sebagai berikut: bulan
Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota
Januari 2 ibu, bulan Februari 3 ibu dan
Manado.
bulan Maret 1 ibu, sedangkan untuk
pelayanan antenatal care kunjungan ketiga Tujuan yang akan dicapai dari
(K3) sebagai berikut: bulan Januari 13 penelitian ini adalah untuk menganalisis
peserta, bulan Februari 16 peserta dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
bulan Maret 22 peserta. Berdasarkan data pemanfaatan pelayanan kesehatan pada
yang ditunjukkan tersebut maka peserta Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas
BPJS golongan PBI yang memanfaatan Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota
pelayanan kesehatan masih rendah jika Manado.
dibandingkan dengan jumlah peserta BPJS
kesehatan golongan PBI tersebut.
Puskesmas Paniki Bawah merupakan Metode Penelitian
salah satu puskesmas yang memiliki
wilayah kerja yang luas dan melayani 7 Jenis penelitian ini adalah penelitian
kelurahan. Jumlah peserta BPJS yang survey analitik dengan menggunakan
dilayani merupakan yang terbanyak di rancangan cross sectional atau potong
Kota Manado namun persentase peserta lintang. Populasi dalam penelitian ini
BPJS dalam memanfaatan pelayanan adalah semua Peserta BPJS kesehatan
kesehatan di puskesmas tergolong rendah. golongan Penerima Bantuan Iuran (PBI) di
Adapun wawancara dalam survey awal wilayah kecamatan Mapanget yang
dengan beberapa peserta BPJS merasa berjumlah 1.877 peserta. Sampel adalah
tidak puas dengan pelayanan petugas sebagian dari populasi atau sebagian dari
kesehatan dan juga banyak yang belum peserta BPJS kesehatan golongan PBI.

90
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

Besar pengambilan sampel ditentukan berdasarkan karakteristik jenis kelamin


menurut rumus Lemeshow dengan jumlah menunjukkan bahwa paling tinggi
163 sampel dan menggunakan rancangan responden berjenis kelamin perempuan
cross sectional. Sampel yang diambil yang tidak memanfaatkan puskesmas
harus pula memenuhi kriteria sampel yakni sebanyak 68 responden. pada
sebagai berikut: Kriteria Inklusi: berumur karakteristik responden menurut umur
di atas 18 tahun dan sudah tinggal menetap dikategorikan menjadi dua kelompok
minimal 1 tahun. Kriteria Ekslusi: tidak berdasarkan nilai median yakni 42 tahun
dapat berkomunikasi dengan baik dan dan hasil menunjukkan bahwa paling
tidak bersedia menjadi responden. Teknik banyak responden dengan usia 42 tahun
pengambilan sampel yang digunakan yang tidak memanfaatkan Puskesmas
adalah secara systematic random sampling. yakni sebanyak 62 responden.
Variabel Independen yaitu persepsi Distribusi responden berdasarkan
tentang JKN, akses layanan dan persepsi tingkat pendidikan dibagi dalam 2
terhadap tindakan petugas sedangkan kelompok yakni pendidikan rendah yakni
variabel dependen pemanfaatan pelayanan responden yang tidak tamat sd sampai
kesehatan di Puskesmas. Analisis bivariat dengan tamat smp dan pendidikan tinggi
dalam penelitian ini adalah untuk melihat yakni responden yang tamat sma sampai
hubungan satu persatu atau masing-masing dengan perguruan tinggi. hasil kategori
variabel bebas yakni antara variabel tersebut menunjukkan bahwa paling tinggi
persepsi terhadap JKN, akses layanan, responden dengan tingkat pendidikan
persepsi terhadap tindakan petugas dengan tinggi yang tidak memanfaatkan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. dengan puskesmas yakni sebanyak 53 responden.
menggunakan uji Chi Square. Uji
multivariate digunakan untuk menganalisis Pada karakteristik responden menurut
secara bersama-sama seluruh faktor status pekerjaan dibagi dalam dua
dengan menggunakan uji analisis regresi kelompok tidak bekerja dan bekerja dan
logistik berganda untuk mengetahui hasil menunjukkan bahwa paling banyak
faktor-faktor yang paling dominan responden dengan bekerja yang tidak
memiliki hubungan yakni faktor persepsi memanfaatkan puskesmas yakni sebanyak
tentang JKN, akses layanan dan persepsi 54 responden, sedangkan distribusi
terhadap tindakan petugas yang responden berdasarkan tingkat pendapatan
berhubungan dengan pemanfaatan menunjukkan bahwa paling tinggi
pelayanan kesehatan di Puskesmas. responden dengan kategori rp. 1.500.000
yang tidak memanfaatkan puskesmas
yakni sebanyak 64 responden.
Hasil dan Pembahasan Hasil uji analisis bivariat dengan
menggunakan Chi Square antara
a. Hubungan Karakteristik Masyarakat karakteristik responden yang terdiri atas
dengan Pemanfaatan Pelayanan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
Kesehatan di Puskesmas status pekerjaan dan tingkat pendapatan
dengan pemanfaatan puskesmas
Hasil analisis pada tabel 1 seluruhnya mendapatkan nilai p>0,05 yang
menunjukkan distribusi frekuensi dan berarti bahwa tidak terdapat hubungan
tabulasi silang hubungan antara yang bermakna antara karakteristik
karakteristik masyarakat dengan responden tersebut dengan pemanfaatan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan di puskesmas.
Puskesmas. Distribusi responden

91
Rumengan, Umboh dan Kandou, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Tabel 1. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


di Puskesmas

Pemanfaatan Puskesmas Total Uji X2


Karakteristik
Responden Tidak
Memanfaatkan n % p
Memanfaatkan
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 19 56 34,4 0,750
Perempuan 68 39 107 65,6
Umur
42 tahun 62 26 88 54 0,081
>42 tahun 43 32 75 46
Tingkat Pendidikan
Rendah (SD-SMP) 52 25 77 47,2 0,432
Tinggi (SMA-PT) 53 33 86 52,8
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja 51 35 86 52,8 0,149
Bekerja 54 23 77 47,2
Tingkat Pendapatan
>Rp. 1.500.000 41 21 62 38 0,721
Rp. 1.500.000 64 37 101 62

Berdasarkan hasil uji bivariat yang Karakteristik masyarakat ditinjau dari


dilakukan menggunakan Chi square, Pendidikan merupakan faktor yang secara
menunjukan bahwa tidak terdapat tidak langsung turut mempengaruhi
hubungan antara karakteristik responden kondisi sosial ekonomi keluarga sehingga
yang terdiri atas jenis kelamin, umur, juga akan mempengaruhi keluarga dalam
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan pemanfaatan puskesmas. Seseorang yang
dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan memiliki pendidikan yang tinggi maka
di Puskesmas dimana semua nilai p> 0,05. akan memiliki pemikiran yang lebih baik
Beberapa penelitian yang terkait dengan dalam mengolah informasi sehingga dapat
pemanfaatan puskesmas juga dilakukan di mempengaruhi pengetahuannya dalam
beberapa kota dengan responden adalah suatu hal misalnya dalam hal ini pelayanan
masyarakat yang ada di desa dan di kota kesehatan dari BPJS. Pada penelitian ini
dan menunjukkan hasil yang sama, bahwa didapatkan bahwa 52,8% responden
karakteristik responden tidak memiliki sebenarnya memiliki tingkat pendidikan
hubungan dengan pemanfaatan puskesmas. yang tinggi sehingga menjadi faktor yang
Karakteristik masyarakat pengguna menguntungkan untuk diberikan
layanan kesehatan di RS dan Puskesmas pengetahuan tentang manfaat dan layanan
memang hampir sama serta khsusus pada BPJS namun ternyata masih terdapat 65%
layanan kesehatan di Puskesmas telah responden yang tidak memanfaatkan
dimanfaatkan oleh hampir semua elemen Puskesmas. Pengetahuan atau informasi
masyarakat dengan tingkat pendidikan, yang telah didapat diharapkan akan
pekerjaan dan pendapatan keluarga yang memberikan motivasi untuk dapat
bervariasi. menentukan layanan kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
tersedia (Girma dkk, 2011).

92
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

Pada penelitian ini, jika dilihat memiliki kesulitan untuk mendapatkan


karakteristik masyarakat pada faktor pelayanan kesehatan yang baik.
pekerjaan didapatkan bahwa responden Pelaksanaan program layanan kesehatan
yang dominan adalah tidak bekerja yang dilakukan BPJS telah banyak
sebanyak 86 orang (52,8%). Hal ini membantu kelompok masyarakat dengan
didapatkan karena yang paling dominan pendapatan ekonomi yang kurang untuk
responden peserta BPJS Penerima Bantuan mendapatkan layanan kesehatan yang
Iuran (PBI) adalah merupakan Ibu rumah sesuai namun masih banyak responden
tangga yang ada di rumah ketika dilakukan tidak memanfaatkan Puskesmas.
survei untuk penelitian ini. Layanan BPJS Pelaksanaan layanan kesehatan dari
ada diperuntukan pula untuk kelompok BPJS yang baik terkait dengan mutu
Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang adalah layanan yang diberikan. Apabila mutu
masyarakat yang perlu dibantu misalnya layanan baik maka penerima layanan yakni
kelompok masyarakat miskin dan tidak pasien akan puas dan mendorong minat
memiliki pekerjaan. Status bekerja atau untuk memanfaatkan tempat layanan
tidaknya seseorang memang bukanlah kesehatan. Mutu layanan tersebut dapat
jaminan dapat menentukan atau memilih ditentukan oleh sumber daya manusia
tempat layanan kesehatan yang tepat yakni jumlah dan kehandalan tenaga
karena ada faktor lain yang berhubungan kesehatan, kelengkapan fasilitas
selain status pekerjaan yang turut penunjang, jenis pelayanan kesehatan yang
menentukan pemilihan tempat layanan dijaminkan dan ketersediaan dan
kesehatan seperti faktor umur, jenis kelengkapan obat di tempat layanan
kelamin, pendidikan, status perkawinan, (Hamid dkk, 2013)
pengaruh keluarga, budaya serta
kemudahan dalam mengunjungi layanan
kesehatan (Noor, 2008). b. Hubungan antara Persepsi tentang
JKN dengan Pemanfaatan Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian pada Kesehatan di Puskesmas
karakteristik tingkat pendapatan,
didapatkan hasil bahwa sebagaian besar Analisis untuk melihat hubungan
responden memiliki pendapatan kurang antara variabel Persepsi tentang JKN
dari Rp 1.500.000. Hal ini sesuai dengan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
status pekerjaan yang kebanyakan di Puskesmas Paniki Bawah dapat dilihat
responden belum memiliki pekerjaan yang pada tabel 2.
tetap. Kelompok masyarakat yang
tergolong pendapatan relatif kurang

Tabel 2. Hubungan antara Persepsi tentang JKN dengan Pemanfaatan Pelayanan


Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah.

Pemanfaatan PKM
Total
Persepsi ttg JKN Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan
n % n % N %
Kurang 65 76,5 20 23,5 85 100
Baik 40 51,3 38 48,7 78 100
Uji X2 ( = 0,05) p value = 0,001 OR= 3,088 95%CI = 1,581 6,031

Menurut tabel 2 dapat dilihat bahwa responden (76,5%) yang tidak


responden yang memiliki kategori persepsi memanfaatkan puskesmas sedangkan yang
tentang jkn yang kurang terdapat 65 memanfaatkan pelayanan kesehatan di

93
Rumengan, Umboh dan Kandou, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

puskesmas sebanyak 20 responden program pemerintah tentang JKN melalui


(23,5%). Responden dengan persepsi BPJS kesehatan, namun jika fasilitas dan
tentang JKN yang baik terdapat 40 ketersediaan obat yang terbatas serta mutu
responden (51,3%) yang memanfaatkan layanan yang diberikan oleh para tenaga
puskesmas sedangkan yang tidak kesehatan masih kurang maka persepsi
memanfaatkan sejumlah 38 responden masyarakat terhadap Program JKN lama
(48,7 %). kelamaan menjadi kurang. Jika persepsi
Hasil analisis menggunakan uji chi- terhadap suatu program kurang baik maka
square memperoleh nilai probabilitas/ dapat meningkatkan perilaku untuk tidak
signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05) dengan memanfaatkan puskesmas. Jika persepsi
tingkat kesalahan () 0,05 yang berarti ada masyarakat terhadap suatu program
hubungan yang bermakna antara persepsi kesehatan seperti JKN-BPJS adalah baik
responden tentang JKN dengan akan dapat mendorong masyarakat untuk
pemanfaatn pelayanan kesehatan di memanfaatkannya dengan memilih tempat
Puskesmas. Dilihat dari nilai Odds Ratio layanan kesehatan yang diberikan
(OR) menunjukkan bahwa responden misalnya Puskesmas. Peran Puskesmas
dengan persepsi yang baik mempunyai sangat vital dalam meneruskan program
kemungkinan 3,1 kali lebih besar untuk pemerintah yang memiliki misi untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan di peningkatan layanan kesehatan rakyat
Puskesmas. semesta karena Puskesmas adalah unit
yang paling dekat dengan masyarakat
Persepsi masyarakat yang baik akan
mendapatkan pelayanan kesehatan dan
mendorong pemanfaatan layanan
tersebar di seluruh kecamatan yang ada di
kesehatan di Puskesmas. Perbedaannya
Indonesia.
dengan penelitian tersebut adalah masalah
yang diteliti adalah pada program Perbaikan mutu layanan sangat terkait
pelayanan kesehatan yang diberikan tahun dengan kecepatan tanggapan dan
2006 yakni Program Jaminan Kesehatan kehandalan tenaga kesehatan, peningkatan
Masyarakat Miskin (JKMM), namun pada fasilitas kesehatan dan ketersediaan obat
penelitian ini pada program Jaminan harus semakin ditingkatkan sehingga
Kesehatan Nasional (JKN) khususnya persepsi masyarakat terhadap program
BPJS kesehatan yang mulai diberlakukan JKN juga semakin tinggi dan akhirnya
tahun 2014. Selain terjadi pergantian pemanfaatan layanan Puskesmas semakin
nomenklatur program kesehatan tapi juga baik dalam arti bahwa Puskesmas menjadi
terkait sistem pengelolaan layanan terjadi pilihan utama masyarakat dalam
pergantian. Pada program JKMM hanya mendapatkan pertolongan kesehatan
ditujukan kepada masyarakat miskin (Purwatiningsih, 2008).
namun pada saat ini program JKN
ditujukan kepada seluruh masyarakat
tanpa melihat golongan namun ada 2 c. Hubungan antara Akses Layanan
kategori peserta yakni PBI dan Non PBI dengan Pemanfaatan Pelayanan
dan dikelola oleh suatu Badan khusus Kesehatan di Puskesmas
yang teroganisir secara nasional.
Hasil analisis untuk melihat hubungan
Adanya sosialisasi JKN-BPJS ke antara variabel Akses layanan dengan
masyarakat belum tentu akan merubah
pemanfaatan pelayanan kesehatan di
persepsi masyarakat tentang suatu program Puskesmas Paniki Bawah dapat dilihat
menjadi lebih baik. Masyarakat yang pada tabel 3.
sudah menerima informasi adanya

94
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

Tabel 3. Hubungan antara Akses Layanan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di


Puskesmas Paniki Bawah.

Pemanfaatan PKM Total


Tidak
Akses Layanan Memanfaatkan
Memanfaatkan
n % n % N %
Jauh 10 23,3 33 76,7 43 100
Dekat 95 79,2 25 20,8 120 100
Uji X2 ( = 0,05) p value = 0,000 OR= 0,08 95%CI = 0,035 0,184

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat relatif singkat dengan adanya kemudahan


bahwa responden yang memiliki kategori sarana tranportasi seperti kendaaraan dan
akses layanan yang jauh terdapat 10 prasarana jalan yang baik sehingga
responden (23,3%) yang tidak masyarakat yang jauh dengan puskesmas
memanfaatkan puskesmas sedangkan yang dapat mengakses tempat layanan tersebut.
memanfaatkan puskesmas sebanyak 33 Kesulitan akses layanan kesehatan dapat
responden (76,7%). Responden dengan teratasi dengan tersedianya sarana dan
akses layanan yang dekat terdapat 95 prasarana penunjang transportasi dari
responden (79,2%) yang tidak wilayah penduduk yang berada jauh dari
memanfaatkan puskesmas sedangkan yang lokasi pelayanan puskemas, untuk itu
memanfaatkan sejumlah 25 responden pembangunan jalan dan ketersediaan
(20,8 %). angkutan kota dapat menjadi cara untuk
memudahkan masyarakat mendapatkan
Hasil analisis hubungan menggunakan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
uji Chi-Square memperoleh nilai
probabilitas (Signifikansi) sebesar 0,000 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(p<0,05) dengan tingkat kesalahan () 0,05 responden yang memiliki kategori dekat
yang berarti ada hubungan yang bermakna dengan puskemas justru kurang
antara akses layanan dengan pemanfaatan memanfaatkan puskesmas. Hal ini
pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dilihat kemungkinan terkait dengan faktor
dari nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan internal dari keluarga atau pasien tersebut.
bahwa responden dengan akses layanan Faktor internal itu seperti motivasi dan
yang mudah mempunyai kemungkinan kepercayaan terhadap pelayanan yang
sedikit saja yakni 0,08 kali lebih besar diberikan, pengalaman pasien dan keluarga
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terhadap layanan kesehatan, kebutuhan
di Puskesmas. terhadap layanan dan banyaknya pilihan
pelayanan kesehatan yang tersedia di
Perkembangan masyarakat kota saat
sekitar tempat tinggal. Menurut teori
ini begitu baik, dimana ketersediaan sarana
Health Service Use dari Andersen (1975)
transportasi yang sudah cukup mudah
menyatakan bahwa perilaku masyarakat
didapat, baik itu angkutan kota maupun
dalam memanfaatkan layanan kesehatan
motor sewaan (pengojek), kemudian
ditentukan oleh tingkat atau derajat
kondisi jalan penghubung ke tempat
penyakit yang dialami serta adanya
layanan sudah baik dan biaya transportasi
kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan
yang mudah dijangkau serta kelancaran
(perceived need). Adanya tingkat atau
angkutan kota yang tersedia membuat
derajat penyakit yang semakin dirasakan
masyarakat yang mempunyai rumah yang
berat, maka individu tersebut akan
jauh dengan puskemas tidak merasakan
semakin membutuhkan kesembuhan
halangan untuk datang ke puskesmas.
dengan demikian akan semakin perlu
Waktu tempuh ke puskesmas menjadi

95
Rumengan, Umboh dan Kandou, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

adanya pelayanan kesehatan, demikian peserta untuk memilih tempat layanan


juga dengan kebutuhan layanan kesehatan, kesehatan tersebut menjadikan puskesmas
jika semakin tinggi kebutuhan akan suatu bukan satu-satunya tempat yang harus
layanan maka akan semakin tinggi pula dikunjungi oleh peserta BPJS. Para peserta
keinginan untuk memanfaatkan pelayanan program dapat mengatasi kendala akses
kesehatan tersebut (Manurung, 2008). layanan dengan memilih tempat layanan
Wawancara dengan responden didapatkan kesehatan yang lebih dekat ataupun tempat
bahwa walaupun secara geografis berada yang sesuai dengan keiinginan dari peserta
dekat dan mudah ke puskemas namun walaupun tempatnya jauh dari lokasi
tidak memanfaatkan puskemas karena tempat tinggal.
terkadang masih menggunakan obat yang
dibeli dari warung atau toko obat di sekitar d. Hubungan antara Persepsi terhadap
rumahnya dan mengatakan bahwa sakit Tindakan Petugas dengan
yang dialami belum dirasakan berat. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Pelayanan kesehatan dalam program Puskesmas
JKN-BPJS telah memungkinkan kepada
peserta program tersebut untuk memilih Analisis untuk melihat hubungan
tempat layanan selain puskesmas, seperti antara variabel Persepsi terhadap tindakan
layanan dokter keluarga atau klinik yang Petugas kesehatan dengan pemanfaatan
juga menerima dan melayani Peserta BPJS pelayanan kesehatan di Puskesmas Paniki
Kesehatan. Adanya keleluasaan dari Bawah dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hubungan antara Persepsi terhadap Tindakan Petugas Kesehatan dengan


Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Pemanfaatan PKM
Persepsi Thd Tindakan Total
Tidak Memanfaatkan Memanfaatkan
Petugas Kesehatan
n % n % N %
Kurang 94 76,4 29 23,6 123 100
Baik 11 27,5 29 72,5 40 100
2
Uji X ( = 0,05) p value = 0,000 OR= 8,545 95%CI = 3,804 - 19,197

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat (p<0,05) dengan tingkat kesalahan () 0,05


bahwa responden yang memiliki kategori yang berarti ada hubungan yang bermakna
persepsi terhadap tindakan petugas antara persepsi responden terhadap
kesehatan yang kurang terdapat 94 tindakan petugas dengan pemanfaatan
responden (76,4%) yang tidak pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dilihat
memanfaatkan puskesmas sedangkan yang dari nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan
memanfaatkan puskesmas sebanyak 29 bahwa responden dengan persepsi
responden (23,6%). Responden dengan terhadap tindakan petugas itu baik
kategori persepsi terhadap tindakan mempunyai kemungkinan 8,5 kali lebih
petugas kesehatan yang baik terdapat 11 besar untuk memanfaatkan pelayanan
responden (27,5%) yang tidak kesehatan di Puskesmas.
memanfaatkan puskesmas sedangkan yang Tindakan atau cara petugas dalam
memanfaatkan sejumlah 29 responden melakukan pelayanan merupakan hal yang
(72,5 %). sangat mempengaruhi pasien terkait
Hasil analisis hubungan menggunakan dengan kesembuhan penyakitnya. Adanya
uji Chi-Square memperoleh nilai perlakuan yang baik dan penuh perhatian
probabilitas (Signifikansi) sebesar 0,000 menjadi suatu daya tarik tersendiri dalam

96
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

pemberian pelayanan kepada pasien. Hal hanya untuk penyakit panas, batuk dan
ini memberikan kekuatan secara psikologis pilek dapat menjadi berubah dengan
bagi pasien dan menumbuhkan motivasi melakukan peningkatan peran promosi
untuk memanfaatkan layanan yang kesehatan terhadap masyarakat, seperti
diberikan. memberikan informasi terhadap program
pemerintah seperti BPJS dan cara
Persepsi masyarakat terhadap
pencegahan dan penanggulangan penyakit
pelayanan puskesmas perlu ditingkatkan
tertentu yang memiliki resiko wabah. Hal
dengan memberikan pelatihan khusus yang
lainnya pula yakni secara kontinu
terus menerus terhadap tenaga kesehatan
dilakukan penyempurnaan pengelolaan
mengenai penyakit atau masalah kesehatan
sistem pelayanan administrasi dan
di masyarakat sehingga kesigapan dan
manajemen puskesmas sehingga pelayanan
kecepatan dalam penanggulangan masalah
kesehatan di Puskesmas menjadi lebih
kesehatan tersebut semakin baik. Adanya
baik.
keterbatasan kemampuan dan ketrampilan
tenaga kesehatan di Puskesmas dalam
mengatasi penyakit memberi pengaruh
e. Analisis Multivariat Penelitian
terhadap kepercayaan masyarakat dalam
berobat, untuk itu perlu dilakukan Setelah diuji dengan analisis bivariat,
peningkatan kemampuan dan ketrampilan data kemudian diuji menggunakan analisis
dalam pelayanan kesehatan sebagai upaya multivariat dimana uji dilakukan dengan
untuk meningkatkan kinerja petugas analisis regresi logistik untuk mengetahui
kesehatan. variabel independen yang paling dominan.
Pada sisi lainnya, perubahan pola pikir
masyarakat bahwa pelayanan puskesmas

Tabel 5. Model Analisis Regresi Logistik tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di


Puskesmas.

95%CI
Variabel SE Sig (p) OR

1. Persepsi ttg JKN 0,442 0,007 3,287 1,381 7,821


2. Akses Layanan 0,502 0,000 0,066 0,025 0,176
3. Persepsi thd Tindakan Petugas 0,498 0,000 8,929 3,367 23,675

Pada Tabel 5 berdasarkan hasil analisis Puskesmas yaitu dengan melihat pada nilai
multivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR). faktor persepsi
regresi logistik menunjukkan bahwa ketiga responden terhadap tindakan petugas
faktor memiliki nilai p<0,05 dengan merupakan faktor paling dominan dengan
demikian dinyatakan bahwa secara nilai OR sebesar 8,929 (95%CI : 3,367
bersama-sama faktor-faktor persepsi 23,675), kemudian diikuti oleh faktor
terhadap JKN, akses layanan dan persepsi persepsi tentang Jaminan Kesehatan
terhadap tindakan petugas kesehatan Nasional (JKN) dengan nilai OR sebesar
memiliki hubungan bermakna dengan 3,287 (95%CI: 1,381 7,821) serta faktor
pemanfaatan pelayanan kesehatan di akses layanan memiliki nilai OR yang
puskesmas. Hasil analisis mulitvariat ini kecil sebesar 0,066 (95%CI: 0,025
dapat pula menentukan faktor yang paling 0,176).
dominan hubungannya dengan Berdasarkan nilai OR dari masing
pemanfaatan pelayanan kesehatan di masing variabel maka dapat ditunjukkan

97
Rumengan, Umboh dan Kandou, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

bahwa responden yang memiliki persepsi memilih dan menginterpretasikan suatu


baik terhadap tindakan petugas kesehatan yang dirasakan atau dilihatnya menjadi
memiliki peluang 8,93 kali untuk bentuk yang utuh dan berarti seperti suatu
memanfaatkan pelayanan kesehatan di tindakan yang tampak (Gibson dkk, 1996).
puskesmas, dan responden yang memiliki Adanya pilihan untuk memanfaatkan
persepsi baik tentang tentang JKN atau tidak memanfaatkan suatu pelayanan
memiliki peluang 3,29 kali untuk kesehatan oleh puskesmas merupakan
memanfaatkan pelayanan kesehatan di suatu bentuk nyata yang berhubungan
puskesmas serta responden yang dengan persepsi pasien. Hal ini dinyatakan
mempunyai akses layanan yang jauh hanya dalam penelitian ini yang menyatakan
memiliki peluang 0,066 kali untuk bahwa persepsi terhadap petugas
memanfaatkan pelayanan kesehatan di kesehatan dan persepsi terhadap program
Puskesmas. JKN yang kurang akan mendorong
Ilyas (2002) menyatakan bahwa kurangnya pemanfaatan puskesmas.
persepsi yang bersifat abstrak merupakan Suatu pernyataan yang memilih atau
faktor yang berpengaruh terhadap tidak memilih, memanfaatkan atau tidak
kepuasan suatu bentuk tertentu dan bukan memanfaatkan puskesmas terkait dengan
sesuatu yang konkrit atau aktualnya. adanya penilaian suka ataupun tidak suka
Persepsi itu sendiri memiliki suatu aspek terhadap pelayanann yang diberikan. Sikap
yang paling banyak berperan yakni ini juga merupakan suatu hasil evaluatif
psikologis dari seseorang. Adanya sikap dari kumpulan aspek yang menjadi
membangun komunikasi yang baik dan
informasi dan menjadi bentuk konkrit yang
juga dukungan situasi lingkungan secara dihasilkan berupa tindakan. Sikap
fisik di sekitar pasien atau masyarakat seseorang pasien sangat dipengaruhi oleh
merupakan aspek yang berpengaruh adanya kriteria penilaiannya yang diolah
terhadap penilaian masyarakat itu sendiri. dalam pemahamannya, dan kriteria
Komunikasi dengan pasien tentang tersebut terbentuk melalui suatu proses
suatu proses pelayanan yang sedang interaksi sosial bersama dengan orang lain
diberikan akan menimbulkan suatu pula (Suprihanto, 2003).
persepsi yang positif dan mendukung Penting dalam membangun persepsi
dirinya untuk dapat menerima tindakan masyarakat terkait dengan Program JKN
yang diberikan. Pelayanan yang cepat oleh BPJS agar program ini dapat
tanggap dan didukung sikap yang ramah
terlaksana dengan maksimal dan
serta ketulusan dalam menanggapi dimanfaatkan oleh peserta BPJS dengan
persoalan yang dihadapi merupakan hal baik. Program yang baik perlu
penunjang dan turut menentukan disosialisasikan fungsi dan manfaatnya
keberhasilan dalam pelayanan kesehatan baik oleh Pengelola maupun oleh penyedia
dan juga mempengaruhi kesembuhan layanan yakni Puskesmas. Seluruh petugas
pasien. kesehatan pula perlu ditingkatkan
Persepsi merupakan suatu proses kesadaran dalam memberikan pelayanan
dalam diri seseorang dalam memahami terhadap masyarakat yang memiliki
keadaan atau situasi di lingkungannya tanggapan yang berbeda-beda. Adanya
yang melibatkan pengorganisasian dan komunikasi yang baik antara pasien atau
penafsiran sebagai suatu rangsangan dalam masyarakat dengan petugas kesehatan
suatu pengalaman psikologis. Persepsi akan mendorong terciptanya kesadaran
terbentuk dalam suatu proses dengan terhadap hak dan kewajiban masing-
waktu yang cukup memadai untuk dapat masing serta menunjang hasil untuk tujuan
menghasilkan suatu respon. Adanya yang sama yakni meningkatkan derajat
persepsi dapat membantu seseorang dalam kesehatan masyarakat.

98
JIKMU, Suplemen Vol, 5. No, 1 Januari 2015

Persepsi masyarakat terhadap 1. Bagi Petugas Puskesmas dan Dinas


pelayanan yang baik dari puskesmas Kesehatan terkait, dalam
memberikan kesan yang mendalam dan meningkatkan persepsi masyarakat
menimbulkan motivasi untuk dapat maka:
memanfaatkan layanan kesehatan yang a) Diperlukan peningkatan kegiatan
diberikan. Apabila masyarakat mengetahui Promosi Kesehatan terkait
bahwa penyelenggaraan pelayanan sesuai Pelayanan Jaminan Kesehatan
dengan yang diharapkan maka Nasional BPJS di Puskesmas
kepercayaan dan kepuasan akan semakin secara kontinu serta peningkatan
meningkat (Wijono, 2010). kesadaran dan disiplin Petugas
kesehatan dalam melayani pasien
dengan baik serta memperhatikan
Kesimpulan
etika dalam memberikan pelayanan
kesehatan melalui pembinaan dan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pengawasan.
dilakukan di Puskemas Paniki Bawah Kota
Manado maka dapat disimpulkan sebagai b) Diperlukan peran dan tanggung
berikut: jawab Dinas Kesehatan dalam
memberikan pelatihan bagi petugas
1. Terdapat hubungan yang bermakna
Puskesmas untuk meningkatkan
antara Persepsi tentang Jaminan
dan menyegarkan ilmu dan
Kesehatan Nasional (JKN) dengan
ketrampilan dalam penanganan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
terhadap pasien terkait dengan
Puskesmas.
jenis layanan kesehatan yang ada di
2. Terdapat hubungan yang bermakna Puskesmas.
antara Akses Layanan dengan
2. Bagi Penyelenggara BPJS
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas. a) Diperlukannya sosialisasi dan
promosi kesehatan terkait layanan
3. Terdapat hubungan yang bermakna
program JKN-BPJS secara terus
antara Persepsi terhadap Tindakan
menerus kepada seluruh
Petugas Kesehatan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di masyarakat dengan menyebarkan
leaflet atau poster tentang manfaat
Puskesmas.
pelayanan Program JKN BPJS
4. Secara bersama-sama Faktor Persepsi sampai ke tingkat lingkungan.
tentang Jaminan Kesehatan Nasional
b) Melengkapi obat-obatan dan
(JKN), Akses Layanan serta Persepsi
fasilitas penunjang medik lainnya
terhadap Tindakan Petugas Kesehatan
dalam meningkatkan kualitas
memiliki hubungan bermakna dan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
dengan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas, dan yang 3. Bagi Masyarakat Peserta BPJS
paling dominan hubungannya adalah Dapat mencari informasi langsung ke
Persepsi terhadap Tindakan Petugas Puskesmas terkait program layanan
Kesehatan. JKN-BPJS dan tidak perlu ragu-ragu
dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan di puskesmas sebagai
Saran layanan kesehatan yang utama dalam
mendapatkan pertolongan kesehatan.
Saran yang dapat diberikan dengan melihat
hasil penelitian ini adalah:

99
Rumengan, Umboh dan Kandou, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

Daftar Pustaka pelayanan rawat jalan puskesmas


poncol Kota Semarang. (Online)
Alamsyah, D. 2011. Manajemen http://www.eprints.undip.ac.id/37026/.
Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : Diakses pada tanggal 12 April 2014.
Nuha Medika Illyas, Y. 2002. Kinerja, Teori, Penilaian
Andersen R, J Kravits, OW Anderson (ed). dan Penelitian. Fakultas Kesehatan
1975. Equity in Health Services, Masyarakat UI. Jakarta.
Cambridge, Mass :Ballinger Manurung, AM. 2008. Hubungan
Publishing Co Perceived dan Evaluated Need
Dever, A. 1984. Epidemiology of Health Perawatan Karies Gigi dengan
Services Utilization. Aspen system Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Corporation, Rockville, Maryland. Gigi Pada Masyarakat di Kota
Pematang Siantar. Tesis (Online).
Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
Donnelly, Jr., 1996, Organisasi,
3456789/6735/3/08E00056.pdf.txt
Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta:
Diakses tanggal 20 Januari 2015.
Bina Rupa Aksara.
Pratiwi, AE. 2012. Minat pemanfaatan
Girma, F. C Jira dan B Girma. 2011.
pelayanan puskesmas bagi peserta
Health Services Utilization and
program jaminan kesehatan Bali
Associated Factors in Jimma Zone,
Mandara studi di Kabupaten
South West Ethiopia. (Online),Jurnal
Karangasem dan Kabupaten Badung.
Health Services Utilizations and
Pusat KPMAK-UGM. Jogjakarta
Associatedvol.21 Special Issue edisi
Agustus 2011, hal 91-100. Purwatiningsih, R. 2008. Persepsi
(http://www.ajol.info/index. Masyarakat tentang Peranan
php/ejhs/article/ Puskesmas. Skripsi. Online.
viewFile/74273/64920. Diakses pada (http://eprints.uns.ac.id/8611/1/914803
tanggal 17 Desember 2014 08200909381.pdf) Diakses tanggal 15
Januari 2015.
Hamid, R., Darmawansyah, Balqis. 2013.
Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Rauf, NI., MY Amir, Balqis. 2013.
Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Faktor-faktor yang berhubungan
di Puskesmas Batua Kota Makassar. dengan pemanfaatan pelayanan
(Online).http://repository.unhas.ac.id/b antenatal care di Puskesmas Minasa
itstream/handle/123456789/5724/RAC Upa Kota Makasar. Hasil Penelitian.
HMADANI_HUBUNGAN%20MUT Administrasi Kesehatan dan
U%20PELAYANAN_130613.pdf?seq Kebijakan, FKM Unhas.
uence=1. Diakses tanggal 20 Januari Suprihanto, J., TH.A.M. Harsiwi, P. Hadi.
2015. 2003. Perilaku Organisasi.
Hasbi, H. 2012. Analisis hubungan Yogyakarta: Penerbit Sekolah Tinggi
persepsi Pasien tentang mutu Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga
Pelayanan dengan pemanfaatan ulang Pahlawan Negara.

100

Anda mungkin juga menyukai