PENDAHULUAN
Insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita,
dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%)
penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat
inap untuk evaluasi lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya
merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab
NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan
psikogenik. Salah satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik
maupun terapi spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan
oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang massa
nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang
menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang atau kambuh .5
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan
keluar dari nukleus pulposus yang terjadi karena adanya degenerasi
atau trauma pada anulus fibrosus. 13
2.
Anatomi
Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum
vertical tang terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium
melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi
segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis
(kiri dan kanan) yang terdiri atas :
2
1. 8 pasang saraf cervical.
3
intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah
dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang
diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.
3.
Etiologi
4
Bagian dalam, yang dibawah tekanan tinggi, bisa menekan melalui sebuah
sobekan atau bintik yang melemahkan pada penutup dan menonjol keluar.
Setelah usia 50 tahun, bagian dalam piringan tersebut mulai mengeras,
membuat hernia sedikit mungkin. Sebuah piringan bisa sobek secara tiba-
tiba, luka trauma atau luka berulang. Obesitas ataupun mengangkat benda
berat, terutama mengangkat beban dengan posisi yang tidak semestinya
dapat meningkatkan resiko tersebut.12
4.
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
1.
Pekerjaan dan aktivitas : duduk yang terlalu lama, mengangkat
atau menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau
gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan
pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2.
Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
5
3.
Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu
kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari
dalam darah.
4.
Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut
dapat menyebabkan strain pada punggung bawah.
5.
Batuk lama dan berulang.12
5.
Klasifikasi
Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh
kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya
pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses
penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal
posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau
ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang
sering kambuh.
Hernia Servikalis
6
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis.
Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas,
sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher
spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang
Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6
dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini
menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala
dan mengacu pada kerusakan kulit.5
Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah
hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi
yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota
tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang
serangannya mendadak dengan paraparese.
6.
Patomekanisme
Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air
7
diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai
menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi
kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan
ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf
spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang
kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak).11
Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.11
8
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di
dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus);
hal ini dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan.
Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari
diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus
yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan
nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.11
7.
Manifestasi Klinis
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai
otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-
otot tersebut dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf, neuron saraf
menjadi terjepit lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin
dan prostaglandin). Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga
timbul rasa nyeri pada diri pasien.15
9
Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung dimana piringan tersebut
mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.
Nyeri tersebut terasa sepanjang lintasan syaraf yang tertekan oleh piringan
yang turun berok. Misal, piring hernia umumya menyebabkan sciatica.
Nyeri tersebut bervariasi dari ringan sampai melumpuhkan, dan gerakan
memperhebat nyeri tersebut. kaku dan kelemahan otot bisa juga terjadi.
Jika tekanan pada pusat syaraf besar, kaki kemungkinan lumpuh. Jika
cauda equina (berkas syaraf melebar dari bagian bawah tali tersebut)
terkena, pengendalian kantung kemih dan isi perut bisa hilang. Jika gejala-
gejala serius ini terjadi, perawatan medis diperlukan dengan segera.17
Pusat syaraf (syaraf besar yang bercabang keluar dari tali tulang belakang)
bisa menjadi tertekan mengakibatkan gejala-gejala neurological, seperti
perubahan sensor atau gerak.17
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinis
yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan
nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar
(A beta) terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai
dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot dan
hilangnya refleks tendon patela (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai
konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi
seksual.16
10
beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan
analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.17
11
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral
tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-
kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan
muskulus ekstensor ibu jari.4
Parasthesis dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas
(sevikobrachialis)
Atrofi di daerah biceps dan triceps
Refleks biceps yang menurun atau menghilang
Otot-otot leher spastik dan kaku kuduk.5
Nyeri radikal
8.
Diagnostik
12
Diagnostik pada hernia intervertebral, kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukan perkembangan
cepat dengan penanganan konservatif dan ketika tanda- tanda menghilang.
Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu
lokalisasi yang akurat.13
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita :
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah
Fleksi ke depan (forward flexion ) secara khas akan
menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya
ketegangan pada saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus
protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen
yang tertekan di sebelahnya .10
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke
depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang menyebabkan nyeri
13
pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada
sisi yang sama.9
Palpasi :
Pemeriksaan motoris :
14
mungkin dengan memperhatikan miotom yang
mempersafarinya.12
Pemeriksaan sensorik :
3. Pemeriksaan penunjang :
Rontgen Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif
pada tulang belakang dan ruang invertebratalis dan dapat
digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan patologis
lain seperti tumor atau osteomielitis.13
MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun
terutama untuk penyakit spinal lumbal, serta menunjukkan
adanya perubahan tulang dan jaringan lunak yang dapat
memperkuat bukti adanya discus.13
CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya
tidak terlihat pada MRI. Mielogram menentukan lokasi dan
ukuran herniasi secara spesifik.13
Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf
spinal khusus / melihat adanya polineuropati. Pemeriksaan
ini dapat melokolisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal
utama yang terkena.13
Venogram epidura : dilakukan pada kasus dimana
keakuratan dari miogram terbatas.13
15
Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang
berhubungan, infeksi, adanya darah.13
Pemeriksaan urine : menyingkirkan kelainan pada saluran
kencing.13
LED : menyingkirkan adanya diagnosa banding tumor
ganas, infeksi, dan penyakit Reumatik.13
9.
Diagnosis Banding
Neoplasma
Spondilitis TB
Osteoporosis
10.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
1.
Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol
kecemasan yang sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra
servikal), relaksan otot, anti inlamasi atau kortikosteroid untuk
mengatasi proses inflamasi yang biasanya terjadi pada jaringan
16
penyokong dan radiks saraf yang terkena, antibiotik diberikan pasca
operasi untuk mengurangi resiko infeksi pada insisi pembedahan .14
2.
Prosedur pembedahan.
a.
Laminektomi, adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat
lamina dan memungkinkan ahli bedah spinalis,
mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan
kompresi medulla dan radiks, laminektomi juga berarti eksisi
vertebra posterior dan umumnya dilakukan untuk
menghilangkan tekanan atau nyeri akibat HNP.
b.
Disektomi, adalah mengangkat fragmen herniasi atau keluar
dari diskus intervertebral.
c.
Laminotomi, adalah pembagian lamina vertebra.
d.
Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka
atau bank tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan
prosesus spinosus vertebra ; tujuan peleburan spinal adalah
untuk menjembatani diskus defektif untuk menstabilkan tulang
belakang dan mengurangi angka kekambuhan.
e.
Traksi lumbal yang bersifat intermitten.
f.
Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium
yang berguna untuk mempertahankan dan mengembalikan
tulang ke posisi semula.14
3. Fisioterapi
a. Immobilisasi
Immobilisasi dengan menggunakan traksi dan brace. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi pergerakan vertebra yang akan
memperparah HNP.
b. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang
dikaitkan pada katrol dan beban. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kestabilan vertebra servikalis.
17
c. Meredakan Nyeri
Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri.
Kompres hangat menimbulkan vasodilatasi sehingga tidak
terjadi kekakuan pada daerah vertebra.16
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Tirah baring (biasanya 2 minggu) pada alas yang keras atau datar.
b.
Imobilisasi dengan menggunakan kolar servikal, traksi servikal,
brace atau korset.
c.
Kompres lembab panas (untuk 10 sampai 20 menit diberikan pada
daerah belakang leher beberapa kali sehari untuk meningkatkan
aliran darah ke otak dan menolong relaksasi otot bagi klien yang
mengalami spasme otot).
d.
Anjurkan mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap
gerakan punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang.
Teknik yang benar adalah menjaga agar tulang belakang tetap
tegak, menekuk lutut dan menjaga berat badan tetap dekat dengan
tubuh untuk menggunakan otot-otot tungkai yang kuat dan
menghindari pemakaian otot-otot punggung.
e.
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
f.
Perawatan luka pada klien pasca operasi untuk mengurangi risiko
infeksi.14
Diit
11.
Komplikasi
18
2. Cedera medula spinalis
4. Parestese
5. Disfungsi seksual
12.
Prognosa
BAB III
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
19
Umur : 53 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
No.RM : 00-30-96-78
2. Anamnesa
Keluhan Utama
20
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
21
Riwayat penyakit Stroke (-)
Riwayat Psikososial :
Merokok (-)
Alkohol (-)
Jamu-jamuan (+)
Kopi (-)
3.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
GCS : 456
Nadi : 80x/menit
22
Suhu : 36,5C axilar
RR : 20 x/menit
TB : - cm
BB : - kg
Kepala :
Bentuk : Bulat
Mata : DBN
Leher
Deviasi Trakea :-
Nyeri Telan :-
Ekstremitas
23
Superior : Akral hangat +/+
+/+
Oedem -/-
-/ -
-/-
-/-
Kecerdasan : DBN
Pencerapan : DBN
Kemauan : DBN
Psikomotor : DBN
Ingatan : DBN
Status Neurologik
Keadaan umum
24
Kesadaran
Kwantitatif : 15 (4/5/6)
Pembicaraan
Disartria :-
Monoton :-
Scanning :-
Afasia :
Motorik :-
Sensorik :-
Amnestik/anomik :-
Kepala
Asimetris :-
Sikap paksa :-
Tortikolis :-
Muka
Mask :-
Myopatik :-
Full Moon :-
25
Pemeriksaan Khusus
Kaku kuduk :-
Kernig :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Brudzinski III :-
Brudzinski IV :-
Tes provokasi :
Laseque Test :+
2. Saraf Otak
N. Cranialis : DBN
3333 5555 + ++
4. Refleks Fisiologis
26
Kanan Kiri
Ekstremitas atas
Postur tubuh Baik Baik
Kekuatan otot 5555 5555
Tonus otot
Normal Normal
Gerak involunter
Rigiditas (-) (-)
(-) (-)
Ekstremitas bawah
Postur tubuh Baik Baik
Kekuatan otot 3333 5555
Atrofi otot
normal normal
Tonus otot
Gerak involunter menurun Normal
(-) (-)
5. Refleks Patologis
Babinsky : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Gonda : -/-
27
Schaffer : -/-
Stransky : -/-
Rosolimo : -/-
Hoffman : -/-
Tromner : -/-
6.
Columna vertebralis
Kelainan lokal
Khyposis : (-)
Khyposkoliosis : (-)
7.
Sistem Vegetatif
Miksi : DBN
Defekasi : DBN
Pemeriksaan penunjang
28
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
Darah lengkap
Bun 28 7,8-20,23
29
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-
kadang dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis,
perubahan degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan
intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang
tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli
bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus
mana yang paling terkena.
30
adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu
tumor.
Diagnosis
Differential diagnosis
Neoplasma
Spondilitis TB
Osteoporosis
Terapi
Non-medikamentosa
Fisioterapi : massase
Medikamentosa :
31
Asering 2 fl/hari
Ketorolac 3x1
Ranitidin 2x50 mg
Santagesik 3x1gram
Per Oral
Amitriptilin 25 2x1/2
Prognosis
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
menegakan diagnosa tersebut maka membutuh kan pemeriksaan fisik dan
penunjang .
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium.
2. Pemeriksaan radiologi.
a. Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru.
Abses dingin tampak sebagai suatu bayangan yang berbentuk spindle.
34
Pemeriksaan fisik :
a. Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada apa-apa dan tidak
menjadi suatu masalah sampai beberapa bulan. Nyeri akut biasanya
ditimbulkan dari aktivitas tidak sesuai.
c. Referred pain:
2) Paha (L1)
6) Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)
7) Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral bagian posterior kaki
(S1)
35
pada umumnya disebabkan oleh ketetatan jaringan lunak lebih dari spasm
atau nyeri.
g. Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot abdominal dan otot gluteal.
Kelemahan mungkin terjadi karena adanya penekanan pada akar saraf
myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang mengalami nyeri menjalar
biasanya lebih lemah dibandingkan dengan tungkai satunya.
Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna
untuk menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk
foramina intervertebralis dan facet joint, menunjukkan spondilosis,
spondiloarthrosis, retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis. Stenosis
spinalis centralis atau stenosis recessus lateralis tidak dapat ditentukan
dengan metode ini.
36
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mendiagnosis semua
tipe tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan
gambaran ruang dan kontras pada struktur medula spinalis dimana
gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang lain.
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan
pembesaran foramen intervertebralis. Lesi intra medular yang
memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak berlekuk-lekuk
(scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak
interpendikular.
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT.
tumor intradural- ekstramedular memberikan gambaran filling defect
yang berbentuk bulat pada pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular
menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula spinalis.
Sesuai gambaran khinis HNP yaitu anamesis yang khas sering
mengangkat benda berat, jatuh dari jembatan dalam posisi duduk . timbul
low back pain dengan atau tanpa iskialgia- yaitu nyeri yang menjalar ke
tungkai bawah mengikuti distribusi nervus iskiadikus. Rasa nyeri
bertambah bila buat berjalan, buat duduk atau mengejan. Sedangkan pada
pemeriksaan fisik lasegue +, hasil pemeriksaan lab dalam batas normal,
foto rontangen di dapat penyempitan ruang intervertebral. Terapi
medikamentosa di rs : Asering 2 fl/hari, Ketorolac 3x1, Ranitidin 2x50 mg,
Santagesik 3x1gram .Per Oral : Diazepam 2mg 2x1, Amitriptilin 25
2x1/2 . Teori 1. Perawatan non farmakologis Bet Rest mutlak di tempat
tidur 2. Perawatan farmakologi pemberian obat analgesik obat-obatan
NSAID, obat- obatan pemelas otot (muscle relaxant ), penenang minor
atau major bila di perlukan.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
5. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta :
EGC, 2000.
9. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal
133-148
10. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia
Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia.
2012. Hal 749-751.
11. Price, Sylvia Anderson . 2003 . Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit . Jakarta : EGC
39
16. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC,
1998.
40