Berbagai Program Unggulan Pemerintah Dal
Berbagai Program Unggulan Pemerintah Dal
Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun
dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini
diperkenalkan pada tahun 1950 oleh bapak ilmu gizi prof. DR. Poorwo soedarmo
melalui Lembaga Makanan Rakyat Depkes dalam rangka melancarkan gerakan
sadar gizi.
Pola menu 4 sehat 5 sempurna digali dari pola menu yang pada umumnya sejak
dahulu telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada umumnya menu di Indonesia
terdiri atas makanan sebagai berikut :
1. Makanan pokok untuk memperoleh rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, talas, sagu, serta hasil olahan seperti mie, bihun, macaroni dan
sebagainya.
2. Lauk untuk memeperoleh rasa lebih nikmat, karena selain menyumbang
kandungan protein adanya lauk juga memberikan rasa nikmat, karena pada
dasarnya bahan makanan pokok memiliki rasa yang netral, lauk barasal dari
dua golongan yaitu yang berasal dari hewani (daging, ayam, ikan, kerang,
telur dan sebagainya) dan yang berasal dari golongan nabati (jenis kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti kacang kedelai, kacang hijau, kacang
merah, tempe, tahu dan oncom).
3. Sayur-sayuran, fungsinya adalah untuk memenuhi akan kebutuhan vitamin
dan mineral, banyak sekali zat penting yang terkandung didalamnya yang
diperlukan oleh tubuh. Selain itu sayuran juga member rasa segar pada
makanan yang kita makan.
4. Buah-buahan, pada saat pola makan ini popular dikalangan masyarakan
dimasanya, buah-buahan dimakan setelah makan makanan utama (makanan
pokok, lauk dan sayur).
5. Minum susu. Karena menu yang tersebut diatas merupakan makanan yang
sehat dan bernilai gizi untuk lebih memantapkan nilai gizinya ditambah lah
dengan yang ke lima.
Dalam menyusun menu 4 sehat 5 sempurna diperlukan pengetahuan bahan makanan,
karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama, jadi setiap individu
haru mempelajari setiap bahan makanan dan kandungan gizinya.
Pedoman gizi seimbang adalah upaya perbaikan pada kekurangan yang terdapat
pada program pedoman umum gizi seimbang, pedoman gizi seimbang melakukan
work shop pada tahun 2014, yang mana pada acara tersebut pihak mentri kesehatan
meminta pendapat dari berbagai pihak. Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai
penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama, bila diibaratkan rumah maka ada 4
(empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah tersebut dapat berdiri, yaitu 1).
Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk
bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan perilaku hidup bersih,
perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang; 3) Melakukan
aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat
gizi kedalam tubuh; 4) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam
batas normal. Memantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian
dari Pola Hidup dengan Gizi Seimbang, sehingga dapat mencegah penyimpangan
BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
Pesan-pesan PGS (pedoman gizi seimbang) :
1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
6. Biasakan Sarapan;
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Dalam penyusunan menu makanan sehari-hari sering dari kita bingung berapa
banyak porsi yang dibutuhkan, oleh sebab itu untuk memudahkan penyusunan menu
yang bervariasi dan bergizi disusun Daftar Bahan Makanan Penukar yang fungsinya
mengelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam pola menu simbang
dan zat gizi utama yang dikandungnya. Daftar Bahan Makanan Penukar pertama di
Indonesia disusun pada tahun 1972 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian
Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo yang terutama ditujukan untuk
menyusun diet pada penyakit diabetes mellitus. Pada tahun 1996 Direktoran gizi
mengeluarkan Daftar Padanan Bahan Makanan yang prinsipnya sama sengan Daftar
Penukar Bahan Makanan.
Daftar Bahan Makanan Penukar didalam buku ini dapat digunakan secara umum
dalam sehat dan sakit. Bahan makanan dibagi dalam selapan golongan sebagai
berikut :
I. Bahan makanan sumber karbohidrat.
II. Bahan makanan sumber protein hewani.
III. Bahan makanan sumber protein nabati.
IV. Sayuran.
V. Buah-buahan.
VI. Susu.
VII. Minyak.
VIII. Gula
Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam jumlah
yang zat gizinya setara atau ekivalen salam energy, karbohidrat, lemak, dan protein
(diperoleh dari kandungan rata-rata kandungan energy, karbohidrat, lemak, dan
protein bahan makanan dalam tiap golongan). Bahan makanan dalam jumlah tersebut
dapat saling menukarkan. Pada table dibawah ini memuat bahan makan tiap golongan
yang digunakan sebagai acuan, ukuran standar (dalam ukuran rumah tangga dan
gram) dan nilai energy, karbohidrat, lemak, dan protein.
Golongan Ukuran
Utr (1) Gra Energy Krbhdrat g Lemak g Protain g
m kkal
I. golongan gelas 100 175 40 - 4
karbohidrat
(nasi)
II. sumber 1 50 95 - 6 10
protei hewani potong
(daging sapi)
III. sumber 2 50 80 8 3 6
protein nabati potong
(tempe)
IV. sayuran 1 gelas 100 50 10 - 3
(sayuran
campur)
V. buah- 1 100 49 10 - -
buahan potong
(pepaya)
VI. susu (susu 1 gelas 200 130 9 7 7
sapi segar)
VII. minyak 5 45 - 5 -
(minyak sendok
goreng) makan
VIII.Gula 1 10 40 10 - -
(gula pasir) sendok
makan
sejak tahun 1980 Indonesia telah menunjukan perbaikan gizi meskipun dengan
kecepatan penurunan prevalensi kurang gizi yang lambat. Pada tahun 2005
diperkirakan lebih dari 200 juta (> 50%) penduduk Indonesia yang mesih menderita
berbagai jenis kekurangan gizi. Demikian pula halnya dengan masalah gizi Kurang
Energy Protein (KEP) pada anak balita dimana 5 tahun terakhir sejak tahun 1999
sampai 2004 tidak mengalami perubahan, prevalensi kurang gizi lainnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), anak balita pendek (Stunted), gizi kurang
(Underweight), anemia, dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium masih tinggi.
Masalah gizi di Indonesia menjadi semakin kompleks dengan meningkatnya masalah
kegemukan pada anak-anak dan meningkatnya insideh penyakit kardio vaskuler
(PKV) pada orang dewasa yang berkaitan dengan masalah gizi lebih. Factor-faktor
yang terkait dengan masalah kurang gizi adalah factor ekonomi sosial
(ketidakcukupan pangan, adanya penyakit infeksi, adanya praktik pengasuhan dan
perawatan anak yang kurang baik), kemiskinan, praktik pemberian makanan pada
anak, dan morbiditas anak balita.
Salah satu paradigm pembangunan bidang kesehatan adalah meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam upaya kesehatan. Disis lain paradigm upaya
perbaikan gizi masyarakat kedepan akan ditujukan untuk menciptakan keluarga sadar
gizi (KADARZI) sebagai jembatan antara untuk meningkatkan keadaan gizi
masyarakat. Pemanfaatan gizi dalam upaya perbaikan gizi masyarakat masih lebih
bersifat dengan pemberian dengan pemberian intervensi (PMT, MP-ASI, pil besi,
kapsul vitamin A dsb) kepada sasaran. Pada umumnya setiap intervensi yang
dilakukan masih belum menyertakan pendidikan atau penyuluhan gizi. Sebagai
konsekuansinya, pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi bagi kesehatan
masih rendah dan berakibat lebih lanjut pada sulitnya mempertahankan upaya
perbaikan gizi yang berkelanjutan (sustainable). Dalam hal ini masyarakat akan
sangat tergantung pada keberadaan program gizi untuk memperoleh zat gizi yang
diperlukan, kemandirian masyarakat kurang untuk berusaha memperoleh zat gizi
yang diperlukan.
Masalah gizi bukanlah masalah yang pemecahannya sederhana, akan tetapi sangat
kompleks mengikuti yang mengakibatkannya juga kompleks. Upaya KADARZI
merupakan tujuan antara (intermediet goal). Hal ini berarti bahwa untuk
meningkatkan keadaan gizi masyarakat, setiap upaya perbaikan gizi harus didukung
dengan pendidikan atau penyuluhan gizi agar pengetahuan dan pemahaman keluarga
tentang pentingnya gizi baik untuk hidup sehat meningkat. Diharapkan dengan
meningkatnya pengetahuan keluarga tentang gizi dan kesehatan, tercipta pula
keluarga yang mandiri dalam memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan bagi seluruh
anggota keluarga. Dengan demikian dalam memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan,
keluarga tidak bergantung pada keberadaan kegiatan program gizi. Dalam konsep
KADARZI, yang dimaksud dengan keluarga sadar gizi adalah keluarga yang mampu
mengenali masalah gizi dan kesehatan anggota keluarganya serta mampu mengatasi
atau mengupayakan bantuan untuk mengatasinya. Untuk menunjang pencapaian
KADARZI, perlu dilakukan reorientasi upaya perbaikan gizi yang telah ada dengan
meningkatkan koordinasi dengan berbagai sector terkait dan melibatkan masyarakat
dalam proses pengkajian masalah, perencanaan program dan pemantauan evaluasi
upaya program perbaikan gizi masyarakat. Dalam bukunya, Soekirman dkk
MENUNJUK PENTINGNYA strategi pengembangan/peningkatan upaya pendidikan
gizi bagi seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan teknologi komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) yang tepat dalam upaya mencapai KADARZI sebagai
tujuan antara dalam meningkatkan keadaan gizi masyarakat. Dalam hal ini
penggalianpenggalian nilai-nilai sosial-budaya dalam masyarakat yang sangat
bervariasi perlu ditingkatkan sehingga pesan-pesan pendidikan/penyuluhan gizi tidak
mengalami benturan atau hambatan dalam penyampaiannya. Dengan paradigma
upaya perbaikan gizi yang mengarah pada KADARZI, maka perlu didukung oleh
kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang gizi ke arah tersebut. Oleh
karena itu, peran Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ke depan dalam
penggalian faktor-faktor sosial-budaya masyarakat yang sangat beragam bagi
perumusan strategi pendidikan gizi untuk masyarakat menjadi sangat penting.
Tingkat kemiskinan diukur oleh indicator USD 1,00 per kapita perhari dan
tingkat kemiskinan diukur oleh garis kemiskinan nasional. Dari berbagai data yang
masuk dapat disimpulkan Indonesia diperkirakan dapat mencapai target MDGs
sebesar 15.5 persen pada tahun 2015. Prioritas kedepan untuk menurunkan
kemiskinan dan kelaparan adalah dengan memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan infrastruktur pendukung dan memperkuat sector pertanian. Perhatian
khusus perlu diberikan pada : (i) perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM); (ii) pemberdayaan masyarakat miskin dengan
meningkatkan akses dan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraan; (iii) peningkatan akses penduduk miskin terhadap pelayanan social dan
(iv) perbaiakn penyediaan proteksi social bagi kelompok termiskin di antara yang
miskin.
MDGs 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Upaya Indonesia untuk mencapai MDGs tenyang pendidikan dasar dan melek
huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan Indonesia
menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan menambahkan sekolah
menengah pertama sebagai sasaran pendidikan universal. Tantangan utama dalam
percepatan pencapaian sasaran MDGs pendidikan adalah meningkatkan pemerataan
akses secara adil bagi semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, untuk
mendapatkan nilai pendidikan dasar yang berkualitas disemua daerah. Berbagai
kebijakan dan program pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah : (i)
perluasan akses yang merata pada pendidikan dasar khususnya bagi masyarakat
miskin; (ii) peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; (iii) penguatan tatakelola
dan akuntabilitas pelayanan pendidikan. Kebijakan alikasi dana pemerintah bagi
sector pendidikan minimal sebesar 20 persen dari jumlah anggaran nasional akan
diteruskan untuk mengakselerasi pencapaian pendidikan dasar universal pada tahun
2015.
i. Jampersal
Kondisi ini tentu saja akan berdampak semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia dan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia tentu saja akan semakin
meningkatkan beban pemerintah untuk mensejahterakan kehidupan mereka. Jadi,
apakah pemerintah sudah memikirkan konsekuensi tersebut? Mari kita lihat dan kita
cermati bersama.
j. Jamkesmas
2) Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin
Pada tahun 2009 program ini mendanai biaya kesehatan untuk 76,4 juta penduduk ,
jumlah ini termasuk sekitar 2,650 juta anak terlantar, penghuni panti
jompo, tunawismadan penduduk yang tidak memiliki kartu tanda penduduk
Data Jamkesmas
Jumlah Penduduk
36,14 60 76,4 76,4 76,4. 76,4
sasaran (juta)
Anggaran ( Rp
2,23 2,6 3,526(2,8) 4,7(3,6) 3,6 5,1
Triliun )
A. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Walikota mengacu pada:
1) Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan Program
Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap
dengan nama dan alamat yang jelas (by name by address).
2) Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk kabupaten/kota setempat
yang ditetapkan sendiri oleh kabupaten/kota setempat lengkap dengan nama dan
alamat (by name by address) yang jelas.
b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak
memiliki identitas. c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki
kartu Jamkesmas. d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan
Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan
Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana
pelayanan diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang
Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana,
Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni
Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara e. Ibu hamil dan melahirkan
serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari) yang tidak memiliki jaminan
kesehatan f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan
Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah mendapat surat
keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Jaminan
Pelayanan Pengobatan Thalassaemia
k. Jamkesda
Pembuatan kacamata
Alat bantu dengar
Alat bantu gerak (kursi roda, tongkat penyangga, korset)
Pelayanan penunjang diagnostik canggih
General check-up
Sirkumsisi / sunatan
Bahan, alat dan atau tindakan yang bertujuan untuk kosmetika
Prosthesis gigi tiruan
Pengobatan alternatif (akupuntur, pengobatan tradisional)
Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapatkan
keturunan termasuk bayi tabung dan pengobatan impotensi
Cuci darah ke -7 dan seterusnya
Pemasangan Pin
Akibat kecelakaan lalulintas
Akibat Napza/Narkoba
SUMBER :
Jahari AB , 2005, Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam Menuju Gizi Baik untuk
Semua, Puslitbang Gizi dan Makanan, DepKes RI.
Setyowati, T., & Lubis, A. (2012). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (SUSENAS 2001). Buletin Penelitian Kesehatan, 31(4
Des).
Sembiring. N., 2004, Posyandu sebagai Saran Peran serta Masyarakat dalam
Peningkatan Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Sumatra Utara.
Wikipedia.com