Anda di halaman 1dari 16

Navigasi laut

Navigasi laut adalah sejumlah teknik dan peralatan yang digunakan dalam melakukan
perjalanan atau aktivitas di laut, navigasi yang banyak dipakai dalam perjalanan di laut adalah
kompas, peta dan GPS. Laut merupakan tempat trasportasi yang sangat popular pada masa abad
pertengahan, yakni antara abad ke-15 sampai abad ke-16. Penggunaan alat navigasi laut
diperuntukan bagi para pelaut yang akan menuju suatu tempat dengan menggunakan laut sebagai
jalan trasportasi mereka, penggunaan Kompas disini berperan sebagai alat penunjuk arah bagi
para pelaut sedangkan peta digunakan sebagai penunjuk jalan dan dipakai untuk mengetahui
medan yang akan dilalui. Navigasi laut ini hampir sama dengan navigasi darat maupun navigasi
sugngai karena semua model alat navigasi pada umunya memeliki fungsi yang sama yakni
digunakan untuk membantu manusia dalam menemukan atau sebagai petunjuk arah perjalanan
mereka.
Navigasi laut banyak dipakai di kapal laut sebagai sarana pengaman dan sebagai alat
penunjuk jalan maupun alat komunkasi ketika berada di tengah hamparan laut, banyak kapal-
kapal yang menggunakan alat navigasi laut seperti kompas, peta, rada maupun GPS sebagai
sarana alat bantu mereka ketika mengarungi lautan lepas

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan saat ini mengalami perkembangan yang pesat, perkembangan tersebut
mulai dari perkembagan pola pikir manusia hingga manusia mampu menciptakan suatu alat yang
dapat digunakan untuk memudahkan kerja manusia dan mampu menggantikan peran manusia.
Hasil dari pemikiran manusia ini memungkinkan manusia untuk menemukan terobosan baru
dalam bidang ilmu pengetahuan, salah satu ilmu pengetahuan yang diciptakan dari hasil
pemikiran manusia adalah penemuan mengenai alat navigasi.Pengertian dari alat navigasi adalah
sebuah alat yang digunakan untuk menentukan arah dalam dunia maretime, selain itunavigasi
tidak akan berkembang tanpa adanya teknologi yang diciptakan manusia Teknologi sendiri
berkembang secara universal dalam artefak sejarah menunjukkan perkembangan teknologi yang
intensif telah terjadi ribuan tahun yang lalu, perkembangan sains dan teknologi sendiri mengikuti
evolusi struktur.
Teknologi navigsi dikembangkan oleh manusia dari yang pada awalnya manusia
menggunakan ilmu perbitangan kemudian berlanjut menjadi alat seperti kompas kemudian
seiring perkembagnan zaman manusia menciptakan peta, radar dan GPS. Navigasi dibedakan
menjadi navigasi darat, navigasi udara dan navigasi laut. Prinsip kerja Navigasi darat adalah cara
menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada
di medan sebenarnya yang diproyeksikan pada peta, Kompas, serta GPS. Kemudian Navigasi
laut adalah sejumlah teknik dan peralatan yang digunakan dalam melakukan perjalanan atau
aktivitas di laut, navigasi yang banyak dipakai dalam perjalanan di laut adalah kompas, peta dan
GPS. Laut merupakan tempat trasportasi yang sangat popular pada masa abad pertengahan, yakni
antara abad ke-15 sampai abad ke-16. Selain itu navigasi udara juga menggunakan GPS dan
radar sebagai alat navigasi, alat ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi alat trasnportasi
udara karena trasportasi udara tanpa adanya alat navigasi GPS dan radar maka trasnportsi itu
tidak akan bisa untuk digunakan
http://sejarahanda.blogspot.co.id/2012/04/teknologi-navigasi-dan-
perkembangannya.html

Bagi para pencari ikan GPS adalah alat yang menakjubkan yang mengambil,
menghilangkan kesulitan untuk menemukan/menangkap ikan. Ada berbagai macam
GPS pencari ikan hari ini. Internet merupakan tempat yang tepat untuk memulai
mencari informasi. Beberapa situs akan memiliki informasi umum mengenai
perangkat inovatif, yang lainnya akan memiliki rincian mengenai model tersedia
secara komersial. Anda dapat memeriksa fitur serta fungsi dan apa yang akan
mereka beli untuk meningkatkan peluang sukses memancing. Berikut adalah
ringkasan dari beberapa mode terkenal:

1) Hummingbird 383c Combo Fish Finder GPS.

Pencari ikan ini memiliki GPS built-in resolusi UniMap mil laut dari USA
daratan danau, sungai dan wilayah pesisir. Selain itu, fitur kunci mencakup banyak
paket di dalamnya seperti penerima 16 saluran WAAS GPS internal dengan antena
omni-directional untuk kinerja yang lebih tinggi. Model ini memberikan pembacaan
temperatur air yang akurat dan dapat didesain untuk kedua lingkungan air laut dan
segar.
Selain itu juga dapat membekukan bingkai segera; berhenti menampilkan
memungkinkan lebih banyak waktu untuk memeriksa rincian. desain yang kompak
adalah sempurna jika ada cukup ruang di kapal Anda. Selain itu, pencari ikan ini
GPS dapat dengan mudah dipasang pada ruang mounting di perahu. Model ini yang
memiliki sonar DualBeam PLUS, yang memberikan jangkauan yang lebih luas dari
bagian bawah. Hal ini juga membuat pekerjaan jauh lebih mudah mencari ikan
dengan built in zoom yang disesuaikan pada tingkat tampilannya.
2) FishElite Eagle Ikan Finder GPS 500c.

Model ini merupakan pilihan populer untuk pencari ikan GPS. Memiliki
kualitas tinggi sangat cerah dan 256 warna layar LCD. Selanjutnya adalah combo
ukuran penuh 200 kHz sonar dan GPS pemetaan dan WAAS dengan 256 warna,
sinar matahari-dapat dilihat 320Vx240H pixel. Apa yang hebat tentang mode ini
adalah bahwa ia menawarkan definisi tinggi untuk membantu Anda
mengidentifikasi apa yang Anda cari. Bahkan, pencari ikan GPS dapat
mengungkapkan warna ikan tersembunyi di bawah air. Hal ini juga dilengkapi
dengan sebuah sensor kecepatan ping opsional dan disesuaikan dengan HyperScroll
otomatis untuk menunjukkan target ikan pada kecepatan kapal yang lebih tinggi.
sistem GPS finder juga dilengkapi dengan built-in sensor suhu di transduser,
memperbesar pelacakan bawah dan mudah memperbesar dan memperkecil kontrol
serta dan menonaktifkan alarm sonar. Model ini juga dilengkapi dengan peta pra-
instal dari benua Amerika dan hawai.
.

o Keuntungan dan Kerugian dari GPS.

Keuntungan GPS
Kelebihan GPS untuk Navigasi laut, udara dan darat adalah untuk
menentukan posisi,pemetaan,penunjuk arah target yang dituju dan lain-lain.
Salah satu contoh: aplikasi GPS dibidang militer pada umumnya dapat dibagi
menjadi beberapa bagian misalnya, pemetaan (penentuan posisi titik-titik
target terutama pada masalah topografi angkatan darat, pencitraan, foto
udara, dan beberapa analisis spasial yang ditujukan untuk mendukung
perencanaan operasi), navigasi, tracking (monitoring atau pemantauan),
atau bahkan sebagai tools penuntun posisi-posisi sasaran peluru kendali,
Rover, UAV, dan AUV. Navigasi sering kali dilakukan oleh personel militer
yang sedang menempuh perjalanan dari suatu tempat ke tempat-tempat lain
yang menjadi targetnya. Oleh karena itu, dengan mengkombinasikan peta,
kompas, dan GPS (receiver), maka proses navigasi menjadi lebih mudah dan
menyenangkan bagi siapapun. Demikian pula bagi personel militer yang
bergerak dengan menggunakan platform (kendaraan), bila menggunakan
peta (terutama dijital) dan GPS (receiver), navigasinya menjadi jauh lebih
mudah, menyenangkan, dan cepat.
Kekurangan GPS
Penggunaan GPS untuk mengetahui posisi yang mengandalkan setidaknya
tiga satelit ini tidak selamanya akurat. Terkadang, dibutuhkan satu satelit
untuk memperbaiki sinyal yang diterima. kemudian ketidak akuratan posisi
yang ditunjukkan. GPS ini dipengaruhi oleh posisi satelit yang berubah dan
adanya proses sinyal yang ditunda. Kecepatan sinyal GPS ini juga seringkali
berubah karena dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang ada. Selain itu,
sinyal GPS juga mudah terifensi dengan gelombang electromagnetic lainnya.

http://aqjailan.blogspot.co.id/2014/01/gps-global-positioning-system-adalah.html
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara maritim yang dua per tiga wilayahnya terdiri dari laut dengan luas kira-
kira 5.800.000 km2, berada pada posisi silang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Dalam pengelolaannya, perairan Indonesia dibagi dalam sembilan wilayah pengelolaan
perikanan dan kelautan dengan penamaan tertentu, misalnya Laut Banda, Laut Arafura, Laut
Sulu, Laut Jawa dan seterusnya. Setiap area perairan tersebut mempunyai karakter yang berbeda
satu sama lainnya demikian pula perbedaan dengan laut wilayah subtropis. Hal ini ditentukan
oleh kondisi geografis masing-masing area perairan, pola arus, perubahan temperatur dan
salinitas, kedalaman air dan lain-lain. Kondisi keberagaman tofografis, kedalaman terlebih lagi
berada pada kawasan tropis mengakibatkan melimpahnya sumberdaya yang beragam pula.
Potensi sumberdaya laut di Indonesia sangatlah besar yang mencakup potensi sumberdaya hayati
dan non-hayati. Sumberdaya laut tersebut sampai sekarang belum secara maksimal dapat
dieksplorasi dan dieksploitasi selain minyak dan gas bumi pada sektor sumberdaya non hayati.
Demikian pula pada sektor sumberdaya hayati laut, eksplorasi dan eksploitasi terhadap ikan-ikan
laut dan sejenisnya membutuhkan kearifan disamping teknologi canggih namun tidak merusak
lingkungannya.
Untuk menunjang eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi akustik
bawah air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas dengan sebutan teknologi akustik
yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam dunia navigasi disebut Sonar
atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan fungsi, Sonar atau Echo sounder pada
teknologi navigasi dapat disetarakan dengan penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di
permukaan air.
Secara teoritis Akustik (acoustic) adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di
suatu medium. Akustik yang dibahas disini mediumnya adalah air dan jenis peralatan akustik
yang dibahas disini adalah Sonar dan Echo Sounder.

http://msp11035nanda.blogspot.co.id/2013/04/sistem-informasi-sumberdaya-
perairan_7077.html

APLIKASI GPS UNTUK SURVEI PEMETAAN LAUT

Sesuai dengan tujuan pembangunannya, teknologi satelit navigasi GPS telah menjadi satu
teknologi yang relatif mudah dan murah untuk mewujudkan posisi geografis dan waktu.
Walaupun, tentu ada suatu keterbatasan antara biaya yang diinvestasikan dengan ketelitian
(presisi, precision, internal accuracy) dan ketepatan (akurasi, accuracy, reliability) yang akan
diperoleh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil survai GPS terutama adalah jenis
peralatan dan metoda pengukuran serta metoda pengolahan data yang digunakan.

Peralatan penerima sinyal GPS (receiver) bervariasi dari kelas rakitan sendiri, kelas
navigasi dengan ketelitian 20 meteran, sampai kelas geodetik yang mampu mengukur sampai
ketelitian milimeter. Variasi receiver ini terutama berkaitan dengan jenis jam atom (clock) yang
dipakai dan jenis data (kode dan gelombang pembawa) yang bisa direkam.

Dari sisi metoda pengukuran dapat dibedakan antara metoda pengukuran statik dengan
pengukuran kinematik. Metoda pengukuran statik mengasumsikan bahwa antenna receiver tidak
bergerak terhadap kerangka referensi, sedangkan metoda pengukuran kinematik menggunakan
asumsi bahwa antena receiver bergerak terhadap titik referensi. Sedangkan dari sisi metoda
pengolahan data, dapat dibedakan antara pengolahan satu titik (single point positioning SPS,
absolute positioning) dan pengolahan baseline (differential positioning, relative positioning)
tunggal maupun dalam bentuk jaring.

Berdasarkan variasi-variasi kemungkinan penggunaan teknologi di atas, dapat diurutkan


sejumlah kemungkinan aplikasi GPS mulai dari yang paling teliti (dan paling mahal) untuk
keperluan ilmiah sampai yang paling seadanya (dan paling murah) untuk keperluan hiburan.
Dalam rangka pembangunan informasi spasial, GPS dapat berperan mulai dari realisasi referensi
koordinat dengan survai yang sangat teliti sampai pada kegiatan pematokan yang merupakan
aplikasi hasil analisis informasi spasial.

Salah satu kegunaan GPS untuk umum adalah Studi oseanografi dengan GPS buoy
system digunakan diantaranya untuk penentuan pasut lepas pantai, pasut pantai, studi pola arus,
tsunami EWS, dan lain-lain. GPS mampu memberikan ketelitian posisi sampai dengan ketelitian
sentimeter bahkan milimeter. Untuk mencapai ketelitian yang tinggi dengan menggunakan GPS
dalam studi GPS Buoy digunakan metoda kinematik diferensial baik itu secara real time (RTK)
maupun cinematic post processing. Untuk beberapa kasus biasa digunakan Differential GPS
(DGPS).

A. STUDI SISTEM GPS BUOY

GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan
satelit yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca,
serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti,
dan juga informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia (Abidin,
1995). Teknologi GPS mulai dikembangkan sekitar tahun 70-an oleh pihak militer
Amerika Serikat melalui Departemen pertahanan USA yang digunakan untuk
kepentingan militer negaranya. Seiring dengan perkembangan system ini, GPS
telah digunakan secara luas di pelbagai bidang di luar kepentingan militer, dan
dikembangkan tidak hanya di negara Amerika Serikat saja, melainkan di seluruh
dunia.

Pada lingkup penelitian, GPS dapat digunakan untuk studi Geodinamika,


deformasi, studi oseanografi, dan lain-lain. Salah satu hal yang menarik dari
penggunaan GPS ini dalam keperluan oseanografi yaitu GPS Buoy System. GPS
buoy System digunakan diantaranya untuk penentuan pasut lepas pantai, pasut
pantai, studi pola arus, Tsunami EWS, dan lain-lain. GPS mampu memberikan
ketelitian posisi sampai dengan ketelitian sentimeter bahkan milimeter. Untuk
mencapai ketelitian yang tinggi dengan menggunakan GPS dalam studi GPS
Buoy digunakan metoda kinematik diferensial baik itu secara real time (RTK)
maupun kinematic post processing. Untuk beberapa kasus biasa digunakan
Differential GPS (DGPS).

B. KONSEP DARI GPS BUOY

Konsep dari GPS buoy System yaitu menyimpan receiver GPS dan
antenna ketika pada saat pengamatan pada sebuah pelampung. Dengan
menggunakan metoda diferensial, yaitu satu receiver GPS berada pada pelampung
dan satu lagi di titik referensi (di darat) yang letaknya beberapa kilometer dari
buoy, kemudian (untuk kasus real time) titik referensi tersebut memberikan
koreksi ke receiver di Buoy, maka posisi teliti dari Buoy dapat ditentukan.

Ketelitian dari posisi Buoy sangat bergantung pada system dan desain
pengukuran, selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum buoy di
coba. Kriteria utama untuk pengukuran GPS buoy yaitu menentukan syarat
ketelitian posisi buoy dan peralatan yang menghasilkan data yang bagus untuk
ketelitian yang diinginkan. Dari hal tersebut memunculkan pertanyaan Receiver
GPS jenis apa yang harus digunakan, bagaimana metode pengambilan datanya,
dan bagaimana cara mengolah datanya. Tipe Receiver GPS sangat penting dalam
pengukuran ini karena receiver ini lah yang menghasilkan data untuk diolah,
demikian juga ketelitian pengukuran akan bergantung pada bagaimana strategi
pengambilan dan pengolahan datanya. Sebagai contoh, jika ketelitian yang
diinginkan pada level sentimeter, maka GPS dual frequency dengan metoda
diferensial akan memenuhi sarat ketelitian yang diinginkan tersebut. Pada sisi
lain, jika ketelitian posisi yang diinginkan pada level 1-2 meter, maka kira-kira
Receiver GPS dual frequency dengan metoda DGPS akan memenuhi ketelitian
yang diinginkan.

Secara umum, untuk keperluan sistem GPS buoy, metode penentuan posisi
yang biasa digunakan adalah RTK (yang dapat memberikan ketelitian dalam level
sentimeter secara real time), kinematik diferensial post procesing apabila kita
tidak memerlukan data real time (contoh pemodelan pasut), atau metode DGPS
apabila untuk kasus-kasus tertentu hanya diperlukan ketelitian dalam level 1-2
meter saja.

C. TEKNIK PENENTUAN POSISI PADA SISTEM GPS BUOY

Seperti yang telah disebutkan si atas untuk GPS Buoy, metode penentuan
posisinya bisa RTK (Real Time Kinematic), kinematik diferensial post
proccesing, dan bisa juga DGPS (Differential Global Positioning System),
tergantung kebutuhannya.

Sistem RTK (Real Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah
umum digunakan untuk Penentuan posisi real time secara diferensial yang
menggunakan data fase. Sistem ini umumnya digunakan untuk Penentuan posisi
obyek-obyek yang bergerak. Untuk merealisasikan tuntuan real-time nya, maka
monitor station harus mengirimkan koreksi diferensial (fase) ke pengguna secara
real time dengan menggunakan system komunikasi data tertentu.

Sistem kinematik diferensial post processing prinsipnya sama dengan


RTK, hanya beda dalam hal sisi real time-nya. Pada sistem kinematik diferensial
post processing sesuai dengan namanya (post processing) maka data dikumpulkan
terlebih dahulu untuk kemudian diolah (secara manual) menggunakan software
pengolahan data GPS.

Sistem DGPS adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk
Penentuan posisi real time secara diferensial yang menggunakan data
pseudorange. Sistem ini umumnya juga digunakan untuk penentuan posisi obyek-
obyek yang bergerak. Untuk merelisasikan tuntuan real-time nya, maka monitor
station harus mengirimkan koreksi diferensial ke pengguna secara real time
dengan menggunakan system komunikasi data tertentu. Koreksi diferensial ini
dapat berupa koreksi jarak (pseudorange) maupun koreksi koordinat. Dalam hal
ini, yang umum digunakan adalah koreksi pseudorange. Koreksi koordinat jarang
digunakan, karena koreksi ini menuntut bahwa stasiun referensi pengirim koreksi
serta pengamat mengamati satelit-satelit yang sama, dimana hal ini tidak selalu
dapat direalisasikan dalam operasional lapangannya.

D. FAKTOR PENGARUH KESALAHAN SIGNIFIKAN PADA SISTEM GPS


BUOY

Kesalahan yang cukup signifikan pada GPS Buoy, salah satunya adalah
efek ayunan antena. Efek ayunan antena merupakan kesalahan tinggi yang
diakibatklan perubahan-perubahan posisi antena relatif terhadap permukaan laut.
Untuk memperoleh tinggi muka air laut yang benar atau diasumsikan benar maka
data sudut ayunan antenna harus diperoleh bersamaan dengan saat-saat
pengamatan GPS dilakukan. Untuk menangani kesalahan ini maka alat GPS dapat
ditambahkan dengan komponen lain yaitu tilt meter, atau GPS Buoy disusun oleh
Receiver GPS lebih dari satu.

Dalam perjalanannya dari satelit GPS ke receiver pengamat, sinyal GPS


akan dipengaruhi oleh beberapa kesalahan dan bias. Pada dasarnya kesalahan dan
bias GPS dapat dikelompokan atas kesalahan dan bias yang terkait dengan satelit
(berupa kesalahan jam satelit, ephemeris, dan selective availability), medium
propagasi (berupa bias ionosfer dan bias troposfer ), Receiver GPS (meliputi
kesalahan jam receiver, kesalahan yang terkait dengan antenna, dan noise), data
pengamatan (seperti ambiguitas fase dan cycle slip), dan lingkungan sekitar
receiver gps (multipath dan imaging). Terkait dengan sistem GPS Buoy, hal yang
dapat mencolok dari jenis kesalahan dan bias ini (termasuk dalam kesalahan
signifikan) adalah kesalahan multipath, karena air (laut) bersifat reflektif. Untuk
menangani kesalahan multipath ini maka alat antena GPS disusun sedemikian
rupa sehingga dapat menangkal efek multipath tersebut.

E. APLIKASI GPS BUOY SYSTEM

Aplikasi dari GPS Buoy System yang sekarang ini banyak kita jumpai,
yaitu diantaranya untuk pengamatan pasut lepas pantai, pengamatan pasut pantai,
GPS Buoy untuk koreksi radar altimetry, penentuan pola arus laut, Tsunami EWS,
dan lain-lain.

Baru baru ini setelah terjadinya tsunami akibat gempa Aceh 2004, sistem GPS Buoy untuk
Tsunami EWS banyak diperbincangkan, kemudian setelah itu juga bahkan banyak dibangun
dibeberapa tempat sebagai bagian komponen system dari keseluruhan sistem EWS (Early
Warning System). GPS Buoy menurut hasil percobaan, dapat mendeteksi sinyal gelombang
tsunami yang muncul akibat terjadinya suatu gempa bumi di laut.

F. APLIKASI GPS BUOY PADA PENGAMATAN PASUT LEPAS PANTAI

Pengamatan pasang surut (pasut) laut umumnya dilakukan dipinggir pantai


dengan menggunakan palem pasut ataupun peralatan tide gaug lainnya. Patut
diingat disini bahwa karakteristik pasut yang diamati ditepi pantai umumnya
hanya valid untuk kawasan dengan radius tertentu dari titik pengamatan. Diluar
kawasan tersebut, seperti dilepas pantai, karakteristik pasut biasanya ditentukan
secara tidak langsung, yaitu dengan melakukan prediksi menggunakan cotidal
chart.
Dengan menggunakan GPS Buoy, pengamatan pasut dapat dilakukan
secara langsung. Dalam hal ini, satu receiver GPS ditempatkan di pelampung
yang dijangkarkan di dasar laut, dan satu reveiver lainnya ditempatkan di satu
titik (bench mark) dipinggir pantai. Pada metoda ini, GPS digunakan untuk
menentukan beda tinggi antara pelampung dengan benchmark tersebut dari waktu
kewaktu.

G. APLIKASI GPS BUOY PADA PENGAMATAN PASUT PANTAI

Pengamatan pasang surut dengan tide gaug biasanya dilakukan dalam


selang waktu tertentu (menit atau jam). Dalam selang waktu pengamatan tersebut
mungkin saja dapat terjadi kehilangan informasi dari komponen high frekuensi-
nya. GPS mampu mengamati posisi secara high rate (1 Hz), (posisi ditentukan
tiap detik) sehingga dapat mengakomodasi sinyal high frekuensi yang mungkin
ada di dalam komponen pasut yang akan kita amati, kemudian selanjutnya kita
buatkan bentuk model pasutnya.

Dengan menggunakan GPS Buoy dalam pengamatan pasut yang dapat


dilakukan secara high rate, dan bahkan secara real time, mungkin merupakan
keunggulan dari sistem GPS Buoy ini apabila dibandingkan dengan pengamatan
pasut biasa, atau setidaknya menjadi alat pelengkap (complementary) dari sistem
pengamatan pasut yang ada, sehingga pemodelan pasut nantinya yang akan kita
cari, akan lebih baik lagi kita dapatkan model akhirnya.

H. APLIKASI GPS BUOY UNTUK KOREKSI RADAR ALTIMETER

GPS Buoy dapat diaplikasikan untuk koreksi radar altimeter. Contohnya


dibawah ini adalah koreksi radar altimeter yang dilakukan di Crosica. Radar yang
akan dikoreksi/dikalibrasi yaitu TOPEX/Poseidon altimeter. Sejak februari 2000,
untuk setiap T/P overflight (seharian) sebuah GPS buoy berada pada track sekitar
10 km di lepas pantai. Perbandingan tinggi muka laut dengan GPS dan altimetry
menghasilkan kesalahan altimetry. Dengan adanya GPS Buoy ini maka kesalahan
nantinya dapat dikoreksi. Kontrol yang sistematik juga dilakukan dengan
pengukuran menggunakan 3 tide guage sebelum dan sesudah overflight.

Contoh kalibrasi absolut yang terdapat di croscia, disitu mereka bisa


melakukan perhitungan dengan GPS buoy dan membandingkannya dengan suatu
pendekatan klasik. Di dalam study tersebut, data GPS telah diperoleh dengan
receiver Sercel dan diolah dengan menggunakan software Geogenius, GDR dari
PODAAC digunakan untuk pengolahan data altimetry.

I. APLIKASI GPS BUOY UNTUK STUDI POLA ARUS LAUT

Sistem GPS Buoy dapat digunakan untuk menentukan pola arus laut di
suatu kawasan perairan. Caranya yaitu dengan menempatkan Receiver GPS pada
suatu buoy (alat pelampung) yang bergerak bebas, bersama dengan perangkat
pemancar data (transmiter) yang berfungsi mengirimkan data posisi. Karena
adanya arus laut maka pelampung yang membawa receiver GPS, dan transmiter
akan bergerak mengikuti arah pergerakan arus yang bersangkutan ( Ilustrasi dapat
dilihat pada gambar disamping.

Dengan menentukan posisi pelampung dari waktu ke waktu menggunakan


GPS, maka trajektori pelampung, yang mewakili arah pergerakan arus laut dalam
selang waktu tertentu dapat di ketahui. Untuk menentukan arah pergerakan arus
laut yang relatif teliti dan memadai untuk keperluan praktis, yaitu dengan orde
ketelitian posisi titik-titik sepanjang trajektori sebesar 1 5 meter, maka metoda
penentuan posisi secara diferensial dengan menggunakan data pseudorange dapat
digunakan. Seandainya ketelitian yang lebih tinggi diinginkan maka data fase-lah
yang harus digunakan.

J. GPS UNTUK MENGUKUR MUKA LAUT

Pemanfaatan teknologi Global Positioning System (GPS) untuk mengukur


tinggi muka laut, dinilai memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
teknologi lainnya. Sejumlah cara digunakan untuk mengukur tinggi muka laut. Di
antaranya dengan memanfaatkan satelit altimetri. Namun, altimetri ternyata
memiliki resolusi rendah sebab pengukuran dilakukan secara global. Apalagi jika
telah mendekati pantai maka ketelitiannya semakin berkurang.

Selain itu, pengukuran melalui stasiun pasang surut yang dilengkapi sumur
atau pipa yang terhubung ke laut. Pasang surut air dapat terukur melalui sensor
yang ada di dalam stasiun tersebut. Teknik ini memiliki keterbatasan karena hanya
mampu melakukan pengukuran di sekitar lokasi pasang surut saja.

Jika pengukuran tinggi muka laut di lokasi yang agak jauh dari pantai
maka ketelitiannya akan berkurang. Pasalnya kita harus membuat pemodelan lagi,
sedangkan seperti kita ketahui selama ini, pengkuran pasang surut air sifatnya
time dependent dan spatial dependent. Melalui penggunaan teknologi Global
Positioning System (GPS) ini, keterbatasan dari kedua teknik pengukuran dapat
tertutupi. Ini Karena GPS mampu mengukur baik di daerah pantai maupun di
bagian laut yang bergelombang sekalipun.

Meski demikian, isu yang paling penting sekarang adalah pembangunan


infrastruktur database yang lebih baik. Sebab, selama ini di Indonesia,
infrastruktur tak terbangun dengan baik. Pembangunan infrastruktur yang lebih
baik akan memberikan referensi untuk mengetahui tinggi muka laut lebih baik
pula. Selama ini memang ada stasiun pasang surut yang berada di sejumlah
wilayah tetapi setiap tempat itu memiliki karakter pasang surut yang berbeda.

Di samping itu, teknologi GPS memungkinkan untuk mencegah kerugian


negara dalam menentukan batas wilayah. Perbatasan wilayah laut suatu negara
biasanya ditentukan dengan menghitung garis pantai, berdasarkan air pasang yang
paling tinggi atau keadaan air yang paling surut, melalui stasiun pasang surut.

Padahal, stasiun tersebut kerap memiliki karakter yang berbeda-beda di


setiap wilayah. Akibatnya hasil pengukuran pun berbeda. Tak heran jika banyak
nelayan dari negara asing yang dengan tenangnya mengeruk kekayaan laut kita,
seakan dianggap wilayah laut negaranya.
http://itsukiaphie.blogspot.co.id/2010/12/aplikasi-gps-untuk-survei-pemetaan-
laut.html

Dalam dunia survei baik itu survei topografi maupun survei hidrografi tidak lepas yang namanya
datum survei dan parameter geodetiknya.

Parameter geodetik bisa dikatakan parameter yang dijadikan sebagai acuan untuk menentukan
suatu posisi di permukaan bumi.Penentuan parameter ini menjadi hal yang mendasar agar dalam
setiap penentuan posisi pada saat survei di lapangan menjadi seragam, sehingga memudahkan
dalam penggambaran dalam suatu peta ketinggian di darat maupun laut. Beberapa hal yang
terkait dengan penentuan parameter geodetik ini meliputi penentuan bentuk dan ukuran ellipsoid
sebagai bentuk matematis bumi; sistem proyeksi dari koordinat geodetik (bumi) ke koordinat
bidang datar (peta); dan penentuan titik tengah meridian.Ellipsoid yang digunakan pada
pekerjaan ini adalah WGS-84 yang sudah terdefinisi dalam alat ukur GPS dan bersifat global.
Biasanya Sistem proyeksi yang digunakan adalah proyeksi Universal Transverse Mercator
(UTM). Sistem proyeksi UTM ini bersifat global sehingga untuk menentukan posisi di
permukaan bumi harus mengikuti sistim zoning yang sudah terdefinisi. Sistem zoning pada
proyeksi UTM terdiri dari 60 zone masing-masing selebar 60 meridian.

A. Datum horizontal

Datum horizontal merupakan titik referensi yang dijadikan acuan posisi. Sistem penentuan posisi
menggunakan metode Differensial GPS. Global Position System (GPS) adalah teknologi yang
telah berkembang, yang dapat menentukan posisi dengan akurat dan fleksibel terutama untuk
navigasi, survei dan GIS.GPS NAVSTAR (Navigation Satellite Timing and Ranging Global
Positioning System) adalah navigasi berbasis satelit, waktu dan posisi.GPS memberikan posisi
tiga-dimensi selama 24 jam sehari di seluruh dunia secara terus menerus. Teknologi ini
bermanfaat bagi pengguna GPS untuk memperoleh data yang akurat untuk navigasi dengan
akurasi sekitar 10 meter, untuk pemetaan dengan akurasi dalam meter sampai milimeter dengan
metode penentuan posisi menggunakan GPS geodetik. Teknologi GPS memiliki sejumlah
aplikasi untuk pengumpulan data GIS, survei, dan pemetaan.
Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan posisi pada titik kontrol dan penentuan
posisi di laut dan sungai.Metodenya adalah static positioning dan kinematic positioning.Static
positioning digunakan untuk survey pengikatan suatu posisi dan kinematic positioning biasanya
untuk navigasi. Dalam static positioning, receiver GPS tidak bergerak (diam) pada satu lokasi
pengamatan dan untuk kinematic positioning, terdiri dari 2 receiver yaitu satu receiver disebut
sebagai monitor atau base, receiver keduadikenalsebagai rover ,yang pindah jalur untuk posisi.

Geodetic GPS Trimble 5700 Ssi dengan double frekwensi (L2) digunakan untuk menentukan
posisi titik Kontrol Horizontal dengan metode static positioning secara differensial. Untuk
membantu sistem navigasi dan untuk penentuan posisi titik fix sounding di kapal menggunakan
metodekinematic position dengan tambahan receiver base di darat dan position data link (untuk
mentransferkan posisi dari base ke rover di perahu secara real time).

Tabel Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline GPS (Abidin, A. Z., 2007)
B. Datum vertikal

Datum vertikal merupakan sebuah titik yang dijadikan sebagai acuan untuk penentuan ketinggian
titik lainnya (dengan orde yang lebih rendah). Pengukuran titik kontrol vertikal dilakukan dengan
menentukan perbedaan tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi ketinggian yang sama.
Penentuan ketinggian titik dilakukan dengan pengukuran sipat datar, menggunakan peralatan
waterpas yang mengacu pada suatu bidang nivo (tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai
potensial gaya berat yang sama). Alat waterpas yang digunakan adalah Leica Sprinter 100 M.

Tahapan pengukuran menggunakan metode sipat datar adalah sebagai berikut:

Sebelum dan sesudah pengukuran dilakukan pengamatan garis bidik;

Setiap seksi diukur pulang pergi;

Jarak alat ke rambu berkisar antara 5 40 meter;

Tinggi bacaan rambu antara 0.5 sampai 2.5 meter;

Jumlah slag setiap seksi genap;

Perpindahan rambu sistem loncat (Gambar 8);

Pengukuran dilakukan dengan doublestand;

Alat ditempatkan di antara dua rambu, jika memungkinkan jarak ke rambu belakang
dibuat sama dengan jarak ke rambu muka;

Pada stand satu dibaca bacaan benang tengah (BT), benang atas (BA) dan benang bawah
(BB);

Pada stand dua hanya dibaca bacaan BT-nya saja


Ketinggian ortometrik terdefinisi sebagai ketinggian terhadap bidang permukaan air rata-rata
(MSL). Oleh karena itu diperlukan pengikatan ketinggian dari titik kontrol terhadap stasiun
pengamatan pasang surut air laut, dalam hal ini terhadap nol stasiun pengamatan tinggi muka air.

https://firmans08.wordpress.com/2014/02/05/parameter-geodetik-dan-datum-survei/

Anda mungkin juga menyukai