Anda di halaman 1dari 20

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN KULIT

Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi makhluk hidup dari lingkugan, pada saat
yang sama menyediakan interaksi dengan lingkungannya. Lapisannya tidak hanya sekedar
bersifat statik dan impenetrasi terhadap lingkungan luar. Kulit juga bersifat dinamis,
kompleks, berupa kumpulan sel yang teratur, jaringan, dan elemen matriks yang memediasi
berbagai macam fungsi,seperti : kulit memiliki lapisan permiabilitas, melindungi diri dari
agen yang menginfeksi, termoregulasi, sensasi/rasa, melindungi diri dari sinar UV,
memperbaiki luka, regenerasi, dan sebagai penampilan fisik luar. (Tabel 7-1). Berbagai fungsi
dari kulit ini, dimediasi oleh bagian besar dari kulit yaitu- epidermis, dermis, dan hipodermis
(Gambar 7-1 dan Gambar 6-1, Bab 6). Pembagian kulit ini berdiri masing-masing, memiliki
unit fungsi tersendiri dan berhubungan satu sama lain melalui jaringan sekitar yang berfungsi
sebagai regulasi dan modulasi dari struktur normal dan fungsi dari molekular, selular, dan
organisasi dari jaringan (Liat Bab 6).

Walaupun epidermis dan stratum korneum mempunyai peran proteksi terbesar dari
kulit, fungsi dan struktur integritas kulit keseluruhan berada pada dermis dan hipodermis.
Fungsi antimikroba berasal dari sistem imunitas dan antigen sel dendritik dari epidermis, sel
imunitas yang bersirkulasi dari dermis, dan sel antigen dermis (Liat Bab 10). Perlindungan
dari radiasi UV sebagian besar berasal dari sel paling superfisial dari epidermis. Inflamasi
dimulai dengan adanya keratinosit dari epidermis atau sel imunitas dermis, dan sensori saraf
hipodermis ke dermis dan epidermis, berakhir di organ reseptif atau saraf akhir. Pembuluh
darah kulit terbanyak di temukan di hipodermis, berfungsi mentranspor nutrisi dan imigrasi
sel (Liat Gambar 6-1, Bab 6). Sel limfatik dari kulit beredar di dermis dan hipodermis ,
memfiltrasi debris dan meregulasi hidrasi jaringan. Epidermis sendiri mempunyai fungsi
proteksi atau sensori. Kulit juga membedakan penampilan fisik tiap orang, karena adanya sel
pigmen dari melanosit, kontur badan, perbedaan usia, dan kerusakan aktinik oleh epidermis,
dermis dan hipodermis. Kulit mulai terbentuk saat embriogenesis, dimana signal dari sel
interselular dan intraselular memiliki peranan dari proses maturitas dari berbagai komponen
kulit.

Berikut akan dibahas adalah struktur gambaran dari kulit, dan bagaimana struktur ini
mempengaruhi fungsi dari kulit untuk meraih tujuannya, dilanjutkan dengan bahasan tentang
asal embrionik dari kulit. Juga ilustrasi penyakit kulit yang terjadi jika fungsi kulit

1
tergangggu. Mengetahui tentang genetik dan basis molekuler dari penyakit kulit dimana
merupakan faktor maupun elemen yang penting bagi fungsi dari kulit.

Struktur dan Fungsi Kulit


Kulit terdiri dari tiga lapisan utama:
Epidermis: penghalang permeabilitas utama, fungsi kekebalan bawaan, adhesi,
perlindungan sinar UV.
Dermis: struktur utama, tiga tipe komponen--seluler, matriks fibrous, matriks difus
dan berfilamen, juga lokasi vaskuler, limfatik dan jaringan syaraf.
Hipodermis (subkutis): isolasi, integritas mekanika, mengandung pembuluh darah dan
syaraf.

Epidermis
Salah satu dan merupakan bagian terpenting dari kulit dikatakan adalah, epidermis (Gambar
7-2). Lapisan ini mengandung sel-sel yang berlapis dan bertanduk. Sebagian besar sel dalam
epidermis diperbaharui secara terus menerus, mengalami keratinisasi, dan menghasilkan
struktur derivatif (unit-unit pilosebasceus, kuku, dan kelenjar keringat) yang disebut struktur

2
appendiks. Ketebalan dari epidermis berkisar antara 0.4 sampai 1.5 mm, dimana keseluruhan
tebal kulit yaitu 1.5 mm sampai 4.0 mm. Sebagian besar sel dalam epidermis adalah
keratinosit yang disusun dalam empat lapisan yang dinamai menurut posisi dan struktur sel.
Sel-sel ini berdiferensiasi dari mulai proliferatif sel basal, membran basement epidermal,
sampai ke terminal startum korneum, bagian terluar dari lapisan kulit (Liat Bab 45). Selain
keratinosit, terdapat imigran residen sel seperti sel melanosit, sel langerhans, dan sel merkel.
Sel lainnya, seperti limfosit, adalah habitan yang transient dari epidermis. Terdapat banyak
perbedaan regional dari sifat-sifat epidermis , beberapa terlihat jelas seperti ketebalan (contoh
pada kulit palmoplantar dan kulit trunkal), beberapa terlihat secara mikroskopik. .

Perbedaan secara patologik pada epidermis akan terjadi sebagai efek terhadap
beberapa stimuli:trauma mekanik yang berulang (pada liken planus kronik), inflamasi (pada
dermatitis atopik), infeksi (pada veruka vulgaris) , kelainan aktivitas sistem imun dan sitokin
(pada psoriasis Gambar 7-4), autoantibodi (pada pemfigus vulgaris dan pemfigus bulosa),
atau kelainan genetik yang menyebabkan perbedaan struktrur protein (pada epidermolisis
bulosa simpleks, epidermolisis hiperkeratotik, iktiosis, dan penyakit Darier).

Lapisan Epidermis

3
Epidermis terdiri atas:
1. Lapisan basal (stratum basale)

Lapisan basal terdiri dari sel-sel keratinosit yang berasal dari ektodermal yang mencakup
80% dari total sel epidermis. Sel ini merupakan bagian utama dari lapisan pelindung di
stratum korneum. Sebagian besar fungsi epidermis dapat dilihat dari struktur dan
perkembangan keratinosit. Keratinosit mengandung keratin yang merupakan suatu famili
filamen intermediat dan merupakan tanda karakteristik dari semua sel epitel, termasuk
keratinosit yang memiliki peran struktural dominan di dalam sel.Mereka menjalankan fungsi
struktural yang penting di dalam sel. Terdapat 54 gen keratin yang berbeda telah
teridentifikasi pada manusia termasuk 34 keratin epitel dan 17 keratin rambut. Koekspresi
dari pasangan keratin spesifik tergantung dari tipe sel, tipe jaringan, tahap perkembangan,
tahap diferensiasi, dan kondisi penyakit.Pengetahuan tentang ekspresi dan struktur keratin
tersebut akan memberikan gambaran tentang diferensiasi dan struktur epidermis.

Lapisan dasar (stratum germinativum) mengandung keratinosit yang berbentuk kolom dan
aktif mengalami mitosis, melekat pada zona membran basalis dan memberikan nutrisi ke
lapisan yang lebih superfisial.Filamen-filamen keratin di dalam sel basal berada dalam ikatan
halus yang tersusun di sekitar nukleus dan menyelinap ke dalam desmosom dan
hemidesmosom.

Beberapa studi membuktikan bahwa lapisan bervakuola yang mengandung pigmen


melanosome bergerak dari melanosit ke fagositosis. Pigmen dalam melanosit ini
mendistribusi bagian besar dari pigmentasi kulit yang terlihat secara makroskopik. Lapisan
basal adalah lokasi utama tempat epidermis bermitosis. Penelitian mengatakan bahwa sel
lapisan basal memiliki berbagai potensi proliferatif (stem sel, dan post mitosis sel),
penelitian in vivo dan in vitro mengatakan bahwa stem sel epidermis dapat bertahan hidup
lama. Sel Basal dapat diperbanyak di kuktrur jaringan dan memperbaiki epidermis dari luka
bakar.

Pada studi kinetik sel, terdapat 3 populasi secara bersamaan di dalam lapisan ini: stem
cells, transient amplifying cell, dan sel pascamitosis.Bukti fungsional atas eksistensi stem
cells epidermis yang hidup lama berasal dari studi in vivo maupun in vitro.Stem cells basal
bersifat klonogenik, berkembang dengan cepat melalui fase-S dalam siklus sel dan jarang
membelah diri selama tahap pembaharuan sendiri yang stabil.Tipe kedua sel, transient

4
amplifying cells dari lapisan basal muncul sebagai kumpulan sel-sel anak (daughter cells)
yang dihasilkan oleh pembelahan stem cells yang jarang terjadi.Sel ini memberikan masa
pembelahan sel yang dibutuhkan untuk pembaharuan diri yang stabil dan merupakan sel yang
paling umum di kompartemen basal.Setelah mengalami beberapa pembelahan sel, sel ini
menghasilkan kelas sel epidermal ketiga, sel pascamitosis, yang mengalami diferensiasi
akhir.

Banyak data yang mendukung adanya stem sel epidermis yang multipotent ini pada
tonjolan folikel rambut. Sel di daerah ini dapat berkontribusi terhadap formasi tidak hanya di
unit pilosebaseus namun juga di interfolikular epidermis.

Tipe sel yang kedua, adalah transit sel dari lapisan basal, yang diproduksi oleh pemecahan
stem sel yang tidak teratur. Sel ini bersifat menstabilkan dan merupakan sel yang paling
umum terdapat di basal kompartemen.Setelah mengalami beberapa pemecahan, sel ini
memproduksi sel epidermis basal yang ketiga, sel post mitosis yang mengalami diferensiasi
terminal. Walaupun dipercaya bahwa terjadinya migrasi melalui lamina basal kebagian
superfisial epidermis, beberapa penelitian membuktikan adanya pemecahan sel asimetri di
membran basal ke suprabasal. Pada manusia, lamanya waktu transit sel basal, sejak terlepas
dari lapisan basal sampai masuk ke sratum korneum, setidaknya adalah 14 hari. Transit ke
stratum korneum dan deskuamasi memerlukan waktu14 hari lagi. Periode waktu ini dapat
berubah pada kasus hiperproliferatif atau pertumbuhan sel yang terhambat.

2. Lapisan Spinosum (stratum spinosum)


Bentuk,struktur,dan tampilan subselular dari sel spinosus berhubungan dengan posisi
mereka di pertengahan epidermis.Mereka dinamai spinosus karena bentuknya yang
menyerupai gambaran tulang spine pada gambaran histologik. Sel spinosus suprabasal
berbentuk polihedron dengan nukleus yang bulat.Semakin sel ini berploriferasi dan naik
kepermukaan, bentuknya semakin mendatar dan menghasilkan granul yang dinamakan
granula lameral.Sel spinosus jugamemiliki kumpulan besar filament keratin, di sekitar
nukleus dan memasuki desmosom secara perifer.

Sel spinosus menstabilkan keratin K5/K14 yang diproduksi di sel basal namun tidak
mensintesiskan messenger RNA (mRNA) untuk protein ini, kecuali pada penyakit
hiperproliferatif. Sintesis baru dari keratin K1/K10 terjadi di lapisan epidermal.Keratin ini

5
dikenal sebagai gambaran diferensiasi dari epidermal dan disebut spesifik diferensiasi atau
keratin spesifik diferensiasi.Gambaran normal diferensiasi ini berubah menjadi susunan
alternatif pada kondisi hiperproliferatif. Pada kasus seperti psoriasis, keratosis aktinik, dan
penyembuhan luka, sintesis K1 dan K10 mRNA dan protein menurun, begitu juga sintesis K6
dan K16.Perubahan ekspresi keratin ini mengganggu diferensiasi normal di granular dan
lapisan epidermal.Mrna dari K6 dan K16 terdapat d seluruh epidermal.Namun berita hanya
terstimulasi pada saat proliferasi.

Sel spinosus kaya akan desmosom, sel depent-kalsium yang menyebabkan perlengketan
sel epidermal dan resistensi terhadap stress mekanik. Di dalam tiap sel terdapat
plakdesmosom, yang mengadung polipeptida I dan II, keratokalmin, desmoyokin, dan
pkakofilin.Glikoprotein trasmembran-desmoglein 1 dan 3 dandesmokolin I danII ,bagian dari
kadherin- menyebabkan perlengketan dari extraselulerdesmosom, yang disebut sebagai core.
Bagian extraseluler dari chaderin berada di core, sedangkan intraseluler berada pada plak,
menempel di filament intermediate.

Struktur desmosom abnormal atau gangguan desmosom menyebabkan sel-sel berputar,


memisahkan diri (akantolisis) dan membentuk lepuh dan vesikel di dalam epidermis serta
menyebabkan pengelupasan beberapa lapisan epidermal. Perubahan ini misalnya ditemukan
pada penyakit autoimun seperti pemphigus foliaceus dan pemphigus vulgaris, dimana pasien
menghasilkan antibodi yang khusus terikat pada domain ekstraseluler desmoglein 1 dan 3,
atau pada staphilococcal scalded skin syndrome, dimana eksotoksin bakteri adalah protease
yang membelah dan menginaktivasi desmoglein 1.

Desmosom adalah kompleks adhesi utama dalam epidermis, anchoring keratin


intermediate filamen (IFS) dengan sel membran keratinosit, dan memungkinkan sel untuk
menahan trauma. Komponen utama desmosom terdiri dari tiga produk gen superfamilies:
desmosomal cadherins, keluarga armadillo dari nuklir dan junctional protein, dan plakins.
Transmembranous cadherins terdiri dari asosiasi heterophilik desmogleins dan desmocollins.

Ada tiga tipe epidermis khusus desmogleins (Dsg1-3) dan juga untuk desmocollins
(Dsc1-3), yang semuanya menunjukkan diferensiasi spesifik ekspresi. Sebagai contoh, Dsg1
dan Dsc1 diekspresikan dalam lapisan superfisial epidermis sedangkan ekspresi Dsg3 dan
Dsc3 lebih besar dalam basal keratinosit.

6
Glikoprotein bagian intraseluler melekat pada jaringan filamen keratin melalui
desmoplakin, plakoglobin dan makromolekul lain. Dikatakan protein armadillo, plakophilin
1, sebagai stabiliser penting dari adhesi keratinosit dalam diferensiasi keratinosit. (Gambar
3.10)

Gambar 3.10 Komposisi makromolekuler menghubungkan desmosom dengan keratinosit.


sel terhubung melalui transmembran kaderin glikoprotein (desmogleins dan desmocollins)
Penempelan molekul dengan filamen keratin sitoskeleton terjadi melalui jaringan protein
plak desmosomal (desmoplakin, plakoglobin dan plakophilin).

Berikut merupakan tabel yang memaparkan penyakit-penyakit tertentu yang berhubungan


oleh kerusakan pada protein desmosom (Tabel 7.3)

7
3. Lapisan granular (stratum granulosum)
Lapisan granular dinamai demikian karena dominan merupakan granul keratohialin
basofilik. Granula keratohialin ini terdiri dari: profilaggrin, filamen keratin, dan loricrin.
Loricrin adalah protein yang kaya sistein yang membentuk komponen utama protein dari
lapisan cornified, mencapai 70% massanya. Kelainan pada loricrin menghasilkan bentuk
sindroma Vohwinkel dengan ichthyosis dan pseudainhum.

4. Stratum korneum
Stratum korneum merupakan lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin
(zat tanduk). Fungsi utamanya adalah untuk memberikan perlindungan mekanik kepada
kulit dan barier untuk kehilangan air dan perembesan substansi yang larut air dari
lingkungan. Barier dibentuk oleh sistem dua kompartemen korneosit yang diperkaya
protein dan kurang lipid, yang dilingkupi oleh matriks lipid ekstraseluler yang
bersambungan. Pengaturan permeabilitas, deskuamasi, aktivitas peptida antimikrobial,
eksklusi toksin, dan absorpsi kimia selektif adalah merupakan fungsi primer dari matriks
lipid ekstraselular stratum korneum.

8
Sel-sel Nonkeratinosit dari Epidermis
Selain sel-sel keratinosit sebagai sel utama pada epidermis, terdapat juga sel-sel yang
tidak mengandung keratin atau disebut juga sel-sel nonkeratinosit. Beberapa sel yang
termasuk sel nonkeratinosit adalah sel melanosit, sel Merkel, dan sel Langerhans. Melanosit
merupakan sel dendritik turunan crest neural, yang dapat mensintesa pigmen dan secara
primer berada di lapisan basal. Gambaran mikroskopiknya berupa sitoplasma pucat, nukleus
ovoid dan warna melanosome yang mengandung pigmen, organel yang berbeda dari
melanosit. Penyakit kulit vitiligo misalnya, disebabkan oleh habisnya melanosit secara
autoimun.

Sel Merkel merupakan sel nonkeratinosit yang bertindak sebagai reseptor mekanik
tipe I beradaptasi lambat yang berlokasi pada daerah dengan sensitivitas taktil tinggi dan
berada diantara sel-sel keratinosit basal pada daerah tubuh tertentu (misalnya kulit berambut
dan tak berambut pada jari dan bibir). Seperti sel nonkeratinosit lainnya, sel merkel memiliki
sitoplasma pucat.

Sel Langerhans merupakan sel dendritik pengolah dan yang memperkenalkan antigen
(antigen presenting cell) pada epidermis. Pada pemeriksaan histologi tampak warnanya pucat
dan nukleusnya convolusi (kusut) dengan sitoplasma bentuk raket atau batang kecil, disebut
granula sel langerhans atau granula Birbeck. Jumlah sel langerhans pada epidermis berkurang
pada kondisi tertentu seperti psoriasis, sarcoidosis dan juga dermatitis kontak, yang secara
fungsional dirusak oleh radiasi UV, khususnya UVB.

9
Dermal-Epidermal Junction (DEJ)
Dermal-epidermal junction merupakan zona membran dasar yang membentuk
penghubung antara epidermis dan dermis. Jembatan ini mempunyai fungsi utamauntuk
melekatkan epidermis dan dermis satu sama lain sekaligus memberikan resistensi terhadap
gaya pengoyak (shearing) eksternal. Peran lain dari dermal-epidermal junction adalah
sebagai penunjang untuk epidermis, menentukan polaritas pertumbuhan, menyusun
pengaturan sitoskeleton pada sel basal, memberi sinyal perkembangan, dan sebagai barier
semipermeabel. Dermal-epidermal junction ini dibagi dalam 3 jaringan supramolekuler yaitu
kompleks filamen tautan hemidesmosome, membran dasar itu sendiri dan tautan fibril.

Dermis
Lapisan dermis kulit terdiri dari jaringan ikat berserabut, berfilamen dan difus yang
memuat jaringan vaskular dan saraf, persambungan dari epidermis, dan mengandung banyak
tipe sel residen, termasuk fibroblas, makrofag, sel mast, dan sel sirkulasi sementara dari
sistem imun termasuk limfosit, sel plasma dan leukosit. Fungsi lapisan dermis adalah untuk
membentuk mayoritas dari kulit dan memberi kelenturan, elastisitas dan daya rentang.
Sekaligus melindungi tubuh dari luka mekanik, mengikat air, membantu pengaturan panas,
dan termasuk reseptor dari stimulus sensorik.

Dermis tersusun kedalam 2 bagian utama:

10
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serat saraf dan
pembuluh darah.

b. Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan. Di bagian dermis inilah yang
mengandung serat-serat penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin, serta matriks
(dasar) ekstraseluler lainnya yang terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat, di bagian ini juga terdapat fibroblas.

Matriks Jaringan Ikat Dermis


Jaringan kolagen dan serabut elastis merupakan komponen utama pada matriks
jaringan ikat dermis. Molekul jaringan ikat yang tidak berserabut lainnya termasuk
glikoprotein berfilamen halus, proteoglikan (PGs) dan glicosaminoglycan (GAGs) dari
substansi dasar. Kolagen merupakan unsur utama dermis, kira-kira 75% dari berat kering
kulit, berfungsi untuk memberikan daya rentang dan elastisitas.

Terdapat berbagai macam tipe kolagen misalnya kolagen tipe I yang banyaknya 80-
90% dari total kolagen dermis; kolagen tipe III yang banyaknya 8-12%; dan kolagen tipe V
yang banyaknya < 5%, tetapi mempunyai kodistribusi dengan kedua kolagen tipe I dan III
untuk membantu pengaturan diameter fibril.Kolagen tipe VI berkaitan dengan fibril dan
ruang antar fibril, berada terbatas pada lamina basal DEJ, pembuluh darah dan apendik
epidermal, sedangkan kolagen tipe VII membentuk tautan fibril pada DEJ.

Jaringan ikat elastik merupakan suatu jaring mikro molekul yang rumit yang tersusun
dalam suatu jaringan menyambung mulai dari lamina densa pada DEJ sampai dengan dermis
dan masuk kedalam jaringan ikat hipodermis. Serabut elastik juga terdapat dalam dinding
pembuluh darah kulit dan limfatik dan dalam bungkus folikel rambut.Jaringan ikat elastik
mencapai 4% dari berat kering protein matriks dermal. Mutasi pada fibril dapat dilihat pada
Sindroma Marfan yang merupakan penyakit jaringan ikat bawaan karena aneurisma dalam
aorta.

Di dalam jaringan ikat elastik, serabut-serabut oxytalan memanjang secara tegak lurus
DEJ ke sambungan antara dermis papilaris dan dermis retikularis, dimana bergabung dengan
jaringan horizontal serabut-serabut elaunin.

Komponen Selular Dermis

11
Fibroblas, makrofag, dan sel mast adalah bagian dalam dermis yang biasa ditemukan
dalam kepadatan paling besar di daerah papilaris dan pembuluh darah sekitar pleksus
subpapilaris. Fibroblas diperoleh dari sel mesenkimal yang bermigrasi melalui jaringan dan
bertanggung jawab atas sintesis dan degradasi protein matriks jaringan ikat yang berserabut
dan yang tak berserabut dan sejumlah faktor yang dapat larut.

Monosit, makrofag dan dendrosit dermal merupakan sistem fagositik mononuklear


dari sel pada kulit.Makrofag berasal dari sel-sel prekursor sumsum tulang yang
berdiferensiasi menjadi monosit yang masuk ke sirkulasi darah, kemudian bermigrasi ke
dalam dermis mengalami diferensiasi lebi lanjut.

Sel mast adalah sel sekretori khusus dalam kulit yang terdapat dalam kepadatan yang
terbesar dalam dermis papilaris, di dekat DEJ dalam bungkus apendik epidermal dan sekitar
pembuluh darah serta saraf plexus subpapilaris. Secara histologis mengandung nukleus bulat
atau oval dan granula sitoplasmik yang gelap dan banyak jumlahnya. Sel mast bisa menjadi
hiperplastik dan hiperproliferatif pada mastositosis.

Dendrosit dermal merupakan sel suatu jaringan ikat tetap yang bersifat sangat
fagositik, berbentuk bintang, dendritik, atau kadang kumparan. Dendrosit terdapat sangat
banyak pada dermis papilaris dan retikularis atas, sering di dekat pembuluh pleksus
subpapilaris.Dendrosit mengekspresikan faktor XIIIa dan CD45 antigen dan tidak
mempunyai cukup penanda tipical sel fibroblastik.

Vaskularisasi Kulit
Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi jaringan, pengaturan
tekanan darah dan suhu, perbaikan luka dan berbagai peristiwa imunologis. Mikrosirkulasi
pada kulit meliputi arteriol, sphincter prekapilaris, kapiler arteri dan vena, venul
postkapilaris, dan venul mengumpul. Pembuluh darah yang mensuplai dermis adalah cabang
kecil dari arteri muskulokutaneus yang menembus lemak di bawah kulit dan masuk ke dermis
retikularis dalam dimana pembuluh ini tersusun ke dalam sebuah pleksus arteriolar
horizontal.

Dari pleksus ini, ateriol memanjang naik menuju epidermis. Arteriol ini terdiri dari 2
lapisan sel otot polos, juga perisit, tipe kedua dari sel kontraktil dinding pembuluh darah.

12
Arteriol ascending biasanya bergabung satu sama lain melalui vascular arcade, dari arteriol
terminal pleksus subpapilaris menuju papila dermis.Pembuluh ekstrapapilaris menurun
merupakan pembuluh vena yang mengalir masuk ke dalam saluran vena plexus subpapillaris
yang terletak di atas dan dibawah pleksus vaskular arteriol.Venul postkapiler pada pleksus
subkapiler merupakan komponen mikrosirkulasi yang penting secara fisiologis.

Venul pada pleksus subkapiler ini memberikan respon terhadap mediator seperti
histamin yang berkembang diantara sel endotelium yang berdekatan yang memungkinkan
ekstravasasi cairan dan lepasnya sel dari lumen pembuluh darah dan dengan demikian sering
merupakan tempat sel radang berkumpul selama respon tersebut. Venul postkapiler mengalir
ke dalam saluran vena, yang sejajar dengan ascending arteriol yang membawa darah ke
pleksus horizontal dan menjauh dari kulit.

Terdapat hubungan langsung antara sirkulasi arteri dengan sirkulasi vena di daerah
tertentu pada kulit (misalnya telapak tangan dan telapak kaki), yang terdiri dari acending
arteriol (suatu badan glomus) yang diubah bentuk oleh 3-6 lapisan sel otot lunak dan
mempunyai serabut saraf simpatik yang saling berhubungan.Glomus ini bisa menutup
sepenuhnya ketika tekanan darah berada dibawah tingkat kritis.

Pada orang dewasa, vaskularisasi kutaneus normalnya bersifat tetap dan inaktif,
kecuali pada angiogenesis rambut tertentu yang tergantung siklus selama fase anagen.
Keadaan tetap ini sebagian akibat inhibisi angiogenesis pada matriks dermis oleh faktor-
faktor seperti trombospondin. Rangsangan patogen dapat mengakibatkan angiogenesis
sekunder, dari tumor atau selama proses perlukaan.

Limfatik
Pembuluh limfaik penting untuk mengatur tekanan dalam interstisial oleh resorbsi
cairan yang dikeluarkan dari pembuluh darah dan dalam membersihkan jaringan sel, protein,
lemak, bakteri, dan zat yang terurai. Aliran getah bening dalam kulit tergantung dari gerakan
jaringan yang disebabkan oleh pulsasi arteri dan kontraksi otot skala besar serta gerakan
tubuh, dengan katup seperti bikuspidalis dalam pembuluh limfatik untuk mencegah aliran
kembali. Kapiler getah bening mengalir ke dalam pleksus horizontal pembuluh getah bening
yang lebih besar yang terletak di dalam pleksus venul subpapilaris. Pembuluh getah bening
dapat dibedakan dari pembuluh darah dalam posisi yang sama oleh diameter lamina yang
lebih besar dan dinding yang lebih tipis.

13
Saraf dan Reseptor pada Kulit
Jaringan saraf pada kulit mengandung saraf inderawi somatik dan saraf autonomik
simpatik. Berfungsi pada setiap ujung tubuh sebagai reseptor sentuhan, rasa sakit, gatal, dan
rangsang mekanik. Kepadatan dan tipe reseptor bervariasi tergantung daerahnya. Reseptor
yang sangat padat terletak pada daerah tidak berambut (areola, labia, dan glans penis).

Saraf motorik simpatetik didistribusi secara bersama dengan saraf indrawi dalam
dermis sampai bercabang untuk menginervasi kelenjar keringat, otot lunak vaskular, otot
arektor pilli pada folikel rambut dan kelenjar sebaseus.Saraf membentuk pleksus yang dalam,
kemudian naik ke pleksus subpapiler superfisial.

Pada manusia, ujung saraf bebas selalu terbungkus oleh sel Schwann dan lamina
basal, terutama terdapat pada papila dermis. Serabut-serabut yang berfilamen halus
(penicillate fibers) merupakan serabut saraf primer yang ditemukan subepidermis dalam kulit
yang berambut. Serabut saraf ini berfungsi sebagai reseptor yang beradaptasi dengan cepat
dan berfungsi dalam persepsi sentuhan, suhu, rasa sakit, dan gatal.Ujung saraf bebas juga
berhubungan dengan sel Merkel. Kompleks saraf-sel Merkel dijelaskan dengan berbagai
nama, tergantung komposisi dan lokasinya. Contoh: Pada kulit berambut, terdapat touc
domes yang berhubungan dengan folikel rambut (leher dan permukaan dorsal lengan bawah).

Badan reseptor (Meissner maupun Pacini), mempunyai sebuah kapsul dan sebuah inti
bagian dalam yang berisikan komponen saraf maupun non saraf. Badan Meissner berperan
sebagai mechanoreseptor panjang/ovoid yang terletak dalam papila dermis distal dan
terorientasi secara vertikal pada permukaan epidermis kapsul. Sedangkan, badan Pacini
terletak pada dermis dalam dan jaringan kulit subkutan yang menutupi permukaan yang
menyangga berat pada tubuh. Fungsinya adalah sebagai reseptor mekanis yang beradaptasi
cepat, yang memberi respon kepada rangsangan getaran.

14
Hipodermis
Lapisan hipodermis berperan sebagai suplai energi, melindungi kulit, dan
memungkinkan mobilitas pada berbagai strukturnya serta memberi efek kosmetik. Batas
antara dermis retikular dalam dan hipodermis adalah transisi dari jaringan ikat dermal fibrous
yang dominan menjadi adiposa subkutaneus.Adiposit membentuk bagian sel dalam
hipodermis, disusun dalam lobus yang dibentuk oleh septa jaringan ikat fibrous. Saraf,
pembuluh darah, dan limfatik berada di dalam septa, dan mensuplai daerah tersebut.

15
Pentingnya jaringan subkutis ini terlihat pada pasien penderita sindroma Werner,
dimana lemak subkutis tidak terdapat pada daerah lesi di atas tulang atau pada skleroderma,
dimana lemak subkutis diganti oleh jaringan ikat fibrous.Pada kelainan lipodistrofi herediter
dan didapat, hilangnya lemak subkutan merusak pengaturan glukosa, trigliserida dan
kholesterol, dan menyebabkan perubahan kosmetik yang signifikan.

Perkembangan Kulit
Perkembangan kulit janin dibagi dalam 3 tahap yaitu spesifikasi, morfogenesis dan
diferensiasi. Tahapan ini berhubungan dengan periode perkembangan embrionik (0-60 hari),
masa fetal dini (2-5 bulan), dan periode janin akhir (5-9 bulan).

Spesifikasi merupakan proses dimana ektodermal lateral menjadi neural plate


kemudian menjadi epidermis, dan dari sel mesenchymal dan neural crest menjadi dermis.
Morfogenesis adalah proses pembentukan jaringan yang lebih spesifik termasuk lapisan-
lapisan epidermis, apendiks epidermis, pemisahan dermis-subkutis dan pembuluh darah.
Selanjutnya, terjadi proses diferensiasi dimana jaringan baru ini akan berkembang dan
mengambil alih bentuk yang matang.

1. Epidermis
Perkembangan embrionik
Selama minggu ke tiga setelah fertilisasi, embrio manusia akan mengalami gastrulasi,
menghasilkan tiga lapisan germinal embrionik utama: ektoderm, mesoderm, endoderm. Tidak
lama setelah itu, ektoderm dipisah menjadi neuroektoderm dan epidermis presumtif. Dalam 6
minggu EGA, ektoderm yang menutupi tubuh terdiri dari sel basal dan sel periderm
superfisial. Pada akhir trimester kedua sel ini mengelupas den membentuk bagian verniks
caseosa.

Perkembangan janin awal (Morphogenesis)


Akhir minggu 8 EGA, epidermis mulai membentuk lapisan-lapisan dan pembentukan
lapisan intermediate diantara 2 lapisan sel sebelumnya. Sel-sel ini sama dengan sel-sel pada
lapisan/stratum spinosum epidermis yang matang. Proliferasi pada masa perkembangan janin
ini sangat aktif, struktur yang berlapis-lapis menggantikan lapisan periderm yang mengalami
degenerasi. Gen p63 memegang peranan penting dalam proliferasi dan ketahanan lapisan sel
basal.

16
Perkembangan janin akhir (Diferensiasi)
Spesifikasi dan diferensiasi lebih lanjut dari keratinosit di epidermis. Pembentukan
stratum korneum dan granulosum serta terlepasnya periderm yang rudimenter (dimulai
minggu 15 EGA). Sel-sel yang lebih superfisial mengalami diferensiasi akhir (pembentukan
pembungkus bertanduk/cornified envelope yang bertindak sebagai barier impermeabel).
Enzim Transglutaminase, LEKTI, phytanoyl CoA reductase, fatty aldehyd dehydrogenase dan
steroid sulfatase merupakan enzim-enzim yang penting dalam pembentukan cornified
envelope dan pematangan barier lipid.

Sel-sel yang Mengalami Spesialisasi dalam Epidermis


Sel melanosit, Langerhans, dan Merkel, ketiganya dideteksi pada akhir periode
embrionik. Melanosit merupakan turunan dari neural crest, bagian dari sel
neuroektoderm.Melanoblast terlihat pada 50 hari EGA dimana migrasi, kolonisasi, proliferasi
dan kelangsungan hidup melanosit tergantung pada reseptor tirosin kinase pada permukaan
sel. Selanjutnya, melanin terlihat pada bulan 3-4 EGA, melanosom mulai mentransfer pigmen
ke keratinosit.

Sel Langerhans mulai terlihat pada hari ke-40 EGA dan pada akhir trimester III, sebagian
besar sel Langerhans dewasa sudah terbentuk. Sel Merkel terlihat pada di bagian volar
epidermis pada minggu 11-12 EGA. Pada penelitian terkini ditemukan bukti bahwa sel-sel
Merkel tidak berproliferasi di epidermis (sel-sel Merkel berasal dari stem cell epidermal).

2. Dermis
Asal dermis lebih luas dibanding epidermis yang hanya dibentuk dari ektoderm.
Jaringan embrionik yang membentuk dermis tergantung pada lokasinya pada tubuh.
Mesenkim dermis pada wajah dan kulit kepala anterior berasal dari ektoderm neural crest.
Mesenkim lengan, tungkai dan bagian ventral dinding tubuh berasal dari mesoderm lempeng
lateral. Mesenkim dinding tubuh bagian dorsal berasal dari dermomiotom somit embrionik.
Dermis embrio berbeda dengan dermis dewasa, bersifat seluler dan amorfik, sedikit
serabut yang tersusun.

Dermis dewasa mengandung kompleks jaringan serat-serat kolagen dan elastin yang
terikat pada matriks proteoglikans, sedangkan mesenkim embrio mengandung sejumlah besar
sel-sel pluripoten yang kaya akan asam hialuronat. Mesenkim ini merupakan progenitor sel-
sel yang menghasilkan kartilago, jaringan adiposa, fibroblas dermis dan tulang

17
intramembranosa. Dermis yang matang bersifat lebih tebal dan terorganisasi (seperti pada
orang dewasa), hanya saja lebih seluler.

Komponen penting dermis


a. Pembuluh darah
Pembuluh darah dibentuk pada awal gestasi tapi tidak berkembang sampai beberapa
bulan setelah lahir. Proses vaskulogenesis membutuhkan diferensiasi in situ dari sel-sel
endotel pada penghubung endoderm-mesoderm (hari 45-50 EGA). Pada minggu ke-9 EGA,
pembuluh darah dapat dilihat pada dermo-hipodermal junction. Pada bulan ke-3 EGA,
jaringan yang memisahkan pembuluh darah vertikal dan horizontal telah terbentuk.

b. Limfatik
Pembuluh limfatik kulit berasal dari sel-sel endotel yang keluar dari vena. Pola
perkembangannya paralel dengan pembuluh darah. Gen LYVE-1 dan Prox-1 merupakan gen
utama yang berperan penting untuk spesifikasi prekursor awal limfatik. Sedangkan, gen
VEGF-R3 dan SLC berperan penting untuk diferensiasi limfatik selanjutnya.

c. Saraf
Perkembangan saraf paralel dengan sistem vaskular dalam hal pola, maturasi, dan
organisasi. Sistem saraf perifer di kulit terdiri dari saraf sensorik somatis dan serabut
autonom simpatis yang kecil dan tidak bermielinisasi, yang dalam perkembangannya akan
bermielinisasi dan berhubungan dangan penurunan jumlah akson. Proses ini dapat berlanjut
sampai pubertas.

3. Hipodermis (Subkutis)
Pada masa 50-60 hari EGA, hipodermis dipisahkan dari dermis oleh sekumpulan
pembuluh berdinding tipis. Kemudian, pada akhir trimester I, matriks hipodermis telah dapat
dibedakan dari matriks pada dermis yang lebih berserat. Pada trimester II, prekursor sel
adiposa mulai berdiferensiasi dan memperbanyak lemak. Memasuki trimester III, lobus-lobus
lemak dan sekat-sekat fibrosa memisahkan sel-sel adiposa yang matang. Leptin, hormon
yang penting dalam pengaturan lemak dan famili reseptor dari faktor transkripsi, juga
berperan penting untuk diferensiasi jaringan preadiposa.

4. Dermal-epidermal junction

18
DEJ merupakan suatu penghubung dimana banyak interaksi induktif terjadi yang akan
menghasilkan spesifikasi dan diferensiasi dermis dan epidermis. Termasuk membran basal
khusus, matriks ekstraseluler sel basal, bagian terbesar dari sel-sel basal dan struktur
superfisial paling berserat dari papila dermis. Pada minggu ke-8 EGA, sebuah membran basal
sederhana memisahkan dermis dari epidermis dan mengandung banyak elemen protein utama
untuk membran basal, seperti: laminin 1, kolagen tipe IV, heparin sulfat dan proteoglikan.
Banyak kelainan bulosa kongenital terjadi karena defek pada protein di DEJ.

5. Perkembangan Bagian-bagian Kulit Lainnya


a. Rambut
Dari kulit kepala, sinyal dermal menyebabkan sel-sel basal epidermis
berkumpul dalam interval ruang yg teratur, disebut follicular placode dan menyebar
secara ventral dan kaudal, kemudian menutupi kulit. Placode memberi sinyal balik ke
epidermis sehingga membentuk apa yang disebut dengan kondensasi dermal (pada 12-
14 minggu EGA).Pembentukan papila dermis dimulai oleh sinyal epitelial pertama
yang ditransmisikan dari epitel folikel ke mesenkim.Setelah proses diferensiasi folikel
dimulai, dermis mengirim sinyal lain ke epitel placode untuk proliferasi kemudian
masuk ke dermis.
Sel dermal terhubung dengan folikel kemudian berkembang ke dalam papila
dermis. Sel epitel bergerak membentuk pembungkus akar dalam dan poros rambut
pada folikel rambut matang.Dalam 19-21 minggu EGA, maka saluran rambut ini
terbentuk sempurna dan rambut pada kulit kepala mulai terlihat di atas permukaan
epidermis janin.Terus memanjang hingga usia 24-28 minggu EGA, saat itu terjadi
pergeseran pertumbuhan aktif (anagen) ke fase degeneratif (katagen) dan ke fase
istirahat (telogen).

b. Kelenjar sebaseus
Kelenjar sebaseus engalami pematangan selama diferensiasi folikuler. Dimulai
13-16 minggu EGA dimana kelenjar sebaseus akan dapat terlihat pertama kali pada
tonjolan (bulge) superfisial pada folikel rambut.Sel proliferatif terluar akan
menghasilkan sel-sel yang berdiferensiasi yang kaya lipid dan sebum.Setelah
diferensiasi terakhir, sel-sel ini mengalami disintegrasi dan mengeluarkan produknya
ke bagian atas dari saluran rambut.Produksi sebum dipercepat pada trimester kedua
dan ketiga selama steroid maternal menyebabkan rangsangan kelenjar sebaseus.

c. Kuku

19
Struktur kuku mulai terlihat pada ujung jari dorsal pada 8-10 minggu EGA,
sedikit lebih cepat dari permulaan perkembangan folikel rambut. Tandanya adalah
adanya permukaan datar dari dasar kuku.Bagian ektoderm akan menguncup ke dalam
pada batas proksimal dari kuku kemudian mengarah pada lipatan kuku proksimal.
Pada masa 11 minggu EGA, permukaan dasar kuku dorsal mulai membentuk
keratinisasi. Pada bulan ke-4 EGA, plat kuku tumbuh dari lipatan kuku proksimal
kemudian menutup dasar kuku hingga bulan ke 5.
Mutasi pada p63 mempengaruhi perkembangan kuku pada sindroma seperti
ankylobrepharon, displasia ektodermal, dan juga sindroma bibir sumbing, termasuk
ectrodactyly. Fungsi p63 ini adalah untuk pembentukan dan mempertahankan sisi
ektodermal apikal, pusat sinyal embrionik yang penting untuk pertumbuhan tungkai
dan pembentukan lempeng tangan. Juga terdapat gen Wnt7a yang penting untuk
pembentukan tungkai dorsal, juga kuku.

d. Kelenjar Keringat Ekrin dan Apokrin


Kelenjar ekrin mulai berkembang pada permukaan volar dari tangan dan kaki,
bermula dari bantalan (pad) mesenkimal antara hari ke 55-65 EGA. Pada masa 12-14
minggu EGA, sisi ektodermal paralel terinduksi kemudian akan tumpang tindih pada
bantalan.Kelenjar ekrin muncul dari sisi ektodermal ini. Kemudian, pada minggu ke-
16 EGA, bagian sekresi dari kelenjar mulai terdeteksi.
Duktus dermal mulai terbentuk sekitar usia 16 minggu.Namun, bagian
epidermal dari duktus dan saluran keluarnya belum sempurna hingga 2 minggu EGA
kemudian. Kelenjar keringat apokrin umumnya mulai terlihat pada bagian atas folikel
rambut. Pada masa kehamilan 7 bulan EGA, sel-sel kelenjar apokrin telah dapat
dibedakan.

20

Anda mungkin juga menyukai