Anda di halaman 1dari 9

PAPER

AKIBAT JIKA ANASTESI LOKAL MASUK

KE PEMBULUH DARAH

Disusun Oleh :

Renita Rahmad I4D111014

E. Gusti Sigar M I4D111013

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT

GUSTI HASAN AMAN

BANJARMASIN

2016
A. Definisi Anastesi lokal

Anastesi lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi dan


blokade kanal natrium pada dinding saraf. Anastesi lokal juga bisa diartikan
sebagai suatu anastesi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan saraf sensibel
setempat dimana kesadaran pasien masih ada, berupa hilangnya sensasi tanpa
diikuti hilangnya kesadaran.

B. Mekanisme Anastesi Lokal

Mekanisme kerja anastesi lokal adalah dengan menghambat impuls


keujung saraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang natrium sehingga
terjadi penurunan sensasi. Bahan anastesi lokal mengubah proses pembentukan
dan pengiriman impuls dengan cara:

Mengubah potensial istirahat dasar dari membran sel saraf.


Mengubah potensial ambang batas
Mengurangi rasio depolarisasi atau menambah rasio.

Bahan anastesi lokal melekat pada reseptor yang ada didekat gerbang
natrium pada membran sel. Lalu mengurangi permeabilitas ion natrium sehingga
dapat menghambat konduksi impuls. Ion natrium yang seharusnya berikatan
dengan reseptor pada membran sel untuk meningkatkan permeabilitas membuka
gerbang natrium akan berkompetisi dengan bahan anastesi lokal untuk berikatan
dengan reseptor pada membran sel. Setelah bahan anastesi lokal berikatan dengan
reseptor akan terjadi penurunan ppermeabilitas membran sel sehingga
menghasilkan blokade gerbang natrium. Hal ini mengakibatkan terjadi penurunan
konduksi natrium dan vasodepolarisasi sehingga terjadi kegagalan dalam
mencapai ambang batas. Karena terhambatnya pengiriman impuls sehingga
sensasi seperti rasa sakit dapat dihilangkan.
C. Komplikasi Anastesi Lokal

Kemungkinan komplikasi pada anestesi lokal adalah teraspirasinya darah.


Menurut Baart (2009), peristiwa ini terjadi pada 15 % kasus. Yang juga mungkin
terjadi adalah tersentuhnya atau tertusuknya nervus alveolaris inferior atau nervus
lingualis. Pada kasus teraspirasinya darah atau tersentuhnya saraf, yang harus
dilakukan adalah menarik jarum beberapa milimeter. Jika jarum masuk terlalu
dalam, hal ini bisa menyebabkan teranestesinya kapsul kelenjar parotis. Ini akan
mengakibatkan paralisis satu sisi nervus fasialis yang untungnya hanya
berlangsung beberapa jam saja. Mengulang anestesi blok jika blok mandibula
pertama tidak efektif memungkinkan timbulnya beberapa hal yang berisiko1.

Pertama, pasien tidak merasakan lagi jika jarum suntik menyentuh atau
menusuk saraf yang bisa menyebabkan rusaknya saraf tersebut. Selain itu,
penyuntikan tambahan bisa menyebabkan meningkatnya lingkungan asam di
dalam ruang pterigomandibula. Suasana asam ini akan meningkatkan bentuk
terion dari anestetik dan bentuk ini tidak mampu menembus membran sehingga
keefektifan anestesianya berkurang. Oleh karena itu.dianjurkan untuk memakai
cara anestesi yang lain, misalnya anestesi intraligamentum1.

Menurut Narlan Suma Winata (2013) : Anestetik lokal adalah obat yang
sebagai penghilang nyeri berbeda dengan obat penghilang nyeri yang lain.
Perbedaannya adalah bahwa jika obat lain harus memasuki pembuluh darah dan
mencapai kadar yang cukup guna memberikan efek terapi (mencapai efek
terapeutik), anestetik lokal, jika sampai memasuki pembuluh darah, karena
terabsorbi ke dalam pembuluh darah, efek terapeutiknya justru akan hilang,
bahkan berpotensi menimbulkan toksik. Apabila anastesi masuk ke pembuluh
darah akan menyebabkan sebagai berikut1 :

1. Syok

Reaksi ini meskipun mirip dengan sinkop, umumnya jauh lebih parah dan
mengakibatkan penurunan volume darah sirkulasi. Pasien biasanya kehilangan
kesadaran, tekanan darah turun, denyut nadi cepat dan berbahaya. Karena
gejalanya mirip sekali dengan syok mirip sekali dengan syok operasi primer dan
mungkin berkenaan dengan masuknya anestetikum ke pembuluh darah atau
karena idiosinkrasi (kepekaan berlebihan terhadap suatu obat), maka upaya atau
langkah-langkah kedaruratan harus dilakukan.
Penanganan: Tempatkan pasien dalam posisi terbaring dengan kepala lebih rendah
dari tubuh (posisi trendelenberg) dan lakukan stimulasi jantung dan pernapasan.
Walaupun idiosinkrasi terhadap anestetikum lokal jarang terjadi, setiap riwayat
reaksi yang berlebihan harus diperhatikan dan hindari penggunaan obat tersebut.

2. Toksisitas anestetik lokal


Toksisitas anestetik lokal biasanya disebabkan karena terserapnya
anestetik lokal dalam jumlah besar ke dalam pembuluh darah. Ketika anstetik
lokal disuntikkan, obat ini akan berdifusi ke sekeliling tempat injeksi dan
kemudian terabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik untuk kemudian dimetabolisme
dan diekskresikan. Dosis anestetik lokal yang dipakai dalam kedokteran gigi
biasanya rendah sehingga efek sistemiknya jarang muncul. Namun, jika anestetik
lokal masuk ke pembuluh darah, misalnya karena penyuntikan yang tidak sengaja
menembus pembuluh darah maka kadar anestetik lokal di dalam darah akan
meningkat. Hal yang sama bisa terjadi ketika ada pengulangan penyuntikan.
Anestetik lokal merupakan suatu penstabil membran. Karena sifatnya obat ini
dapat memblok konduksi saraf.Toksisitas anastesi lokal disebabkan karena adanya
peningkatan level plasma dari anastesi. Hal ini dapat disebabkan karena
ketidakhati-hatian saat injeksi atau karena melanggar aturan dosis maksimal dari
anastesi lokal. Tanda tanda umum sistemik toksisitas anastesi lokal adalah
parastesi disekitar rongga mulut. Toksisitas anastesi lokal biasanya akan
menmpengaruhi Sistem saraf pusat (SSP) dan sistem kardiovaskuler. Pada
umumnya, toksisitas SSP akan teridentifikasi secara klinis sebelum simtom pada
sistem kardiovaskuler. Manisfestasi toksisitas anastesi lokal bisa dijabarkan
sebagai berikut:
CNS

Pusing, tinitus, parastesj disekitar rongga mulut, bingung


Kram otot, halusinasi pendengaran dan penglihatan
Kejang otot, kehilangan kesadaran, sesak napas

CARDIAC

Hipertensi, takikardi
Peningkatan kontraktilitas dan cardiac output, hipotensi
Sinus bradikardi, ventricular disrithmias, kegagalan sirkulasi

3. Reaksi terkait dengan vasokonstriktor

Reaksi terkait dengan vasokonstriktor efek membahayakan yang paling


sering dijumpai adalah masuknya anestetik lokal mengandung vasokonstriktor ke
dalam pembuluh darah karena tersuntiknya pembuluh darah secara tak sengaja
yang akan meningkatkan curah jantung dan detak jantung.
Tanda dan gejala :
Setelah penyuntikan normal dari satu atau dua katrid anestetik lokal mengandung
vasokonstriktor, kadar vasokonstriktor dalam sirkulasi darah bisa meningkat dua
atau tiga kalinya. Penambahan vasokonstriktor dari luar ini akan ditoleransi
dengan baik oleh pasien yang sehat. Reaksi yang timbul biasanya berupa
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, yang bersifat sementara.
Overdosis vasokonstriktor menyebabkan disritmia jantung (kontraksi ventrikel
prematur dan fibrilasi ventrikel).

Pencegahan:
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menyuntik dengan perlahan dan
melakukan aspirasi secara hati-hati.Selain itu, harus dipertimbangkan juga
kemungkinan interaksi obat. Hendaknya berhati-hati memberikan anestetik
bervasokonstriktor pada pasien yang sedang minum obat tertentu.Kokain
misalnya, bisa menyebabkan meningkatkan sensitivitas jantung terhadap aritmia
setelah pemberian vasokonstriktor. Upaya lainnya adalah menelaah riwayat medis
pasien dengan cermat. Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik
memerlukan kehati-hatian dalam pemberian anestetik lokal. Pasien dengan
gangguan jantung angina pektoris yang tak stabil,riwayat infark miokard atau
stroke dalam enam bulan terakhir. hipertensi parah, gangguan jantung kongestif
tak terkontrol, atau transplantasi jantung, hendaknya tidak diberi anestetik lokal
yang mengandung vasokontriktor dan harus berkonsultasi dengan dokter memulai
perawatan.

4. Toksisitas Anastesi Lokal pada Sistem Kardiovaskular

Toksisitas jantung dapat terjadi setelah injeksi intravaskular tidak sengaja

dari larutan anastesi lokal. Semua anastesi lokal dapat menyebabkan depresi kadar

depolarisasi maksimal dari potensial aksi jantung (Vmax) dengan menghambat

influx kanal ion sodium2.

Konsentrasi plasma lidokain < 5 g/ml tidak memiliki efek toksik

terhadap jantung. Namun, konsentrasi plasma lidokain sebanyak < 5-10 g/ml

dapat menyebabkan hipotensi berat. Hal ini disebabkan oleh penurunan resistensi

sistemik vaskular dan curah jantung karena relaksasi otot polos vaskular arteriolar

dan depresi otot jantung langsung2.

Anastesi lokal memblokade kanal sodium jantung. Pada konsentrasi tinggi,

hal ini menyebabkan toksisitas jantung, sedangkan pada dosis rendah terjadi efek

anti-disritmitik.Efek anastesi lokal pada kanal ion kalsium dan ion potasium, serta

penghambatan produksi cyclic adenosine monophosphate (cAMP) yang disebab

kan anastesi lokal juga dapat menyebabkan toksisistas jantung. IUkuran dari

molekul juga mempengaruhi tosisitas kardiovaskular dari suatu anastesi lokal, di


mana ukuran molekul yang lebih besar (misalnya bupivakain) memiliki

kecenderungan toksisitas yang lebih tinggi2.

Anastesi lokal long-acting, terutama bupivakain, lebih toksis dibandingkan

anastesi lokal short-acting, sehingga dikembangkan turunan bupivakain seperti

ropivakain dan levobupivakain. Obat-obat tersebut memiliki toksisitas jantung

yang lebih rendah dibandingkan bupivakain.Selain itu, efek toksik anastesi lokal

pada sistem saraf pusat dapat berhubungan dengan toksisitas jantung karena dapat

memicu kegagalan respiratori disertai hipoksia, bradikardi, hiperkarbia dan

asidosis2.

Mekanisme :

Saat anastesi lokal masuk kanal natrium pada saraf, terjadi gangguan pada

aktivitas saraf dan terjadi blokade konduksi. Untuk blokade konduksi yang efektif,

kira-kira 75% dari kanal natrium harus tidak aktif.Kanal natrium dapat teraktivasi

(terbuka), tidak aktif (tertutup), dan istirahat (tertutup) pada berbagai fase

potensial aksi. Pada keadaan aktig atau terbuka, kanal natrium dapat mengalirkan

impuls. Anastesi lokal berikatan pada kanal yang terbuka dan mengubahnya

menjadi tidak aktif atau tertutup2.

Pada saat anastesi lokal masuk ke dalam darah, anastesi lokal memblokade

kanal ion natrium jantung, sehingga menyebabkan relaksasi otot polos jantung

dan depresi jantung. Blokade dari kanal natrium tersebut menyebabkan

terganggunya depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan sel jantung

tidak dapat bekerja. Pada beberapa kasus gangguan konsuksi seperti ini dapat
terjadi vibrilasi ventrikel sehingga terganggunya fungsi jantung dalam memompa

darah atau asystole yang menyebabkan henti jantung2

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiyatmi Hardani. Anastesi Lokal Dalam Pencabutan gigi di RSJ


GRHASIA Provinsi DIY. Klinik Gigi dan Mulut RSJ GRHASIA Provinsi
DIY.2014.
2. Cox B MD, Durieux M.E PhD, Marcus M.A.E PhD. Toxicity of Local
Anaesthetic. Department of Anesthesiology, University Hospital
Masstricht, The Netherlands. Best Prastice & Research Clinical
Anasthesiology 2003.vol.17, No I;p:111-136.
3. A. Omar Abubaker, Kenneth J. Benson. Oral and Maxillofacial Surgery
Secrets 2nd ed. Hanley and Belfus Inc. Pg. 73-75. 2007.

Anda mungkin juga menyukai