Anda di halaman 1dari 18

ISOLASI DAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI JAMUR PARASIT PADA

SERANGGA Diaphorina citri

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Komoditas pertanian Indonesia memiliki peran penting dalam meningkatkan


kesejahteraan rakyat. Salah satu komoditas yang yang berpotensi tinggi adalah
hortikultura. Namun, permasalahan yang terjadi adanya hama dan penyakit yang
menurunkan produktivitas hortikultura. Diantara tanaman hortikultura lain, jeruk
memiliki banyak ragam penyakit yang menyerang. Maka dari itu diperlukan tindakan
preventif agar menjaga kestabilan produktivitas jeruk di dalam negeri maupun untuk
ekspor.

Banyak cara yang dilakukan salah satunya dengan menggunakan agensia hayati.
Penggunaan agensia hayati dapat menurunkan penggunaan pestisida secara berlebih yang
dapat mencemari lingkungan. Selain itu, penggunaan pestisida dapat meracuni konsumen.
Agensia hayati yang mudah digunakan adalah jamur parasit yang dapat digunakan pada
serangga Diaphorina citri yang bertindak sebagai vektor penyakit CVPD (Citrus Vein
Phloem Degeneration). Maka dari itu diperlukan isolasi dan identifikasi jamur yang telah
tersedia di Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO) untuk
memperdalam morfologi dan kecepatan tumbuh pada masing masing isolat.

I.2. Tujuan
I.2.1. Mengetahui morfologi jamur parasit pada serangga Diaphorina citri
I.2.2. Mengetahui kecepatan tumbuh beberapa macam jamur parasit

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur

Secara morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya


menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klasifikasi dapat ditentukan,
secara visual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna/tidak berwarna yang
disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia terbentuk dengan adanya nifa, baik
yang bersepta atau tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi beberapa familia antara lain
Moniliaceae (aspergillus, phenicilium, trichothecium, geotrichum, monilia, sporatrichum,
botrytis, dll), dematiaceae (cladosporium, helminthosporium, dll). Dan tuberculariaceae
(fusarium) (Kusnadi, 2003).

Diantara mikroba patogen tanaman, jamur patogen menunjukkan variasi yang


berbeda dalam karakteristik morfologi yang dapat digunakan untuk identifikasi jamur
sampat tingkat genus dan kadang-kadang sampai untuk tingkat spesies dengan beberapa
kepastian. Jamur merupakan tanaman mikroskopis tanpa klorofil dan jaringan konduktif.
Dari 100.000 spesies, sekitar 10.000 spesies jamur telah diidentifikasi sebagai patogen
tanaman, sedangkan sekitar 50 spesies telah ditemukan untuk menjadi patogen bagi
manusia dan hewan (Narayanasamu, 2011).

B. Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)

Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) merupakan faktor utama


penyebab menurunnya produksi jeruk di Asia. Penyakit ini tersebar di Cina, Afrika,
Filipina, dan Prancis. Gejala penyakit CVPD berupa klorosis pada daun, buah menjadi
kecil, perkembangan buah tidak simetris, warna kehijauan, dan rasa pahit (Ulfah, 2014).

Diaphorina citri tersebar secara luas di Asia Selatan yang merupakan hama
penting pada jeruk di beberapa negara karena merupakan vektor penyakit jeruk yaitu
CVPD atau huanglongbing (Costa Lima, 1942 and Catling, 1970 cit Mead, 2014). Saat
nimfa, anakan selalu ditemukan pada pertumbuhan baru, dan bergeran secara lambat, dan
stabil ketika terganggu. Pada fase dewasa apabila terganggu dapat terbang pada jarak
pendek. Mereka biasanya ditemukan di sisi bawah daun (Mead, 2014). Menurut Capoor
et al., 1974 cit Mead (2014), gejalanya pada pertumbuhan yang terhambat, daun muda
klorosis, buah menjadi hijau kecil, keras, biji menjadi kecil dan gelap.

2
C. Media Pembiakan Jamur Parasit

Cendawan dapat dibiakan pada berbagai jenis media biakan. Beberapa cendawan
dapat tumbuh dengan baik pada medium yang mengandung beberapa bahan organik,
sedang cendawan yang lain memerlukan zat-zat tambahan tertentu. Fardiaz (1987) Cit.
Taurisia dkk., (2015) menjelaskan, bahwa secara umum media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme harus memenuhi persyaratan nutrisi dan mudah
dimanfaatkan oleh organisme, mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan
derajat keasaman yang sesuai, serta tidak mengandung zat-zat yang menghambat
pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Kandungan dextrose dan karbohidrat yang cukup
tinggi pada media PDA (20g), PCA (20g) dan SDA (40g) sangat berperan penting dalam
proses metabolisme jamur.

3
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Pengamatan

Kegiatan Isolasi dan Karakater Morfologi Jamur Parasit pada Diaphorina citri
dilakukan di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika
(BALITJESTRO) pada Rabu, 4 Januari 2017.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah laminar, korek, kompor, petris disc, skalpel, bor
gabus, jarum ent, bunsen, alkohol,spidol, dan wrap seal. Bahan yang digunakan antara
lain PDA, terramicin, jamur patogen yang akan diisolasi.

C. Cara Kerja

Menghidupkan UV pada laminar selama 30 menit dalam kondisi tertutup. Setelah


UV dimatikan, alat dan bahan dipersiapkan. PDA yang telah diambil dari lemari
pendingin dicairkan di kompor. Laminar yang telah dibuka, permukaannya disemprot
dengan alkohol lalu alat dan bahan ditaruh di meja laminar. Bunsen dihidupkan
menggunakan korek. Petri dish yang akan diisi PDA diputarkan di bunsen pada kondisi
tertutup untuk mematikan bakteri pada petri dish. Petri dish dibuka pelan dan sedikit lalu
dimasukkan PDA secara merata pada petri dish setelah itu langsung ditutup dan
diputarkan kembali pada bunsen. Hal tersebut dilakukan pada semua petri dish. Setelah
media mengeras, wrap petri dish di buka lalu diputarkan pada bunsen. Petri dish isolat
dibuka lalu isolat diambil sedikit dengan skapel, jarum gabud, maupun jarum ent sesuai
dengan kondisi isolat. Setelah diambil sedikit isolat lalu dipindahkan ke media baru pada
petri dish yang telah diputarkan pada bunsen. Isolat ditaruh di bagian tengah petri dish
agar memudahkan pengamatan. Setiap petri dish isolat lama dan baru di tutup dengan
wrap agar tidak ada udara masuk. Isolat baru diberi keterangan nama isolat dan tanggal
ditanam. Pengamatan diameter dilakukan selama 7 hari berturut turut dengan
mengamati warna koloni, bentuk koloni, dan permukaan koloni. Pengamatan perubahan
warna koloni diamati pada hari terakhir pengamatan. Diameter setiap isolat akan dibuat
grafik. Beberapa isolat akan diamati morfologi melalui mikroskop yang meliputi hifa dan
spora.

4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Morfologi makroskopik isolat jamur parasit Diaphorina citri

Tanggal Perubahan warna Bentuk tepi pPermukaa


No. Isolat isolasi Warna koloni koloni koloni n koloni
1 Tb.8 04-Jan Putih putih, sedikit pink bulat merata
2 Tb.5 04-Jan Hijau, keputihan hijau, keputihan bulat merata
3 Tb.6 04-Jan Kuning, jingga kuning bulat merata
4 Homop Tb 04-Jan Hijau hijau bulat merata
5 Tuban 04-Jan Putih, keunguan putih, keunguan bulat merata
6 Tuban 04-Jan Putih putih, sedikit pink bulat merata
7 Tb.4 04-Jan putih putih keunguan bulat merata
merah muda,
8 Tb.3 04-Jan putih putih keunguan bulat merata
merah muda,
9 Tb.3 04-Jan putih putih, sedikit pink bulat merata
Homop tidak
10 Tb.1 04-Jan putih putih bulat merata
Homop tidak
11 Tb.3 04-Jan hijau keputihan hijau keputihan sembarang merata
Homop tidak
12 Tb.2 04-Jan Putih putih bulat merata
13 Homop Tb 04-Jan Hijau hijau sembarang merata
Homop
14 Tb.3 04-Jan Coklat coklat sembarang merata
15 Homop Tb 04-Jan Putih putih bulat merata
16 Homop Tb 04-Jan Hijau hijau bulat merata
Homop
17 Tb.1 04-Jan Putih putih sembarang merata
18 Homop Tb 09-Jan Putih coklat, keputihan sembarang merata
19 Homop Tb 09-Jan Putih coklat, keputihan bulat merata
20 Homop Tb 09-Jan putih kehijauan hijau sembarang merata
Homop tidak
21 Tb.5 09-Jan Putih hijau keputihan bulat merata
Homop tidak
22 Tb.5 09-Jan Putih putih, sedikit pink bulat merata
Homop
23 Tb.5 09-Jan putih, hijau hijau (KONTAM) sembarang merata
24 Tuban 09-Jan Putih putih keunguan bulat merata

5
Homop tidak
25 Tb.3 09-Jan jingga, putih putih, jingga bulat merata
Homop hijau keputihan
26 Tb.3 09-Jan hijau keputihan (KONTAM) bulat merata
Homop
27 Tb.4 09-Jan Putih hijau sembarang merata
Homop tidak
28 Tb.2 09-Jan Putih putih Bulat merata
Homop
29 Tb.4 09-Jan putih, hijau hijau sembarang merata
Homop
30 Tb.6 09-Jan Putih putih, sedikit pink Bulat merata
Homop hijau kebiruan,
31 Tb.6 09-Jan putih keputihan Bulat merata

Tabel 2. Rerata diameter isolat jamur parasit Diaphorina citri

Rerata diameter
No. Isolat hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
1 Tb.8 2 2.3 2.75 3 3.5 3.75 3.9
2 Tb.5 1.1 1.35 1.5 1.55 1.7 1.8 1.85
3 Tb.6 1.65 2.2 2.55 2.9 3.55 3.85 4
4 Homop Tb 3.5 4.1 4.65 4.9 5.5 5.95 6.7
5 Tuban 2.1 2.45 2.85 3.15 3.65 3.9 4.2
6 Tuban 2.4 2.95 3.35 3.65 3.85 4.15 4.45
7 Tb.4 2.2 2.4 2.65 3.1 3.45 3.8 3.95
8 Tb.3 6.05 6.35 7.15 7.65 8.25 8.7 9
9 Tb.3 2.35 2.65 3.05 3.2 3.45 3.7 4
10 Homop Tb.1 4.65 4.95 5.7 6.95 7.25 7.4 7.55
11 Homop Tb.3 2.75 2.9 3.25 3.4 3.55 3.2 3.8
12 Homop Tb.2 7.25 8.45 9 9 9 9 9
13 Homop Tb 2.7 3.1 3.6 3.75 3.8 3.85 3.9
14 Homop Tb.3 1.95 2.15 2.15 2.15 2.15 2.15 2.15
15 Homop Tb 6.45 7 8.4 8.75 9 9 9
16 Homop Tb 2.8 3.1 3.8 3.9 4.15 4.3 4.5
17 Homop Tb.1 3.85 4.2 4.7 4.7 4.85 4.9 6.25
18 Homop Tb 0 1.8 3.35 3.5 3.5 3.55 3.6
19 Homop Tb 0 1.2 2.45 2.6 3.05 3.7 4.4
20 Homop Tb 0 1.2 2.1 2.35 2.5 2.65 2.75
21 Homop Tb.5 0 0 1.2 1.55 1.75 1.95 2.25
22 Homop Tb.5 0 1.65 2.6 2.95 3.35 4.05 4.55
23 Homop Tb.5 0 1.55 2.3 2.7 3.05 3.55 3.6
24 Tuban 0 0 1.75 2.05 2.25 2.85 3.05

6
25 Homop Tb.3 0 1.8 2.45 2.75 3 3.45 4.05
26 Homop Tb.3 0 1.3 1.65 2 2.45 2.65 2.8
27 Homop Tb.4 0 1.25 2 2.95 3.35 3.75 4.45
28 Homop Tb.2 0 3.4 7.35 9 9 9 9
29 Homop Tb.4 0 1.75 2.2 2.35 2.8 3.4 3.8
30 Homop Tb.6 0 0 0.7 1.9 2.2 2.7 3
31 Homop Tb.6 0 0 1 1.2 1.6 2 2.7

B. Pembahasan

Isolasi jamur bertujuan untuk memperoleh koloni tunggal sehingga dapat


digunakan sebagai bahan penelitian secara makroskopik maupun mikroskopik.
Mengisolasi suatu mikrobia ialah memisahkan mikrobia tersebut dari lingkungannya di
alam dan menumbukannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Untuk isolasi
harus diketahui cara cara menanam dan menumbuhkan mikrobia pada medium biakan
kerta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya. Penanaman suatu mikrobia perlu
memperhatikan faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen. Pada isolasi jamur ini
ditumbuhkannya pada medium PDA.

Menurut Taurisisa dkk., (2015) Secara umum media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme harus memenuhi persyaratan nutrisi dan mudah dimanfaatkan oleh
organisme, mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan derajat keasaman yang
sesuai, serta tidak mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme
tersebut. Kandungan dextrose dan karbohidrat yang cukup tinggi pada media PDA (20g)
sangat berperan penting dalam proses metabolisme jamur. PDA juga merupakan salah
satu media kultur yang paling umum digunakan karena formulasinya yang sederhana dan
merupakan media terbaik karena kemampuanya dalam mendukung pertumbuhan pada
berbagai jamur. Selain faktor media, perlakuan yang aseptis sangat mendukung
keberhasilan isolasi patogen agar menghindari terjadinya kontaminasi dengan ditandai
tumbuhnya jamur non target. Oleh karena itu, alat-alat yang digunakan dalam isolasi
disterilisasikan terlebih dahulu dan tempat isolasi disterilisasikan dengan alkohol.

Isolasi jamur patogen dari sampel tanaman sakit dilakukan dengan cara bagian
tanaman sakit antara yang bergejala dan tidak dipotong kecil-kecil. Pemilihan bagian
yang dipotong antara yang bergejala dan tidak dengan tujuan agar jamur patogen dapat
tetap tumbuh dengan manfaatkan jaringan tanaman yang sehat dan nutrisi dari media.
Setelah itu, potongan-potongan sampel tanaman sakit didisinfestasi dengan kloroks 1 %

7
selama 3 menit untuk menghilangkan kontaminasi-kontaminasi dari mikroorganisme
lainnya yang menempel pada permukaan tanaman. Kemudian potongan sampel tanaman
sakit diletakkan pada media PDA yang telah disediakan. Inkubasikan media tersebut
selama 3 hari dalam keadaan gelap pada suhu kamar. Setelah itu, isolat tunggal jamur
dimurnikan pada media PDA yang baru. Hal ini dilakukan karena glukosa dalam media
PDA menyebabakan penurunan aktivitas untuk mendapatkan nutrient. Untuk menghindari
hal ini, perlu dilakukan isolasi spora tunggal sehingga viabilitasnya tetap bisa
dipertahankan. Menurut Taurisisa dkk., (2015) Pembentukan konidia jamur dipengaruhi
oleh kandungan protein dalam media. Protein diperlukan untuk pembentukan organel
yang berperan dalam pembentukan apikal hifa dan sintesis enzim yang diperlukan selama
proses tersebut dan enzim juga berperan dalam aktivitas perkecambahan dan protein yang
diserap dalam bentuk asam amino. Sel sel hifa yang tua akan mengalirkan nutrien ke sel
sel apikal agar hifa dapat tumbuh terus. Pembentukan cabang pada hifa dapat terbentuk
sepanjang hifa. Cabang hifa tersebut akan menjauhi hifa induk agar nutrien di lingkungan
dapat terjangkau sejauh mungkin. Pembentukan miselium terjadi karena anastomosis
pada titik temu pada cabang cabang hifa. Anastomosis ini memperluas hifa menjadi
suatu jaringan (jala) yang disebut dengan miselium. Miselium menjadikan penyerapan
nutrien dari subtrat lebih efektif sehingga miselium jamur berkembang di dalam media.

Menurut Semangun (2000) Cit. Taurisisa dkk., (2015) cendawan atau jamur yang
masih hidup dapat mempertahankan diri dari musim ke musim pada tanaman sakit yang
masih hidup, pada sisa tanaman sakit, atau pada biji. Miselium cendawan ini dapat
bertahan selama 1 tahun atau lebih dalam jaringan inang yang sakit, sedangkan konidia
dapat tetap hidup selama 17 bulan tanpa inangnya (dalam suhu kamar) dan spora
mengandung 86% air dan memungkinkan untuk bertahan beberapa tahun dalam kondisi
sangat kering. Dengan demikian, isolasi patogen dapat dilakukan melalui sampel tanaman
yang sakit.

Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah. Menurut Karomah (2015), struktur hifa umumnya berbentuk tabung panjang, tidak
berwarna, memiliki percabangan, dan lumen berisi organel-organel dan protoplasma. Hifa
terbagi menjadi dua berdasarkan keberadaan sekat pada struktur tersebut, hifa memiliki
sekat (septat) dan hifa yang tidak memiliki sekat (aseptat). Contoh hifa cendawan yang

8
memiliki sekat adalah Fusarium, sedangkan yang tidak memiliki sekat adalah cendawan
dari kelompok zygomycota.

Diaphorina citri merupakan vektor penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem


Degeneration) yang dapat menurunkan produktivitas jeruk. Penggunaan jamur parasit
bertujuan agar menekan jumlah Diaphorina citri. Ada tiga macam jamur parasit yang
biasa digunakan sebagai entomopatogen adalah Hirsutella citriformis, Beauveria
bassiana, dan Metarhizium anisopliae (Dwiastuti, et al., 2007).

Semua jenis jamur parasit yang digunakan termasuk dalam divisi ascomycota.
Kelompok jamus ascomycota memiliki ciri utama yaitu menghasilkan askospora sebagai
hasil reproduksi generatif. Ascomycota ada yang bersel satu dan bersel banyak.
Ascomycota multiseluler memiliki hifa yang bersekat. Ascomycota memiliki ciri antara
lain bersifat uniseluler/multiseluler, hifa bersekat, membentuk tubuh buah askokarp/tidak,
hidup saproba/parasit/simbiosis mutualisme, trproduksi secara vegetati (pembelahan sel,
fragmentasi, konidiospora), dan generatif (menghasilkan askospora) (Permata, 2016).

Jamur B. Bassiana dikenal sebagai penyakit white muscardine karena miselium


dan konidium (spora) yang dihasilkan berwarna putih berbentuk oval, dan konidiofor
tumbuh secara zig zag (Soetopo dan Indrayani, 2007). Pada konidia B. bassiana akan
tumbuh suatu tabung yang semakin lama semakin panjang mirip seuntai benang pada
suatu waktu benang itu mulai bercabang. Cabang yang timbul selalu tumbuh menjauhi
hifa utama dan antar cabang akan saling bersentuhan. Pada titik sentuh akan terjadi lisis
dinding sel (anastomosis) sehingga protoplasma akan mengalir ke semua sel hifa.
Miselium yang terbentuk akan semakin banyak dan membentuk suatu koloni (Gandjar,
2006).

Metarhizium anisopliae adalah jamur yang tumbuh secara alami di tanah di


seluruh dunia dan menyebabkan penyakit pada berbagai serangga serta bertindak sebagai
parasitoid (Driver, et al., 2000). Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini disebut green
muscardine karena warna spora hijau. Ketika terjadi mitozis spora (disebut konidia) dari
jamur yang bersentuhan dengan tubuh serangga, jamur akan tumbuh dan hifa menembus
kutikula. Jamur kemudian mengembang di dalam tubuh yang akhirnya membunuh
serangga setelah beberapa hari (Freimoser et al., 2003).

Berikut klasifikasi Hirsutella citriformis (Anonim, 2008) :

9
Domain: Eukaryota

Kingdom: Fungi

Phylum: Ascomycota

Subphylum: Pezizomycotina

Class: Sordariomycetes

Subclass: Hypocreomycetidae

Order: Hypocreales

Family: Ophiocordycipitaceae

\Genus: Hirsutella

Species: Hirsutella citriformis

Dari hasil pengamatan makroskopik, diambil 5 dari 31 isolat yang ada untuk
diamati secara mikroskopik. Sampel yang diambil adalah sampel Homop Tb, Homop
Tb 1, Homop Tb 2, Homop Tb 3, dan Homop Tb 5 yang memiliki diameter cukup
luas. Berikut hasil pengamatan mikroskopik jamur parasit Diaphorina citri.

a. b.

Gambar 1. a. Spora isolat Homop Tb, b. Hifa bersekat isolat Homop Tb (40x/0,75)

10
Pada pengamatan mikroskopik, terlihat bahwa isolat Homop Tb telah
mengeluarkan spora pada hari pengamatan keempat. Letak spora berada tersebar dan
bentuk miseliumnya menggumpal. Hifa termati adalah hifa bersekat. Hifa bersekat
merupakan ascomycota. Banyak ascomycota adalah patogen tumbuhan, beberapa
patogen hewan, jamur, dan banyak hidup pada bahan organik mati (sebagai saprob).
Ascomycota lainnya termasuk patogen peting tanaman seperti embun tepung anggur
(Uncinula necator)m Dutch elm disease (Ophiostoma ulmi), dan apple scab (Venturia
inewualis) (Anonim, 2010).

a. b.

Gambar 2. a. Hifa isolat Homop Tb.1, b. Hifa bersekat isolat Homop Tb.1

Dari hasil pengamatan mikroskopik hifa isolat Homop Tb.1 merupakan


ascomycota karena memiliki sekat.

a. b.

11
Gambar 3. a. Hifa bersekat pada isolat Homop Tb.2, b. Miselium pada isolat Homop Tb.2

Pada pengamatan mikroskopik isolat Homop Tb.2 diketahui bahwa hifa


bersekat. Namun belum ditemukan spora pada isolat tersebut.

a. b.

Gambar 4. a. Spora pada isolat Homop Tb.3, b. Hifa bersekat pada isolat Homop Tb.3

Pada pengamatan mikroskopik isolat Homop Tb.3 didapat spora dengan


bentuk lingkaran, jumlahnya banyak dan tersebar. Hifa pada isolat tersebut bersekat.

a. b.

Gambar 5. a. Spora isolat Homop Tb.5, b. Hifa dan spora isolat Homop Tb.5

12
Pada pengamatan mikroskopik isolat Homop Tb.5, didapatkan spora yang
banyak dan tersebar hampir menutupi miseliumnya. Meskipun diameternya belum
luas, namun telah terdapat banyak spora dalam isolat jamur parasit tersebut.

Warna Koloni Putih Tb. 8


Tuban
10
Tb.4
9
Homop Tb. 1
8 Homop Tb. 2
7 Homop Tb
6 Homop Tb. 1
Homop Tb
5
rerata diameter (cm) Homop Tb
4
Homop Tb. 5
3 Homop Tb. 5
2 Homop Tb. 4
1 Homop Tb. 2
Homop Tb. 6
0
Homop Tb. 6
1 2 3 4 5 6 7

Hari pengamatan

Gambar 6. Grafik kecepatan tumbuh isolat jamur parasit Diaphorina citri berdasarkan warna
koloni putih

Berdasarkan grafik, dapat diketahui bahwa kedua isolat homop Tb.2 memiliki
pertumbuhan yang cepat. Terbukti pada pengamatan hari pertama, memiliki diameter
tertinggi dan pada pengamatan hari ketiga telah terisi penuh permukaan media. Pada
homop Tb.2 yang diganti karena kontaminasi, namun pada hari ketiga telah memenuhi
media.

13
Warna Koloni Hijau Keputihan
4
3.5
3 Tb.5 (2)
2.5 Homop Tb.3 (11)
2 Homop Tb.3 (26)
rerata diameter (cm)
1.5 Homop Tb.4 (29)
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7

hari pengamatan

Gambar 7. Grafik kecepatan tumbuh isolat jamur parasit Diaphorina citri berdasarkan warna
koloni hijau keputihan

Berdasarkan grafik didapat bahwa diameter Homop Tb.3 memiliki diameter


awal yang luas. Namun pertambahan lebarnya cukup kecil dibandingkan dengan
Homop Tb.4 yang tumbuh dengan cepat.

Warna Koloni Hijau


8
7
6
Homop Tb (4)
5
Homop Tb (13)
4
rerata diameter (cm) Homop Tb (16)
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7

hari pengamatan

Gambar 8. Grafik kecepatan tumbuh isolat jamur parasit Diaphorina citri berdasarkan warna
koloni hijau

14
Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa warna koloni hijau dimiliki isolat
homop Tb yang terdapat pada 3 isolat. Kecepatan tumbuh terlihat lebih dinamis
dengan kenaikan yang tidak signifikan.

15
C. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopik beberapa jamur parasit diketahui
memiliki hifa bersekat.
2. Kode Homop Tb.2 memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi karena pada hari
pengamatan ketiga telah memenuhi media pada petri dish.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Hirsutella citriformis. <http://www.cabi.org/isc/datasheet/27239>


Diakses pada Selasa, 17 Januari 2017.

Anonim, 2010. Ascomycota. https://www.britannica.com/science/Ascomycota diakses


pada Rabu, 18 Januari 2017.

Driver, F., Milner, R.J. and Trueman, W.H.A. (2000). "A Taxonomic revision of
Metarhizium based on sequence analysis of ribosomal DNA". Mycological
Research. 104 (2): 135151.

Dwiastuti, M. E., W. Nawir, dan S. Wuryantini. 2007. Uji patogenitas jamur entomopatogen
Hirsutella citriformis, Beauveria bassiana, dan Metarhizium anisopliae secara
eka dan dwiinfeksi untuk mengendalikan Diaphorina citri Kuw. Jurnal
Hortikultura Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika 17 : 76.

Freimoser, F. M., Screen, S., Bagga, S., Hu, G. and St. Leger, R.J. 2003. "EST analysis of
two subspecies of Metarhizium anisopliae reveals a plethora of secreted proteins with
potential activity in insect hosts". Microbiology. 149 : 239247.

Gandjar, I. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Karomah, L. 2015. Morfologi Cendawan Struktur dan Modifikasi Hifa.


< https://mikrobio.net/mikologi/morfologi-cendawan.html >diakses pada
Selasa, 17 Januari 2017.

Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. UMY Pres: Yogyakarta.

Mead, F. W. 2014. Featured Creatures.


<http://entnemdept.ufl.edu/creatures/citrus/acpsyllid.htm> diakses pada
Jumat, 13 Januari 2017.

Narayanasamu, P. 2011. Microbial plant pathogens-detection and diagnosis: fungal


pathogens. Springer Science+Business Media 1: 5-199.
Permata, N. 2016. Ciri Ciri Ascomycota.
< http://www.sridianti.com/ciri-ciri-ascomycota.html> Diaskses pada Selasa,
17 Januari 2017.

17
Soetopo, D dan I. Indrayani. 2007. Status teknologi dan prospek Beauveria bassiana
untuk pengendalian serangga hama tanaman perkebunan. Perspektif (6) : 29-46.

Ulfah, N. U. 2014. Optimasi Deteksi Penyakit Huanglongbing pada Tanaman Jeruk


Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction. Skripsi Departemen
Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor.

Taurisia, P. P., M. W. Proborini, dan I. Nuhantoro. 2015. Pengaruh media terhadap


pertumbuhan dan biomassa cendawan Alternaria alternata (Fries) Keissler. Jurnal
Biologi, 19(1): 30-33.

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Praktikum Hama 5
    Laporan Praktikum Hama 5
    Dokumen11 halaman
    Laporan Praktikum Hama 5
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Acara 4
    Acara 4
    Dokumen21 halaman
    Acara 4
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Hasil Pengamatan Acara 1
    Hasil Pengamatan Acara 1
    Dokumen1 halaman
    Hasil Pengamatan Acara 1
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Acara 5
    Acara 5
    Dokumen13 halaman
    Acara 5
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Acara 2
    Acara 2
    Dokumen38 halaman
    Acara 2
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Acara 3
    Acara 3
    Dokumen14 halaman
    Acara 3
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Acara 1
    Acara 1
    Dokumen15 halaman
    Acara 1
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Soal Pengesahan Klimat
    Soal Pengesahan Klimat
    Dokumen5 halaman
    Soal Pengesahan Klimat
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat
  • Pestisida ALAMI
    Pestisida ALAMI
    Dokumen9 halaman
    Pestisida ALAMI
    Almira Arief Rahma Putri
    Belum ada peringkat