SKRIPSI
Oleh:
ARIE WIRAWAN BUDHI PRASETYO
E1A009196
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Oleh:
ARIE WIRAWAN BUDHI PRASETYO
E1A009196
Oleh :
Maksud Skripsi untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada
Z
iv
SURAT PERNYATAAN
NIM : E1A009196
Yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya sendiri, tidak menjiplak hasil
sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia dinakan sanksi apapun dari
Fakultas, termasuk pencabutan gelar Sarjana Hukum (SH) yang saya sandang.
NIM. E1A009196
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik
seluruh jajarannya;
2. Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I atas
4. Weda Kupita, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah banyak
Soedirman, Purwokerto;
Soedirman, Purwokerto;
7. Sunardi sebagai Ayah Kandung tercinta dari penulis atas segala dukungan
baik doa dan usaha serta segala kesabaran dalam membimbing penulis
8. Erlina Bhudianingsih sebagai Ibu Kandung tercinta dari penulis atas segala
dukungan baik doa dan usaha serta segala kesabaran dalam membimbing
10. Devi Kurnia Sofia sebagai orang yang telah mensuport penulis selama
11. Teman-teman dan bapak / ibu guru TK Putra III, SD Negeri 07 atau 03
yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan,
persatu yang telah memberi bantuan, saran serta doa demi kelancaran
16. Teman-teman Tarung Derajat SATLAT SMAN 1 Banjar yang tidak bisa
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
perkuliahan. Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat
masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya
Penulis
NIM. E1A009196
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
Authentication does not effort to seek the perpetrators mistake but it has
special aim to look for the truth and material justice. It need evidential tool to
prove perpetrators mistake in authentication. The evidential tools that may be
submitted to the court are: witness statement, experts statement, official letter,
hints, suspects statement.
People out of the court often interven in courts decision in blasphemy
caseas they are very emotional toward the case. It can affect the judge not
carefully in assessing evidential tools. OJ alias RJD who held for blasphemy
case is convicted of violating law, article 156a and article 378 KUHP based on
Ciamis District Courts Decision Number : 157/Pid.B/2011/PN.Cms,
Authentication system which is used in authentication process based on
Ciamis District Courts Decision Number : 157/Pid.B/2011/PN.Cms is system
based on negative law. The evidential tools which is used for judges
consideration in deciding the case are witnesss statement, experts statement and
suspects statement. Although one of witness which is present in court give the
statement that there are articles mentioning disallowance for salat, dhikr, and
other worships, it is not considered as exhibit in authentication process.
In this blashphemy case, the exhibit should be provided in court in order
not to give the perception that blasphemy held by the suspect is ony issue arising
in society.
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
C. Pembuktian
A. Hasil Penelitian
3. Pembuktian
5. Putusan Pengadilan
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia sangat berbahaya,
merta indah pula dalam kenyataannya. Banyak sekali Warga Negara Indonesia
Kebebasan itu hanya ada dalam agama yang diakui pemerintah, artinya kalau
memeluk agama di luar agama yang diakui itu maka ada efek yang dapat
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang sering disebut dengan pasal
Penodaan Agama yang selama ini dijadikan dasar hukum, selain Undang-Undang
menistakan agama ataukah tidak. Seringkali pula ini hanya merupakan persepsi
lingkungan masyarakat padahal patut diduga hal tersebut bisa saja hanya
dalam sidang pengadilan, seringkali Majelis Hakim mendapat intervensi dari para
Padahal keyakinan hakim merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pengadilan, tahap pembuktian merupakan hal yang sangat penting dalam arti
bersalah atau tidak, dan seringkali proses pembuktian tidak berjalan sesuai dengan
aturan hukum yang ada. Penegak hukum sekiranya memiliki pedoman dalam
beracara, sehingga hak-hak asasi mereka yang diduga melakukan perbuatan yang
yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kedua, berupa keamanan hukum bagi
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
yang dinyatakan berlaku di Indonesia harus ditaati, dalam pengertian bahwa bagi
para teoritis banyak hal yang dapat diperbuat untuk disumbangkan kepada
kebutuhan penerapan hukum agar dapat berlaku dan hidup sesuai dengan cita-cita
hukum.
Hakim dalam menjatuhkan putusan selalu mendasari pada alat bukti yang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang
merumuskan:
menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan
1
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Keempat, Jakarta, Kencana
Prenada Media Grup, 2012, hlm. 137.
4
pembuktian harus didasarkan pada alat bukti yang sah. Alat bukti yang sah yang
dimaksud terdapat dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Republik
Pidana disebutkan alat bukti yang sah yang membantu hakim dalam mengambil
keputusan seperti :
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan Ahli;
3. Surat;
4. Petunjuk;
5. Keterangan Terdakwa.
kurangnya terdapat dua alat bukti yang sah serta hakim yakin atas tindak pidana
secara materil, dengan kata lain menemukan dan mencari bukti-bukti guna
yang dianut di Indonesia yang dalam kasus ini adalah agama Islam, dimana hakim
memutus kepada Terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan
membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah) terbukti melanggar
5
Pasal 156a dan Pasal 378 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
penyesuaian antara alat bukti berupa keterangan para saksi, keterangan ahli, dan
keterangan Terdakwa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
157/Pid.B/2011/PN.Cms.
157/Pid.B/2011/PN.Cms.
6
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
di Indonesia.
2. Kegunaan Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berlakunya hukum pidana. Hal itu juga yang dikatakan oleh A. Chanur Arrasjid
bahwa:
2
A. Chanur Arrasjid, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. halaman 110.
3
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2010, hlm 193.
8
dihukum dan macam- macam hukuman yang dapat dijatuhkan kepada pelaku
perbuatan pidana.
4
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan
Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm 1.
5
Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2004,
hlm 101.
9
sangat erat.
Hukum acara pidana juga memiliki tugas penting yang sejalan dengan
tujuan hukum acara pidana. Hibnu Nugroho mengatakan bahwa:
Tugas penting yang diemban oleh hukum acara pidana adalah
memberikan bingkai yang menjadi garis merah kepada para penegak
hukum dalam melaksanakan tugasnya agar tidak melampaui batas
kewenangannnya, mengingat setiap pelaksanaan suatu penegakan
hukum akan berkaitan langsung dengan pelanggaran HAM, terutama
HAM bagi tersangka/Terdakwa.6
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa Hukum Acara Pidana tidak
Suatu aturan hukum yang dibuat pasti memiliki tujuan. Tujuan Hukum
Acara Pidana sangat erat hubungannya dengan tujuan Hukum Pidana. Tujuan
Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidaknya
suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara
jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah pelaku yang tepat
6
Hibnu Nugroho, Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Media
Prima Aksara, Jakarta, 2012, hlm 31.
10
terbukti bahwa tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa
perbuatan pidana, pelaku perbuatan pidana yang dapat dihukum, dan macam-
saling melengkapi, karena tanpa hukum pidana, hukum acara pidana tidak
berfungsi. Sebaliknya tanpa hukum acara pidana, hukum pidana juga tidak
7
Sangatta, 2013, Hukum Acara Pidana, http://www. http://statushukum.com. Diakses pada
7 Mei 2013
8
Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 83.
11
hukum terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan
oleh undang-undang.
Selain itu hukum acara pidana memiliki beberapa fungsi, antara lain
adalah fungsi represif dan fungsi preventif. Fungsi represif dalam hukum acara
sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan dalam hukum pidana terhadap suatu
Fungsi preventif dalam hukum acara pidana ini dapat berjalan dengan baik
baik pula agar dapat mencegah terjadinya perbuatan pidana yang sama dalam
masyarakat.9
dalam aturan-aturan hukum. Asas hukum bersifat umum oleh karena itu harus
hukum tidak ada dalam sebuah aturan hukum maka aturan tersebut tidak
9
Sangatta, 2013, Hukum Acara Pidana, http://statushukum.com/hukum-acara-pidana.html,
diakses pada 7 Mei 2013
12
dapat dimengerti. Hal tersebut yang dikatakan oleh Hibnu Nugroho 10 bahwa
asas hukum bukanlah hukum, namun hukum tidak akan dimengerti tanpa
asas-asas tersebut.
Hukum acara pidana juga memiliki asas-asas hukum acara pidana agar
hukum acara pidana dapat dimengerti. Asas-asas hukum acara pidana yaitu:
Asas ini sebenarnya telah ada sejak berlakunya HIR. Peradilan cepat
dalam HIR misalnya dalam Pasal 71 HIR ada kata-kata satu kali 24 jam.
merumuskan:
10
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.hlm.33.
13
dirumuskan:
penghargaan terhadap hak asasi manusia dan juga agar negara dapat
11
Ibid, hlm.54.
14
dari hak asasi manusia. Begitu pula peradilan bebas, jujur, dan tidak
Penahanan merupakan suatu hak dari para penegak hukum pidana yang
waktu penahanan bagi penyidik adalah 20 hari dan dapat diperpanjang atas
izin penuntut umum selama 40 hari yang diatur di dalam Pasal 24 ayat (1)
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam hal ini batas waktu 60
hari tidak selalu digunakan, hal ini hanya batas waktu maksimum yang
yang dituju maka Terdakwa harus segera dikeluarkan demi hukum dan
tanpa syarat apapun. Maka dalam hal ini penyidik harus segera
12
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2011,.hlm.13.
15
dirumuskan:
Asas ini memiliki tujuan untuk memberi perlindungan terhadap hak asasi
dan nama baik seseorang. Hal itu disebabkan karena karena seseorang
sidang pengadilan belum tentu dia bersalah melakukan tindak pidana yang
disangkakan kepadanya.
16
3. Asas Oportunitas
semua jaksa dapat memberlakukan asas ini. Hal ini diatur oleh Pasal 35 c
13
Ibid, hlm.17.
17
dalam rumusan Pasal 153 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
dirumuskan:
Arti dari rumusan pasal tersebut berarti asas ini hanya berlaku dalam
14
M. Yahya Harahap, Op.Cit.hlm.56-57.
18
Terlaksananya asas ini terdapat di dalam Pasal 153 ayat (4) Undang-
(4) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3)
Tidak peduli seseorang berasal dari mana, memiliki jenis kelamin apa,
seseorang bersalah maka harus dihukum dan jika tidak maka harus
Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan
tidak mengadakan pembedaan perlakuan.
Asas semua orang diperlakukan sama di depan hukum terdapat
jabatannya yang bersifat tetap. Sistem ini berbeda dengan sistem juri. Andi
bantuan hukum. Asas ini terdapat dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 74
15
Hibnu Nugroho, Op.Cit.hlm 36-37.
16
Andi Hamzah, Op.Cit.hlm 22.
20
tindakan pemeriksaan. Asas ini adalah asas yang dianut oleh Undang-
Acara Pidana (KUHAP) yang berbeda dengan yang dianut oleh HIR yang
dengan perubahan istilah salah satu alat bukti. Dalam HIR disebut dengan
ini yang membedakan dengan acara perdata. Dalam acara perdata tergugat
Hal ini bisa dilihat dalam Pasal 153 ayat (2) huruf a Undang-Undang
18
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op.Cit, hlm.3.
22
teliti dan cermat dimana tidak hanya keterangannya saja yang bisa diteliti
C. Pembuktian
1. Pengertian Pembuktian
hukum terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan
memberikan pengertian.
mengatakan:
mengatakan bahwa:
19
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm
273.
23
mencari kebenaran diperlukan bukti-bukti. Hal itu seperti yang dijelaskan oleh
20
Leden Marpaung, Proses Penangan Perkara Pidana(Penyelidikan & Penyidikan) Bagian
Pertama Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 22-23.
21
Darwan Prinst, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik, Djambatan, Jakarta, 2002, hlm 137.
24
(Convictim in Time).
diambil dan disimpulkan dari alat-alat bukti maupun tanpa alat bukti
Terdakwa.
22
M Yahya Harahap, Op.Cit. hlm. 277.
25
hakim tidak dibatasi oleh apapun sehingga hakim terlalu bebas yang
23
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2011. hlm.252.
24
Ibid, hlm.252-253.
26
aturan undang-undang.
Positif.
dalam hal ini keyakinan hakim tidak memiliki peranan. Sistem ini
25
M Yahya Harahap, Op.Cit. hlm. 277.
27
undang-undang.
Negatif.
mengatakan bahwa:
dua komponen:
b. dan keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara dan
26
Ibid, hlm 278.
28
Mengenai macam-macam alat bukti diatur dalam Pasal 184 ayat (1)
1. Keterangan Saksi
merumuskan:
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
adalah alat bukti yang sah, keterangan saksi harus memenuhi ketentuan
agar dapat menjadi alat bukti yang sah. Ketentuan tersebut yaitu:
menjadi alat bukti yang sah. Pasal 160 ayat (3) Undang-Undang Nomor
(KUHAP) merumuskan:
Hal ini diatur dalam Pasal 185 ayat (7) Undang-Undang Nomor 8
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di sidang pengadilan.
3. Keterangan tersebut adalah keterangan tentang apa yang ia dengar
peristiwa pidana.
dikatakan di muka, dalam ketentuan yang diatur dalam Pasal 185 ayat
penuntut umum, hakim maupun penasihat hukum, yakni asas unus testis
nullus testis, atau yang di dalam praktik juga sering disebut dengan
2. Keterangan Ahli
27
Ibid., hlm.417-418.
31
Pidana (KUHAP), tetapi bisa didapatkan dari para ahli. Pengertian surat
Suhasril28 surat ialah segala sesuatu yang mengandung tanda baca yang
berikut:
Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat
atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya
sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangannya itu;
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal
yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu
hal atau sesuatu keadaan;
28
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril,Op.Cit.hlm.127.
32
dengan sumpah. Selain itu surat pada huruf d hanya dapat berlaku
jika ada hubungannnya dengan isi alat bukti lain. Hal ini dapat
bukti lain. Oleh karena itu, nilainya sebagai alat bukti, tergantung
pada isinya. Jika isinya tidak ada hubungan dengan alat bukti
pembuktian.
perundang-undangan.
29
Ibid, hlm.128.
34
alat bukti petunjuk adalah merupakan alat bukti tidak langsung, karena
menghubungkan suatu alat bukti dengan alat bukti lainnya dan memilih
yang ada persesuaiannya satu sama lain. Dalam hal ini penilaian yang
dilakukan oleh hakim diperlukan sikap arif lagi bijaksana setelah hakim
5. Keterangan Terdakwa.
30
Loc. Cit.
35
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Hal itu salah satu
paling akhir agar Terdakwa dapat secara jelas mengerti tidak pidana
31
Andi Hamzah, Op.Cit., hlm.281.
36
keterangan saksi.
Hukum Acara Pidana yang terdiri dari empat ayat yang terumuskan
sebagai berikut:
antaranya:
32
Ibid, hlm.280.
37
33
M. Yahya Harahap, 2001, Op. cit., hlm. 299
34
M. Yahya Harahap, 2001, Op. cit., hlm. 311-312.
38
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana itu adalah:
menentukan jenis alat bukti apa saja yang dapat digunakan dalam
Lamintang bahwa:
dipenuhi batas minimum pembuktian dengan alat bukti yang sah jua
35
Hibnu Nugroho, Op.Cit.hlm. 9.
36
Loc.Cit.
39
yang sah dan baru mempunyai nilai pembuktian yang cukup. Dalam hal ini
alat bukti yang sah didefinisikan sebagai alat bukti yang tercantum di dalam
37
M. Yahya Harahap. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Jakarta : Sinar
Grafika hal. 279
38
Mulyadi, Lilik. 2012. Hukum Acara Pidana Normatif, Teeoritis, Praktik dan
Permasalahannya. Bandung : P.T. ALUMNI hal : 199
40
pembuktian dengan alat bukti yang sah maka dalam pembuktian yang cukup
Hingga saat ini belum ada kesepakatan para sarjana tentang pengertian
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
unsurnya, maka yang mula-mula dapat kita jumpai adalah disebutkan sesuatu
dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur
objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku
atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu
lakukan.40
Pidana (KUHP);
dan lain-lain;
40
Anonim, 2012, Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Menurut Para Ahli,
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-tindak-pidana-dan-unsur.html, diakses pada 7 Mei
2013
42
Negeri Belanda pada tahun 1932 yang terkenal dengan nama Lex Donner oleh
tampaknya menjadi model dan ilham bagi Negeri Belanda, yang tidak memiliki
Pasal 156 dan Pasal 156a huruf (a) Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
Nabi dan lain-lainnya dituangkan dalam satu ketentuan seperti di Inggris, yaitu
blasphemy.42
Pasal 156 dan Pasal 156a huruf (a) Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
pada tahun 1965 dengan Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 Pencegahan
Yang Maha Esa sebagai causa prima, tidak memiliki suatu afweer terhadap
di atas. Hal ini dikemukakan sebagai suatu kekurangan yang vital dalam suatu
dengan objek dari perbuatan pidana tersebut, ialah golongan penduduk, yang
42
Loc.Cit.
43
Loc.Cit
44
penduduk ialah golongan yang berbeda, antara lain karena agama dengan
golongan penduduk yang lain. Maka suatu pernyataan perasaan di muka umum
ditujukan terhadap golongan agama itu ditempatkan dalam salah satu haatzaai-
Indonesia).44
melakukan perbuatan :
b. dengan maksud agar orang tidak menganut agama apapun juga, yang
44
Loc.CIt
45
agama, jaksa agung dan menteri dalam negeri. Jika yang melanggar itu suatu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
normatif, yaitu penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis
sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang
karena yang diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus
B. Spesifikasi Penelitian
45
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2006, hlm.118.
46
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2008, hlm. 302.
47
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi), Bayu
Media Publishing, Malang, 2007, hlm. 303
48
sehingga apa yang senyatanya berhadapan dengan apa yang seharusnya, agar
karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang
C. Sumber Data
data pokok yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data
yang berasal dari bahan hukum primer yaitu bahan - bahan hukum yang mengikat
berupa peraturan perundang - undangan yang berlaku dan bahan hukum sekunder
undang-undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya
yang meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, ialah semua aturan hukum yang dibentuk dan/atau
48
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi Revisi), Malang,
Bayu Media Publishing, 2007, hlm. 303 dan 310.
49
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencara Media Group, Jakarta, 2010,
hlm 22
50
Ibid, hlm 91.
49
yang dilakukan secara resmi pula oleh aparat negara. Bahan-bahan hukum
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum.51
kepustakaan yaitu mencarinya dalam misal buku-buku literatur , jurnal ilmiah, dan
secara sistematis, artinya data sekunder yang diperoleh akan dihubungkan satu
dengan yang lain disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga secara
51
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2006, hlm. 32.
50
penelitian.
Penelitian ini akan menyajikan bahan hukum dalam bentuk teks naratif
yaitu dalam bentuk uraian yang mendasarkan pada teori yang disusun secara logis
dan sistematis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kasus Posisi
orang sakit tersiar dari mulut ke mulut dari perbincangan antara orang yang
mengobati orang yang sakit dikenal dengan nama RJD. Melihat semakin
banyaknya orang yang datang kepada Terdakwa, akhirnya pada sekitar tahun
menggunakan metode totok saraf pada bagian kepala, perut, punggung, lutut,
lalu diberi makan mie rebus dengan irisan cabai rawit dan disuruh meminum
Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tahun 2005, terdapat
pasangan suami istri, yaitu SA dan W yang datang ke tempat Terdakwa untuk
berobat dan menginap di rumah Terdakwa. Pada saat berobat Terdakwa selalu
mengatakan kepada saksi SA dan W bahwa apabila ingin sembuh, maka kedua
- Tidak wirid.
SAW.
Terdakwa.
kepada saksi SA dan W, tetapi juga kepada pasien lainnya yang datang
berobat kepada Terdakwa. Hal tersebut dilakukan di saung tempat para pasien
pegal-pegal dan diobati oleh Terdakwa dengan cara dipijat pada bagian
persendian lalu disuruh minum kopi dan makam mie rebus dengan irisan
53
- Untuk apa shalat karena di dalam Al-Quran tidak ada perintah praktik
shalat, yang ada hanya tegakkan shalat dan praktik shalat itu hanya ada
- Untuk apa melaksanakan puasa, jaman dahulu puasa itu karena tidak ada
- Untuk apa naik haji, karena haji itu hanya untuk menyembah batu hitam,
tidak ada bedanya dengan umat kristen dan cina yang membakar dupa/hio,
menyembah patung.
untuk dikucilkan.
- Pembinaan ke- II, pada hari Senin tanggal 31 Januari 2011 di Kantor
Kecamatan Cijeungjing.
- Pembinaan ke- III, pada hari Selasa tanggal 1 Februari 2011 di Kantor
DPD MUI Kab. Ciamis mengirim surat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
2011 yang dihadiri oleh MUI, dari unsur pesantren, elemen masyarakat seperti
Front Pembela Islam, LPI, GEMPUR, dan tokoh masyarakat Cijeungjing dan
Terdakwa sendiri, namun dalam pertemuan tersebut tidak ditemukan titik temu,
karena Terdakwa tetap tidak mengakui atas apa yang dituduhkan kepadanya
dan tetap tidak mau menutup padepokan tersebut sehingga situasi menjadi
tidak kondusif.
berikut:
KESATU
Bahwa Terdakwa OJ Alias RJD pada suatu hari yang tidak dapat
ditentukan secara pasti antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2010,
setidaknya dalam suatu waktu antara 2003 sampai dengan 2010, bertempat di
Terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 156a huruf a KUH Pidana.
DAN
KEDUA
Bahwa Terdakwa OJ Alias RJD pada suatu hari yang tidak dapat
ditentukan secara pasti antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2010,
setidaknya dalam suatu waktu antara 2003 sampai dengan 2010, bertempat di
Negeri Ciamis yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili, telah dengan
hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
3. Pembuktian
Hakim dalam perkara ini memeriksa beberapa alat bukti dan barang
isu tersebut. Pada saat itu pertemuan dihadiri Ketua MUI Kabupaten
Sampurna Galuh.
dan Drs. E.
59
SAW.
keterangannya semula.
daerah Cijeungjing.
saksi derita. Setelah itu saksi disuruh ke sebuah kamar yang letaknya
disuruh minum kopi dan makan mie instan yang dicampur dengan
cabai rawit.
diberikan jika saksi merasa sakit dan kemudian diberi minum kopi
namun perut saksi tetap saja merasa sakit dan menurut Terdakwa
bahwa nanti juga akan sembuh asal saksi tetap mengabdi kepada
Terdakwa.
Terdakwa OJ.
mushola, yang ada hanya saung-saung. Selain itu saksi tidak pernah
pasti dipojokkan/dicemooh.
Terdakwa.
- Setelah bayi saksi lahir, Terdakwa mengatakan tidak perlu untuk di-
ada kelainan dan saksi dianggap Terdakwa tidak akan kuat karena
kalau dirawat sendiri oleh saksi bayi tersebut bisa berubah jadi ular.
Bayi tersebut hanya diberi minum air gula aren oleh D dan E. Bayi
hari. Setelah itu saksi mengambil paksa bayi tersebut sebab saksi
dari padepokan.
yaitu:
63
Terdakwa.
shalat.
keterangannya.
Muhammad SAW.
64
sebagai berikut:
sebagai berikut:
mengobati.
kopi adalah istri Terdakwa namun hingga saat ini belum sembuh.
65
- Saksi ikut Terdakwa sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
dengan alasan setelah saksi ikut Terdakwa hidup saksi menjadi lebih
merawatnya.
itu bayi tersebut diambil oleh ibunya. Selama dua minggu berada di
padepokan, bayi tersebut oleh saksi hanya diberi air gula sesuai
perintah Terdakwa.
adalah bahwa shalat lima waktu itu hanya olahraganya orang Islam,
keluarga juga menyuruh saksi keluar dari padepokan, selain itu saksi
sembuh.
keterangannya.
tersebut. Saksi baru tahu pada tahun 2008 ketika saksi menjabat
pasiennya.
keterangannya.
68
- Saksi mengenal Terdakwa sejak tahun 2004 karena adik ipar saksi
waktu Dzuhur sampai Ashar dan disana tidak ada kegiatan Shalat.
mengatakan bahwa KH. ASM itu tidak benar karena dia punya hijib
untuk kekayaan.
69
seperti Rosul dibersihkan dari kotoran oleh malaikat, oleh karena itu
ditotok kemudian pasien disuruh minum kopi hitam dan makan mie
instan pedas.
yaitu:
obat.
keterangannya.
sebagai berikut:
dan oleh Terdakwa saksi disuruh kembali lagi pada malam Jumat,
sehingga pada hari Kamis siang saksi datang lagi bersama anak saksi
- Anak saksi diobati pada malam hari karena katanya pada malam itu
- Pada malam hari saksi dan anak saksi dibawa tempat yang berada di
sembuh.
71
- Saksi membangun saung tersebut pada saat bulan puasa, dan saksi
tarawih.
aktifitas shalat atau dzikir, bahkan waktu itu ada pasien dari
keterangannya.
72
sebagai berikut:
dipijit saksi disuruh kembali lagi ke paviliun dan diberi minum air
aqua.
- Ketika itu saksi langsung pulang karena saksi tidak percaya atas
keterangannya.
sebagai berikut:
padepokan.
para pasiennya.
keterangannya.
74
sebagai berikut:
karena saksi sakit maag dan suami saksi sakit reumatik/sakit pada
cara dipijit urat dan sendi-sendi tubuh saksi kemudian setelah selesai
saksi disuruh Terdakwa minum kopi dan makan mie instan yang
lebih 4 bulan.
saksi yaitu:
shalat dan praktik shalat itu hanya ada dalam hadist dan
menutup debu.
f. Untuk apa naik haji karena naik haji itu hanya untuk
patung.
saksi sembuh, sehingga saksi takut jika shalat penyakit saksi kambuh
lagi namun kemudian saksi sadar bahwa hal tersebut salah dan tidak
berkata, Ibu Enung, sekarang kita tidak usah melawan arus. Saya
keterangannya.
keterangannya.
berikut :
Ciamis yang maksud dan tujuan surat tersebut yaitu untuk membalas
elemen masyarakat seperti FPI, LPI, Ormas Gempur dan MUI yang
tidak keberatan.
sebagai berikut :
tetapi bisa sembuh karena Terdakwa tidak wudhlu, tidak shalat, dan
tidak dzikir.
Drs. KH. AHMAD HIDAYAT, SH. Bin KH. MUH. SIROD selaku
SAW.
Rukun Iman dan Rukun Islam, melanggar Rukun Iman karena telah
berikut :
keterangannya.
sebagai berikut :
dan ambeian.
kemudian disuruh minum kopi hitam dan makan mie instan rebus
- Menurut Terdakwa minum kopi dan makan mie rebus hanya sekedar
RASPATI.
- Atas adanya berita tersebut dari keluarga tidak ada reaksi apa-apa
tersebut.
menutup padepokan.
dalam padepokan dan apabila ada pasien datang untuk berobat atau
semampunya.
85
selama 5 (lima) bulan pada tahun 2005 karena saksi SA hamil dan
saung tersebut akan dijadikan tempat tinggal oleh saksi SA, yaitu
membeli biliknya.
- Selain saksi SA, ada pasien lain yang pernah membangun saung di
lapisan masyarakat.
kalau membaca wirid jangan karena ada yang diharapkan tapi kalau
sebagai berikut :
perut dan setelah diobati kurang lebih sebanyak 3 (tiga) kali penyakit
warung.
Terdakwa.
87
- Bayi tersebut diurus oleh saksi dan saksi D atas perintah Terdakwa
kurang lebih selama 14 hari karena setelah itu dibawa pergi saksi
SA.
sebagai berikut :
minum kopi serta makan mie instan ditambah irisan cabai dan
shalat atau melarang dzikir baik kepada saksi maupun kepada pasien
yang berobat.
sebagai berikut :
padepokan.
urat syaraf kemudian setelah dua kali berobat saksi disuruh minum
89
kopi dan makan mie instan ditambah irisan cabai. Setelah berobat
siapa saja
sebagai berikut :
- Saksi datang berobat kepada Terdakwa dua kali dan penyakit saksi
menjadi sembuh.
saksi hanya disuruh untuk minum kopi tidak disuruh makan mie
instan pedas.
90
sembuh.
saksi menderita sakit maag akut karena diajak oleh teman yang
- Saksi datang bersama dengan isteri yang juga ikut berobat seminggu
sekali.
kalinya itu sekaligus saksi membawa adik ipar saksi yang menderita
sakit gula.
bagian urat syaraf. Setelah itu disuruh minum kopi dimana menurut
Terdakwa minum kopi itu bukan bagian dari pengobatan tapi hanya
katanya bahwa kita itu kalau hidup harus jujur, bageur dan cageur.
berikut :
isteri saksi menderita sakit rheumatik dan anak saksi menderita sakit
maag.
setelah ditotok lalu disuruh minum kopi dan makan mie rebus
- Untuk biaya pengobatan tidak ada tarif khusus, tapi memberi secara
melaksanakan shalat.
berikut :
93
suami saksi.
setelah ditotok lalu disuruh minum kopi dan makan mie instan pedas.
- Menurut Terdakwa minum kopi dan makan mie itu hanya untuk
mengatakan bahwa hidup itu harus jujur, bener dan bageur dan
berikut :
94
- Saksi menderita sakit maag, sakit jantung, sakit lambung, dan sesak
napas.
saja.
berikut :
- Saksi mengenal Terdakwa pada tahun 2003 sejak saksi pertama kali
orang tua saksi yaitu saksi S dan dan saksi E yang sebelumnya
pengaruh kopi dan mie pedas kepada penyakit yang diderita pasien.
dan sampai sekarang masih ada dan masih dipakai jika ada tamu
yang menginap.
- Saung tersebut tidak dikunci dan digembok karena suka ada yang
memakai.
96
sebelumnya.
kemudian pada tahun 2010 berubah lagi menjadi Tri Tunggal Jaya
cara ditotok pada bagian syaraf atau bagian yang sakit dan minum
kopi dan makan mie instan rebus yang dicampur irisan cabai, akan
tetapi minum kopi dan makan mie pedas bukan suatu keharusan,
- Manfaat dari kopi dan cabai, intinya adalah cabai untuk membuka
peredaran darah.
kira pada tahun 2005 karena menderita sakit perut yang tidak
saksi W.
kemudian diberi air putih untuk diminum dan diusapkan pada bagian
dalam tempat bayi terbuat dari kayu yang dikelilingi oleh kelambu
kepala dan bagian perut kemudian disuruh minum air putih yang
untuk pulang.
padepokan Terdakwa.
dan bagian kepala kemudian disuruh minum kopi dan makan mie
Terdakwa lebih baik keluar dari Pegawai Negeri Sipil daripada harus
bahwa shalat itu mengandung unsur oleh raga serta Terdakwa tidak
sumber penyakit.
102
saksi ES saja.
pada waktu itu saksi ES mengatakan bahwa dia suka wirid di atas
Muhammad SAW.
ikhlas.
378 KUHP.
5. Putusan Pengadilan
sebagai berikut :
104
beberapa saung.
sejak tahun 2003 diberi nama Jati sampurna, kemudian tahun 2007
saja.
dengan cara di totok pada bagian syaraf atau bagian yang sakit.
pasiennya untuk minum kopi dan makan mie instan rebus yang
shalat itu hanya ada dalam hadist dan hadist itu buatan
manusia.
106
banyak makanan.
khoddam.
e. Untuk apa naik haji, karena naik haji itu hanya untuk
Cijeunjing.
- Bahwa pada bulan Juni 2005 sampai dengan bulan Oktober tahun
2005, ada pasangan suami istri yaitu saksi SA Binti ES dan saksi W
dengan alasan apabila keluar dari areal padepokan, maka akan terjadi
bahwa sakit yang diderita oleh Y akan sembuh apabila saksi U Bin S
suatu ketidakpastian.
108
padepokan Terdakwa.
titik temu, karena Terdakwa tetap tidak mengakui atas apa yang
yaitu :
milik Terdakwa.
dirumuskan dan diancam pidana dalam Pasal 156a huruf a KUHP, yang
Ad. 1. Barangsiapa;
di Indonesia;
Ad. 1. Barangsiapa.
piutang.
terpenuhi.
ketentuan dalam pasal 197 ayat (1) huruf (i) KUHAP yang besarnya
sebagaimana ditentukan dalam pasal 197 ayat (1) huruf (f) KUHAP,
yaitu :
perbuatannya.
B. Pembahasan
157/Pid.B/2011/PN.Cms
alat bukti dan barang bukti yang ada. M. Yahya Harahap mengemukakan
52
M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang
Pengadilan. Banding. Kasasi. dan Peninjauan Kembali. Sinar Grafika. Jakarta. 2009. hlm 273.
115
mengatakan bahwa:
53
Leden Marpaung. Proses Penangan Perkara Pidana(Penyelidikan & Penyidikan) Bagian Pertama
Edisi Kedua. Sinar Grafika. Jakarta. 2009. hlm 22-23.
54
Darwan Prinst. Hukum Acara Pidana Dalam Praktik. Djambatan. Jakarta. 2002. hlm 137.
116
secara arif dan bijaksana menentukan alat-alat bukti yang secara limitatif
negatif hal itu diatur dalam Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tahun 1981 diatur mengenai alat-alat bukti yang telah ditentukan secara
Cms yang menjadi dasar OJ Alias RJD Bin M menjadi Terdakwa adalah alat
alat bukti urutan pertama dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
adalah alat bukti yang sah, keterangan saksi harus memenuhi ketentuan agar
menjadi alat bukti yang sah. Pasal 160 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8
118
merumuskan:
keterangan saksi tersebut tidak dapat dijadikan alat bukti. Hal ini diatur
dalam Pasal 185 ayat (7) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
oleh Penuntut Umum dan saksi CSM, C, TAW, AM, dan DZM yang
Hal ini diatur dalam Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8
yang merumuskan:
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan
di sidang pengadilan.
Saksi-saksi yang dihadirkan dalam proses pembuktian perkara
oleh Penuntut Umum dan 5 orang saksi yang dihadirkan oleh Penasihat
persidangan.
lihat sendiri dan ia alami sendiri yang berkaitan dengan peristiwa pidana.
keterangan yang saksi lihat sendiri, saksi dengar sendiri dan saksi alami
sendiri.
oleh Penuntut Umum dan saksi CSM, C, TAW, AM, dan DZM yang
yaitu:
perintah praktik shalat, yang ada hanya tegakan shalat dan praktik shalat
itu hanya ada dalam hadist dan hadist itu hanya buatan manusia.
121
b. Untuk apa melaksanakan puasa, jaman dahulu puasa itu karena tidak ada
f. Untuk apa naik haji karena naik haji itu hanya untuk menyembah batu
hitam, tidak ada bedanya dengan umat Kristen dan Cina yang membakar
sekurang-kurangnya ada dua alat bukti. Pasal 185 ayat (2) Undang-Undang
(KUHAP) merumuskan:
bahwa seperti yang pernah dikatakan di muka, dalam ketentuan yang diatur
dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP, yang mengatakan bahwa keterangan
terkandung suatu asas yang sangat penting untuk diperhatikan, baik oleh
penyidik, penuntut umum, hakim maupun penasihat hukum, yakni asas unus
testis nullus testis, atau yang di dalam praktik juga sering disebut dengan
55
Ibid.. hlm.417-418.
123
dengan Pasal 183 dan Pasal 185 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
b. Keterangan Ahli
184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana pada urutan kedua. Bukan berarti keterangan
saksi lebih penting daripada keterangan ahli, karena alat-alat bukti yang
terumuskan dalam Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
definisi mengenai istilah tersebut bahwa keterangan ahli ialah apa yang
124
pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dibuat dalam bentuk
bahwa alat bukti keterangan ahli memiliki dua bentuk dalam tata cara
seorang ahli yaitu Drs. KH. Ahmad Hidayat, SH. Bin KH. Muh. Sirod
56
M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan
Penuntutan). Sinar Grafika. Jakarta. 2002 . hlm. 296
125
kelompok ahli hal itu dapat diketahui dari Pasal 120, Pasal 133, Pasal 179,
Hukum Acara Pidana. Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril dari pasal-
Dari pasal-pasal tersebut di atas, maka terlihat ada dua kelompok ahli.
1. Ahli kedokteran kehakiman yang memiliki keahlian dalam kedokteran
kehakiman sehubungan dengan pemeriksaan korban penganiayaan,
keracunan, atau pembunuhan.
2. Ahli pada umumnya, yakni orang-orang yang memiliki keahlian
khusus dalam bidang-bidang tertentu, misalnya notaris, ahli pajak,
pendeta, ulama dan sebagainya.
Bila melihat hal di atas maka ahli yang dihadirkan dalam persidangan
yang diberikan oleh ahli menyebutkan bahwa ahli adalah seorang ulama dari
Majelis Ulama Indonesia. Maka dari hal ini ahli yang dihadirkan dalam
57
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril. Op.Cit.. hlm.125.
126
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa orang memberikan keterangan selaku
agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan keterangannya yang menilai apa
orang yang telah melakukan penodaan terhadap Agama Islam karena telah
melanggar Rukun Iman dan Rukun Islam, melanggar Rukun Iman karena
keterangan ahli telah terpenuhi, maka dapat dikatakan keterangan ahli dalam
kasus ini merupakan alat bukti sah yang dapat digunakan hakim dalam
dari tiga ayat yang isinya mengenai definisi petunjuk, sumber diperolehnya
berikut: Petunjuk ialah suatu isyarat yang dapat ditarik dari suatu perbuatan,
yang satu dengan yang lain maupun isyarat itu mempunyai persesuaian
dengan tindak pidana itu sendiri, dan dari isyarat yang bersesuaian tersebut
saksi, surat, dan keterangan Terdakwa. Selain dari ketiga hal tersebut
ketentuan Pasal 188 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
yang dapat dilihat dari penggunaan kata hanya pada ketentuan tersebut.
bahwa:
dan keterangan ahli yang telah dibahas di atas sudah mencukupi untuk
58
P.A.F. Lamintang & Theo Lamintang. 2010. Op. cit.. hlm. 428
130
sumpah terlebih dahulu hal itu yang sering membuat keterangan Terdakwa
dinilai Majels Hakim terlalu berbelit-belit dan tidak mengingkari apa yang
melarang dzikir karena hanya memanggil khadam, dan menyatakan buat apa
pergi ibadah Haji karena hanya menyembah batu hitam (Kabah) tidak ada
bedanya dengan dengan umat kristen dan cina yang membakar dupa/hio
59
Andi Hamzah. Op.Cit.. hlm.281.
131
Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Hal itu salah satu alasan agar dalam
kepadanya.
Pidana yang terdiri dari empat ayat yang terumuskan sebagai berikut:
60
Ibid. hlm.280.
132
asas untuk menentukan keterangan Terdakwa dinilai sebagai alat bukti yang
penistaan terhadap agama tertentu yaitu agama Islam dan banyak yang
61
M. Yahya Harahap. 2009. Op. cit.. hlm. 319
133
Kabupaten Ciamis;
makan kepada pasien berupa mie yang telah diberi irisan cabai rawit dan
Islam;
- dll.
yaitu:
dan saksi W.
lakukan.
- Bangunan saung yang dibangun oleh saksi U hanya khusus untuk saksi
- dll.
bukti lainnya yaitu keterangan saksi sesuai dengan keyakinan hakim, maka
keterangan Terdakwa tersebut dapat diambil sebagai alat bukti yang sah untuk
Nomor: 157/Pid.B/2011/PN.Cms.
diuraikan di atas yang telah dihubungkan dengan alat-alat bukti yang terdapat
diperoleh alat-alat bukti yang sah dalam putusan tersebut yang telah
keterangan saksi (26 saksi yang diajukan berupa 15 orang saksi yang
Alias RJD.
62
M. Yahya Harahap. 2009. Op. cit.. hlm. 332-333.
136
mengatakan bahwa:
mencari kebenaran diperlukan bukti-bukti. Hal itu seperti yang dijelaskan oleh
63
M. Yahya Harahap. 2009. Op. Cit. hlm 273.
64
Leden Marpaung. Op. Cit. hlm 22-23.
137
persidangan yang didasarkan atas hal-hal yang diajukan baik oleh pihak
Penasihat Hukum dan Terdakwa maupun yang diajukan oleh pihak Penuntut
Umum.
65
Darwan Prinst. Op. Cit. hlm 137.
66
Hibnu Nugroho. Op.Cit.hlm. 9.
138
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana itu adalah:
menentukan jenis alat bukti apa saja yang dapat digunakan dalam
Hal itu juga dikemukakan oleh P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang
bahwa:
bukti yang bersifat limitatif berdasarkan Pasal 184 ayat (1) Undang-
Acara Pidana dan masalah pengajuan alat bukti diserahkan kepada kedua
b. Negatif artinya meskipun telah memenuhi minimal alat bukti yang telah
dipenuhi batas minimum pembuktian dengan alat bukti yang sah jua harus
mengatakan:
69
M. Yahya Harahap. 2009. Op. Cit. hal. 279
70
Adami Chazawi. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung : P.T Alumni. 2008. hlm 26
140
yang sah dan baru mempunyai nilai pembuktian yang cukup. Dalam hal ini
alat bukti yang sah didefinisikan sebagai alat bukti yang tercantum di dalam
Bin H. ME, OSQ, S. Ag. Bin D, U Bin S, E Bin A, ETR Bin S, NN Bin
H, ES Bin MS, M, US Bin CS, dan I Bin E yang dihadirkan oleh Penuntut
Penuntut Umum dan saksi CSM, C, TAW, AM, dan DZM yang dihadirkan
oleh Penasihat Hukum), keterangan ahli (Drs. KH. Ahmad Hidayat, SH. Bin
71
Mulyadi. Lilik. Op. Cit. hal : 199
141
pembuktian dengan alat bukti yang sah maka dalam pembuktian yang cukup
Bin H. ME, OSQ, S. Ag. Bin D, U Bin S, E Bin A, ETR Bin S, NN Bin
H, ES Bin MS, M, US Bin CS, dan I Bin E yang dihadirkan oleh Penuntut
Penuntut Umum dan saksi CSM, C, TAW, AM, dan DZM yang
Hidayat, SH. Bin KH. Muh. Sirod), dan keterangan Terdakwa OJ Alias RJD
hakim dalam menjatuhkan putusan atas suatu tindak pidana yang didakwakan
diajukan di persidangan.
72
Putusan Pengadilan Negeri Ciamis Nomor: 157/Pid.B/2011/PN.Cms. hlm. 85.
143
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Putusan
157/Pid.B/2011/PN.Cms, yakni:
a. keterangan saksi. Terdiri dari 26 orang saksi berupa 15 orang saksi yang
bernama Drs. KH. Ahmad Hidayat, SH. Bin KH. Muh. Sirod yang
Islamiyah.
Kabupaten Ciamis;
kepada pasien berupa mie yang telah diberi irisan cabai rawit dan
sah;
negatif dengan alat bukti berupa keterangan saksi, keterangan ahli, dan
B. Saran
didakwakan oleh penuntut umum serta alat-alat bukti tersebut harus saling
kasus penistaan agama ini hendaknya dikuatkan dengan barang bukti agar tidak
PUTUSAN :
Putusan Pengadilan Negeri Ciamis Nomor 157/Pid.B/2011/PN.Cms
BUKU :
Abdoel, R. Djamali. 2010. Pengantar Hukum Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Asikin, Zainal & Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Hamzah, Andi. 2011. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Ibrahim, Johny. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Edisi
Revisi). Malang: Bayu Media Publishing
Lamintang, P.A.F & Theo Lamintang. 2010. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Pidana & Yurisprudensi. Jakarta: Sinar Grafika
Mulyadi, Lilik. 2012. Hukum Acara Pidana Normatif, Teeoritis, Praktik dan
Permasalahannya. Bandung : P.T. ALUMNI
Taufik, Mohammad Makarao & Suhasril. 2004. Hukum Acara Pidana Dalam
Teori Dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tiena, Yulies Masriani. 2008. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
JURNAL :
Diane, Zulfi Zaini. 2011. Implementasi Pendekatan Yuridis Normatif dan
Pendekatan Normatif Sosiologis Dalam Penelitian Ilmu Hukum, Jurnal
Ilmu Hukum Pranata Hukum, Juli 2011 volume 6 no.2
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Indonesia, Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama
Anonim. 2012. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur Menurut Para Ahli.
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-tindak-pidana-dan-
unsur.html, diakses pada 7 Mei 2013