Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Keputusan penggunann obat selalu mengandung pertimbangan antara


manfaat dan resiko. Tujuan pengkajian farmakoterapi adalah mendapatkan iuran
klinik yang dapat dipertanggungjawabkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan risiko minimal.untuk mencapai tujuan perlu adanya perubahan paradigm
pelayanan kefarmasian yang menuju kearah pharmaceutical care. Focus pelayanan
kefarmasian bergeser dari kepedulian terhadap obat (drug oriented) menuju
pelayanan optimal setiap individu pasien tentang penggunaan obat (patient oriented).
Untuk mewujudkan pharmaceutical care dengan risiko yang minimal pada pasien
pada pasien dan petugas kesehatan paerlu penerapan manajemen risiko.
Manajemen risiko adalah yang mendasar dari tanggungjawab apoteker.
Dalam upaya mengendalikan risiko, praktek konvensi farmasi telah berhasil
menurunkan biaya obat tapi belum menyelesaikan masalah sehubungan dengan
penggunaan obat. Pesatnya perkembangan teknologi farmasi yang menghasilkan
obat-obat baru juga membutuhkan perhatian akan kemungkinan terjadinya risiko
pada pasien.
Laporan dari IOM (Institute of Medicine) 1999 secara terbuka menyatakan
bahwa paling sedikit 44.000 bahkan 98.000 pasien meninggal di rumah sakit dalam
satu tahun akibat dari kesalahan medis (medical errors) yang sebetulnya bisa
dicegah. Kuantitas ini melebihi kematian akibat kecelakaan lalu lintas, kanker
payudara dan AIDS.
Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Konggres
PERSI Sep 2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama
(24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Jika disimak lebih lanjut, dalam
proses penggunaan obat yang meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan
administering, dispensing menduduki peringkat pertama.
Dengan demikian keselamatan pasien merupakan bagian penting dalam
risiko pelayanan di rumah sakit selain risiko keuangan (financial risk), risiko properti
(property risk), risiko tenaga profesi (professional risk) maupun risiko lingkungan
(environment risk) pelayanan dalam risiko manajemen.

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Definisi dan Tujuan Patient Safety
2. Keselamatan pasien dalam pelayanan kefarmasian
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Keselamatan Pasien di RS Secara Umum
4. Peranan farmasis (Apoteker dan Asisten Apoteker) pada pasien safety yang
terdapat pada SOP
5. Penenganan dan Penyimpanan obat / bahan (LASA dan High Alert) berbahaya di
Rumah Sakit
6. Angka kejadian (adverse event) di Rumah Sakit
7. Patient safety menurut UU.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Patien Safety
Patient safety (keselamatan pasien) adalah suatu sisteem yang membuat
asuhan dirumah sakit menjadi lebih aman, system ini mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh akibat melkasanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya.
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang
meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam
mencapai tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
Keselamatan pasien (Patient safety) secara sederhana di definisikan sebagai
suatu upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Walaupun mempunyai
definisi yang sangat sederhana, tetapi upaya untuk menjamin keselamatan pasien di
fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan banyak hambatan. Konsep keselamatan
pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu. Strategi untuk meningkatkan
keselamatan pasien :
a. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
b. Melakukan praktek klinik yang aman dan dalam lingkungan yang aman
c. Melaksanakan manajemen risiko, contoh : pengendalian infeksi
d. Membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan risiko yang
berorientasi kepada pasien.
e. Meningkatkan keselamatan pasien dengan :
mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)
membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event
mengurangi efek akibat adverse event

Pada tanggal 18 Januari 2002, WHO telah mengeluarkan suatu resolusi untuk
membentuk program manajemen risiko untuk keselamatan pasien yang terdiri dari 4
aspek utama:
1. Penentuan tentang norma-norma global, standar dan pedoman untuk definisi,
pengukuran dan pelaporan dalam mengambil tindakan pencegahan, dan
menerapkan ukuran untuk mengurangi resiko
2. Penyusunan kebijakan berdasarkan bukti (evidence-based) dalam standar
global yang akan meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan penekanan
tertentu pada beberapa aspek seperti keamanan produk, praktek klinik yang
aman sesuai dengan pedoman, penggunaan produk obat dan alat kesehatan
yang aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan pada petugas
kesehatan dan institusi pendidikan.
3. Pengembangan mekanisme melalui akreditasi dan instrumen lain, untuk
mengenali karakteristik penyedia pelayanan kesehatan yang unggul dalam
keselamatan pasien secara internasional
4. Mendorong penelitian tentang keselamatan pasien

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan (pelayanan) kepada pasien agar lebih aman.
Tujuan patient safety sebagai berikut
1. Terciptanya budaya keselamat pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan rumah sakit
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

II.2 Keselamatan pasien dalam pelayanan kefarmasian


Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu
difahami dan disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
a. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
b. Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
c. Kejadan Sentinel
d. Adverse Drug Event
e. Adverse Drug Reaction
f. Medication Error
g. Efek samping obat
Menurut Nebeker JR dkk. dalam tulisannya Clarifying Adverse Drug Events:
A Clinicians Guide to terminology, Documentation, and Reporting, serta dari
Glossary AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) dapat disimpulkan
definisi beberapa istilah yang berhubungan dengan cedera akibat obat sebagaimana
yang disajikan dalam Tabel 1.

TABEL 1
RINGKASAN DEFINISI YANG BERHUBUNGAN DENGAN CEDERA AKIBAT
OBAT
ISTILAH DEFINISI CEDERA
Kejadian yang tidak Kejadian cedera pada pasien Iritasi pada kulit karena
diharapkan (Adverse Event) selama proses terapi/ penggunaan perban. Jatuh
penatalaksanaan medis. dari tempat tidur.
Penatalaksanaan medis
mencakup seluruh aspek
pelayanan, termasuk
diagnosa, terapi, kegagalan
diagnosa/terapi, sistem,
peralatan untuk pelayanan.
Adverse event dapat dicegah
atau tidak dapat dicegah.
Reaksi obat yang tidak Kejadian cedera pada pasien Steven-Johnson Syndrom
diharapkan (Adverse Drug selama proses terapi akibat : Sulfa, Obat epilepsi dll
Reaction) penggunaan obat.

Kejadian tentang obat yang Respons yang tidak Shok anafilaksis pada
tidak diharapkan (Adverse diharapkan terhadap terapi penggunaan antbiotik
Drug Event) obat dan mengganggu atau golongan penisilin
menimbulkan cedera pada Mengantuk pada penggunaan

penggunaan obat dosis CTM


normal. Reaksi Obat Yang
Tidak Diharapkan (ROTD)
ada yang berkaitan dengan
efek farmakologi/
mekanisme kerja
(efek samping) ada yang
tidak berkaitan dengan efek
farmakologi (reaksi
hipersensitivitas).
Efek obat yang tidak Respons yang tidak Shok anafilaksis pada
diharapkan (Adverse drug diharapkan terhadap terapi penggunaan antbiotik
effect) obat dan mengganggu atau golongan penisilin.
menimbulkan cedera pada Mengantuk pada penggunaan
penggunaan obat dosis lazim CTM
Sama dengan ROTD tapi
dilihat dari sudut pandang
obat. ROTD dilihat dari
sudut pandang pasien.
Cedera dapat terjadi atau tidak terjadi
Medication Error Kejadian yang dapat dicegah Peresepan obat yang
akibat penggunaan obat, tidak rasional. Kesalahan
yang menyebabkan cedera. perhitungan dosis pada
peracikan. Ketidakpatuhan
pasien sehingga terjadi dosis
berlebih.
Efek Samping Efek yang dapat diprediksi, (sebaiknya istilah ini
tergantung pada dosis, yang dihindarkan)
bukan efek tujuan obat. Efek
samping dapat dikehendaki,
tidak dikehendaki, atau tidak
ada kaitannya.

Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta contohnya


sehingga dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan cedera akibat penggunaan obat dalam melaksanakan program Keselamatan
pasien.
Berdasarkan laporan IOM (Institute of Medicine) tentang adverse event yang
dialami pasien, disebutkan bahwa insiden berhubungan dengan pengobatan
menempati urutan utama. Disimak dari aspek biaya, kejadian 459 adverse drug event
dari 14732 bernilai sebesar $348 juta, senilai $159 juta yang dapat dicegah (265 dari
459 kejadian). Sebagian besar tidak menimbulkan cedera namun tetap menimbulkan
konsekuensi biaya. Atas kejadian tersebut, IOM merekomendasikan untuk :
1. Menetapkan suatu fokus nasional terhadap isu tersebut
2. Mengembangkan suatu sistem pelaporan kesalahan secara nasional
3. Meningkatkan standar organisasi
4. Menciptakan sistem keselamatan dalam organisasi kesehatan.

II.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan Keselamatan Pasien di RS Secara Umum


Pelaksanaan Patient safety meliputi : Sembilan solusi keselamatan Pasien
di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
II.4 Standar Operansional Prosedur Pelyanan Kefarmasian di Rumah Sakit
A. Peranan apoteker pada patient safety
1) Mengelola laporan medication error.
2) Mengidentifikasi pelaksanaan praktik profesi terbaik untuk menjamin
keselamatan pasien.
3) Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk melaksanakan praktik
pengobatan yang aman.
4) Berpartisipasi dalam komite/tim yang berhubungan dengan keselamatan
pasien.
5) Terlibat dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat.
6) Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan keselamatan pasien
yang ada.
B. Peran Asisten Apoteker terhadap patient safety
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu kegiatan farmasis
untuk meningkatkan keselamatan pasien harus sesuai dengan SOP ( Standar
Operasional Prosedur) sebagai berikut :

1. Prosedur SOP Dispensing


a. Menerima resep.
Menyapa pelanggan sambil tersenyum.
Membuat kontak mata dan menerima resep dalam cara bermartabat.
b. Memeriksa resep.
Resep diperiksa legalitasnya & mudah dibaca.
Membaca resep dengan benar meliputi nama, indikasi, dosis,kuantitas
obat. Konfirmasikan dengan senior ahli farmasi atau apoteker ,untuk
menghindari keraguan.
Jika resep ini meragukan , konfirmasikan dengan dokter melalui telepon.
c. Periksa ketersedian stok semua obat-obatan yang akan diberikan
d. Menyimpan obat obatan dalam wadah di depan pelanggan
e. Memberikan informasi yang relevan ke pelanggan, dan menjelaskan instruksi
tentang pemakaian obatnya, penyimpanannya dll
f. Dilanjutkan dengan penagihan setelah konfirmasi dengan pasien atau
pelanggan.
g. Sebelum penagihan ,periksalah resep untuk memastikan bahwa obat-obatan
yang diserahkan adalah benar
h. Setelah penagihan petugas mengumpulkan tagihan dan berdasarkan
peraturan harus ditanda tangani oleh seorang apoteker
i. Memberikan tagihan asli kepada pelanggan dan menyimpan copiannya
j. Kemasan obat dimasukan dalam bingkisan disimpan bersama dengan tagihan
k. Setelah pembayaran tagihan,memastikan penyampaian yang benar dan
memberikan bingkisannya ke pelanggan

2. Prosedur SOP Expire Goods


a. Mempertahankan designated area/lemari atau rak untuk menyimpan barang
kadaluarsa
b. Cukup kawasan labelKadaluarsa BARANG NOTFOR SALE. Tanda ini
harus dibaca dan mudah terlihat
c. Menetapkan tanggungjawab untuk penanganan barang kadaluarsa ditujukan
untuk personil
d. Sebelum produk barang kadaluarsa ini disimpan dilemari mendaftar
membuat entri dalam kadalauarsa barang untuk tujuan ini dipelihara secara
khusus
e. Kadaluarsa barang yang baik kembali kepada stockist atau pabrikan atau ikut
meletakkan panduan untuk perawatan barang kadaluarsa
f. Peningkatan barang kadaluarsa bersamaan dengan kadaluarsa dari barang
rak, mendaftarkan dengan membuat entry lagi dan dipertahankan
g. Dalam keadaan tidak harus expired goods akan disalurkan
h. Dalam kasus tertentu strip dipotong,dll yang tidak akan diambil kembali oleh
stockist, dan yang sesuai tindakan harus diambil.

3. Prosedur SOP Pelayanan Resep


a. Saat melayani resep, berikan perhatianmu pada pasien, jangan mencoba
melayani 2 resep sekaligus dalam satu waktu
b. Saat menerima resep, periksa baik-baik kelengkapannya, ketepatannya dan
kelegalannya
c. Melangkah menuju rak obat yang dibutuhkan
d. Cek nama, dosis, bentuk dan kekuatan obat yang diresepkan
e. Saat mengambil obat, ambil obat tersebut dari depan atau dari kanan (obat-
obat yang kadaluarsanya masih lama disimpan dibelakang atau bagian kiri)
f. Cek kadaluarsanya
g. Letakkan semua obat yang telah diambil pada konter didepan pasien
h. Setelah menerima persetujuan pasien, proses penagihan dilakukan
i. Saat penagihan, tempatkanlah obat di kotak yang telah disediakan untuk
penagihan
j. Buat tanda terima untuk pasien yang berisi nama obat, nomor batch, tanggal
kadaluarsa dan harga obatnya
k. Setelah penagihan, letakkan obat di kotak yang tersedia, siap untuk dikemas
l. Pastikan bahwa keduanya,orang yang melayani resep sama dengan orang
yang menyiapkan tagihan serta menandai tagihan(setidaknya salah satu
diantara mereka adalah seorang ahli farmasi)
m. Kirim obat ke kasir dan serahkan pada pasien setelah mereka membayar
tagihannya
n. Setelah selesai melayani resep, stempel resep dengan stempel OBAT
TELAH DISERAHKAN untuk mencegah penyalahgunaan obat
o. Sebelum pasien meninggalkan apotek, jelaskanlah pada pasien mengenai
aturan dosisnya, jenis diet, tindakan pencegahan khusus, dan sampaikan
harapan anda akan kesembuhannya.
p. Setelah melayani resep, pastikan tidak ada kotak kosong atau potonan strep
yang tertinggal diatas konter. Kembalikan obat-obat ke raknya masing-
masing

4. Prosedur SOP Rekam Medik


a. Mencantumkan semua rincian data personal
Nama lengkap
Alamat
Umur
Jenis Kelamin
b. Mencatat kondisi atau penyakit yang diderita pasien (kronik atau akut)
c. Mencatat semua rincian pengobatan yang diterima oleh pasien selama tahun
sebelumnya atau lebih
Nama obat
Potensi/kekuatan
Dosis yang diperoleh
Durasi untuk obat yang dikonsumsi
d. Mencatat reaksi alergi atau hipersensitivitas terhadap obat-obat yang
sebelumnya pernah terjadi
e. Menulis reaksi efek samping, interaksi obat yang dialami oleh pasien dari
waktu ke waktu, juga dicatat pengobatan (jika ada), yang diberikan untuk
mengatasi reaksi tersebut
f. Menulis ketergantungan terhadap obat yang dialami pasien dan apakah
dalam peresepan dokter mengetahui hal itu
g. Termasuk rincian tentang diet pasien atau jika pasien mengkonsumsi
minuman alkohol, tembakau, teh atau kopi (catat frekuensi dan jumlahnya)
h. Temukan masalah yang dialami pasien selama pemberian obat misalnya
kesulitan dalam menelan sediaan bentuk padat dsb, dan catat hal tersebut
i. Perbaharui rekam medik setiap pasien datang dengan resep atau sekalipun
mengkonsumsi obat-obat bebas
j. Menyimpan rekam medik pasien dalam urutan alfabet (baik manual atau
sistem komputerisasi), tiap nama keluarga pasien untuk memudahkan dalam
pencarian kembali
k. Mencantumkan tanggal kapan catatan baru dibuat pada saat itu juga
l. Jika anda mencantumkan tanda terperinci (jika manual) atau mencantumkan
nama anda/password/kode (jika dikomputerisasi)
m. Untuk catatan yang dikomputerisasi pertahankan sebuah kode untuk
mengakses rekam medik, diperlihatkan hanya pada farmasis yang menangani
rekam medik pasien. Ubah kode ini tiap bulan untuk mencegah perubahan
disengaja. Simpan rekam medik manual dalam keadaan terkunci
n. Simpan dan pelihara semua data dan informasi yang berhubungan dengan
pasien degan suatu cara yang menyisakan rahasia dan hanyadapat diambil
oleh orang yang dikuasakan
o. Bagi data ini dengan tenaga kesehatan profesional hanya dengan permintaan
khusus oleh pasien demi kepentingan pasien

5. Prosedur SOP Pengemasan


a. Setelah obat siap untuk diberikan kepada pasien, berikan bukti pembayaran
yang asli kepada pasien, dan simpan salinan pembayaran obat dari pasien
pada suatu kotak yang terpisah.
b. Sementara pengemasan obat dilakukan apoteker memastikan/memverivikasi
bahwa obat yang akan dikemas terdapat pada etalase apotik. lalu obat
dimasukkan dalam kotak bersama dengan bukti pembayaran.
c. Setelah dilakukan verivikasi, kotak obat ditempatkan dalam paper bags atau
carry bags.
d. Berhati-hati dalam membawa kotak obat dalam paper bags/caryy bags. Tutup
dan segel tas tersebut.
e. Kotak obat diberikan kepada pasien setelah melihat bukti pembayaran yang
asli.(seperti materai atau nota asli).
f. Pada tahap berikutnya,cek bahwa kotak obat telah diberikan kepada
pasien,dan simpan salinan bukti pembayaran.
g. Sementara obat diberikan kepada pasien,diwajibkan memberikan penjelasan
mengenai pemeliharaan dan tempat pemyimpanan yang sesuai.
h. Dalam pengemasan bahan yang harus berada pada lemari pendingin, dapat
disediakan kemasan khusus, sebagai alternatif dalam kemasan diberi
potongan es atau kantong plastik/tas yang berisi kotak obat dibungkus
kembali dengan plastik yang telah diisi dengan potongan es. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga atau mempertahankan temperatur.
i. Berhati-hati dalam mengemasi botol-botol obat untuk mencegah kerusakan.
j. Ketika mengemas satu ampul, ampul harus dibungkus dengan kapas lalu
dimasukkan dalam amplop kecil,kemudian ditempatkan dalam kotak obat
lalu kotak dimasukkan dalam paper bags/carry bags untuk mencegah
kerusakan.
k. Apabila mendapatkan resep obat-obat dari dokter hewan, kemasan atau
kantung-kantung obat sebaiknya dipisahkan dengan kantung obat untuk
penggunaan manusia.

II.5 Penanganan dan penyimpanan obat/ bahan yang tergolong LASA (Look Alike
Sound Alike) dan High Alert
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
menyatakan obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah obat
yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).

The Institute for Healthcare Improvement (IHI) mendefinisikan obat high


alert sebagai obat yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya ketika digunakan.
The Joint Commission menggambarkan obat high alert sebagai obat yang
mempunyai risiko paling tinggi menyebabkan bahaya ketika misuse.

Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah


pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%,
dan magnesium sulfat 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat
kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan
gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan
pasien ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan
dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga
mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar operasi, serta pemberian label secara benar
pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi
akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati (Departemen
Kesehatan, 2008).

Institute for Safe Medication Practices (ISMPs) mendefinisikan obat high


alert adalah obat-obat yang berisiko tinggi menyebabkan bahaya bagi pasien ketika
mungkin atau tidak mungkin salah (error) digunakan. Berdasarkan laporan error
yang disampaikan kepada ISMP National Medication Errors Reporting Program,
laporan error yang berbahaya dalam literatur, dan masukan dari praktisi dan ahli
keselamatan pasien, ISMP membuat dan mengupdate secara periodik daftar obat-obat
potensial high alert selama Oktober 2011 Februari 2012 (Tabel).

Tabel Daftar obat-obat high alert (ISMP, 2012)

Kelas/kategori obat
Adrenergic agonists IV (epinephrine, phenylephrine, noreinephrine)
Adrenergik antagonists IV (propanolol, metoprolol, labetolol)
Anesthetic agents, general, inhaled and IV (propofol, ketamine)
Antiarrhythmic, IV (lidocaine, amiodarone)
Antithrombotic agents, including :
Anticoagulants (warfarin, low-molecular-wight heparin, IV
unfractioned heparin)

Factor Xa inhibitors (fondaparinux)

Direct thrombin inhibitors (argatroban, bivalirudin, dabigatran


etexillate, lepirudin)

Thrombolytics (alteplase, reteplase, tenecteplase)

Glycoprotein IIb/IIIa inhibitors (eptifibatide)

Contoh obat Look Alike Sound Alike (LASA) menurut AHFS drug
Information
Golongan Nama Dagang Nama Dagang Golongan
Antiulcer Losec (Omeprazole) Laxic (Furosemid) Diuretic
Analgetik Mefinter Metifer Noortropic-
(as.mefenamat) (mecobolamin) neurotonic
Antikolesterol Leschol (fluvastatin) Lesichol (lecithin, Fosfolipid
Vitamin) esensial
Antiemiti, Chlorpromazine Chlorpropamid Antidabetes
antivertigo,
antipsikosis

Antihistamin Diphenhyramin Dimenhydrinat Antiemetic,


antivertigo

II.6 Angka kejadian kecelakaandi Rumah Sakit


Angka kejadian yang dilaporkan cukup beragam. Dari negara-negara Barat,
ternyata angka-angka yang didapatkan cukup mengejutkan, yakni:
Dari pasien rawat tinggal, yang rata-rata menerima 5-10 jenis obat selama 10 hari
perawatan di rumah sakit, + 25% nya akan menderita 1 macam atau lebih efek
samping obat dari berbagai derajad, dan 1% menderita efek samping yang
membahayakan kehidupan. Pada pasien rawat tinggal ini, efek samping yang
berat paling banyak terjadi pada pengobatan kemoterapi kanker.
Di praktek swasta, kemungkinan terjadinya efek samping jauh lebih besar.
Terbukti dari pasien akut yang masuk rumah sakit (hospital admission), + 25%
nya ternyata disebabkan karena atau berhubungan dengan efek samping obat.
Dari kematian di rumah sakit, 0,24 - 2,9% adalah karena efek samping obat.
Golongan umur yang terbanyak mengalami efek samping adalah orang tua.
Kelompok ini umumnya menerima jenis obat cukup banyak, sedangkan respons
farmakokinetik dan farmakodinamik tidak
II.6 Patient safety menurut UU.
Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien di Rumah Sakit termuat
dalam Pasal 43 UU No.44/2009
1. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan.
3. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan


pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko
MAKALAH
FARMASI RUMAH SAKIT

KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY) di RUMAH SAKIT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

ALWIDAH LESTARI (PO.71.3 251.11.1.003)


ASMALIA SARDA (PO.71.3.251.11.1.008)
AZIMA (PO.71.3.251.11.1.011)
ST. HAJAR IRMAWATI (PO.71.3.251.11.0 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
2013

Anda mungkin juga menyukai