PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Etiologi dari takikardi supraventricular, yaitu:11
1. Idiopatik, ditemukan hampir setengah jumlah insiden. Tipe idiopatik lebih sering pada
bayi daripada anak.
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW) 10-20% terjadi setelah konversi menjadi sinus
aritmia. Sindrom WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR yang pendek dan
interval QRS yang lebar; yang disebabkan oleh hubungan langsung antara atrium dan
ventrikel melalui jaras tambahan.
3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali Ebsteins, single ventricle, L-TGA)
4. Mempunyai penyakit jantung seperti, pericarditis, gagal jantung kongestif
5. Komsumsi kokaine, alcohol, merokok, pneumonia, dan penyakit tiroid
3
2.4 Klasifikasi
Berikut ini adalah jenis takikardia supraventrikular:4
1) SVT yang melibatkan jaringan sinoatrial :
a. Sinus tachycardia
b. Inappropriate sinus tachycardia
c. Sinoatrial node reentrant tachycardia (SANRT)
2) SVT yang melibatkan jaringan atrial :
a. Atrial tachycardia (Unifocal) (AT)
b. Multifocal atrial tachycardia (MAT)
c. Atrial fibrillation
d. Atrial flutter
3) SVT yang melibatkan jaringan nodus atrioventrikular :
a. AV nodal reentrant tachycardia (AVNRT)
b. AV reentrant tachycardia (AVRT)
c. Junctional ectopic tachycardia
2.5 Diagnosis
Gejala klinis takikardia supraventrikular (SVT) biasanya dibawa karena mendadak
gelisah, bernafas cepat, tampak pucat, muntah-muntah, laju nadi sangat cepat sekitar 200-300
per menit, tidak jarang disertai gagal jantung atau kegagalan sirkulasi yang nyata. Takikardia
supraventrikular pada pasien serangan awal disebabkan oleh sindrom WPW, baik yang
manifes maupun yang tersembunyi (concealed) sering menyebabkan pasien dibawa ke dokter
karena rasa berdebar dan perasaan tidak enak.Gejala lain berupa nyeri dada, diaphoresis,
presinkop ataupun sinkop.2,3
SVT kronik dapat berlangsung selama berminggu-minggu bahkan sampai bertahun-
tahun. Frekuensi denyut nadi yang lebih lambat, berlangsung lebih lama, gejalanya lebih
ringan dan juga lebih dipengaruhi oleh sistem susunana saraf autonom. Sebagian besar pasien
terdapat disfungsi miokard akibat SVT pada saat serangan atau pada SVT sebelumnya.
Gejala klinis lain SVT dapat berupa palpitasi, lightheadness, mudah lelah, pusing, nyeri dada,
nafas pendek dan bahkan penurunan kesadaran. Pasien juga mengeluh lemah, nyeri kepala
dan rasa tidak enak di tenggorokan.3
4
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan utama untuk setiap SVT adalah lenyapnya, terutama pada pasien
yang berada pada hemodinamik risiko dan tidak bisa mentolerir takiaritmia berkepanjangan.
SVT mungkin jarang dan singkat pada beberapa pasien, sedangkan pada orang lain, itu lebih
sering dan dapat menyebabkan gejala serius seperti presinkop atau sinkop. Di bawah ini
merupakan tatalaksana TSV stabil dan tidak stabil yang dilihat dari keadaan klinis pasien.9
Pengobatan SVT dapat dibagi menjadi jangka pendek atau manajemen mendesak dan
pengelolaan jangka panjang.Secara garis besar penatalaksanaan SVT dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu penatalaksanaan segera dan penatalaksanaan jangka panjang.2,3,9
1) Penatalaksanaan jangka pendek
Jangka pendek atau manajemen mendesak TSV dapat dipisahkan menjadi strategi
farmakologis dan nonfarmakologis. Manajemen nonfarmakologis biasanya menggunakan
manuver yang meningkatkan tonus vagus untuk menurunkan denyut jantung. Manajemen
farmakologis biasanya meliputi adenosin intravena (Adenocard) atau verapamil, yang adalah
pilihan pengobatan yang aman dan efektif untuk mengakhiri SVT, tapi verapamil lebih efektif
untuk menekan ritme ini dari waktu ke waktu. Gambar adalah algoritma untuk pengelolaan
jangka pendek SVT. Pasien yang membutuhkan hemodinamik tidak stabil untuk diresusitasi
dengan electrocardioversion untuk menghindari kerusakan lebih lanjut status kardiovaskular.
Jika pasien hemodinamik stabil, kompleks QRS dapat memberikan informasi dalam
pengambilan keputusan. Sebuah kompleks QRS sempit (kurang dari 120 msec) biasanya
menunjukkan SVT, dan manuver Valsalva adalah pilihan yang paling banyak digunakan dan
layak pengobatan pada pasien peringatan. Meskipun penggunaan teknik ini telah diterima dalam
pengaturan rumah sakit, belum dipelajari dalam pengaturan pra-rumah sakit untuk menentukan
6
effectiveness.20 yang vagal manuver merupakan pilihan pengobatan lini pertama yang efektif
untuk SVT pada pasien yang lebih muda yang hemodinamik stabil; mereka juga bisa diagnostik
untuk nodal-dependent TSV.Carotid pijat dapat digunakan sebagai alat diagnostik dan terapeutik;
Namun, itu tidak boleh digunakan pada orang yang mungkin memiliki plak aterosklerosis yang
bisa copot sebagai hasil dari teknik tersebut (yaitu, riwayat penyakit arteri karotis atau karotis
bruit).
Jika metode ini gagal untuk mengakhiri TSV, atau jika TSV segera kembali, terapi
farmakologis digunakan. Tabel menunjukkan direkomendasikan agen untuk pengelolaan jangka
pendek dari TSV. Yang agen dipilih setelah penggunaan manuver vagal dan adenosin tergantung
pada faktor pasien, seperti kontraindikasi (kondisi komorbiditas atau alergi), stabilitas
hemodinamik, atau adanya kompleks QRS lebar
a. Medikamentosa
Pada sebagian besar pasien tidak diperlukan terapi jangka panjang karena
umumnya tanda yang menonjol adalah takikardi dengan dengan gejala klinis ringan
dan serangan yang jarang dan tidak dikaitkan dengan preeksitasi.
Pasien yang sensitif terhadap pengobatan adenosine dapat diberikan long
acting blocker, yang telah terbukti aman digunakan dan tidak membutuhkan
monitoring spesifik. Pada pasien yang mengalami syok atau sulit untuk dilakukan
kardioversi, dapat diberikan obat-obatan antiaritmia yang lebih kuat, seperti sotalol,
flecainide atau amiodarone yang masing-masing membutuhkan monitoring intensif.
Konsentrasi flecainide dalam darah harus diukur pada pemberian hari ke tujuh untuk
memastikan tidak tercapainya konsentrasi yang bersifat toksik. Pada pemberian
9
sotalol, harus dilakukan monitoring terhadap interval QT. Dosis yang diberikan dapat
diterima jika interval QT mencapai 0,5 detik. Sotalol memiliki beberapa efek
blocker dan harus diperhatikan kemungkinan terjadinya disfungsi miokard.
Digoksin kadang-kadang digunakan sebagai obat tambahan yang
dikombinasikan dengan obat-obatan tersebut. Digoksin tidak diunakan sebagai terapi
tunggal karena dianggap kurang efektif. Penggunaannya juga berpotensi memberikan
resiko terjadinya atrial takikardi di masa mendatang. Penggunaan digoksin
dikontraindikasikan untuk pasien dengan Wolff-Parkinson-White (WPW) karena
meningkatkan sifat konduksi dari jalur aksesori dan merupakan predisposisi untuk
mempercepat terjadinya fibrilasi atrium dan kematian mendadak pada pasien.
Pada pasien dengan serangan yang sering dan berusia di atas 5 tahun,
radiofrequency ablasi catheter merupakan pengobatan pilihan. Pasien yang
menunjukkan takikardi pada kelompok umur ini umumnya takikardinya tidak
mungkin mengalami resolusi sendiri dan umunya tidak tahan atau kepatuhannya
kurang dengan pengobatan medikamentosa. Terapi ablasi dapat dilakukan bila SVT
refrakter terhadap obat anti aritmia atau ada potensi efek samping obat pada
pemakaian jangka panjang. Pada tahun-tahun sebelumnya, alternatif terhadap pasien
dengan aritmia yang refrakter dan mengancam kehidupan hanyalah dengan anti
takikardi pace maker atau ablasi pembedahan.
Bila lokasi yang tepat sudah ditemukan, maka energi radiofrekuensi diberikan melalui
kateter ablasi. Umumnya pasien tidak merasakan adanya rasa panas tapi kadang-
kadang dapat juga dirasakan adanya rasa sakit. Bila tidak terjadi komplikasi pada
pasien, hanya perlu dirawat selama 1 hari bahkan bisa pulang hari.
Indikasi untuk ARF bergantung pada banyak hal seperti lama dan frekuensi
takikardi, toleransi terhadap gejala, efektivitas dan toleransi terhadap obat anti
aritmia, dan ada tidaknya kelainan struktur jantung. Untuk SVT yang teratur, banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa ARF lebih efektif daripada obat dalam aspek
peningkatan kualitas hidup pasien dan penghematan biaya daripada obat anti aritmia.
Dari beberapa meta analisis didapatkan angka keberhasilan rata-rata ARF
pada SVT adalah 90-98% dengan angka kekambuhan sekitar 2-5%. Angka penyulit
sekitar 1%. ARF dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama dibandingkan dengan
obat-obatan.
KESIMPULAN
Takikardi supraventricular merupakan kegawatdaruratan dari jantung.
Umumnya terjadi pada umur dari 16 tahun hingga 65 tahun
Penanganan segera perlu dilakukan untuk menstabilkan keadaan umum pasien
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Fox JD, Tischenko A, Krahn AD, Skanes AC, Gula LJ, Yee RK, and Klein GJ. 2008.
Supraventricular Tachycardia: Diagnosis and Management. Mayo Clin Proc. 83(12): 1400-11.
2. Colucci RA, Silver MJ, and Do JS. Common types of Supraventricular Tachycardia:
Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 82(8):942-952.
3. ESC. 2003. ACC/AHA/ESC Guidelines for the Management of Patients With
Supraventricular Arrhythmias.
https://www.escardio.org/static_file/Escardio/Guidelines/publications/SVAguidelines-SVA-
FT.pdf. (Diakses pada tanggal 18 Desember 2015).
4. Santoso K. 2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
5. Link MS. 2012. Evaluation and Initial Treatment of Supraventricular Tachycardia. The New
England Journal of Medicine, 367(15): 1438-48.
6. Kantoch MJ. 2011. Supraventricular tachycardia. Indian Journal. 72: 609-19.
7. Manole MD & Saladino RA. 2007. Emergency Department Management of the Pediatric
Patient With Supraventricular Tachycardia. Emergency Care, 23(3): 176-189.
8. Schlechte, E. A., Boramanand, N. & Funk, M., 2011. Supraventricular Tachycardia in the
Primary Care Setting: Agerelated Presentation, Diagnosis, and Management. Journal of
Health Care. 22(5): 289-99.
9. American Heart Association, 2010. Guidelines for cardiopulmonary resuscitation and
emergency cardiovascular care: Advanced life support. Circulation, 112: 167-187.
10. Delacretaz E. 2006. Supraventricular Tachycardia. N Engl J Med. 354:1039-51.
11. Davis CP. 2014. Supraventricular Taachycardia.
http://www.emedicinehealth.com/supraventricular_tachycardia. (Diakses pada tanggal 19
Desember 2015).