Anda di halaman 1dari 6

http://pionas.pom.go.

id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/61-diabetes/611-insulin 22:13
28/01/2017

Depan

Beranda
Artikel
Tenaga Kesehatan
Umum
Obat Baru
IONI
Info BPOM
Situs Terkait
Website POM

Anda di sini
Depan IONI BAB 6 SISTEM ENDOKRIN 6.1 Diabetes 6.1.1 Insulin
6.1.1 Insulin

6.1.1.1 Insulin Kerja Singkat


6.1.1.2 Insulin Kerja Sedang dan Lama

Insulin berperan mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Insulin


merupakan hormon polipeptida dengan struktur kompleks. Ada perbedaan
susunan asam amino pada insulin hewan, insulin manusia, dan analog insulin
manusia. Insulin dapat diekstraksi dari pankreas babi atau pankreas sapi dan
dimurnikan dengan kristalisasi, tetapi insulin dari pankreas sapi sekarang jarang
digunakan. Insulin untuk manusia dibuat secara biosintetis dengan teknologi
rekombinan DNA menggunakan bakteri atau ragi atau semisintetik dengan
modifikasi enzimatik insulin babi.
Semua sediaan insulin umumnya imunogenik pada manusia tetapi resistensi
imunologis terhadap kerja insulin tidak lazim terjadi. Secara teori sediaan insulin
yang sesuai dengan insulin manusia kurang imunogenik, tetapi hal ini tidak
terbukti dalam uji klinik. Insulin dirusak oleh enzim dalam saluran cerna oleh
karena itu harus diberikan melalui injeksi atau inhalasi; rute subkutan
memberihasil yang baik pada semua kondisi. Insulin biasanya disuntikkan pada
lengan atas, paha, glutea atau perut. Umumnya injeksi subkutan insulin
menyebabkan sedikit masalah, bisa terjadi hipertrofi lemak yang dapat dikurangi
dengan menyuntikkan di daerah yang berbeda. Alergi lokal jarang terjadi. Insulin
diperlukan oleh semua pasien dengan ketoasidosis dan biasanya diperlukan oleh
pasien dengan:

Gejala-gejala yang muncul cepat


Kehilangan banyak berat badan
Kondisi lemah
Ketonuria
Riwayat keluarga dekat (ayah-ibu) adalah penderita Diabetes Mellitus tipe 1

Jika keadaan memburuk, dapat terjadi muntah dan pasien dapat dengan cepat
mengalami ketoasidosis. Insulin dibutuhkan oleh hampir semua pasien anak
penderita diabetes. Juga dibutuhkan oleh pasien diabetes tipe 2 jika cara lain
gagal mengendalikan DM dan digunakan sementara oleh pasien yang sakit atau
akan menjalani operasi. Wanita hamil dengan diabetes tipe 2 sebaiknya diobati
dengan insulin jika upaya diet ternyata gagal.

Penanganan diabetes dengan insulin. Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk


mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga membuat pasien nyaman dan
menghindari hipoglikemia, diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan
dokter dalam menurunkan resiko komplikasi diabetes. Kombinasi sediaan insulin
mungkin dibutuhkan dan kombinasi yang tepat harus ditentukan untuk tiap
pasien. Untuk pasien dengan diabetes akut, pengobatan sebaiknya dimulai
dengan memberikan insulin soluble 3 kali sehari dan insulin kerja sedang pada
malam hari. Untuk pasien yang tidak terlalu parah, pengobatan biasanya dimulai
dengan campuran insulin kerja singkat dan sedang (biasanya 30% insulin soluble
dan 70% insulin isophane) diberikan 2 kali sehari; 8 unit dua kali sehari untuk
pasien rawat jalan. Proporsi sediaan insulin kerja singkat dapat ditingkatkan pada
pasien dengan hiperglikemia postprandial yang berat.

Dosis insulin disesuaikan untuk setiap individu, dengan cara meningkatkan dosis
secara bertahap tetapi dengan tetap menghindarkan terjadinya hipoglikemia.
Ada 3 macam sediaan insulin:
Insulin kerja singkat (short-acting): mula kerja relatif cepat, yaitu insulin
soluble, insulin lispro dan insulin aspart;
Insulin kerja sedang (intermediate-acting): misalnya insulin isophane dan
suspensi insulin seng;
Insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat: misalnya suspensi
insulin seng.

Lama kerja untuk tiap tipe insulin bervariasi pada tiap individu sehingga perlu
dinilai secara individual.

Contoh dosis insulin yang dianjurkan

Insulin kerja singkat dikombinasi dengan insulin kerja sedang: dua kali sehari
(sebelum makan);
Insulin kerja singkat dikombinasi dengan insulin kerja sedang: sebelum makan
pagi Insulin kerja singkat: sebelum makan malam Insulin kerja sedang: malam
sebelum tidur;
Insulin kerja singkat: 3 kali sehari (sebelum makan pagi, makan siang dan
makan malam) dikombinasi dengan insulin kerja sedang: pada waktu sebelum
tidur malam;
Insulin kerja sedang dengan atau tanpa insulin kerja singkat: cukup sekali
sehari sebelum makan pagi atau sebelum tidur malam untuk beberapa pasien
dengan diabetes tipe 2 yang memerlukan insulin, kadang-kadang dikombinasi
dengan obat hipoglikemik oral.

Kebutuhan insulin meningkat dengan adanya infeksi, stres, kecelakaan atau


trauma bedah, pubertas dan selama kehamilan trimester 2 dan 3. Kebutuhan
mungkin menurun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (lampiran 3) atau
gangguan fungsi hati dan pada beberapa pasien gangguan endokrin (misalnya
Addisons disease, hipopituarism) atau celiac disease. Selama menyusui, dosis
insulin perlu disesuaikan, pada wanita hamil kebutuhan insulin sebaiknya sering
dinilai ulang oleh dokter spesialis endokrinologi yang berpengalaman.

Pemberian insulin

Insulin umumnya diberikan melalui injeksi subkutan. Sediaan insulin untuk


inhalasi juga tersedia. Alat injeksi (pens) yang menyimpan insulin dalam alat
suntik (cartridge) dan mengukur dosis yang dibutuhkan nyaman dan mudah
digunakan oleh pasien. Penggunaan alat suntik konvensional untuk pemberian
insulin masih merupakan pilihan bagi banyak pasien dan juga dibutuhkan untuk
insulin yang tidak tersedia dalam bentuk cartridge. Untuk pemberian intensif
biasanya dianjurkan insulin injeksi subkutan 3-4 kali sehari. Insulin kerja singkat
(insulin soluble, insulin aspart dan insulin lispro), dapat juga diberikan dengan
suatu alat yang berfungsi sebagai pompa kecil untuk infus subkutan terus
menerus. Alat ini akan melepas insulin dosis pemeliharaan yang sesuai dengan
dosis basal terus menerus kecuali saat makan dapat diatur untuk melepas dosis
bolus.

Soluble insulin yang diberikan intravena hanya diberikan pada keadaan darurat,
dan pada keadaan sakit parah atau pada saat sebelum tindakan bedah.

Pengawasan Beberapa penderita melakukan pengawasan kadar gula darah


sendiri (butir 6.1.6). Kadar gula darah bervariasi sepanjang hari, oleh karena itu
normoglikemia tidak dapat selalu dicapai sepanjang 24 jam tanpa menimbulkan
hipoglikemia. Karena itu sebaiknya pasien dianjurkan untuk mempertahankan
kadar gula darah antara 4-9 mmol/liter (4-7 mmol/liter sebelum makan dan
kurang dari 9 mmol/liter setelah makan), dan mengerti bahwa kadang-kadang
kadar dapat lebih tinggi dalam waktu singkat dan hal ini tidak berbahaya, yang
sebaiknya dicegah adalah justru kadar di bawah 4 mmol/L yang lebih berbahaya.
Pasien hanya perlu menyesuaikan dosis insulin 1-2 kali seminggu berdasarkan
pengamatan kadar tertinggi dan kadar terendah yang dicapainya. Yang ideal
adalah mengukur kadar HbA tetapi ini tidak praktis dan mahal saat ini untuk
Indonesia sehingga hal ini jarang sekali dilakukan.

Asupan energi maupun karbohidrat sederhana dan kompleks sebaiknya


memadai sehingga pasien tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan normal,
tetapi obesitas harus dihindarkan. Asupan karbohidrat diatur dan dibagi
sepanjang hari sesuai kadar gula darah yang dikehendaki yang penting total
karbohidrat sebaiknya sesuai dengan kebutuhan sehari yang telah dihitung.
Hipoglikemia dapat merupakan masalah yang utama dalam penggunaan insulin
pada pengobatan diabetes. Pasien harus benar- benar mengerti bagaimana
menghindari hal tersebut. Sering pasien yang diobati lupa atau tidak tahu
bahaya hipoglikemia, dan ini dapat membahayakan terutama pada pasien yang
mengendarai mobil, atau bekerja dengan mesin. Upaya ketat untuk menangani
diabetes dapat menurunkan batas kadar gula darah yang menimbulkan gejala
hipoglikemi, begitu pula bila sering terjadi hipoglikemi; sehingga pasien tidak
dapat mengenali ancaman hipoglikemi. Beta-bloker juga dapat menyebabkan
hipoglikemi pada pasien seperti ini terjadi tanpa disadari (dan juga menunda
penyembuhan hipoglikemi tersebut). Supaya pasien kembali sensitif terhadap
gejala hipoglikemi, penggunaan insulin dan pengaturan saat makan harus benar-
benar diatur.

Mengendarai, pengendara yang diobati dengan insulin dan obat antidiabetik oral
agar berhati-hati. Jika terjadi hipoglikemia atau ada gejala, yang sebaiknya
dilakukan adalah:
Menghentikan kendaraan ditempat aman;
Mematikan kontak/mesin;
Makan atau minum air mengandung gula secukupnya;
Tunggu sampai keadaan normal sebelum melanjutkan perjalanan,
pengembalian ke keadaan normal mungkin memerlukan waktu sekitar 15 menit
atau lebih dan lebih baik kalau dipastikan dengan mengukur kadar gula darah.

Diabetes dan Tindakan Bedah

Dosis berikut adalah untuk penderita diabetes tipe 1 yang akan menjalani
pembedahan dan membutuhkan infus insulin secara intravena selama 12 jam
atau lebih.

Berikan injeksi insulin seperti biasa pada pasien pada malam hari sebelum
pembedahan;
Pagi pada hari pembedahan, mulai diberikan infus glukosa 5% atau 10%
secara intravena yang mengandung kalium klorida 10 mmol/liter (diberikan pada
pasien yang tidak hiperkalemia) dengan kecepatan infus yang konstan sesuai
kebutuhan cairan pasien (biasanya 125 ml/jam) buat larutan insulin soluble 1
unit/ml dalam larutan natrium klorida 0,9% dan berikan secara intravena
mengunakan syringe secara piggy backed pada infus yang sedang terpasang;
Kecepatan infus insulin secara normal adalah sebagai berikut:

- Glukosa darah <4 mmol/liter, diberikan 0,5 unit/jam


- Glukosa darah 415 mmol/liter, diberikan 2 unit/jam
- Glukosa darah 1520 mmol/liter, diberikan 4 unit/jam
- Glukosa darah > 20 mmol/liter, dikaji dahulu

Pada kasus resisten (seperti pasien syok atau sakit parah, atau pasien yang
sedang mendapat kortikosteroid atau simpatomimetik) mungkin diperlukan 24
kali kecepatan infus ini atau bahkan lebih.

Jika pompa syringe tidak tersedia, 16 unit/liter insulin soluble sebaiknya


ditambahkan ke dalam 5% atau 10% glukosa infus intravena yang mengandung
10 mmol/liter kalium klorida (diberikan pada pasien yang tidak hiperkalemia) dan
infus diberikan dengan kecepatan yang sesuai kebutuhan cairan pasien
(biasanya 125 mL per jam) dan dosis insulin disesuaikan sebagai berikut:
- Glukosa darah < 4 mmol/liter, diberikan 8 unit/liter;
- Glukosa darah 415 mmol/liter, diberikan 16 unit/liter;
- Glukosa darah 1520 mmol/liter, diberikan 32 unit/liter;
- Glukosa darah > 20 mmol/liter, dikaji dahulu.

Kecepatan infus intravena tergantung dari kebutuhan cairan, fungsi jantung, usia
dan faktor-faktor lain. Kadar gula darah sebaiknya diukur sebelum operasi dan
kemudian setiap jam hingga kondisi gula darah stabil, kemudian setiap 2 jam.
Lama kerja insulin intravena hanya beberapa menit dan infus tidak boleh
dihentikan kecuali pasien menjadi sangat hipoglikemik (glukosa darah < 3
mmol/liter), saat mana infus sebaiknya dihentikan selama 30 menit. Jumlah
kalium klorida yang dibutuhkan dalam infus perlu ditentukan dengan pengukuran
berkala elektrolit plasma. Infus 0,9% natrium klorida dapat menggantikan infus
5% atau 10% glukosa jika glukosa darah bertahan di atas 15 mmol/liter.

Setelah pasien mulai makan dan minum, berikan insulin subkutan sebelum
sarapan dan hentikan insulin intravena 30 menit kemudian; dosis yang
diperlukan mungkin 1020% lebih banyak dari biasanya jika pasien masih di
tempat tidur atau belum pulih. Jika sebelumnya pasien tidak pernah menerima
insulin, dosis awal yang sesuai adalah 3040 unit per hari dalam 4 dosis terbagi
menggunakan insulin soluble sebelum makan dan insulin kerja sedang pada
waktu akan tidur malam dan dosis disesuaikan dari hari ke hari. Pasien dengan
hiperglikemia yang sering kambuh setelah konversi kembali ke insulin subkutan
memerlukan salah satu pendekatan sebagai berikut:

Dosis tambahan insulin soluble pada salah satu dari empat kali penyuntikan
(sebelum makan atau waktu tidur malam) atau
Penambahan sementara infus insulin intravena (sambil melanjutkan
pemberian subkutan) hingga kadar glukosa darah memuaskan atau
Kembali ke pemberian intravena (terutama jika pasien tidak sehat).

Copyright 2015, Pusat Informasi Obat Nasional, Badan POM RI

Anda mungkin juga menyukai