Anda di halaman 1dari 19

Alcohol Handrub / Cairan Pembersih Tangan Berbasis Alkohol Buatan

Sendiri

Standar SKP.5 Akreditasi RS 2012 / IPSG.5 Joint


Commission International mensyaratkan rumah
sakit untuk memiliki program kebersihan tangan
(hand hygiene). Dalam pelaksanaannya, cara
yang paling banyak dipilih adalah menggunakan
cairan pembersih tangan berbasis alcohol. Hal ini
karena cairan pembersih tangan berbasis alkohol
merupakan satu satunya sarana yang diketahui
secara cepat dan efektif dapat menonaktifkan
beragam mikroorganisme yang berpotensi
berbahaya pada tangan. Menggunakan air dan
sabun tidak menjadi pilihan karena tidak praktis,
memakan waktu, dan membutuhkan banyak
penambahan sarana. Oleh karena itu, WHO pun
telah merekomendasikan cairan pembersih
tangan berbasis alcohol sebagai standar emas
(gold standard) untuk kebersihan tangan di
lingkungan pelayanan kesehatan.
Namun demikian, ketika mengetahui betapa
mahalnya harga cairan itu dipasaran, sebagian
sarana kesehatan mulai berpikir ulang. Untuk
alasan ekonomis, mereka tidak
menggunakannya. Mereka tetap menggunakan
air dan sabun yang tidak praktis dan tidak
tersedia di seluruh area. Akhirnya program
kebersihan tangan itupun terancam
kelangsungannya.
Untuk mengatasi masalah itu, WHO telah
memberikan pedoman bagaimana menyediakan
cairan pembersih tangan berbasis alcohol yang
murah, efektif, dan tetap memenuhi standar,
dengan cara memproduksi sendiri. Ada dua
formulasi yang direkomendasikan oleh WHO,
yaitu:
Formulasi 1:
Untuk menghasilkan konsentrasi akhir dari etanol
80%, gliserol 1,45%, hidrogen peroksida (H2O2)
0,125%
Tuang ke dalam botol 1000 ml:
etanol 96%, 833,3 ml
H2O2 3%, 41,7 ml
gliserol 98%, 14,5 ml
Tambahkan sampai tepat 1000 ml dengan air
suling atau air yang telah direbus dan
didinginkan, kocok lembut agar isinya tercampur.
Formulasi 2:
Untuk menghasilkan konsentrasi akhir isopropil
alkohol 75%, gliserol 1,45%, hidrogen peroksida
0,125%
Tuang ke dalam botol 1000 ml:
isopropil alkohol (dengan kemurnian 99,8%),
751,5 ml
H2O2 3%, 41,7 ml
gliserol 98%, 14,5 ml
Tambahkan sampai tepat 1000 ml dengan air
suling atau air yang telah direbus dan
didinginkan, kocok lembut agar isinya tercampur.
Catatan: Gunakan hanya bahan dengan kualitas
farmakope (misalnya The International
Pharmacopoeia) dan bukan produk kelas teknis.
Metode Produksi:
Volume produksi, wadah:
10 liter, gunakan botol kaca atau plastic
dengan tutup yang diputar.
50 liter, gunakan plastic (lebih disukai yang
berbahan polypropylene, cukup transparan
untuk melihat tingkat cairan) atau tangki
stainless steel dengan kapasitas 80 sampai
100 liter
Tangki tangki tersebut harus dikalibrasi untuk
ketepatan volumenya. Paling baik jika memberi
tanda pada bagian luar tangki / botol plastic dan
pada bagian dalam tangki stainless steel.
Proses pembuatan:
Alcohol dimasukkan ke dalam botol atau
tangki sampai pada batas yang telah
ditentukan.
H2O2 ditambahkan menggunakan gelas ukur
Gliserol ditambahkan menggunakan gelas
ukur. Karena gliserol sangat kental dan
lengket, gelas ukur dapat dibilas
menggunakan air suling atau air yang telah
direbus dan didinginkan. Kemudian air
bilasannya dimasukkan ke dalam botol /
tangki.
Botol / tangki kemudian diisi dengan air
suling atau air yang telah direbus dan
didinginkan sampai batas yang telah
ditentukan (10 atau 50 liter).
Setelah itu, botol atau tangki segera ditutup
untuk mencegah penguapan.
Larutan kemudian dicampur dengan cara
mengocok perlahan jika memungkinkan (jumlah
kecil) atau menggunakan pengaduk kayu,
plastic, atau metal.
Setelah dicampur, larutan segera dituang ke
dalam wadah yang lebih kecil (misal: botol
plastik 1000, 500, atau 100 ml). Botol harus
dijaga selama 72 jam. Hal ini untuk memberi
kesempatan bagi H2O2 memusnahkan spora
yang terdapat pada alcohol atau botol / tangki.
Pengendalian Mutu
Jika alcohol diproduksi secara local, periksa
konsentrasi alcohol dan lakukan penyesuaian
volume untuk mendapatkan konsentrasi akhir
yang disarankan. Alkohol meter dapat dipakai
untuk memeriksa konsentrasi alcohol pada
larutan yang sudah jadi; H2O2 dapat diukur
dengan cara titrimetri. Gas kromatografi dapat
dipakai sebagai cara pengendalian mutu yang
lebih tinggi. Kontaminasi mikroorganisme dan
spora dapat diperiksa dengan cara filtrasi.
Pemberian Label
Botol harus diberi label, yang mencantumkan:
Nama institusi
Tanggal produksi dan nomor batch
Komposisi: etanol atau isopropanol, gliserol
dan hidrogen peroksida (% v/v dapat juga
dicantumkan)
Cantumkan juga pernyataan berikut:
Formulasi cairan pembersih tangan yang
direkomendasikan WHO
Obat luar
Jangan terkena mata
Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Penggunaan: tuangkan ke telapak tangan
dan lakukan pembersihan tangan sesuai
prosedur. Gosok hingga kering.
Mudah terbakar: jauhkan dari api dan panas.

Catatan: Untuk keselamatan, WHO


merekomendasikan untuk tidak memproduksi
lebih dari 50 liter larutan sekali produksi.
Distribusi
Untuk menghindari kontaminasi dengan
organisme yang dapat membentuk spora, lebih
baik gunakan botol sekali pakai, walaupun botol
yang disteril ulang dapat menurunkan biaya
produksi dan limbah. Untuk mencegah
penguapan, kapasitas maksimal wadah
sebaiknya 500 ml di ruangan dan 1 liter di kamar
operasi. Botol 100 ml yang dapat dimasukkan ke
dalam kantong sebaiknya juga disediakan untuk
penggunaan individual.
Pengisian ulang botol harus mengikuti kaidah
pembersihan dan disinfeksi yang berlaku
(autoklaf, rebus, disinfeksi kimia menggunakan
klorin). Penggunaan autoklaf adalah yang paling
baik. Botol isi ulang tidak boleh diisi hingga
benar-benar sudah dikosongkan, kemudian
dibersihkan dan di-disinfeksi.
Penempatan
Tempatkan handrub di sebanyak mungkin lokasi
dimana ada aktifitas pelayanan kepada pasien.
Sediakan juga handrub botol kemasan kecil (100
ml) yang dapat dimasukkan ke saku baju,
sehingga dapat dibawa oleh setiap petugas.
Dengan makin mudahnya akses, diharapkan
tingkat keberhasilan program akan tinggi. Contoh
penempatan handrub di ruangan dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

Pembersihan dan Disinfeksi Botol


Botol kosong bekas pakai harus dibawa ke pusat
pembersihan. Botol harus dicuci seluruhnya
dengan detergent dan air kran untuk
menghilangkan sisa cairan. Jika tahan panas,
botol direbus. Perebusan sebaiknya dipilih
daripada disinfeksi kimia, karena disinfeksi kimia
bukan hanya meningkatkan biaya, tapi juga
memerlukan langkah ekstra untuk membilas
sisa-sisa disinfektan. Disinfeksi kimia harus
meliputi perendaman botol di larutan yang berisi
minimal 1000 ppm klorin selama minimum 15
menit dan kemudian dibilas dengan air steril / air
yang telah direbus dan didinginkan. Setelah
disinfeksi panas / disinfeksi kimia, botol harus
diletakkan secara terbalik di rak sampai kering.
Botol yang sudah kering harus ditutup dan
disimpan. Dilindungi dari debu, hingga
digunakan.
Sumber:
WHO Guidelines on Hand Hygiene in Healthcare 2009
Keselamatan Gempa Bumi - Earthquake Safety

Jika terjadi gempa bumi, yang harus anda


lakukan adalah:

DROP COVER HOLD ON

Drop, Cover and Hold On adalah satu-satunya


instruksi yang sangat berguna untuk melindungi
diri anda pada sebagian besar situasi gempa
bumi. Instruksi ini memberikan kesempatan
kepada anda untuk melindungi diri saat gempa
bumi terjadi, bahkan ketika bangunan pada
akhirnya mungkin runtuh.

Segera setelah guncangan gempa bumi


dimulai:
DROP
Rebahkan diri anda ke lantai dengan bertumpu
pada lutut. Posisi ini mengurangi risiko terkena
bahaya, tetapi tetap memungkinkan anda untuk
bergerak jika diperlukan.

COVER
Tutupi kepala dan leher (atau seluruh badan
anda) dibawah meja yang kuat. Jika tidak ada
meja untuk berlindung, merebahlah dekat
dinding sisi bagian dalam dan tutupi kepala dan
leher anda dengan lengan dan telapak tangan
anda.

HOLD ON
Bertahanlah ditempat anda berlindung hingga
guncangan berhenti. Bersiap-siaplah untuk
bergerak bersama tempat anda berlindung jika
guncangan membuatnya bergeser.

Jika anda.

Di dalam ruangan:
Drop, cover, and hold on. Saat gempa bumi,
rebahkan diri anda ke lantai, berlindung di
bawah meja yang kuat, dan bertahan disitu
dengan seksama. Bersiap-siaplah untuk
bergerak bersamanya hingga guncangan
berhenti.
Jika anda tidak berada di dekat meja,
rebahkan diri anda ke lantai di dekat dinding
sisi bagian dalam dan lindungi kepala dan
leher anda dengan lengan anda.
Hindari dinding sisi bagian luar, jendela,
benda yang tergantung, cermin, furniture
tinggi, perabot besar, lemari dapur, dan
apapun yang bisa jatuh.
Jangan pergi keluar. Tetaplah di dalam
sampai guncangan berhenti dan aman untuk
pergi ke luar. Penelitian telah menunjukkan
bahwa cedera yang paling banyak terjadi
adalah ketika orang di dalam gedung
berusaha untuk pindah ke lokasi lain di
dalam gedung atau mencoba untuk pergi
ketika guncangan sedang terjadi.

Di tempat tidur:

Jika anda di tempat tidur, bertahanlah dan


tetap disitu, lindungi kepala anda dengan
bantal. Anda berkemungkinan kecil cedera
dengan bertahan disitu (Kecuali Anda berada
di bawah lampu berat yang bisa jatuh. Dalam
hal ini, pindahlah ke tempat terdekat yang
aman).
Kaca pecah di lantai menyebabkan cedera
jika anda berguling ke lantai atau berusaha
menuju ke pintu.

Di bangunan tinggi:

Drop, cover, and hold on.


Hindari jendela dan bahaya lain. Jangan
gunakan lift.
Jangan terkejut jika sprinkler atau alarm
kebakaran menyala.

Di luar bangunan:

Pindahlah ke area yang aman jika anda


dapat melakukannya.
Hindari kabel listrik, pohon, papan
petunjuk/reklame, lampu jalan, bangunan,
kendaraan, dan bahaya lain.
Bahaya terbesar di luar bangunan adalah di
pintu keluar dan di sepanjang dinding sisi
bagian luar. Gerakan tanah selama gempa
bumi jarang menjadi penyebab langsung
cedera atau kematian. Kebanyakan cedera
terjadi karena tertimpa dinding runtuh, kaca
yang beterbangan, dan benda-benda lain
yang jatuh.

Jika terjebak di bawah reruntuhan:

Jangan menyalakan korek api.


Jangan menggerakkan atau menendang
debu.
Tutup mulut anda dengan sapu tangan atau
pakaian.
Ketuk - ketuk pipa atau dinding sehingga tim
penyelamat dapat menemukan anda.
Gunakan peluit jika tersedia.
Berteriak hanya sebagai usaha terakhir.
Berteriak dapat menyebabkan Anda
menghirup debu yang berpotensi bahaya.

Sumber:

1. Emergency survival program county of Los Angeles

2. University of Toledo Health Science Emergency Management Plan 2010


Keselamatan Pemberian Obat / Medication Safety

Akreditasi RS 2012 / JCI dalam standar MPO /


MMU 6.1 mensyaratkan prosedur verifikasi
sebelum obat diberikan kepada pasien. Prosedur
verifikasi itu dikenal dengan 6 benar. Enam
benar itu adalah:
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan kepada pasien, identitas
pasien dicocokkan untuk memastikan bahwa
memang pasien itulah yang akan kita berikan
obat. Caranya adalah dengan menerapkan
prosedur Identifikasi Positif.
2. Benar Obat
Nama obat-obatan yang akan diberikan,
dicocokkan dengan resep atau daftar obat
pasien, untuk memastikan bahwa memang obat
itulah yang akan diberikan kepada pasien
tersebut.
3. Benar Waktu dan Frekuensi
Waktu dan frekuensi pemberian obat dicocokkan
dengan resep atau daftar obat pasien, untuk
memastikan kebenaran waktu dan frekuensi
pemberiannya.
4. Benar Rute
Rute pemberian obat (oral, parenteral, intra
vena, intra muscular, dll) dicocokkan dengan
resep atau daftar obat pasien, untuk memastikan
kebenaran rute pemberiannya.
5. Benar Dosis
Dosis obat dicocokkan dengan resep atau daftar
obat pasien, untuk memastikan kebenaran
dosisnya.
6. Benar Pencatatan
Setelah obat diberikan, lakukan pencatatan
dengan benar di di rekam medis, untuk
memastikan tidak terjadi duplikasi pemberian
atau sebaliknya, obat tidak diberikan.
Pembedahan Benar Lokasi, Benar Prosedur, Benar Pasien / Correct Site,
Correct Procedure, Correct Patient Surgery

Standar SKP.4 Akreditasi RS 2012 / IPSG.4 JCI


mensyaratkan agar rumah sakit memiliki
kebijakan dan prosedur pembedahan yang
memastikan benar lokasi, benar prosedur, dan
benar pasien. Hal ini sangat penting, karena
kesalahan lokasi, kesalahan prosedur, dan
kesalahan pasien saat operasi masih sering
terjadi, dan berakibat fatal. Oleh karena itu,
rumah sakit perlu menyusun dan menerapkan
kebijakan dan prosedur tersebut. Kebijakan
tersebut mencakup definisi pembedahan yang di
dalamnya terkandung setidaknya prosedur yang
menyelidiki dan / atau menyembuhkan penyakit
dan gangguan tubuh manusia melalui
pemotongan, pengangkatan, pengubahan atau
pemasukan alat diagnostic / terapi. Kebijakan ini
berlaku di semua lokasi di rumah sakit, di mana
prosedur itu dilakukan (bukan hanya di kamar
operasi).

Untuk memastikan kebijakan dan prosedur yang


kita miliki benar, kita perlu merujuk kepada The
(US) Joint Commissions Universal Protocol for
Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong
Person Surgery. Protokol tersebut mengatur
tentang:

1. Penandaan lokasi yang akan dioperasi


Penandaan lokasi pembedahan melibatkan
pasien dan dilakukan dengan tanda yang mudah
dan langsung dikenali. Tanda itu:
Harus konsisten di seluruh rumah sakit;
Harus dibuat oleh mereka yang
melaksanakan prosedur;
Harus dilakukan ketika pasien masih dalam
keadaan sadar dan terjaga jika mungkin, dan
Harus terlihat setelah pasien selesai
dipersiapkan.
Dalam semua kasus yang melibatkan ke-
lateral-an, struktur ganda (jari, jari kaki,
lesi), atau tingkatan berlapis (tulang
belakang) lokasi pembedahan harus ditandai.
2. Proses verifikasi sebelum operasi
Tujuan verifikasi adalah:
Memastikan benar lokasi, benar prosedur,
dan benar pasien;
Memastikan bahwa semua dokumen, gambar
atau citra, dan penyelidikan yang relevan
telah tersedia, sudah diberi label dan
ditampilkan, serta
Memastikan tersedianya peralatan khusus
dan/atau implan yang diperlukan.
Anda perlu membuat alat bantu berupa check-list
untuk memudahkan pekerjaan ini.

3. Time-Out, yang dilakukan sesaat sebelum


prosedur operasi dimulai.
Time-out memungkinkan semua pertanyaan
yang belum terjawab atau ketidakjelasan
diselesaikan.
Time-out dilakukan di lokasi tempat prosedur
akan dilakukan, tepat sebelum memulai
prosedur, dan melibatkan seluruh tim
operasi.
Rumah sakit menentukan bagaimana proses
time-out didokumentasikan.
Anda perlu membuat alat bantu berupa check-list
untuk memudahkan pekerjaan ini.

Anda mungkin juga menyukai