Anda di halaman 1dari 17

2.2PerilakuMasyarakat2.2.

1BatasanPerilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau akitivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,
dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan, manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai akitivitas masing-masing.
Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau akitivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentengan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,
dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007:133)
Skiner (1938) seorang ahli psikologim merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organism tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori
S-O-R atau Stimulus Organisme Respons. (Dalam Notoatmodjo,
2007), Skinner membedakan adanya dua respons.1. Respondent
responsatau reflexive,yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebut elicitingstimulationkarena menimbulkan respons-respons
yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya
terang yang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.
Respondentresponsini juga mencakup perilaku emosional,
misalnya yang mendengar berita musibah menjadi sedih atau
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan
mengadakan pesta dan sebagainya.
2. Operantresponsatau instrumentalrespons,yakni respons yang
timbul dan berkembang kemudian diikiuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcingstimulation
atau reinforce,karena memperkuat respons. Misalnya apabila
seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik
(respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian
memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka
petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi melaksanakan
tugasnya.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua
1. Perilaku tertutup (coverbehavior)Respons seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahun/kesadaran, dan sikap yang rejadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut coverbehavioratau
unobservablebehavior,misalnya seorang ibu hamil tahu
pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa
HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overtbehavior)Respons seseorang dalam
bentuk stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overtbehavior,
tindakan nyata atau praktik (practice)misal, seorang ibu
memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke
puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat
secara teratur, dan sebagainya.
Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia
adalah operantresponse.Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis
respons atau perilaku diciptakan adanya suatu kondisi tertentu
yang disebut operantconditioning. Prosedur pembentukan perilaku
dalam operantconditioningmenurut Skiner adalah sebagai berikut.
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat
atau reinforceberupa hadiah-hadiah atau rewardsbagi perilaku
yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang akan membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian
komponen- komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat
untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan


sementara, mengidentifikasi reinforceratau hadiah untuk masing-
masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan


komponen yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah
dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan
komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering
di lakukan. Kalau ini sudah

e. terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang


kemudian di beri hadiah (komponen pertama tidak memerlukan
hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sampai komponen kedua
terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,
keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan
terbentuk.

2.2.2PerilakuKesehatan
Sejalan dengan pembatasan perilaku menurut Skiner tersebut maka
perilaku kesehatan (HealthBehavior) adalah respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,
penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit
(kesehatan) seperti lingkungan makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan. Dengan perkataan lain pelayanan kesehatan adalah
semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati
(Observable) maupun yang tidak dapat diamati (Unobservable),
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi
diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan
kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan. (Notoatmodjo, 2010: 46)
Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya
dikelompokkan menjadi dua, (Notoatmodjo, 2010) yakni:
. 1) Perilakuorangyangsehatagartetapsehatdanmeningkat
Perilaku ini disebut perilaku sehat (healthybehavior), yang
mencakup perilaku-perilaku (overtdan covertbehavior) dalam
mencegah atu menghindari dari penyakit dan penyebab
penyakit/masalah, atau penyebab masalah kesehatan (perilaku
preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya
kesehatan (perilaku promotif). Contoh : makan dengan gizi
seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan meminum-
minuman keras, menghindari gigitan nyamuk, menggosok gigi
setelah makan, cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan
sebagainya.
. 2) Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah
kesehatan , untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan
masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian
pelayanan kesehatan (healthseekingbehavior). Perilaku ini
mencakup tinadakan-tindakan yang diambil seseorang atau
anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk
memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan
yang dideritanya. Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat
atau fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas atau pelayanan
kesehatan tradisional (dukun, sinshe, paranormal), maupun
pengobatan modern atau professional (rumah dsakit, puskesmas,
poliklinik dan sebagainya). Becker (1979) membuat klasifikas lain
tentang perilaku kesehatan, dan
membedakannya menjadi tiga, (Dalam Notoatmodjo, 2010) yaitu :
1. Perilaku SehatPerilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan, antara alin :

a. Makan dengan menu seimbang (appropriatediet).

b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.

c. Tidak merokok dan meminum-minuman keras serta menggunakan


narkoba.

d. Istirahat yang cukup.

e. Pengendalian atau manajemen stress.

f. Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan.

2. Perilaku Sakit (Illnessbehavior)Perilaku sakit adalah berakaitan


dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/atau
terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk
mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan
yang lainnya. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada
beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain :

a. Didiamkan saja (noaction)b. Mengambil tindakan dengan


melakukan pengobatan sendiri (self
treatmentatauselfmedication).c. Mencari penyembuhan atau
pengobatn keluar yakni ke fasilitas
pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi 2, yakni :
Tradisional dan pelayanan kesehatan modern atau professional.
3. Perilaku Peran Orang SakitDari segi sosiologi, orang yang
sedang sakit mempunyai peran (roles),
yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang
sakit (obligation). Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang
sedang sakit adalh merupakan perilaku peran orang sakit (thesick
rolebehavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain :
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang


tepat untuk memperoleh kesembuhan.

c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain mematuhi


nasihat- nasihat dokter atau perwat untuk mempercepat
kesembuhannya.

d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses


penyembuhannya.

e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan


sebagainya.

2.2.4DomainPerilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (convert),
dan perilaku terbuka (overt)seperti telah diuraikan sebelumnya,
tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang
yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah
keseluiruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara factor internal dan eksternal.
Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai
bentangn yang sangat luas. Benyamin Bloom (1998) seorang ahli
psikologi
peendidikan, membedakan adanya 3 area wilayah, ranah atau
dominan perilaku ini, yakni koginitif (cognitive), afektif
(affective), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor)atau peri cipta,
peri rasa, dan peri tindak.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian
dominan oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan
praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai
berikut :
1. Pengetahuan (knowledge)Pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan
sebagainya).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda. Secara garis besar dibaginya dalam 6 tingkat
pengetahuan, yaitu:a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall(memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya mengemati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa
tomat yang mengandung vitamin C, jamban adalah tempat
membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh
gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menguasai
pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda- tanda anak yang
kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagimana cara
melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Dan sebagainya.
b. Memahami (comperehension)Memahami suatu objek bukan
sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan
penyakit demam berdarah, bukan sekedar menyebutkan 3 M
(mengubur,menutup, dan menguras), tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya
tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikas (application)Aplikasi diartikan apabila orang yang telah


memahami onjek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang
lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses
perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program
kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah
paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal
penelitian di mana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)Analisis adalah kemampuan seseorang untuk


menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah
atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang
tersebut telazh dapat membedakan, atau memisahkan,

mengolompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap


pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan
antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat
membuat diagram (floechart)siklus hidup cacing kremi, dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata
lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat
membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat
kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)Evaluasi berkaitan dengan kemampuan


seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak
seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga dan berencana, dan
sebagainya.

2. Sikap (Attitude)Sikap adalah juga respons tertutup seseorang


terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang
bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
sebagainya). Campbell (1950) mendefenisikan sangat sederhana,
yakni; Anindividualsattitudeissyndromeofresponse
consistencywithregardtoobject.Jadi jelas, disini dikatakan
bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan
pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosia menyatakan bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain,
fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan)
atau reaksi (tertutup).
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempuyai tingkat-tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:
a. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa seorang atau
subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya,
sikap seseorang terhadap periksa hamil (antenatalcare), dapat
diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan
penyuluhan tentang antenatalcaredilingkungannya.

b. Menanggapi (responding)Menanggapi disini diartikan memberikan


jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang
dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante
natalcareditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh,
kemudian ia menjawab atau menaggapinya.

c. Menghargai (valuing)Mengharagai diartikan subjek, atau


seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus,
dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak
atau memoengaruhi atau mengajurkan orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)Sikap yang paling tinggi
tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila
ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
3. Tindakan atau Praktik (Practice)Seperti telah disebutkan di atas
bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan,
sebab untuk terwujudnya tindakan perlu factor lain, yaitu antara
lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil
sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatannya
dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar
sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan,
Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas
tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu
tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan
menurut kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin (guidedresponse)Apabila subjek atau seseorang
telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan
atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)Apabila subjek atau


seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara
otomatis maka disebut praktik atau tindakan medis.

c. Adopsi (adoption)Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang


sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar
rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi,
atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

2.2.5PengukuranDanIndikatorPerilakuKesehatan
Seperti telah diuraikan sebelumnya , bahwa perilaku mencakup 3
dominan, yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) , dan
tindakan atau praktik (practice). Oleh sebab itu,mengukur perilaku
dan perbahannya, khususnya perilaku kesehatan juga mengacu
kepada 3 domain tersebut, secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a.Pengetahuankesehatan(healthknowledge)Pengetahuan tentang
kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan
tentang cara- cara memeliharanya kesehatan ini meliputi:
1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis
penyakit dan tanda-tandanya atau gejala peyebabnya, cara
penularannya, cara pencegahannya cara mengatasi atau menangani
sementara).

2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau


mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air
bersih, pembuanga air limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya.

3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang


profesional maupun yang tradisional.

4. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan


rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat
umum.

5. Dan seterusnya.Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan


kesehatan seperti tersebut diatas, adalah dengan mengajukkan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui
pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan
kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang
kesehatan, atau besarnya presentase kelompok responden atau
masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen- komponen
kesehatan. Misalnya, berapa % sesponden atau masyarakat yang
tahu tentang cara-cara mencegah penyakit demam berdarah, atau
berapa % masyarakat atau responden yang mempunyai
pengetahuan yang tinggi tentang ASI esklusif, dan sebagainya.

b.Sikapterhadapkesehatan(healthattitudeI)
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang
terhadap hal-hal yang berkualitas dengan pemeliharaan kesehatan,
yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel, yaitu:
1. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit
dan tanda tanda-tanda atau gejalanya, penyebabnya cara
penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau
menaganinya sementara).

2. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi


kesehatan, antara lain: gizi makanan, sarana air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara dan
sebagainya.

3. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional


maupun tradisional.

4. Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah


tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-
tempat umum.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak


langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau
objek yang bersangkutan. Misalnya, bagaimana pendapat
responden tentang imunisasi pada anak balita, bagaimana
responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya. Pertanyaan
secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan
pendapat dengan mennggunakan kata setuju atau tidak setuju
terhadapa pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu, dengan
menggunakan skala Lickert. Misalnya: Beri
pendapat anda tentang pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
memberikan penilaian sebagai berikut :
5. Bila sangat setuju4. bila setuju3. bila biasa saja2. bila tidak
setuju1. bila sangat tidak setuju
Contoh:
a. Demam berdarah adalah penyakit yang sangat berbahaya

b. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian ibu

c. Penderita HIV/AIDS tidak perlu dikucilkan atau diisolasi, dan


sebagainya.

Sikap juga dapat diukur dari pertanyaan-pertanyaan secara tidak


langsung, misalnya :
a. Apabila anda diundang untuk mendengarkan ceramah tentang
Napza, apakah anda mau hadir?

b. Seandaianya akan dibangun Polindes di desa ini, apakah anda mau


membantu dana? Dan sebagainya.

c.PraktikKesehatan(healthpractice)Prakrik kesehatan atau


tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivitas orang dalam rangaka memelihara kesehatan.
Tindakan atau praktik
kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetauan dan sikap
kesehatan tersebut di atas, yaitu:
a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit
menular dan tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau
menangani sementara penyakit yang diderita.

b. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air


bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya.

c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi)


fasilitas pelayanan kesehatan.

d. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik


kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan
kecelakaan di tempat-tempat umum. Pengukuran atau cara
mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua

cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran


perilaku yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan
pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam
rangka memelihara kesehatannya, misalnya: dimana responden
membuang air besar, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga
untuk mengamati praktik gizi, dan sebagainya.
Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat
kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-
pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan
berhubungan dengan kesehatan.
Contoh: untuk mengetahui perilaku gizi ibu terhadap anak
balitanya, dengan menanyakan makanan apa saja yang diberikan
kepada anaknya selama 24 jam terakhir. Untuk mengetahui
perilaku antenatalcare,dapat menanyakan apakah pada kehamilan
terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, dimana, dan
sebagainya. (Notoatmodjo, 2010: 56-59)2.3PerilakuMasyarakat
Terhadapmalaria
Sebagaimana kita ketahui bersama masyarakat Indonesia terdiri
dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar belakang budaya
yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia yang memilki budaya
tersebut, sehingga dengan keanekaragaman budaya menimbulkan,
variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam
perilaku kesehatan. (Notoatmodjo, 2010: 65)
Factor inilah yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Tradisi
dalam mastyarakat yang berpengaruh negative terhadap kesehatan
masyarakat serta beberapa sikap yang sangat mempengaruhi
kesehatan masyarakat khususnya penyakit malaria. Seperti
kebiasaan masyarakat bepergian jauh apalagi pergi ke tempat yang
endemis malaria, kebiasaan masyarakat keluar malam, kebiasaan
masyarakat yang tidak mau menggunakan obat anti nyamuk serta
berbagai macam sikap dan kebiasaan masyarakat yang
mempengaruhi terjadinya malaria.
Menurut Hendrik L. Blum factor perilaku adalah salah satu yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Factor perilaku pula
penyebab timbulnya berbagai penyakit menular termasuk penyakit
malaria. Pengetahauan masyarakat tentang kesehatan terutama
malaria sangat minim sehingga cara
masyarakat dalam menyikapi masalah kesehatan khususnya
malaria masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian
masyarakat belum mengetahui tempat- tempat perindukan dari
malaria, bahkan masyarakat pun belum mengetahui waktu atau
jamnya nyamuk Anopheles menggigit. Sehingga masyarakat tidak
melakukan tindakan yang dapat mencegah malaria.
Sebagian masyarkat ada yang sudah menyadari akan bahayanya
penyakit menular terutama malaria akan tetapi tidak ada tindakan
atau perlakuan yang mereka lakukan untuk bagaimana supaya
terhindar dari penyakit malaria. Sehingga masih banyak terjadi
masalah-masalah kesehatan di lingkungan masyarakat terutama
penyakit malaria.
Praktik atau perilaku masyarakat ataupun keluarga terhadap upaya
mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah :
1) Kebiasaan menggunakan kelambuBeberpa penelitian
menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara
teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria.
Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko
6,44 kali terkena malaria.
2) Kebiasaan memakai obat anti nyamukMenurut Depkes RI
(1992) Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan
obat semprot, obat poles, atau obat nyamuk bakar sehingga
memperkecil kontak dengan nyamuk. (Dalam Mobonggi, 2011)
3) Tidak membiasakan berada di luar rumah pada malam hari
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menngigit pada
malam hari. Nyamuk Anophelespaling aktif mencari darah pada
pukul 21.00-03.00.
Menurut kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam
hari antara pukul 21.00-22.00 menghisap darag jam tersebut sangat
tinggi. Sehingga harus menghindari kebiasaan berada di luar
rumah pada malam hari.

Anda mungkin juga menyukai