Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana jika Mawar itu bukan lambang cinta?

Tapi justru sebuah cerita tentang


pengorbanan.
Bagaimana jika mawar merah yang kau puja sebagai cinta sejati bukanlah awal
dari sebuah cerita? melainkan akhir tragis dari pengorbanan mengatasnamakan
cinta?
Baiklah, jika kamu tak percaya. Aku akan menceritakan mu sebuah cerita, tentang
kisah cinta atau tentang sebuah pengorbanan. Kau sendiri yang memutuskan
akhirnya.
Apakah kau pernah mendengar sebuah legenda arab?
Tentang seekor burung bul-bul yang jatuh cinta kepada mawar putih ? namun,
sang mawar tak memiliki rasa yang sama dengan sang burung tersebut. Berulang
kali sang burung menyatakan cintanya, berulang kali juga sang mawar putih
menolaknya. Hingga bosan sang mawar putih tersebut, iapun mengajukan satu
syarat kepada burung bul-bul untuk dapat menerima cinta nya.
buktikanlah rasa cintamu padaku. Jadikanlah aku mawar merah, bagaimanapun
caranya? ucap sang mawar, syarat yang amat mustahil bukan? Bagaimana
merubah mawar putih menjadi merah, sedangkan ia hanya seekor burung biasa,
bukan Tuhan yang mampu merubah segalanya. Namun, cinta memang tak pernah
ada, hanya sebuah pengorbanan belaka- seharusnya. Sang burung akhirnya
menusukkan sayapnya keduri mawar dan membanjiri mawar itu dengan tetesan
darahnya sendiri, hingga semua permukaan kelopak mawar tertutupi warna merah.
Mawar yang terbangun dari tidurnya, melihat sang burung tergeletak tak berdaya
disampingnya akhirnya baru menyadari rasa cinta sang burung tersebut. Tapi,
semua telah terlambat sang burung telah mati dan tak akan pernah kemabali, cerita
ini tamat.
Rei mengakhiri ceritanya, hampir seluruh tatapan dikelas menatap dirinya. Ia
tersenyum ramah setelah seiisi kelas memberinya tepuk tangan.

Baiklah, kalau begitu cerita ini yang akan kita angkat menjadi film animasi kita
untuk acara kelulusan bulan depan Pak Samit sang wali kelas memberi intruksi
yang membuat anak seisi kelas mengangguk setuju. Beberapa diantaranya masih
berbisik memuji keahlian Rei dalam bercerita, sementara Rei justru sudah
memandang keluar jendela.
Kisah ini, mengapa aku masih merasakan ada bagian yang kurang? Bisik Rei
dalam hati.

Kisah itu belum selesai. Ucap seseorang dari kursi belakang, suaranya
terdengar bergetar, pelan dan penuh keraguan. Anehnya, justru suara itu yang bisa
menarik perhatian seisi kelas dan mengalihakan semua pandangan kepadanya.
Bagaimana jika ternyata sang mawar terus menangis dan memohon kepada
Tuhan untuk mengembalikan kekasihnya itu. Ia terus menangis hingga ia menjadi
layu Ai, salah satu siswi dikelas itu melanjutkan ceritanya tanpa berani
menatap satu persatu wajah teman-temannya. Tuhan yang merasa kasihan
kepada sang mawarpun akhirnya memberikan kesempatan untuk ia menebus
segala kesalahannya dan mengembalikan sang burung tersebut. Itulah mengapa
mawar disebut lambang cinta, karena bukan hanya pengorbanan tapi juga sebuah
bentuk kasih sayang dari Tuhan. Ai mengakhiri ceritanya, wajahnya terus
tertunduk tanpa ada yang tahu bahwa ada airmata yang siap mengalir kapan saja
dari matanya yang bulat berwarna coklat itu.

Jam pelajaranpun akhirnya berakhir dengan menarik keputusan bahwa film


animasi yang akan mereka buat berjudul hikayat cinta mawar dan burung bul-bul
akan berakhir dengan akhir cerita seperti yang Ai ceritakan, bukan karena mereka
percaya dengan akhir nya, tapi akhir kisah itu yang mereka anggap lebih indah.
Bukankah manusia memang selalu seperti itu. Mengambil sepotong yang
memuaskan hati mereka saja, padahal kenyataanya tak seindah itu.

Akhir cerita itu, kau dapatkan dari mana? Rei menghampiri Ai yang masih
terduduk dimejanya dibarisan paling belakang.

Ai menengadah mencoba menatap wajah Rei. Baru kali ini mereka bertegur sapa,
padahal mereka sudah satu kelas selama tiga tahun.

Kau memaksakan kisah ini berdasarkan kenginan mu sajakan? ucap Rei dengan
nada sedikit meninggi, nyaris marah. Sementara Ai hanya menatap wajah Rei, ada
banyak kata yang ingin ia ucapkan namun semua tersangkut ditenggorokkan.
Kau dengan seenaknya merubah legenda hanya untuk mendapatkan akhir yang
indah bukan? Memangnya mengapa kalau akhir kisah cinta itu tidak indah?
Bukankah romeo dan Juliet saja tak berakhir bahagia Rei terus meluapkan
emosinya, entah mengapa perasaannya menjadi begitu kesal dengan wanita
dihadapannya ini. Seiisi kelas menatap mereka berdua, beberapa orang berusaha
menarik Rei dan mengajaknya keluar, sementara yang lainnya mencoba
membesarkan hati Ai yang masih duduk terdiam.

kisah itu belum berakhir Rei pada kenyataannya. Bagaimana jika sebenarnya
Tuhan memberikan kesempatan itu dengan sebuah syarat? Syarat, bahwa mawar
putih dan burung bul-bul baru akan bersatu dikehidupan selanjutnya? Dalam
sebuah renkarnasi dari manusia? dan kisah ini, hanya akan diingat oleh sang
mawar, ialah yang akan bertugas meyakinkan sang burung bul-bul akan cintanya
dikehidupan selanjutnya? Akulah mawar itu dan kaulah sang burung bul-bul Rei.
Akulah yang akan meyakinkan cinta itu kepadamu kali ini bisik Ai dalam hati,
kali ini ia hanya bisa menatap punggung Rei yang telah meninggalkan ruang
kelas.

***

Rei, aku meminta maaf atas kejadian waktu itu Ai menghampiri Rei yang duduk
melamun dibangkunya, sambil menyodorkan sekenario yang ia tuliskan kepada
Rei.

Aku yang salah, aku mungkin terlalu emosi karena kisah itu menjadi tidak
seperti yang aku inginkan jawab Rei sambil tersenyum. Sejujurnya ia sendiri
tidak tahu mengapa ia menjadi sangat emosi waktu itu. sejujurnya aku merasakan
kisah itu memang belum berakhir, tapi aku sendiri tidak tahu bagaimana akhir dari
kisah itu ucap Rei seraya membaca sekenario ditangannya.

Rei, seseorang mengatakan kepadaku, kisah cinta pastilah berakhir indah jika
tidak, berarti kisah cinta itu belum berakhir.. Ai terdiam setelah mengatakannya,
yang membuat Rei mengalihkan pandangan dari kertas sekenario kearah Ai.

hmmm. Aku rasa kamu sangat optimis tentang cinta? ucap Rei seraya
tersenyum hangat. Rei memang tipe orang yang sangat ramah dan mudah akrab
sebenarnya, terlebih ia dianugrahkan wajah yang tampan, bermata coklat berkulit
putih dan tubuh yang tinggi, bisa dibilang ia pangeran disekolah telah banyak
wanita yang jatuh hati padanya. Namun, ia selalu merasa cinta hanyalah
omongkosong belaka dan Ia sendiri tidak tahu mengapa.

Rei, bagaiamana jika ku katakan.

Anda mungkin juga menyukai