Anda di halaman 1dari 8

1. Apa yang menyebabkan keluhan pada pasien?

Keluhan pada tungkai


Fraktur panggul
Adanya pembengkakan, deformitas, perdarahan sekitar panggul.
Dislokasi anterior pada sendi panggul
Terdapat tungkai bawah pada posisi rotasi externa akibat trauma
dari belakang
Fraktur sakrum dan tulang koksigeus
Pada penderita yang jatuh dengan pantat mengenai kedua tulang
sakrum / tulang koksigeus
Fraktur leher femur
Terjadi pada orang tua khususnya wanita usia 60 tahun ke atas dan
menderita osteoporosis
Fraktur daerah trokanter
Trauma langsung pada trokanter mayor/ minor yang bersifat
memuntir, terdapat pemendekan anggota gerak bawah dan dalam
posisi rotasi externa
Fraktur sub-trokanter
Anggota gerak bawah dalam posisi rotasi externa, mengalami
pemendekan, bengkak, dan nyeri pada pergerakan

2.

3. Pemeriksaan penunjang
pada X-ray normal, akan tetapi tanda klinis menunjukkan cedera pada
carpal, maka pergelangan tangan harus di bebat/plester dan diterapkan
selama 2 minggu. Fraktur/dislokasi akan terlihat lebih jelas setelah
beberapa minggu, lakukan x-ray ulang. Apabila hasil x-ray kedua masih
negatif, tetap tidak mengecualikan cedera serius. Scan tulang/ MRI pada
tahap ini dianjurkan untuk mengonfirmasi diagnosis.
LO
Extremitas superior
Fraktur skapula

Definisi
Putusnya hubungan tulang skapula yang disebabkan oleh trauma langsung pada
badan/leher skapula.

Patofis
Bagian skapula mengalami fraktur akibat trauma langsung, yang biasanya juga
mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat mengakibatkan dislokasi pada
sendi sternoklavikular.

Manifestasi klinis
Keluhan nyeri atau adanya riwayat trauma bahu belakang.
Look : pada fase awal cedera, terlihat memar hebat pada skapula dan
dinding dada. Pada jaringan lunak di atas tulang mengalami kerusakan.
Feel: nyeri tekan pada bahu belakang
Move: ketidakmampuan mengangkat bahu ke berbagai posisi

Diagnostik
Pada foto rontgen terlihat terputusnya hubungan tulang skapula baik multiple pada
skapula atau garis fraktur pada leher skapula.

Tatalaksana
Sebagian besar berhasil dengan reduksi tertutup.

Fraktur Humerus Proksimal


Definisi
Putusnya hubungan tulang humerus bagian atas yang disebabkan oleh trauma/
osteoporosis. Biasanya terjadi setelah jatuh pada posisi lengan (outstretched
hand).

Manifestasi Klinis
Keluhan nyeri atau riwayat trauma pada bahu atas. Atau kemungkinan
osteoporosis terutama pada wanita pasca menopause.
Look : pada fase awal cedera, terlihat memar pada bahu atas. Terkadang
cedera pada saraf aksila dan pleksus brachialis.
Feel : terdapat cedera saraf aksila dan pleksus brachialis, didapatkan mati
rasa pada deltoid dan medial lengan bawah.
Move : ketidakmampuan mengangkat bahu ke seluruh posisi.

Diagnostik
Terlihat putusnya hubungan tulang-tulang humerus pada bagian proksimal.

Tatalaksana
Konservatif
Apabila bergeser sedikit, tidak perlu terapi selain mengistirahatkan lengan
denagn gips spalk dan arm sling hingga nyeri mereda, kemudian dilakukan
gerakan pasif perlahan pada bahu selama 6 minggu.
Intervensi bedah
Jika terdapat pergeseran yang nyata disertai ketidakstabilan/pemisahan
nyata pada tuberositas mayor dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi interna
atau dengan Proximal Humeral Prosthetic Replacement (PHPR).

Fraktur Batang Humerus


Fraktur bisa bersifat fraktur tertutup tanpa ada luka terbuka oleh fragmen
tulang / bisa juga bersifat fraktur terbuka yang disebabkan oleh cedera dari trauma
langsung/tidak langsung yang mengenai lengan atas / kondisi fraktur patologis
akibat metastasis pada tulang humerus.
Manifestasi Klinis
Pada anamnesis, pasien diminta menceritakan kronologis dari mekanisme trauma
pada lengan atas.
Look : terdapat deformitas yang jelas pada lengan atas. Pada awal fraktur,
ada perubahan warna kulit lebam dan kebiruan, disertai pembengkakan.
Feel : nyeri tekan dan krepitasi
Move : gerakan pada daerah lengan yang patah tidak boleh dilakukan,
karena akan memberi respon trauma pada jaringan lunak di sekitar ujung
fragmen tulang yang patah. (tidak mampu menggerakkan lengan)

Diagnostik
Pada foto polos akan terlihat garis patah pada tulang humerus.

Tatalaksana
Konservatif
o Gips menggantung (hanging cast)
Tidak butuh reduksi sempurna/imobilisasi. Intervensi ini dilakukan
dengan mengoptimalkan berat lengan dan gips untuk menarik
secara gravitasi bagian bawah fragmen sehingga posisinya sejajar
dari tulang humerus.
o Traksi
Intervensi bedah
Dengan indikasi lesi pada nervus radialis setelah reposisi, non-union, dan
pasien yang ingin segera kembali bekerja aktif.
Prosedur:
a. Fiksasi dengan plate dan screw
b. Fiksasi dengan intramedullary implants
c. Fiksasi eksterna

Ekstremitas Inferior
Dislokasi dan Fraktur dislokasi sendi panggul
Terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Dislokasi posterior dan fraktur dislokasi posterior
Mekanisme trauma
Kaput femur dipaksa keluar ke belakang asetabulum melalui suatu trauma
yang dihantarkan pada diafragma femur di mana sendi panggul dalam
posisi fleksi/semi fleksi. (pada kecelakaan, lutut fleksi dan menabrak
dengan keras yang berada di bagian depan lutut)

Gejala Klinis
Penderita biasanya datang setelah trauma hebat disertai nyeri dan
deformitas pada daerah sendi panggul. Sendi panggul teraba menonjol ke
belakang dalam posisi adduksi, fleksi, dan rotasi interna, juga terdapat
pemendekan anggota gerak.

Radiologis
Dengan foto rontgen akan diketahui jenis dislokasi dan apakah dislokasi
disertai fraktur atau tidak.

Tatalaksana
Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum dan
relaksasi yang cukup. Baringkan di lantai dan asisten menahan panggul.
Sendi panggul difleksi, lutut diflesikan 90 0 lalu dilakukan tarikan pada
paha secara vertikal.

Perawatan pasca operasi


Traksi kulit selama 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki
dengan jalan menggunakan tongkat selama 3 bulan.

b. Dislokasi anterior
Mekanisme trauma
Dislokasi anterior terjadi akibat kecelakaan terjatuh dari ketinggian/trauma
dari belakang pada saat jongkok dan posisi penderita dalam keadaan
abduksi yang dipaksakan. Leher femur/trokanter menabrak asetabulum
dan terjungkir keluar melalui robekan kapsul anterior.

Gejala Klinis
Tungkai bawah dalam keadaan rotasi eksterna, abduksi, dan sedikit fleksi.
Tungkai tidak mengalami pemendekan karena perlekatan otot rektus
femoris mencegah kapur femur bergeser ke proksimal. Terdapat benjolan
di depan daerah inguinal, di mana kaput femur dapat diraba dengan
mudah. Sendi panggul sulit digerakkan.

Radiologis
Pemeriksaan foto rontgen posisi AP pada dislokasi anterior sering kurang
jelas sehingga diperlukan pula pada posisi lateral.

Tatalaksana
Reposisi sama seperti dislokasi posterior, kecuali fleksi dan tarikan pada
tungkai dilakukan adduksi.

c. Fraktur dislokasi sentral


Mekanisme trauma
Terjadi apabila caput femur terdorong ke dinding medial asetabulum pada
rongga panggul. Di sini, kapsul tetap utuh. Fraktur asetabulum terjadi
karena dorongan yang kuat dari lateral / jatuh dari ketinggian pada satu
sisi/tekanan melalui femur di mana panggul dalam keadaan abduksi.

Gejala klinis
Perdarahan dan pembengkakan daerah tungkai bagian proksimal, namun
posisi tetap normal. Terdapat nyeri tekan pada daerah trokanter, gerakan
sendi panggul sangat terbatas.

Radiologis
Pada pemeriksaan radiologis, dapat diketahui adanya pergeseran dari caput
femur menembus panggul.

Tatalaksana
Fraktur asetabulum tanpa penonjolan kaput femur ke dalam panggul
diberikan terapi konservatif dengan traksi tulang 4-6 minggu. Sedangkan,
pada fraktur di mana kaput femur menembus ke dalam asetabulum,
dilakukan traksi pada 2 komponen yaitu longitudinal dan lateral selama 6
minggu dan setelah 8 minggu diperbolehkan untuk berjalan dengan
menggunakan penopang berat badan.
Dislokasi vertebra
C-2 dislokasi processus odontoid
Trauma pada vertebra C-2 di mana processus odontoid bergeser ke
belakang pada kanalis spinalis. Subluksasi odontoid terjadi karena
trauma pada ligamentum transversum yang melekatkan odontoid
pada arkus anterior C-1. Trauma pada tulang mungkin tidak terjadi
sehingga harus mempertimbangkan ada dislokasi apabila jarak antara
arkus anterior C-1 dan odontoid lebih dari 3 mm. kemungkinan
terjadi pergerakan odontoid tanpa trauma pada sumsum tulang
belakang.
Menurut steel, rule of three yaitu 1/3 kanal spinal pada daerah atlas
ditempati odontoid, 1/3 ruangan bebas, 1/3 oleh sumsum tulang
belakang. Ruangan posterior odontoid terjadi kemungkinan untuk
bergerak ke belakang.
Dislokasi dan fraktur dislokasi anterior C3 dan T1
Terjadi karena trauma rotasi fleksi di mana faset persendian bergerak
ke depan terhadap faset di bawahnya. Biasanya persendian
mengalami fraktur, bisa juga dislokasi murni. Pada penderita ini
mungkin ada trauma pada sumsum tulang belakang. Terdapat
pergeseran ke depan vertebra atas terhadap vertebra di bawahnya.
Pengobatan dengan reduksi traksi pada tengkorak tidak berhasil
sehingga dilakukan reposisi berupa tindakan manipulasi di bawah
pembiusan atau dengan operasi.

Dislokasi faset unilateral


Terjadi karena rotasi fleksi sehingga terjadi dislokasi pada salah satu
vertebra. Pada pemeriksaan foto rontgen terlihat badan vertebra
bergeser kurang dari lebarnya dan bagian atas vertebra sedikit
rotasi terhadap vertebra di bawahnya. Tidak terjadi kerusakan pada
sumsum tulang belakang. Reduksi dapat terjadi spontan apabila
dilakukan traksi, di mana traksi dilanjutkan selaam 3 minggu dan
dipasang kolar selama 6 minggu. Apabila reduksi tidak berhasil
maka dilakukan reduksi secara operasi.

Dislokasi dan fraktur dislokasi pada thorakal


Dislokasi lebih jarang ditemukan, fraktur dislokasi thorakal lebih sering
berupa vertebra bagian atas bergeser ke depan terhadap vertebra di
bawahnya dan dapat terjadi apabila ada fraktur pada prosesus artikularis/
dislokasi sendi faset. Ligamen posterior mengalami robekan sehingga
tulang belakang tidak stabil dan dapat terjadi pergeseran. Kebanyakan
fraktur dislokasi pada vertebra thorakal bagian tengah atau daerah
hubungan antara vertebra thorakal dan lumbal yang merupakan kombinasi
traume fleksi dan rotasi. Fraktur dan dislokasi hampir selalu disertai
trauma pada sumsum tulang belakang dan bersifat total.

Rasjad, Chairuddin. 2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta : PT.


Yarsif Watampone
Zairin Noor. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. 2016.Jakarta :
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai