Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ROKOK
1. Pengertian
Rokok adalah salah satu produk yang dimaksudkan untuk dibakar,
dihisap dan atau di hirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum, nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.(1)
2. Kandungan Rokok
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-
bahan yang dapat menimbulkan kanker (karsinogen).(10) Kandungan racun
pada rokok antara lain seperti:
a. Tar
Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. Tar merupakan kumpulan
berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun
yang ditambahkan dalam proses pertanian dan industri sigaret. Tar
adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan
kanker. Kadar zat yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker.(10)
b. Nikotin
Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau. Sebatang
rokok umumnya berisi 1-3mg nikotin. Nikotin diserap melalui paru-
paru dan kecepatan absorbsinya hampir sama dengan masuknya nikotin
secara intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam
waktu kurang lebih 10 detik. Dapat melewati barrier otak dan
diedarkan keseluruh bagian otak, kemudian menurun secara cepat,
setelah beredar keseluruh bagian tubuh dalam waktu 15-20 menit pada

6
waktu penghisapan terakhir. Efek bifasik dari nikotin pada dosis rendah
menyebabkan rangsangan ganglionik yang eksitasi. Tetapi pada dosis
tinggi yang menyebabkan blokade gangbionik setelah eksitasi
sepintas.(10)
c. Karbon Monoksida
Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berwarna.
Kandungannya didalam asap rokok 2-6%. Karbon monoksida pada
paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb)
sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan Hb.
Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh
karbon monoksida (CO) dalam bentuk COHb (Carboly Haemoglobin),
dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan oksigen, yang akhirnya
sel tubuh akan kekurangan oksigen. Pengurangan oksigen dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan pembuluh darah akan terganggu karena
menyempit dan mengeras. Bila menyerang pembuluh darah jantung,
maka akan terjadi serangan jantung.(10)
3. Dampak rokok
Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam
rokok tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat
berbahaya bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
pada sistem yang ada dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat
yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung
dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung 4000 racun
kimia berbahaya. (11)
Hal ini menjelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya
bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai
penyakit keganasan seperti kanker dapat ditimbulkan bari perilaku merokok.
Beberapa penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel

7
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak
(hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.(11)
Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang
dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala
macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit
paru obstruksi menahun (PPOM) Bahkan kanker paru merupakan jenis
penyakit paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian
karena kanker paru terjadi pada perokok.(11)
b. Penyakit jantung koroner
Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang
terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama
disebakan oleh dua bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni
nikotin dan karbonmonoksida. Dimana nikotin dapat mengganggu irama
jantung dan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah jantung,
sedangkan CO menyebabkan supply oksigen untuk jantung berkurang
karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang menyebabkan
gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung koroner.(11)
c. Impotensi
Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas
Indonesia mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah
akan dibawa keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan
menggangu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi
buruk, sedangkan Taher menambahkan, selain merusak kualitas sperma,
rokok juga menjadi faktor resiko gangguan fungsi seksual terutama
gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam penelitiannya, sekitar seperlima
dari penderita DE disebabkan oleh karena kebiasaan merokok.(11)
d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan
Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir
dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah

8
sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain
itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat disebabkan karena panas dari
asap. Sedangkan untuk kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa
pada perokok kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus
adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok.(11)
e. Merusak otak dan indera
Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga
disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan
karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang
menurun terhadap organ termasuk otak dan organ tubuh lainnya.
Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat mengganggu seluruh system
tubuh.(11)
f. Mengancam kehamilan.
Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil
penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok
meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah,
kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat dilahirkan.(11)

B. PERILAKU MEROKOK
1. Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
menghisap asap yang dihasilkannya.(10) Merokok merupakan istilah yang
digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai
cara. Merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada
rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian
dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut.(12)
Menurut Leventhal dan Clearly terdapat 4 tahap seseorang menjadi
perokok, (10)diantaranya :
a. Tahap Preparation

9
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal
ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap Becoming a Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari
maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintenance of Smoking
Tahap ini perokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan
diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek
fisiologis yang menyenangkan.
2. Tipe Perokok
Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni
tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe
perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe
perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri.(11)
Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan
menjadi: Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa
menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
Perokok aktif, yakni mereka yang menghisap rokok secara langsung.
Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, tipe perokok
dikategorikan menjadi : Perokok sangat berat, adalah jika mengkonsumsi
rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang
merokok sekitar 21-30 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang
menghabiskan rokok 11-21 batang perhari, dan Perokok ringan yang
merokok sekitar 10 batang/hari.(11)

C. KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)


1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

10
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah tempat yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau
penggunaan rokok. Sedangkan tempat khusus untuk merokok adalah
ruangan yang diperuntukkan khusus untuk kegiatan merokok yang berada di
dalam KTR.(1)Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya
perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan
kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.(1)
2. Tujuan KTR
Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :
a. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
b. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
c. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap
rokok.
d. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
e. Mewujudkan generasi muda yang sehat.(1)
3. Sasaran
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan
kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain,(13)
Sedangkan sasaran KTR UNIMUS meliputi tempat umum, tempat kerja,
tempat proses belajar mengajar dan tempat ibadah.(6)
4. Landasan Hukum
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam
pengembangan KTR, sebagai berikut(1),(5-6),(13) :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
RumahSakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.

11
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
i. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
j. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997
tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
k. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap
Rokok.
l. Peraturan Walikota Semarang Nomor 12 tahun 2009 tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) kota
Semarang.
m. Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang
Nomor 077/UNIMUS/SK.HK/2012 tentang KTR di Lingkungan
Universitas Muhammadiyah Semarang.
5. Penanggung jawab
Penanggung jawab KTR di UNIMUS ialah pimpinan unit pada
gedung terkait, dan atau pimpinan fakultas. membuat dan memasang
tanda/penunjuk/peringatan larangan merokok dan memberikan teguran dan
peringatan kepada setiap orang yang melanggar. Dalam pelaksanaannya
KTR di koordinasikan oleh koordinator.(6)
6. Larangan

12
Setiap orang yang berada pada tempat- tempat yang dinyatakan
sebagai KTR dilarang untuk (13):
a. memproduksi atau membuat rokok;
b. menjual rokok;
c. memasang iklan rokok;
d. mempromosikan rokok dan/atau
e. merokok.
7. Penandaan / Sosialisasi
Tempat yang ditetapkan sebagai KTR wajib dilengkapi dengan
penandaan atau petunjuk tentang KTR berupa tulisan larangan merokok,
gambar tanda atau simbol yang mudah dibaca, dilihat dan dimengerti.
Penempatan penanda atau petunjuk KTR di tempatkan pada tempat yang
strategis, bebas pandangan, cukup pencahayaan dan tidak mengganggu
mobilitas / aktifitas pengguna fasilitas.(6)

8. Pengawasan
Dalam melaksanakan pengawasan internal pemilik / pengelola atau/
penanggung jawab KTR dan KTM menunjuk Petugas/Pengawas yang
diberi tugas untuk melakukan pengawasan.(5) Tugas dari pengawas antara
lain : menegur/memperingatkan setiap orang yang melakukan pelanggaran,
meminta menunjukkan bukti identitas setiap orang yang melakukan
pelanggaran dan mencatatnya dalam catatan pelanggaran, meminta
keterangan dan surat pernyataan dari setiap orang yang melakukan
pelanggaran.(5)
9. Pelanggaran dan Sanksi
Pelanggaran KTR antara lain terbukti secara langsung merokok dan
melakukan aktifitas jual beli rokok dan atau mengiklankan rokok pada KTR
Sanksi dari pelanggaran tersebut meliputi : teguran/peringatan, perintah
untuk meninggalkan lokasi KTR, paksaan untuk meninggalkan lokasi KTR

13
dan sanksi dapat ditambah dengan pengenaan sanksi administrasi lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(5)
Sanksi yang diterapkan di UNIMUS antara lain : Teguran/
Peringatan yang dilakukan oleh satuan Tugas KTR di ketahui oleh
Koordinator. Denda sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) setiap kali
terjadi pelanggaran serta diketahui oleh koordinator. Bagi mahasiswa
pemberian denda dilakukan pada saat registrasi dengan pembuktian kuitansi
pelanggaran KTR, sedangkan untuk staf pemberian denda dilakukan melalui
pemotongan gaji pada bulan terkait, yang disertai dengan bukti potongan
pelanggaran KTR.(6)

D. PENGETAHUAN
a. Pengertian
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu,
jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia
disamping berbagai pengetahuan lainnya.(14)
Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui pengindraaan. Penginderaan terjadi
melalui panca indera yang meliputi indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.(15)
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu(15) :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)

14
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen tetap masih dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain (15):
a) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-
hal baru dan mudah menyesuaikan hal-hal baru tersebut.
b) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c) Budaya

15
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang
karena informasi-informasi yang diperoleh belum sesuai dengan budaya
yang ada dan agama yang dianut.
d) Pengalaman
Pengalaman di sini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi,
pengalaman akan lebih luas.
e) Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
utamanya dalam mengakses pengetahuan dan pendidikan.
E. SIKAP
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek.(16) Sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terhadap obyek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek . Sikap itu
mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah. Oleh karena itu, sikap dapat dipelajari.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek.
d. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. Sifat ini yang
membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki
orang.(15)

16
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.(16)

2. Tingkatan Sikap
Sikap mempunyai 4 tingkat yakni: (a) menerima (receifing),
menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus (objek) yang diberikan. dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian
terhadap ceramah yang diberikan oleh petugas kesehatan, (b) merespon
(responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (c)
menghargai (valuing), (d) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko.(16)

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap


Pembentukan sikap di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.(17)
b. Kebudayaan
Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dapat membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku
yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan,
ganjaran) yang dimiliki. (17)

17
c. Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan
sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut
misalnya orang tua, teman dekat, teman sebaya, guru dsb. (17)
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. (17)
e. Institusi Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai
pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. (17)
f. Faktor emosi dalam diri
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan lebih tahan lama. (17)
Faktor-faktor yang menunjang perubahan sikap secara umum
meliputi faktor intern dan faktor ekstern(18):

18
a. Faktor intern : Faktor yang berasal dari manusia itu sendiri, seperti
selektivitas. Manusia senantiasa memilih jika dihadapkan pada
beberapa stimulus yang berada di luar dirinya. Pilihan tersebut
berhubungan erat dengan motif dan kecenderungan yang ada dalam diri
yang mengarahkan perhatian kepada objek-objek tertentu.
b. Faktor ekstern : Pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor ekstern
atau faktor dari luar manusia antara lain:
1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.
2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.
3) Sifat orang/kelompok yang mendukung sikap tersebut.
4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
5) Situasi pada saat sikap dibentuk.

F. PERILAKU
Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.(16) Dilihat dari bentuk respon
terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belumdapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati ataudilihat oleh
orang lain.
Selain itu, Skinner juga mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil
hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Dalam
perilaku kesehatan, respon seseorang (organisme) terhadap stimulus akan

19
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, serta
lingkungan.(16)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan
menjadi 2 yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup
pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya, yang
berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern
meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti manusia,
sosial ekonomi, dan sebagainya.(16)
Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan,
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni, faktor perilaku
dan faktor di luar perilaku, misalnya faktor lingkungan. Perilaku itu
ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang berupa
pengetahuan, sikap remaja terhadap kesehatan, dan keyakinan.
2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang berupa ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
puskesmas, poliklinik, rumah sakit, dan sebagainya.
3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yang berupa sikap dan
perilaku petugas kesehatan, tokoh masyarakat yang merupakan kelompok
teladan dari perilaku masyarakat (mahasiswa), keluarga, tokoh agama.(15)
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku ke dalam 3 domain (kawasan). Pembagian ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain tersebut dalam cognitive domain, affective
domain, dan psycomotoric domain.(16) Determinan perilaku yang
diidentifikasi oleh Karr ada 5 yaitu :
a) Ada niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
obyek atau stimulus di luar dirinya, misalnya orang mau merokok
apabila dia mempunyai niat untuk merokok.

20
b) Ada dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support), misalnya
apabila perilaku merokok didukung oleh lingkungan sekitarnya (tidak
ditentang) maka orang akan melakukan perilaku tersebut.
c) Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah
tersedianya informasi-informasi yang terkait dengan tindakan yang
akan diambil seseorang.
d) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal autonomy) untuk
mengambil keputusan.
e) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).(16)

G. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


1. Kerangka Teori

Faktor Pendahuluan / perangsang


(Predisposing factor)
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Paparan informasi/ tontonan tentang rokok

Faktor Pemungkin
(Enabling factor) Perilaku merokok
a. Ketersedian sarana pelayanan kesehatan mahasiswa
b. Keterjangkauan Sarana pelayanan Kesehatan

Faktor Penguat
(Reinforcing factor)
a. Sikap dan prilaku petugas kesehatan
b. Sikap dan perilaku teman sebaya, toma, toga
c. Sikap dan perilaku orangtua
d. Peraturan yang berkaitan dengan Rokok

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi L.Green(15-16)

21
2. Kerangka Konsep

Variabel bebas: Variabel terikat:

Pengetahuan
mahasiswa tentang
KTR Perilaku
merokok
mahasiswa
Sikap mahasiswa
tentang KTR

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


H. HIPOTESIS

1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang KTR dengan perilaku merokok


mahasiswa di Kampus 2 UNIMUS.
2. Ada hubungan antara sikap tentang KTR dengan perilaku merokok
mahasiswa di kampus 2 UNIMUS.
3. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Tentang KTR pada
mahasiswa di kampus 2 UNIMUS.

22

Anda mungkin juga menyukai