Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PEMETAAN DIGITAL

Disusun oleh :

IMROATUN HASANAH
2013510024
Dosen Pembimbing :
DWI ARINI.ST

Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Padang
2015/2016
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas segala

nikmat dan Karunia-Nya sehingga Makalah PEMETAAN DIGITAL ini dapat diselsaikan

tepat pada waktunya, dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak

yang telah membantu mempermudah kami dalam menyusun dan mengetik makalah ini.

Untuk menyempurnakan makalah berikutnya kritik dan saranya kami harapkan dari

semua pihak yang membaca karena kami sadar masih banyak kekurangan baik dalam

penulisa atau kata-kata yang kurang sesuai. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita

semua khususnya mahasiswa teknik Geodesi .

Padang ,8 januari 2016

IMROATUN HASANAH
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis serta
standard dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau
beberapa titik dalam ruang (Abidin, HA 2001).

Datum adalah suatu framework yang bisa mendefinisikan suatu sistem koordinat yang
mencakup ellipsoid dan parameter lainnya. Ada dua cara untuk menentukan datum dengan
cara tradisional yaitu dengan menggunakan 2 datum terdiri dari datum vertical dan darum
horizontal dan dengan cara modern yang berdasarkan pada beberapa titik yang sudah
terdefinisi..

Datum Vertikal digunakan sebagai acuan untuk arah vertikal (ketinggian). Sedangkan datum
horisontal digunakan sebagai referensi untuk posisi arah X dan Y yang didefinisikan dengan
menggunakan ellipsoid yang mendekati harga geoid dan titik asal.

Penentuan datum dengan cara modern berdasarkan pada titik titik yang sudah terdefinisi
biasanya menggunakan beberapa titik yang kemudian digunakan untuk mendefinisikan suatu
datum dihitung dalam bentuk Internasional Terrestrial Reference Frame (ITRF) menjadi suatu
kerangka fiducial. Walaupun perhitungan koordinatnya dalam bentuk 3 dimensi, biasanya
yang diambil hanya komponen horisontalnya saja.

Dengan adanya teknologi GPS penggunaan datum yang geosentris sudah menjadi suatu
keharusan, sehingga semua koordinat harus dikonversikan kedalam datum ini. Dengan
pengkonversian ini penggunaan koordinat akan menjadi lebih mudah lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Acuan dan Kerangka Acuan

Sistem Acuan adalah sistem (termasuk teori, konsep diskripsi fisis dan geometris,
serta standar dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat. Datum untuk
pemetaan adalah suatu biding referensi(bisa direpresentasikan oleh sualu bidang, sekumpulan
parameter, ataupun suatu titik) yang digunakan sebagai acuan untuk pengolahan dun fan
perepresentasian informasi, Pendefinisian datum dapat bersifat lokal atau relatif dan dapat
bersifat absolut atau global.

Dalam penetapan datum harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kahar, J 2008):

1. Menetapkan ellipsoid putaran sebagai bidang acuan hitungan geodetic dengan menetapkan
setengah sumbu panjang a dan pegepengan f,

2. Menentukan koordinat awal (, , h)

3. Menentukan azimuth dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya,

4. Mengukur jarak dari titik datum ke titik jaringan geodetic lainnya itu,

Terestrial Reference System (TRS) didefinisikan sebagai tri-dimensi kerangka acuan


dan ikut berputar dengan bumi. Titik pangkal O letaknya dekat dengan geocenter dan 3
sumbu Ox, Oy dan Oz saling ortogonal satu sama lain. Ox Oy letaknya berada di bidang
ekuator dan arah sumbu Z adalah sumbu rotasi dekat dengan bumi (Conventional Terrestrial
System-CTS) dari pusat bumi ke arah Conventional International Origin (CIO), dan pusat
bumi sebagai titik pangkal system CTS. CIO adalah posisi kutub utara rata-rata bola langit
yang diamati dari tahun 1900 1905 yang ditetapkan dan tercantum dalam Resolusi No 19
IUGG pada General Assembly ke 14 di Zurich.

Sistem Referensi Celestrial Konvensional (CR) didefinisikan mirip dengan sistem terestrial
konvensional. Dalam CR, yang Sumbu Z dalam sistem ini sesuai dengan posisi sumbu
putaran Bumi pada awal 2000. Ini dikenal sebagai referensi standar zaman J2000.0 dimana J
mewakili Julian hari dan 2000.0 berarti 1 Januari di tengah malam (00:00:00) waktu universal
(UT) pada tahun itu.
ITRF 2008 merupakan refferensi terakhir yang telah di publikasikan yang telah di
akui hingga saat ini, seiring perkembangan waktu bukan tidak mungkin sistem refferensi
ITRS akan terus mengalami pembaruan (update) guna mendapatkan nilai yang lebih presisi,
ini semua di sebabkan karena adanya pergerakan lempeng bumi.
ITRF dapat diperbaharui secara terus-menerus. 11 realisasi dari ITRS didirikan dari
tahun 1988, yang terbaru adalah ITRF2008.
Internasional Terrestrial Reference System (ITRS) adalah sistem referensi spasial
dunia yang ikut berrotasi dengan Bumi dalam gerakan diurnal di ruang angkasa. IERS
bertugas untuk menyediakan referensi global untuk masyarakat astronomi, geodesi dan
geofisika, dan mengawasi realisasi ITRS. Realisasi dari ITRS diproduksi oleh IERS Pusat
Produk ITRS (ITRS-PC) di bawah nama ITRF. Koordinat ITRF diperoleh dengan kombinasi
solusi TRF dihitung oleh pusat analisis IERS menggunakan pengamatan teknik Space
Geodesi (GPS, VLBI, SLR, LLR dan Doris). Mereka semua menggunakan jaringan stasiun
yang terletak di seluruh bumi
Secara umum karakteristiknya :

1. Sistem geosentrik, dimana pusat massanya didefinisikan untuk seluruh bumi, termasuk lautan
dan atmosfer.
2. Satuan panjang yang digunakan adalah meter.
3. Sumbu-Z mengarah ke kutub CTP yang dinamakan IRP (IERS Reference Pole).
4. Sumbu-X berada dalam bidang meredian Greenwich yang dinamakan IRM (IERS Reference
Meredian) dan terletak pada bidang ekuator bumi.
5. Sumbu-Y tegak lurus dengan sumbu-sumbu X dan Z dan membentuk system koordinat
tangan kanan.
6. Evolusi waktu dari orientasi sistem koordinat dipastikan dengan menerapkan kondisi no net-
rotation dalam konteks pergerakan tektonik (horizontal) untuk seluruh permukaan bumi.

Saat ini ada empat teknik geodesi utama yang digunakan untuk menghitung koordinat
akurat yaitu GPS, VLBI, SLR, dan Doris. Dengan dilengkapi instrumen yang mendukung
teknik tersebut dan data yang meningkat secara periodik dari waktu ke waktu.
Gambar : Internasional Terrentrial Reference system.
2.2 Datum Geodetik

Pekerjaan pemetaan telah dilakukan oleh Indonesia sejak dulu berdasarkan pada
datum lokal, seperti datum Batavia (gn. Genuk), datum Gn. Sagara dan Datum Indonesia
1974. Saat ini semua pekerjaan pemetaan telah menggunakan sistem kordinat yang baru,
yaitu berdasarkan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95). Datum Geodesi Nasional 1995
(DGN-95) yang merupakan referensi tunggal dalam pengelolaan (pengumpulan,
penyimpanan dan penggunaan) data geospasial pada strata lokal, regional, nasional bahkan
internasional. DGN-95 adalah datum geodesi yang geosentris dan diberlakukan untuk
keperluan survei dan pemetaan di seluruh wilayah NKRI. DGN-95 menggantikan datum yang
telah ada seperti Datum Indonesia 1974 (ID-74).

Spesifikasi DGN-95

Datum Geosentris

Koordinat Geodesi Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-95)

Universal Transvere Mercator(UTM)


Koordinat Grid/Peta

Kerangka Referensi International Tereseterial Reference Frame (ITRF)

Elipsoid World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84)

Sumbu semi mayor (a) 6.378.137,0 meter

Faktor Pegepengan (1/f) 298,2572223563

DGN-95 adalah sistem koordinat Indonesia, dimana sistem koordinat ini kompatibel dengan
GPS yang berbasiskan World Geodetic Sistem 1984 (WGS-84), DGN-95 merupakan datum
geosentris. Perbedaan datum DGN-95 dan ID-74 mengakibatkan pergeseran koordinat
berkisar 30 meter dan datum DGN-95 dengan datum Jakarta/Genuk, Sagara, Moncongloe
berkisar antara 200 meter (dalam komponen utara, timur). Untuk merubah koordinat dari satu
sistem ke sistem diperlukan transformasi.

2.3 Datum Vertikal

Penyatuan datum vertikal untuk seluruh wilayah Indonesia yang merupakan negara
kepulauan belum bisa diwujudkan, karena belum ada data yang memadai. Dengan adanya hal
tersebut JKV nasional orde nol belum dapat dilaksanakan. Bakosurtanal sebagai Instansi yang
berwenang dalam survei dan pemetaan telah menyelenggarakan JKV di sejumlah pulau di
Indonesia yaitu:

1. Pulau Jawa JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di Tanjung Priok Jakarta dan
Tanjung Perak Surabaya;

2. Pulau Madura: JKV orde satu dengan datum vertikal pengukuran trigonometri dari
TTG.1751 di Pulau Jawa ke TTG. 1030 di Pulau Madura;

3. Pulau Bali: JKV orde satu dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
pelabuhanBenoa;

4. Pulau Lombok: JKV orde satu dengan datum vertikal MLR di stasiun pasut Lembar Pulau
Lombok;

5. Pulau Sumatera: JKV orde dua dengan datum vertikal rerata MLR di stasiun pasut
Malahayati Nangro Aceh, stasiun pasut Sibolga, stasiun pasut Telukbayur Padang, stasiun
pasut Bengkulu, stasiun pasut Dumai, dan stasiun pasut Panjang;

6. Pulau Sulawesi: Sulawesi Selatan, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR di stasiun
pasut Ujungpandang, Mamuju dan Palopo. Sulawesi Utara, JKV orde dua dengan datum
vertikal rerata MLR stasiun pasut Bitung. Sulawesi Tenggara, JKV orde dua dengan datum
vertikal rerata MLR di stasiun pasut pelabuhan Kendari;

7. Pulau Kalimantan: Kalimantan Barat, JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun
pasut Jungkat, Pontianak;
8. Pulau Ambon: JKV orde dua dengan datum vertikal MLR stasiun pasut pelabuhan Ambon;

9. Pulau Seram: JKV orde dua dengan datum vertikal Tinggi Elipsoid dikurangi Undulasi dari
data gayaberat global.

Dalam kondisi tidak memungkinkan penetapan datum vertikal dengan metode ideal, seperti
tersebut di atas, maka penetapan datum vertikal dapat ditempuh melalui pendekatan dengan
teknik tertentu sehingga dapat diperoleh tinggi titik datum yang mendekati dengan tinggi
terhadap geoid.

2.4 kerangka acuan

Kerangka acuan adalah suatu perspektif dari mana suatu sistem diamati. Terdapat dua
jenis kerangka acuan, yaitu: kerangka acuan inersia dan non-inersia. Jenis yang pertama
adalah jenis kerangka acuan yang telah diisyaratkan oleh prinsip relativitas Newtonian

A. Kerangka acuan inersia

Suatu kerangka acuan inersia bertranslasi dengan suatu kecepatan konstan, yang berarti
kerangka acuan itu tidak berotasi (hanya bertranslasi) dan pusat koordinatnya bergerak
dengan kecepatan konstan di sepanjang sebuah garis lurus (dengan kecepatan tetap, tanpa
adanya komponen percepatan). Dalam kerangka acuan inersia, berlaku hukum pertama
Newton (inersia) dan juga hukum gerak Newton.

B. Kerangka acuan non-inersia

Hukum pertama Newton tidak berlaku dalam kerangka acuan non-inersial, yang terlihat
dengan adanya percepatan pada obyek tanpa adanya gaya yang menyebabkannya dalam
kerangka acuan tersebut. Kecepatan konstan saja tidak cukup untuk membuat suatu kerangka
acuan menjadi kerangka acuan inersia, ia juga harus bergerak dalam garis lurus. Gerak
berputar atau melengkung akan menyebabkan kerangka acuan tidak lagi menjadi inersia
dikarenakan munculnya percepatan sentripetal.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 kesimpulan

Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis serta
standard dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau
beberapa titik dalam ruang (Abidin, HA 2001). Datum adalah suatu framework yang bisa
mendefinisikan suatu sistem koordinat yang mencakup ellipsoid dan parameter lainnya. Ada dua cara
untuk menentukan datum dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan 2 datum terdiri dari
datum vertical dan darum horizontal dan dengan cara modern yang berdasarkan pada beberapa titik
yang sudah terdefinisi..

DAFTAR PUSTAKA
http://yudiyo19.blogspot.co.id/2013/10/pengenalan-geodesi-dan-perkembangannya.html
SNI 19-6988-2004, Jaring kontrol vertikal dengan metode sipatdatar, Badan Standardisasi
Nasional 2004

http://blogs.itb.ac.id/dadanramdani/2011/09/17/referensi-geodesi/
Abidin HA, Geodesi Satelit, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2001, ISBN 979 408 462 X

Anda mungkin juga menyukai