BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tetanus
1. Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot,
tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium
tetani
2. Etiologi
Sering kali tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob
seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh,
otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang
menghasilkan endotoksin.
3. Patofisiologi
Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif
sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak,
selain otot bergaris, otot polos dan saraf otak juga terpengaruh.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui
oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar
sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
1
2
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa
sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
4. Prognosa
5. Manifestasi Klinik
- Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka
mulut (trismus)
2
3
- Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lam makin
2. sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang
6. Penatalaksanaan Medik
a. eliminasi kuman
1. debridement
2. antibiotika
b. netralisasi toksin
toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
c. perawatan suporatif
3
4
- pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin
Pengobatan rumat
berikutnya
- bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus
maknaik (ventilator)
4
5
B. Asuhan Keperawatan
perawat dan klien secara bersama - sama menentukan masalah keperawatan sehingga
pelaksanaan, dan evaluasi yang dapat teratasi melalui intervensi yang dibuat dan
pada klien dengan Stroke Non Haemoragic diperlukan suatu asuhan keperawatan
yang konprehensif yaitu dengan memandang klien sebagai individu yang utuh terdiri
dari bio, psiko, sosial, mental, dan spiritual yang mempunyai kebutuhan sesuai
keperawatan sebagai aktivitas yang logis dan rasional untuk melakukan praktek
keperawatan secara sistematis. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu
1. Pengkajian
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien
5
6
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat
dan sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari
pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan
memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang
baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan
surat kabar).
a. Data subyektif
1. Biodata/Identitas
alamat.
6
7
Lama serangan
Pola serangan
Epilepsi mioklonik ?
Frekuensi serangan
terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada
7
8
Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda
asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi,
aseptik.
6. Riwayat sosial
tindakan medis ?
Pola nutrisi
8
9
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan
Pola Eliminasi :
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam
b. Data Obyektif
darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut
9
10
Muka/ Wajah.
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
Telinga
Hidung
Mulut
lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada
caries gigi ?
Tenggorokan
Leher
Thorax
Jantung
10
11
Abdomen
Kulit
Ekstremitas
Genetalia
c. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
200 mq/dl)
pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
predisposisi kejang
11
12
2. Diagnosa Keperawatan
mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko
potential health problem (of individual, family or group) that nurse can legally treat
reduce the problem, yang diterjemahkan sebagai masalah kesehatan yang nyata
(Actual) atau masalah kesehatan yang potensial atau beresiko (pada individu,
keluarga atau kelompok) dimana perawat secara legal dan mandiri menanganinya
dalam bentuk tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi, atau
mengurangi masalah tersebut. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa diagnosa
resiko. Aktual adalah masalah yang nyata yang sudah terjadi yang perlu
ditindaklanjuti dengan segera. Potensial adalah masalah yang akan terjadi namun
mengarah kepada hal yang positif. Sedangkan resiko adalah masalah yang juga akan
tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah
12
13
berulang.
3. Perencanaan
bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut.
NI, 1989;160)
kejang berulang
Kriteria hasil :
5. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
13
14
pencetus tetanus.
4.
5.
dengan :
- longgarakn pakaian
tidur
sekret
6.
14
15
kejang jantung.
8.
irama jantung
10.
setelah kejang
11.
dosis tinggi
- pemeberian antikonvulsan
(valium, dilantin,
phenobarbital)
15
16
- pembuatan CT scan
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
1. Identifikasi tingkat pengetahuan 1. Tingkat pengetahuan penting untuk
dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga 3. kerja sama yang baik akanmembantu
16
17
nausea, vomiting, kemerahan pada 6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik
secara teratur
4. Pelaksanaan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
5. Evaluasi
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan
1989;162).
17
18
18