Makalah Sejarah
Makalah Sejarah
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul Kebijakan Politik Orde Baru, Kebijakan Awal Politik Dalam
Negeri dan Luar Negeri, Pemilu dengan baik dan tepat waktu. Semoga dengan
tersusunnya tugas ini dapat membantu semua orang yang membaca baik remaja
maupun orang tua agar dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat dan
system pemerintahan pada masa orde baru.
Materi dalam tugas ini sengaja difokuskan pada masalah kebijakan politik
karena hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain, tentu saja
tidak bisa dilepaskan dengan kebijakan politik luar negeri maupun dalam negeri,
begitupun dalam pemilihan umum. Dengan adanya pemilihan umum, rakyat dapat
memilih siapa yang menjadi wakilnya dalam proses penyaluran aspirasi, yang
selanjutnya menentukan masa depan sebuah negara. Selain itu, kami semua
menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
masukan, dukungan, kritik, dan saran yang membangun sangat kami perlukan.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Nanang MC Yusuf
selaku pembimbing kami dan teman-teman yang telah mendukung kami
menyelesaikan tugas makalah ini. Semoga tugas ini bermanfaat untuk semua
pihak. Amin
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.3 Pemilu...................................................................................................................10
BAB 3 PENUTUP
3.2 Saran.............................................................................................................13
Daftar Pustaka........................................................................................................14
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk ;
a. Mengetahui kebijakan politik orde baru beserta dampak
positif dan negatifnya.
b. Mengetahui kebijakan awal politik dalam negeri dan luar
negeri.
c. Mengetahui pengertian dari pemilihan umum, pemilu pada
masa orde baru dan pelaksaan pemilu di Indonesia.
1
1.2 LATAR BELAKANG
2
BAB II PEMBAHASAN
3
1. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung
KKN.
2. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk
melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap
pemilihan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.
3. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di
MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.
4. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat
merugikan rakyat.
5. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang
baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik
untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 paratai lainnya
hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi.
6. Dwi fungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan
bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya
masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri.
Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.
7. Kondisi politik lebih payah dengan adnya upaya penegakan hukum
yang sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan untuk
keuntungan pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu
mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.
4
Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera
dengan tugasnya Dwi Dharma Kabinat Ampera yaitu menciptakan
stabilitas politik dan stabilitas ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet Ampera terkenal
dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni :
Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan
pangan.
Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang
ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968.
Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk
kepentingan nasional.
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya.
Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto
sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka
dibentuklah Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut
Panca Krida yang meliputi :
a. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi.
b. Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum.
c. Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September.
d. Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari
pengaruh PKI.
2. Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas
pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah
mengeluarkan kebijakan :
Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat
dengan Ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966.
Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang
dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965.
3. Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama
pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan
penyederhaan dan penggabungan partai- partai politik menjadi tiga
kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut
5
tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan
program. Tiga kekuatan social politik itu adalah :
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan
gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI.
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan
dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo.
Golongan Karya yang merupakan penyederhanaan partai-partai
politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upaya
menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali
pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997.
Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan
Orde Baru.
5. Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru
memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan
sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi
Fungsi ABRI.
6. Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) adalah referendum yang diadakan
pada tahun 1969 di Papua Barat yang untuk menentukan status daerah
bagian barat Pulau Papua, antara milik Belanda atau Indonesia.
7. Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan
mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila,
yang terkenal dengan namaEkaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan
Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
6
bahwa politik luar negeri RI mempunyai landasan atau dasar hukum yang sangat
kuat, karena diatur di dalam Pembukaan UUD 1945.Kebijakan Politik luar negeri
Indonesia dikenal dengan Politik Luar Negeri Bebas dan Aktif, beberapa pendapat
mengenai pengertian bebas dan aktif.
A.W Wijaya merumuskan :
Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara
asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super
power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan
kebebasan persahabatan dan kerjasama internasional dengan menghormati
kedaulatan negara lain.
Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut :
Bebas : dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-
kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif : berarti bahwa di dalam
menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif
atas kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif .
B.A Urbani menguraikan sebagai berikut :
Bebas, perkataan bebas dalam politik bebas aktif tersebut mengalir dari
kalimat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut : supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini, dapat diberi
definisi sebagai berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan
pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap persoalan internasional sesuai dengan nilainya
masing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu blok.
Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah
Kebijakan tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan
berorientasi pada kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas
antar negara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-
bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan
kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan
rakyat.
7
2. Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang
menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan
persetujuan lembaga perwakilan rakyat.
3. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu
melakukan diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun
citra positif Indonesia di dunia internasional, memberikan perlindungan
dan pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia, serta
memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.
4. Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi
dan pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun
internasional dalam rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan
kawasan.
5. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi
perdagangan bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA,
APEC dan WTO.
6. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta
memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi
bagi penyelesaian perkara pidana.
7. Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga
yang berbatasan langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk
memelihara stabilitas, pembangunan dan kesejahteraan.
8
2.3 Pemilu (Pemilihan Umum)
A. Pengertian Pemilu
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia tahun
1945 (UUD RI 1945) menentukan : Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Mana kedaulatan
sama dengan makna kekuasaan tertinggi, yaitu kekuasaan yang dalam taraf
terakhir dan tertinggi wewenang membuat keputusan. Tidak ada satu pasalpun
yang menentukan bahwa negara Republik Indonesia adalah suatu negara
demokrasi. Namun, karena implementasi kedaulatan rakyat itu tidak lain adalah
demokrasi, maka secara implesit dapatlah dikatakan bahwa negara Republik
Indonesia adalah negara demokrasi.
Hal yang demikian wujudnya adalah, manakala negara atau pemerintah
menghadapi masalah besar, yang bersifat nasional, baik di bidang kenegaraan,
hukum, politik, ekonomi, sosial-budaya ekonomi, agama semua orang warga
negara diundang untuk berkumpul disuatu tempat guna membicarakan,
merembuk, serta membuat suatu keputusan. ini adalah prinsipnya.
9
B. Pemilu Pada Masa Orde Baru
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum
sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan
bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung
secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan
Rahasia). Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu
Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997.
Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan
pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan
tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama
enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan
Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan
10
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masa awal orde baru kebijakan politik ditandai dengan pemerintah Orde
Baru memberikan kesempatan politik hanya kepada golongan tertentu saja.
Politik luar negeri Indonesia merupakan bebas aktif. Bebas, artinya bahwa bangsa
kita bebas menjalin hubungan dengan negara-negara lain di dunia tanpa harus
terikat dengan blok barat atau blok timur. Aktif, artinya bahwa kita akan
senantiasa berusaha menciptakan dan mewujudkan kehidupan dunia yang aman
dan damai.
Perkembangan politik pada masa orde baru diawali dari penataan politik
dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS 1968 menetapkan Suharto sebagai
presiden dan dibentuklah Kabinet Pembangunan, penyederhanaan dan
pengelompokan partai politik, pemilihan umum serta mengadakan Perpera di Irian
Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua, melakukan penataan politik luar negeri yaitu
dengan kembali menjadi anggota PBB serta normalisasi hubungan dengan
beberapa negara.
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum
sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Disusunnya
undang-undang tentang pemilu, partai politik, serta susunan dan kedudukan
lembaga legislatif yang baru menjadikan masyarakat kita lebih mudah untuk
memulai belajar berdemokrasi.
11
3.2 SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru/
http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto
http ;//www.wikipedia.org/sejarah indonesia//
Undang-undang Politik 2003, UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum
13
14