Anda di halaman 1dari 3

1.

Penatalaksanaan skor apgar

Asfiksia neonatorium adalah keadaan bayi lahir yang tidak dapat berapas secara
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Sarwono Prawirohardjo,
1992).

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan secara


spontan dan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (APN).
Asfiksia dibagi menjadi :

1) Asfiksia Berat (Nilai APGAR 0-3)

Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah
memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung
dan berulang-ulang. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul
dan frekuensi jantung menurun maka pemberian obat-obat lain serta massase
jantung sebaiknya segera dilakukan.

2) Asfiksia ringan-sedang (Nilai APGAR 4-6)

Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog
breathing). Cara ini dikerjakan dengan melakukan pipa ke dalam jantung dan O2
dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam 1 menit. Agar saluran napas bebas,
bayi diletakkan dengan kepapa dorsofleksi.
Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut penolong diisi terlebih dahulu
dengan O2 sebelum pernapasan. Peniupan dilakukan secara teratur dengan
frekuensi 20-30 kali semenit dan diperhatikan gerakan pernapasan yang mungkin
timbul. Jika terjadi penurunan frekuensi jantung dan tonus otot maka bayi
dikatakan sebagai penderita asfiksia berat.
Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan
kelangsungan pernafasan bayi yang menimbulkan sebagian besar terjadi pada waktu
persalinan.

Terapi medikamentosa

Epinefrin : Indikasi : Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada. Asistolik. Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB
dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat
diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander : Indikasi : Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami
hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. Hipovolemia kemungkinan akibat
adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi
kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat). Transfusi darah golongan O
negatif jika diduga kehilangan darah banyak. Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan
selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat : Indikasi : Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan


resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada
keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa
gas darah dan kimiawi. Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb
(8,4%). Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan
secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping : Pada keadaan
hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan
otak.

Nalokson : Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan


depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi : Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4
jam sebelum persalinan. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada
sebagian bayi. Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml). Cara : Intravena,
endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c

Suportif: Jaga kehangatan. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka. Koreksi
gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

Anda mungkin juga menyukai