Anda di halaman 1dari 6

Sekar

Suasana ruang kantor yang didominasi warna ungu muda itu sangat tenang, seorang
wanita berambut lurus sibuk membola-balik lembaran kertas penuh angka. Hening, kebiasaan
yang memang selalu menemaninya setiap berkonsentrasi melakukan perkerjaannya. Suara
ketukkan pintu membuyarkan konsentrasinya siang itu, wanita berkerudung biru masuk dan
duduk di depan wanita yang masih tertunduk penat.

Mbak Sekar, administrasi kita buat kegiatan pameran di Mall Summer Indah udah
kelar, ini surat persetujuannya, tadi si Rizal yang ambil ke sana. wanita berkerudung itu
menyorongkan amplop putih ke pada Sekar, wanita di depannya.

Wah cepat juga prosesnya Lin, aku fikir butuh satu minggu baru keluar, jawab
Sekar sembari membuka amplop putih dan membaca isi surat perizinan keikut sertaan even
organizer-nya dalam kegiatan pameran di sebuah Mall terkenal di kotanya.

Kalau urusan begini sih mbak, Rizal memang paling bisa kita andalkan, Linda
berkata riang menyiratkan kebanggan bagi rekan kerjanya yang tak lain adalah calon
suaminya.

Oh ya Lin, serius ini sehabis nikah nanti resign dari sini?

Iya mbak, aku sama Rizal sudah komitmen begitu, aku fokus sama online shopping
ku aja di rumah, biar Rizal tetap cari nafkah disini bantu mbak Sekar,

Aduh kesepian deh aku, rasanya malas cari penggantimu aku Lin, sudah pewee
rasanya kerja bareng Linda Risnawati, Sekar terkekeh menggoda rekan kerjanya yang
hampir lima tahun ini menemaninya.

Aku juga bakal kangen sekali diomelin mbak Sekar Dwi Ayu kalau sudah out dari
sini, balas Linda yang sudah siap-siap berdiri dari hadapan bos kesayangannya yang sudah
seperti sahabatnya sendiri.

Weh masa aku doyan ngomel sih Lin, enak aja...! Mau kemana Lin? Mau makan
siang ya? Ikut ya... kali ini Sekar berlagak manja dihadapan anak buahnya dan ikut berdiri.

Iye bos, yuk mari... Linda menggamit lengan Sekar dan mereka berdua beranjak
dari ruangan ungu muda yang kembali sepi.

***
Sekar Dwi Ayu, nama yang diberikan ke dua orang tuanya kepada wanita muda
berumur 27 tahun. Anak kedua dari tiga bersaudara, dan jadi wanita satu-satunya diapit oleh
dua saudara prianya. Bukan termasuk wanita menawan hati, hanya wanita biasa-biasa saja
penuh kesan standar juga sederhana, mengingat usahanya sudah lumayan sukses. Event
oragnizer-nya termasuk EO yang cukup terkenal di kota ini, banyak event besar yang sudah
ditangani Flazhing organizer, untuk skala kotanya Flazhing sudah bisa mendatangkan
beberapa artis top Ibu Kota.

Hampir setiap hari Sekar memfokuskan diri kepada perkerjaannya, padahal bila
difikir-fikir, kegiatan kadang tidak terlalu padat, ada yang mengira ke-ngoyoan Sekar ini
akibat pelarian diri. Sudah berkali-kali Sekar menepis sangkaan itu, bahkan dari kedua
orangtua dan teman terdekatnya, Sekar selalu mengatakan bahwa itu semua loyalitasnya
dalam berkerja karena sayang sekali usaha yang dari nol ini kalau tidak diurus dengan benar.

Sekar yang terkesan cuek dengan sekitarnya sangat berbeda dengan Sekar beberapa
tahun yang lalu. Cinta, yah karena cinta membuat Sekar yang perhatian menjadi Sekar yang
tak terlalu peduli, apalagi bila berhubungan dengan cinta. Sebuah kisah klasik bodoh yang
pernah Sekar alami membuat wanita berkacamata itu hilang selera. Bahkan diusianya yang
cukup matang untuk menikah Sekar belum ada niat untuk memikirkannya.

Sore itu setelah setengah hari penuh dilaluinya bersama Linda, sahabat sekaligus
asistennya di Flazhing, untuk berjalan-jalan. Kebetulan tidak ada event penting untuk
beberapa hari ini, mereka hanya akan disibukan untuk ikut serta disebuah pamera EO dan
WO akhir minggu ini, dan semua urusan sudah beres, jadi banyak waktu luang yang
dihabiskan untuk membunuh penat. Entah mengapa hari ini dia merasa malas sekali
melangkahkan kakinya pulang ke rumah, ini semua mungkin karena rencana pernikahan
Ryan adik bungsunya.

Tryan Asmara Putra, si bungu kesayangan Sekar ngotot untuk menikah tahun ini. Di
usianya yang baru 25 tahun, Ryan sudah mantap untuk menikahi Kaisha, wanita yang sudah
dipacarinya hampir 8 tahun. Padahal kakak sulungnya Wahyu Eka Leksmana saja belum
menikah, mengingat Wahyu yang masih sangat fokus terhadap pendidikan dokter
spesialisnya. Orang tua Sekar, Pak Harja dan Bu Sari tak bisa melarang kemauan si bungsu.
Walaupun harus melangkahi dua kakaknya sekaligus. Calon besan mereka memang sudah
mendesak, katanya sudah tidak enak kalau terlalu lama pacaran, toh sekarang Ryan dan
Kaisha sudah bisa cari uang sendiri juga sudah siaplah untuk membina rumah tangga.
Setelah memarkirkan Swift hitamnya, Sekar melangkah gontai disambut senyum
ibunya di teras, sepertinya ibunya sedang menunggu seseorang.

Lagi nunggu siapa Bu? Tanya Sekar sembari mencium telapak tangan sang ibu.

Lagi nunggu Bapakmu sama Wahyu, tadi katanya sebentar, sekarang sudah hampir
satu jam belum kembali,Jawab Ibu Sari yang sedang duduk pada sebuah kursi kayu
sederhana.

Memangnya kemana Bu? Sekar terduduk lesu di samping ibunya.

Katanya mau ke rumah Om Yon, nggak taulah Kar, Om Yon akhir-akhir ini
kesehatannya makin menurun, jawab Ibu sari, yang hanya di Oh kan tanpa suara oleh Sekar.

Sekar masuk ya Bu, capek banget, pamit Sekar dan hanya dibalas anggukan kepala.

Sekar yang semula berniat langsung memasuki kamarnya di lantai dua,


mengurungkan langkahnya, ketika ia melihat sosok Ryan yang sedang asik sendirian
menonton berita sore di ruang keluarga.

Kapan datang dek? Sekar bertanya yang langsung membuat siempunya nama
menoleh pada sang kakak yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya.

Mbak Sekar, masuk nggak ada suaranya, tiba-tiba udah di samping langsung
ngagetin. Tadi pagi jam sepuluh mbak, hehehe, jawab si bungsu berambut ikal itu.

Cuti atau apa ini? Kok pulang? Sekar memandang selidik kepada sang adik.

Aku ada training mbak, daripada aku nginap di hotel mending di rumah toh, lebih
bebas, juga bisa kemana-mana,

Dasar ambil kesempatan, mbak lama nggak ketemu Keisha, sibuk ya?

Iya mbak, dia sekarang shiftnya pagi, siang, malam. Oh ya mbak tadi di bandara
Ryan ketemu... Ryan menggantungkan kalimatnya seketika mengingat dampak yang akan
timbul bila ia menyebutkan sebuah nama.

Ketemu siapa Yan? tanya Sekar.

Ketemu... ketemu Bang Araz, jawab Ryan gagap.

Oh... kirain ketemu siapa, Sekar menjawab santai seakan tak peduli, padahal ada
sedikit rasa nyeri bila mendengar nama itu.
Tapi mbak, dia nggak sendiri, Bang Araz sama Mbak Anggun,Ryan yang kali ini
berniat memberi informasi penting pada sang kakak.

Lha terus? Kan memang Anggun satu kerjaan sama dia, nggak heran kan kalau
mereka sama-sama,

Waktu aku tanya Bang Araz mau kemana, yang jawab Mbak anggun, katanya
mereka mau ke rumah mbak Anggun minta restu,

Restu???

Iya mbak, kayaknya mereka mau nikah...

Sekar terdiam, walaupun sebisa mungkin terlihat santai. Setengah jam berlalu setelah
obrolan kurang menyenangkannya sore itu, Sekar pamit ketujuan awal, kamarnya. Anggun
dan Araz mau nikah? Masa iya, biarpun sudah lebih satu tahun tidak terlalu tahu kabar dari
Anggun, teman sekelasnya semasa kuliah. Mereka cukup dekat, tapi setelah sibuk dengan
urusan masing-masing komunikasi jadi sangat jarang. Mendadak nyeri di hati Sekar
mengingat perkataan Ryan tadi, mau menikah? Terlalu sempit dunianya, ya memang Anggun
sudah kenal Araz sejak mengenal Sekar. Banyak tanda tanya Sekar, mungkin dia harus sedikit
kepo, padahal mungkin istilah kepo sudah tak panatas untuk mbak-mbak seperti dia.
Omah Bakso

Sudah hampir setengah jam, Sekar dan Luki duduk di meja nomor 19, meja yang
berada diluar ruangan, langsung menghadap laut. Dingin dan gelap. Malam itu bintang tak
banyak hadir, hanya sorot lampu kapal dari tengah laut yang mewarnai gelap malam dan laut
yang sunyi. Konsep rumah makan yang memang seperti tongkrongan segala usia. Omah
Bakso, tempat favorit Sekar dan teman-teman semasa SMAnya bertemu dari zaman sekolah
hingga kini. Luki menatap sahabatnya yang sedang sibuk mengetuk-ngetuk meja dan
menghasilkan ritme beraturan tanpa makna. Sepulang kerja tadi Luki mendapat pesan masuk
dari Sekar, tak biasanya Sekar mengajaknya bertemu hanya berdua.

Kar, mau pesan apa lagi? Baksonya udah habis tuh.. Suara Luki membuyarkan
lamunan Sekar.

Udah Luk, kenyang aku, hehehe.. Sekar terkekeh memaksa.

Ada apa sih Kar, kalau kamu ajakin aku ketemuan Cuma buat dengerin kamu ketuk-
ketuk meja mending ketemunya di rumah aja, nggak usah jauh-jauh kesini, omel Luki yang
merasa waktunya jadi sia-sia dan penasaran.

Maaf Luk, ngg aku bingung mau mulai darimana,

Mulai dari pendahuluan Kar... ucap Luki gemas melihat teman akrabnya yang
semakin seperti anak ABG dengan kunciran rambut sampingnya.

Ryan cerita ketemu Arez Luk,

Trus, kenapa Kar? Arez kan memang tinggal di kota ini, aku aja baru kemarin lusa
abis main futsal bareng dia,

Bukan itu, tapi kabar dari Ryan yang buat aku penasaran,

Kabar apa? Katanya sudah move on Kar, kok masih mau penasaran sama Araz,
Selidik Luki pada Sekar.

Oke, aku udah move on Praluki Asjaya, tapi kata Ryan, Araz mau nikah sama
Anggun, suara Sekar yang awalnya meninggi menjadi getir ketika menagatakan pernikahan.

Uhuk... semprotan kopi hitam yang tidak terlalu banyak karena Luki tersedak.
Mau nikah sama Anggun? Bukannya Anggun itu teman satu jurusanmu ya?
Iya memang, kamukan masih dekat sama Araz, siapa tahu kamu udah tahu, tapi
nggak mau cerita sama aku, padahal kan aku nggak apa-apa, serius deh aku Cuma penasaran
aja... Sekar yang mulai cerewet membuat Luki tertawa.

Penasaran artinya mau tau keadaan, hahaha... Araz memang belum cerita, tapi setahu
aku memang dia mau nikah. Kamu tahu sendiri lah Kar, dia mana mau berbagi kalau urusan
begini,

Jadi beneran nikah? Dibalap deh aku, padahal aku maunya duluan yang nikah...
sungut Sekar.

Gimana mau nikah duluan, kalau sepertinya masih sayang sama Araz, tawa Luki
terpecah mengejek sahabatnya itu.

Asem kamu Luk, aku sudah move on kali, penggantinya aja yang belum nongol,
mau tak mau Sekar ikut tertawa.

Sekar... Sekar, sudah lima tahun lho, masa iya penggantinya Araz nan tampan itu
belum ada, atau memang nggak diada-adain?

Hush,,, ngawur, memang masih disembunyiin Allah, belum waktunya, jawab Sekar
sok bijak sambil berkedip genit.

Udah ah, biarin aja dia nikah dah Kar, mau nikah sama siapapun kan sudah nggak
perlu kamu pikirin, ya sudah kita balik yuk, sudah malam,

Akhirnya dua sahabat itu melenggang meninggalkan Omah Bakso. Sekar masih saja
diliputi penasaran, perbincangan dengan Luki hanya mampu menghiburnya tanpa
membuatnya mendapatakan informasi. Bukan karena Sekar tidak bisa move on, tapi karena
Anggun. Anggun yang dikenalnya sangat membenci Araz akibat kejadian lima tahun lalu,
bisa-bisanya kini berencana menikah. Luki yang sahabat dekat Araz sekaligus dia saja tidak
tahu, atau mungkin enggan memberi tahu, mengingat tidak ingin membuat Sekar kecewa.
Padahal sedikitpun Sekar sudah move on dari pesakitan konyolnya itu.

Anda mungkin juga menyukai