S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI BANGSAL
ANGGREK RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
DI SUSUN OLEH:
MOH. HIDAYAT (24.16.0950)
SUMARTINI (24.16.0951)
HASNIA FAUZIYAH (24.16.0952)
SIVTA RIZKY TRISNANINGSIH (24.16.0953)
NI KADEK ARPINI (24. 16. 0954)
HALAMAN PENGESAHAN
TelahdisahkanPresentasi Kasus dan Jurnal pada An.S dengan DHFdi Ruang
Anggrek RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen guna memenuhi tugas kelompok
Stase Keperawatan Anak program pendidikan profesi Ners STIKes Surya Global
Yogyakarta tahun 2016.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, 2005).Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak.Penyakit ini
juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.Anak-anak dengan DHF
umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai dengan
kemerahan wajah dan gejala konstitusional non-spesifik yang menyerupai DF,
seperti anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot atau tulang dan sendi
(WHO, 1999).
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.
Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784,
sedangkan di Amerika Selatan wabah itu muncul diantara tahun 1830 1870. Di
Afrika wabah demam dengue hebat terjadi pada tahun 1871 1873 dan di
Amerika Serikat pada tahun 1922 terjadi wabah demam dengue dengan 2 juta
penderita. Dalam kurun waktu 4 tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus DBD di
Indonesia meningkat tiap tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007
terdapat 158.115 kasus dan 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008
terdapat 137.469 kasus (Insiden Rate = 59,02 per 100.000 penduduk) dan tahun
2010 mencapai sekitar 140.000 kasus.
Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan sebagai provinsi yang endemis untuk
penyakit DBD. Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2007 terdapat sebanyak 20.565 kasus, tahun 2008 sebanyak 19.307 kasus,
tahun 2009 kasus turun menjadi 18.728 kasus dan pada tahun 2010 sekitar 17.000
kasus DBD.
Sedangkan khusus nya untuk di RSUD Soehadi Pridjonegoro Sragen sendiri
jumlah kasus DHF pada periode tahun 2015-2016 mencapai 1152 kasus, khusus
untuk dibangsal perinatlogi yaitu bangsal anak tercatat jumlah kasus mencapai
angka 524 kasus pada perode tahun 2015-2016.
B. Batasan Masalah
Dalam pembatasan masalah ini penulis membatasi permasalahan yaitu
tentang bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah DHF
(Dengue Haemoragic Fever)
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada
An. S dengan DHF (Dengue Haemoragic Fever) di Ruang Anggrek RSUD
Soehadi Prijonegoro Sragen .
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, menetapkan diagnose keperawatan pada An. S dengan DHF
(Dengue Haemoragic Fever).
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
E. Metode
Metode yang dilakukan dalam pembuatan asuhan keperawatan ini adalah :
1. Studi kasus
Praktikan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien
dengan Stemi
2. Observasi
Mengobservasi kondisi pasien
3. Wawancara
Wawancara dilakukan saat pengkajian baik pada klien, keluarga dan perawat
ruang, serta dilakukan saat mengevaluasi implementasi.
4. Studi pustaka
Dengan mempelajari beberapa buku dan situs internet yang berhubungan
dengan DHF (Dengue Haemoragic Fever) diharapkan asuhan keperawatan ini
memiliki nilai ilmiah untuk dipertahankan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Menurut Depkes RI (2013), Demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dengan
salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-
anak dan orang dewasa. Sedangkan menurut Depkes RI (2011), demam berdarah
dengue adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Virus DBD dan ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk (Aedes aegypti atau Aedes albopictus)
yang terinfeksi virus DBD
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi dan tulang.Penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam
berdarah dengue/dengue hemorraghagic fever (DHF) adalah demam dengue yang
disertai embesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa
terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat
kebocoran plasma.Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS) (Mardiana,
2010).
B. Patofisiologi
Secara umum, kelainan yang terjadi pada penyakit DBD akibat adanya
kebocoran plasma yang disebabkan oleh Virus dengue.Hal ini disebabkan oleh
Virus dengue yang dapat menyebabkan kerusakan pada kapiler sehingga dapat
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan penurunan
volume plasma. Akibatnya, plasma akan keluar ke ekstravaskular (ruang
interstisial dan rongga serosa). Sedangkan pada intravaskular akan terjadi
peningkatan konsentrasi plasma (hematrokrit/HT meningkat, trombosit menurun,
dan leukosit menurun. Selain itu, akibat virus dengue menginfeksi endotel dan
menyebabkan gangguan fungsi dari endotel maka pembuluh darah tidak berfungsi
dengan baik dan mengakibatkan kebocoran darah. Apabila kebocoran ini terjadi
pada pembuluh darah kulit akan tampak bercak-cak kemerahan pada kulit yang
disebut petekiae. Sedangkan bila terjadi kebocoran pada saluran pencernaan akan
menyebabkan perdarahan yang terus menerus (Soedarmo, 2010)
Virus dengue masuk kedalam tubuh inang kemudian mencapai sel target
yaitu makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon imun non-spesifik dan
spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya. Aktivitas komplemen pada infeksi
virus dengue diketahui meningkat seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini
menyebabkan terjadinya kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar
lagi.Akibat kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke
extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma seperti
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites, penebalan dinding vesica
fellea dan syok hipovolemik. Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas pada
terjadinya hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya
merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi pada DBD (Depkes RI, 2010)
C. Klasifikasi
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), klasifikasi penyakit
DemamBerdarah Dengue yaitu :
a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (Dengue
WithoutWarning Signs).
Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tandabahaya :
1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.
2) Demam disertai 2 dari hal berikut : mual, muntah, ruam, sakit dan nyeri,
ujitournikuet positif, lekopenia, adanya tanda bahaya.
3) Tanda bahaya adalah nyeri perut atau kelembutannya,
muntahberkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa,
letergis,lemah, pembesaran hati >2cm, kenaikan hematokrit seiring
dengan penurunanjumlah trombosit yang cepat.
4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran
plasmatidak jelas)
b. Dengue Berat (Severe Dengue). Kriteria dengue berat : kebocoran plasma
berat,yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan
distresspernafasan. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi gangguan
organ berat,hepar (AST atau ALT 1000, gangguan kesadaran, gangguan
jantung dan organlain). Untuk mengetahui adanya kecenderungan
perdarahan dapat dilakukan ujitourniquet
D. Gambaran Klinis
Menurut Sudjana (2010), gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 faseyaitu
fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.
1. Pada fase febris, biasanya demam mendadak tinggi terus menerus
berlangsungselama 2-7 hari (380C-400C), naik turun (demam bifosik) dan tidak
mempan obatantipirektik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai
400C.Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi faring dan
konjungtiva,anoreksia, mual dan muntah dapat terjadi kejang demam. Akhir
fase demammerupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase
tersebutsebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ke 3, 4, 5 adalah fase
kritis yangharus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok kemungkinan
dapat terjadiperdarahan dan kadar trombosit sangat rendah (<20.000/ul). Pada
fase ini dapatpula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan
mukosa, walaupunjarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
perdarahan gastrointestinal.
2. Fase kritis, Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala
kliniksmenghilang setelah demam turun sertai keluarnya keringat, perubahan
padadenyut nadi dan tekanan darah, akan teraba dingin di sertai dengan
kongesti kulit.Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi,
sebagai akibat dariperembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau
sementara. Pada kasus berat,keadaan umum pada saat atau beberapa saat
setelah suhu turun antara 3-7terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba
dingin dan lembab terutama padaujung jari kaki, sianosis di sekitar mulut,
pasien menjadi gelisah, nadi cepat,lemah kecil sampai tidak teraba dan ditandai
dengan penurunan suhu tubuhdisertai kenaikan permeabilitas kapiler dan
timbulnya kebocoran plasma yangbiasanya berlangsung selama 2448 jam.
Kebocoran plasma sering didahului olehlekopeni progresif disertai penurunan
hitung trombosit dibawah 100.000/mm
3. Fase pemulihan,bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan
dariekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 4872 jam
setelahnya.Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali,
hemodinamikstabil dan dieresis membaik.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji laboratorium (pemeriksaan darah lengkap)
b. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
c. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6
jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP,
EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
E. Penatalaksanaan Medis
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang )
atau kejang-kejang.
b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif /
negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
c. Panas disertai perdarahan
d. Panas disertai renjatan (syok)
Belum atau tanpa renjatan (syok):
a. Grade I dan II :
Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-
sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya. Untuk kasus
yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan
sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti
panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan renjatan/ syok
a. Grade III
a) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau
plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg
BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun
waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL
sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/
1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg
dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg
BB dalam kurun waktu 24 jam.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sistem pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi,
krakles.
b. Sistem persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada
grade IV dapat trjadi DSS.
c. Sistem kardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade
IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
d. Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif
pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan
spontan pada kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
d. Resiko syok berhubungan dengan sindrome respon inflamasi sistemik.
e. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
f. Resiko ketidakefektifan perfusigastrointestinal berhubungan
dengankoagulasi intravaskuler diseminata.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
Tujuan :Termoregulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh
normal dengan Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh antara 36 37 oC
2) Mukosa bibir lembab
3) Warna kulit normal
4) Akral terba hangat
5) Keadaan umum : baik
6) Sklera tidak ikterik
Intervensi :Fever treatment
1) Pantau TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Berikan kompres hangat pada daerah aksila dan lipatan paha
Rasional :pemindahan panas melalui konduksi
3) Gunakan pakaian yang tipis untuk membantu penguapan
Rasional :memberikan rasa nyaman dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh
4) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang
tak dirasakan
Rasional :deteksi dini kebutuhan cairan
5) Kolaborasikan dalam pemberian cairan intravena, antipiretik dan
antibiotic
Rasional : menurunkan suhu tubuh
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan :Status nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kriteriahasil :
1) Nafsu makan baik
2) Porsi makan bertambah
3) Tidak ada nyeri telan
4) Tidak ada mual dan muntah
Intervensi :
1) Kaji tingkat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional :mengidentifikasi defisiensi
2) Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional :mengawasi masukan kalori
3) Timbang berat badan (bila perlu)
Rasional : mengawasi efektivitas intervensi
4) Berikan makanan sedikit tapisering
Rasional : mengurangi kelemahan dan meningkatkan masukan juga
mencegah distensi gaster
5) Berikan dan bantu pasien oral hygiene
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan peroral
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Tujuan :Hidrasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat
mengatasi kurangnya cairan dan mempertahankan intake dan output
Kriteria hasil :
1) Volume cairan tubuh kembali normal
2) Balance cairan normal
Intervensi :Volume control
1) Kaji TTV, tanda-tanda syok, asupan dan keluaran
Rasional : penurunan pengeluaran urine dan keringat diduga terjadi
dehidrasi
2) Observasi CRT
Rasional : indikasi keadekuatan perifer
3) Berikan intake cairan sesuai indikasi
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan
4) Kolaborasikan dslam pemberian cairan intravena yang sesuai
Rasional : meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah
terjadinya syok
d. Resiko syok berhubungan dengan sindrome respon inflamasi sistemik.
Tujuan :Status sirkulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak
terjadi perdarahan dan meningkatkan trombosit
Kriteria hasil :Managemen syok
a. tidak ada tanda terjadi syok
b. TTV dalam rentang normal
c. Turgor kulit lembab
d. Mukosa bibir lembab
Intervensi :
a. Monitor TTV, penurunan jumlah trombosit, Hb, Ht
Rasional : mengetahui tanda-tanda apabila terjadi presyok
b. Gunakan sikat gigi lunak dan pelihara kebersihan mulut
Rasional : mencegah adanya perdarahan
c. Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang tanda tanda perdarahan dan
segera laprkan jika terjadi
Rasional : tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan
yang cepat dan tepat dapat diberikan
d. Kolaborasikan pemberian cairan intravena
Rasional : mengatasi kehilangan cairan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan: Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang
Kriteria hasil: Pain management
a. skala nyeri berkurang
b. TTV dalam rentang normal
Intervensi:
a. Monitor TTV dan skala nyeri
Rasional: untuk mengetahui tingkat nyeri pasien.
b. Ajarkan teknik distraksi dan napas dalam untuk mengatasi nyeri
Rasional: membantu dalam mengurangi nyeri
c. Kolaborasikan dalam pemberian analgesic
Rasional: untuk mengurangi nyeri
d. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal berhubungan dengan
koagulasi intravaskuler diseminata.
Tujuan: Gastrointestinal fungtion
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perfusi
jaringan klien adekuat.
Kriteria hasil:
a. akral hangat
b. TTV dalam rentang normal
Intervensi: Manajemen fungsi gastrointestinal
a. Monitor TTV dan CRT
Rasional: indikasi keadekuatan perifer
b. Anjurkan pasien untuk tirah baring
Rasional: menghindari kelelahan yang berlebihan
c. Ajarkan keluarga untuk memberikan kompres hangat pada bagian
ujung-ujung perifer pasien
Rasional: memberikan rasa nyaman kepada pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Nama mahasiswa :
A ANAMNESA
Tanggal masuk RS : 14 November 2016 Jam : 17:36WIB
Tanggal pengkajian : 14 November 2016 Jam : 18: 00 WIB
1 Identitas
a Identitas Klien
1 Nama : An. S
2 No.RM : 478847
3 Jenis kelamin : Perempuan
4 Tempat dan tanggal lahir : Mondokan, 01-11-2008
5 Umur : 8 Tahun
6 Alamat : Kalidoro, rt 02, Kedawong, Mondokan
7 Suku bangsa : Indonesia
8 Agama : Islam
9 Pendidikan : SD
10 Anak ke- :1
11 Diagnosa Medis : DHF (Dengue Haemoragic Fever),
Febris hari ke-3
b Identitas Penanggung Jawab Klien
1 Nama ayah/wali : Tn. S
2 Nama ibu/wali : Ny. W
3 Pekerjaan ayah/wali : Petani
4 Pekerjaan ibu/wali : Petani
5 Pendidikan ayah/wali :-
6 Pendidikan ibu/wali :-
7 Alamat : Kalidoro, rt 02, Kedawong, Mondokan
2 Riwayat Kesehatan :
a Keluhan utama : Panas
sejak 3 hari.
b Riwayat kesehatan sekarang:
Klien datang ke RSUD Soehadi
Pridjonegoro Sragen pada tanggal 14
november 2016 pukul 17:36 WIB
dengan keluhan Panas sudah 3 hari
turun naik, nafsu makan turun, nyeri
perut dan nyeri telan, S=38c akral
teraba panas disertai mual dan muntah.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah lengkap dengan Angka
Trombosit turun mencapai 40.000
ribu/L.
c Riwayat kesehatan yang lampau :.
-
1) Riwayat kehamilan dan kelahiran: Ibu An.S sewaktu hamil rutin
periksa setiap bulan, persalinan dan kehamilan spontan.
2) Penyakit yang pernah diderita: An. S tidak pernah menderit penyakit
serius.
3) Hospitalisasi/tindakan operasi: An. S tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya.
4) Kecelakaan/cidera yang pernah dialami: An.S tidak pernah mengalami
kecelakaan/cidera sebelumnya.
5) Alergi : An.S tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.
6) Imunisasi: Lengkap
d Riwayat pertumbuhan : Ibu An. S mengatakan An.S tidak mengalami
kelainan tumbuh kembang.
e Riwayat Keluarga :
1) Sosial ekonomi : Keluarga An.S memiliki keadaan social ekonomi
yang cukup.
2) Penyakit yang diderita keluarga : tidak ada penyakit serius, keturunan/
genetic dan penyakit menular dalam riwayat kesehatan keluarga.
3) Genogram
An.S (8thn)
Keterangan: : Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: An. S
B PEMERIKSAAN FISIK
1. Umum
a Keadaan umum : Lemah
b Kesadaran : Composmentis
GCS:14 (E : 4, M:5, V:5)
c Tanda-tanda vital :
Nadi : 85x/menit RR : 22x/mnit S : 38C TD :
110/70mmHg
d Antropometri : Tinggi badan : 124 Cm Berat badan : 20 Kg
e Status gizi : Kurang, IMT: 1,07 LILA: 16
2. Head to toe
a Kepala : Mesochepal, persebaran rambut merata, tidak teraba masa, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada jaringan parut, wajah kemerahan.
b Mata: Simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis.
c Hidung: Tidak ada pembesaran polip, tidak ada sianosis, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada edema.
d Telinga: Simetris kanan dan kiri, tidak ada jejas, tidak teraba masa.
e Mulut: Mukosa bibir kering, tidak ada masa, tidak ada edema, dan tidak
ada sianosis.
f Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba masa, terdapat
pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang darah servikal posterior.
g Thoraks / Dada :
1 Paru- paru
Inspeksi : Tidak ada retraksi dada, Ekspansi maksiml, tidak ada
jejas dan edema.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, tidak teraba masa.
Perkusi : Perkusi redup
Auskultasi : Auskultasi vesikuler yang lemah
2 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat di intercosta V, mid
klavikula sinistra.
Palpasi : Ictus cordis teraba di intercosta V.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 vesikuler.
h Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas.
Auskultasi : Peristaltik usus 15x/menit
Perkusi : Hipertimpani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan.
i Genetalia : Bersih tidak ada lesi tidak ada edema.
Anus :Tidak ada hemoroid.
j Ekstremitas
Atas : Tidak luka , akral teraba panas, CRT<2detik, tidak ada
varises, tidak ada edema atsu epistaksis dan tidak ada
deformitas.
Bawah : Tidak luka, akral teraba panas, CRT<2detik, tidak ada
varises, tidak ada edema atsu epistaksis dan tidak ada
deformitas.
k Integumen : Akral teraba panas, turgor kulitelastis, kulit tampak kering.
l Muskuloskeletal :
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan :
0 : otot paralisis total
1 : tidak ada gerakan, ada kontraksi
2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
3 : gerakan normal menentang gravitasi
4 : gerakan normal menentang gravitasi dengan sedikit gerakan
5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan penuh
C TERAPI
Tanggal : 15 November 2016
Jenis/nama obat Dosis Rute Indikasi
Amoxicillin 3x500mg IV Antibiotik
D PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tangg Jenis Hasil Nilai Interpretasi
No
al pemeriksaan Rujukan
1 15-11- Hemoglobin 12,9 g/dL 11,5-15,5 N
. 2016 Eritrosit 4,63 juta/L 4,0-4,2 N
Hematokrit 37,2 % 35-45 N
Indeks Eritrosit
-MCV 80,3 FL 80-99 N
-MCH 27,9 pg 27-31 N
-MCHC 43,7 g/dL 33-37 N
Leukosit 4,30 ribu/L 4.5-14.5 L
Trombosit 40000 ribu/L 150-450 L
RDW-CV 11,5% 11,5-14,5 N
MPV 8,2 FL 7,2-11,1 N
Hitung Jenis
-Neutrofil 43,4% 40-70 N
-MXD 22,2% 4-18 H
-Limosit 34,4% 19-48 N
E ANALISA DATA
NO TGL/JAM DATA ETIOLOGI PROBLEM
F PRIORITAS MASALAH
NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. 15-11-2016 Hipertermia b.d Proses infeksi Prioritas I
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Hipertermia b.d
Ketidakmampuan untuk mencerna Proses infeksi
makanan Prioritas II
Nyeri Akut b.d agen cidera biologis Nyeri Akut b.d
agen cidera
biologis
Prioritas III
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
G RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC TTD
KEPERAWATAN
1. Hipertermia b.d *Termoregulasi *Fever Treatment Kadek
Proses infeksi Setelah dilakukan -Monitoring TTV klien
tindakan -Monitoring KU klien
keperawatan -Monitoring perubahan
selama 3x shift warna kulit klien
jaga diharapkan -Berikan kompres
suhu tubuh klien hangat
normal dengan -Berikan terapi O2 kanul
kriteria hasil: nasal 2L/menit
-Suhu tubuh dalam -Monitoring hidrasi
rentang normal (turgor kulit,
(36,5c- 37,5c) kelembaban dan
-akral hangat membrane mukosa)
-Berikan cairan IV
-Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
antibiotic dan
antipiretik.
2. Nutrisi kurang dari *Status Nutrisi *Management Nutrisi Kadek
kebutuhan tubuh -Setelah dilakukan -Monitoring status gizi
b.d tindakan pasien
ketidakmampuan keperawatan -Monitoring hambatan
mencrna makanan selama 3x shit jaga dalam pemenuhan
diharapkan status nutrisi
nutrisi dalam -Identifikasi adanya
rentang yang cukup alergi obat dan makanan
dengan kriteria -Tentukan jumlah kalori
hasil : dan jenis nutrisi yang
-Nafsu makan baik dibutuhkan
-Porsi makan -Anjurkan keluarga
cukup 7-10 sendok untuk memberikan
makan 2x/hari makanan favorit klien
-Tidak sakit saat -Terapi cairan IV
menelan -Anjurkan keluarga
-mual, muntah untuk memberikan
hilang makanan dan minuman
-Peristaltik usus secara intensif tiap 3 jam
normal (5- -Kolaorasi dengan
16x/menit dokter dalam pemberian
antiemetic dan analgetik
H CATATAN PERKEMBANGAN
NO TGL Jam DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
KEPERAW
ATAN
1. 15-11-2016 Hipertermia -Memonitoring S: Ibu klien Kadek
08:00 b.d Proses TTV klien mengatakan badan
09:00 infeksi -Memonitoring KU klien panas dan
09:40 klien demam.
-Memonitoring O: -S 38c
10:40 hidrasi (turgor kulit, -KU lemah
kelembaban dan -Mukosa bibir
11:30 membrane mukosa) kering
13:30 -Memberikan -Kulit kemerahan
kompres hangat -Akral hangat
13:40 -Memberikan terapi -Sklera ikterik
O2 kanul nasal A: -Memonitoring
2L/menit TTV klien
-Memberikan terapi -Memonitoring
cairan IV RL 500 KU klien
cc 15 tpm. -Memonitoring
-Melakukan hidrasi (turgor
kolaborasi dengan kulit, kelembaban
dokter dalam dan membrane
pemberian mukosa)
amoxicillin 3x1/2 -Memberikan
gram/oral, dn kompres hangat
paracetamol -Memberikan
500mg/oral terapi O2 kanul
nasal 2L/menit
-Memberikan
terapi cairan IV
RL 500 cc 15 tpm.
-Melakukan
kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
amoxicillin 3x1/2
gram/oral, dn
paracetamol
500mg/oral
P: Termoregulasi
I: Fever Treatment
E:Masalah
Hpertermi belum
teratasi
R:Lanjutkan
Interensi