Anda di halaman 1dari 21

ACARA 4

ADAPTASI TANAMAN TERHADAP FAKTOR AIR

I. TUJUAN
1. Mengetahui macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersediaan air.
2. Mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman yang beradaptasi
pada kandungan air yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Adaptasi adalah kemampuan tumbuhan untuk menghindari atau menetralkan
akibat buruk dari lingkungannya serta agar dapat dimanfaatkan dengan baik.
Adaptasi tanaman terhadap lingkungan menerupakan rekayasa secara khusus sifat-
sifat karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan
menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu adaptasi anatomi dan
fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup tanaman
(Haryanti, 2009).
Air merupakan unsur yang sangat penting terhadap proses
pertumbuhan,perkembangan, dan produksi tanaman. Air yang dapat diserap
tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Sel-sel
tanaman berisikan sebanyak 90% air, lebih dari 40% akan digunakan untuk
bertahan dalam kondisi kering, sementara itu jika protoplasma mati maka hal
tersebut dapat mengurangi kandungan air sekitar 10% (Vickery, 1984) Air adalah
faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman dibandingkan faktor
lingkungan lainnya, menyatakan bahwa air penting karena dapat mengangkut
unsur hara dari tanah ke akar dan diteruskan ke bagian-bagian tubuh tanaman
lainnya. Proses fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun
hilang, kemudian proses fotosintesis akan terhenti jika kehilangan air mencapai
60% (Wijayanto dan Pratiwi, 2011).
Di alam terdapat berbagai macam tipe habitat beserta ketersediaan airnya.
Namun tidak ada tanaman yang mampu hidup didua situasi yang berbeda (sangat
basah atau sangat kering). Setiap spesies hanya akan mampu berkembang dengan
baik jketika berada di dalam habitat yang kandungan airnya sesuai dengan yang
dibutuhkan. Apabila kandungan airnya kurang sesuai dengan kebutuhannya maka
tanaman tersebut akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan keadaan
airnya supaya tetap dapat bertahan hidup (Weaver et al,. 1938).Ada tiga

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


penggolongan tanaman berdasarkan ketersediaan air dan adaptasinya yakni
tanaman yang beradaptasi pada kondisi basah ( hidrofit), tanaman yang
beradaptasi pada kondisi kering (xerofit), dan tanaman yang beradaptasi pada
kondisi cukup air (mesofit). Tanaman hidrofit memiliki tempat penyimpanan gas
yang berbentuk rongga udara yang dipisahkan diafragma (aerenkim). Tanaman
mesofit berkutikula tipis, jaringan epidermis bermodifikasi menjadi sel kipas
untuk mengurangi penguapan dan stomata yang terlindungi. Tanaman xerofit
bersistem penebalan kutikula pada epidermis untuk mengurangi kehilangan air.
Tanaman xerofit memiliki sistem akar penetrasi yang memungkinkan absorbsi
yang lebih efektif (Leopald, 1964). Habitat makhluk hidup mengharuskan
makhluk hidup di dalamnya untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi apapun
agar dapat mampu bertahan hidup. Penyesuaian tersebut, akan dilakukan dengan
cara yang spesifik karena daya penyesuaian yang dimiliki oleh individu satu
dengan yang lain berbeda-beda. Tanaman yang melakukan fotosintesis dengan
kondisi air yang terbatas akan cenderung mempertahankan turgor dan
memproduksi osmolytes dengan tujuan untuk melindungi jaringan dari dehidrasi
(Kostopoulou et al., 2009).
Adaptasi tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa secara khusus
dari sifat-sifat karakteristik anatomi dan fisiologi untuk memberikan peluang
keberhasilan menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu.Oleh karena itu, adaptasi
anatomi dan fisiologi dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan
hidup tanaman.Namun jenis tumbuhan yang berbeda akan menunjukkan sensifitas
yang berbeda pula terhadap perubahan lingkungan bahkan terhadap bahan
pencemar khususnya logam berat (Haryanti, 2009).
Adaptasi yang dilakukan tanaman tersebut termasuk adaptasi biokimia.
Banyak macam variasi penyesuaian diri yang dilakukan oleh setiap organisme.
Pada tanaman mekanisme penyesuaian diri terhadap lingkungannya dapat dilihat
dari morfologi suatu tanaman atau adaptasi morfologi. Tanaman yang hidup di
lingkungan kering seperti gurun pasir, akan memiliki bentuk morfologi yang
berbeda dengan tanaman yang hidup di lingkungan basah. Hal tersebut sangat
nampak pada tanaman kaktus yag hidup di daerah gurun pasir, yang memiliki
bentuk morfologi berupa daun berduri dan memiliki akar panjang. Daun yang
berbentuk duri pada kaktus sebagai cara penyesuaian kaktus terhadap kondisi

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


kering dengan tujuan untuk mengurangi penguapan. Kaktus juga menolak
kekeringan dengan menyimpan air dalam jaringan selulernya. Air yang disimpan
cukup dan laju kehilangan semakin rendah (karena kutikula sangat tebal dan
stomata menutup pada siang hari) sehingga tumbuhan itu dapat tahan hidup
Kekurangan air pada tanaman dapat menurunkan tingkat produktivitas tanaman,
dikarenakan menurunnya metabolisme primer, penyusutan luas daun dan aktivitas
fotosintesis. Selain adaptasi yang dilakukan oleh kaktus, tanaman jati juga
melakukan adaptasi dalam kondiri keterbatasan air dengan menggugurkan
daunnya dengan tujuan mengurangi proses penguapan. Mekanisme lain yang
dilakukan oleh tanaman dalam kondisi kering untuk memperkecil kehilangan air
daun dengan memperkecil luas permukaan daun (Setiawan et al., 2013)
Tanaman kekeringan respon stres dan resistensi adalah proses biologis yang
kompleks yang perlu dianalisis pada tingkat sistem yang menggunakan genomik
dan pendekatan fisiologis untuk membedah model eksperimental yang membahas
tekanan kekeringan yang dihadapi oleh tanaman di bidang. Kekeringan
merupakan faktor tekanan lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman . Kekeringan atau tanah defisit air dapat menjadi
kronis dalam iklim daerah dengan ketersediaan air yang rendah atau acak dan tak
terduga karena perubahan kondisi cuaca selama periode pertumbuhan tanaman .
Efek dari kekeringan diperkirakan meningkat dengan perubahan iklim dan
berkembang kelangkaan air. Dengan demikian, pemahaman tentang cekaman
kekeringan dan air digunakan dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman
sangat penting untuk pertanian berkelanjutan (Harb et al., 2010).

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Ekologi acara IV yang berjudul Adaptasi
Tanaman pada Faktor Air dilaksanakan pada hari Senin 11 Mei 2015 pada pukul
13.30 WIB di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada praktikum ini,
alat-alat yang digunakan adalah pisau/silet, mikroskop, kaca preparat, dan alat
tulis. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu tanaman eceng gondok
(Eichornia crassipes), tanaman jagung (Zea mays), dan tanaman kaktus (Opunctia
sp).
Pada pelaksanaan praktikum yang harus dilakukan adalah disiapkan
tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) sebagai tanaman hydrofit, jagung
(Zea mays) sebagai tanaman mesofit, dan kaktus (Opunctia sp.) sebagai tanaman
xerofit. Kemudian, diambil salah satu tanaman dari masing-masing kelompok
tanaman dan dilakukan pengamatan secara morfologis. Satu tanaman untuk
masing-masing kelompok tanaman dibuat penampang melintang dan membujur
daunnya, untuk diamati secara anatomis. Pengamatan yang dilakukan, yaitu
pengamatan secara mofrologis dan anatomis. Pada pengamatan secara morfologis,
diamati bagian-bagian ketiga tanaman tersebut, meliputi habitus tanaman, bentuk
batang dan cabang-cabangnya, bentuk daun, tangkai daun, permukaan daun dan
ketebalan daun serta struktur akar. Pada pengamatan secara anatomis, diamati
ketiga tanaman tersebut pada kondisi penampang melintang dan membujur daun.
Pada penampang melintang daun, diamati ketebalan kutikul, letak stomata,
banyak-sedikitnya jaringan pengangkutan, ada-tidaknya tempat penimbunan air,
aerenkim, dan sebagainya. Pada penampang membujur daun, diamati bentuk sel
epidermis, banyak-sedikitnya stomata, dan sebagainya. Setelah pengamatan
selesai, dibuat skema/gambar tanaman dan bagian tanaman tersebut secara
morfologi maupun anatomis, lengkap dengan keterangan bagian-bagiannya.

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a) Tanaman Jagung (Zea mays)
1. Morfologi Jagung (Zea mays)

Keterangan :

a. Daun
b. Batang
c. Akar (serabut)
d. Habitus : tegak

Deskripsi :

Jagung (Zea mays) termasuk tanaman mesofit yaitu tanaman yang


beradaptasi pada kondisi air yang cukup, tidak terlalu banyak air, dan tidak terlalu
sedikit air (kapasitas lapang). Habitus jagung tegak, daunnya berbentuk pita,
tangkai daunnya kecil atau hampir tidak ada, bentuk batangnya hampir bulat, tidak
ada percabangan, dan sistem perakarannya serabut. Tanaman ini menggunakan
stomata sebagai alat untuk mengkonversi air dan menghindari keadaan stress yang
sedang sampai stress yang berat. Jagung mempunyai sel kipas yang
membedakannya dengan tanaman kaktus (Opunctia sp.) dan eceng gondok
(Erchornia crassipes).

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles
yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe
jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan
sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles
vaskuler. Pada jagung yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu untuk menyokong/menyangga tegaknya
tanaman (Paliwal, 2000).

Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai. Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu
runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan
susunan tulang daunnya jagung termasuk bertulang sejajar atau lurus (rectinervis)
(Subekti dkk., 2013).

2. Anatomi Jagung (Zea mays)


a. Preparat penampang melintang

Keterangan :

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


a. Sel kipas
b. Xylem
c. Floem
d. Palisade
e. Epidermis

Deskripsi :

Pada potongan melintang jaringan terdapat jaringan epidermis. Sel


epidermis mengandung bagian Kristal yang memanjang. Setelah jaringan
epidermis terdapat jaringan sklerenkim yang tebal. Skelerenkim sebagian
mengandung kumpulan sistem vaskuler yang melingkari batang. Terdapat 3-5
sistem vaskuler yang mengitari batang. Bagian utama sistem vaskuler terdiri
xylem dan floem yang menyebar dibagian dalam tengah batang (Hidayat,1995).
Dalam potongan melitang daun jagung, juga ditemukan adanya sel yang berfungsi
untuk menanggulangi defisit air pada sel-sel daun.

b. Penampang preparat membujur

Keterangan :

a. Stomata
b. Epidermis
c. Sel penjaga

Deskripsi :

Penampang membujur pada daun memilki epidermis yang terdapat


dinding sel yang berkelok-kelok serta terdapat stoma yang bertipe Graminae, sel

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


penutup berbentuk halter membuka dan menutup sejajar stoma. Bentuk dan
sebaran stoma pada irisan membujur daun jagung bagian atas (stoma lebih banyak
terdapat pada permukaan daun). Bagian utama terdiri dari sel ramping dan
memanjang. Sel penutup stomata berasosiasi dengan sel disampingnya (Hidayat,
1995). Pada sel stomata di penampang membujur terdapat juga sel penjaga.

b) Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes)


1. Morfologi Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Keterangan :

a. Daun
b. Batang
c. Akar (serabut)
d. Habitus : semi tegak

Deskripsi :

Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) tumbuh didaerah yang


mengandung banyak air atau dalam keadaan basah sehingga tanaman ini termasuk
dalam golongan hydrofit. Habitus tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes)
adalah batang yang berongga dimana berfungsi dalam menyimpangan cadangan
udar sehingga dapat mengapung di permukaan air dan batangnya tidak bercabang.
Daun eceng gondok (Eichornia crassipes) lebar dengan stomata yang banyak, hal
ini meruapakan modifikasi dari daun terhadap lingkungan. Struktur perakaran
yang dimiliki adalah akar serabut (Hidayat,1995). Tulang daun melengkung rapat
dan pada pangkal mempunyai upih, tersusun berseling atau dalam rozet
(Tjitrosoepomo, 2002).

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


2. Anatomi Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
a. Preparat penampang melintang

Keterangan :

a. Epidermis
b. Stomata
c. Xylem
d. Floem
e. Sel kipas
f. Jaringan bunga karang
g. Jaringan pagar

Deskripsi :

Eceng gondok (Eichornia crassipes) kutikulanya tipis, mempunyai


epidermis seperti yang dimiliki tanaman lain, tetapi fungsinya untuk jalan keluar
gas untuk memperoleh unsur unsur atau zat zat tertentu yang terlarut dalam
air. Selain itu juga terdapat rongga stoma, jaringan palisade, sklerenkim, ruang
udara, stoma, berkas pengangkut, dan epidermis bawah. Terdapat rongga udara
yang dipisahkan oleh sekat tipis yang terdiri dari satu sampai dua lapisan sel
berkloroplas (Haryanti,2009). Struktur anatomi penampang lintang tangkai daun
menunjukkan adanya epidermis,jaringan aerenkim dengan trikosklereidanya
sebagai penguat dan lakuna dan berkas pengangkut tersebar (Fahn, 1992). Pada
petiolus terjadi lakuna yang terjadi secara sisogen tersusun dari aerenkim yang
sebenarnya adalah felem yang diturunkan dari felogen tipikal asal epidermis dan
kortek.
Sifat khas dari epidermis bagian tumbuhan di atas tanah adalah
lapisan kutikula di dinding luar. Berkas pembuluh kecil yang terdapat

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


dalam mesofil dikelilingi satu atau dua lapisan sel. Jika jumlahnya dua,
maka seludang sel sebelah dalam terdiri dari parenkim dan di luar bisa
terdiri dari sel sklerenkim. Sel sklerenkim membentuk sekumpulan sel
yang bersinambungan atau berupa berkas yang ramping.Struktur anatomi
penempang lintang akar seperti hidrofit lain eceng gondok terutama
mereduksi bagian elemen trakeanya. Reduksi terjadi pada tingkat
lignifikasinya. Kambium tidak ada atau mereduksi dan parenkim kortek,
endodermis serta perisikel. Susunan aerenkim sangat teratur memanjang,
memungkinkan akar menyipan O2 secukupnya (Haryanti, 2012).

b. Penampang preparat membujur

Keterangan :

a. Epidermis
b. Stomata
c. Klorofil
d. Sel penjaga

Deskripsi :

Pada daun eceng gondok terdapat banyak stomata dan terletak di permukaan
daun bagian atas. Stoma (jamak: stomata) merupakan celah dalam epidermis yang
dibatasi oleh dua sel epidermis yang khusus, yakni sel penutup. Stomata bertujuan
agar terjadi penguapan secara intensif, sehingga kelebihan air pada tubuh tanaman

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


dapat dikurangi, stomata eceng gondok tercecer dan menyebar. Hal ini
menunjukkan proses evapotranspirasi yang cukup besar. (Harb et al., 2010).

c) Tanaman Kaktus (Opunctia sp.)


1. Morfologi Kaktus (Opunctia sp.)

Keterangan :

a. Daun berbentuk duri


b. Batang
c. Akar (tunggang)
d. Habitus : tegak

Deskripsi :

Kaktus (Opunctia sp.) merupakan tanaman xerofit yang memiliki habitus,


herbaseus, tegak, modifikasi daun yang berupa duri, batang menjadi seperti daun
pipih atau persegi dan berwarna hijau, berdaging percabangan aksiler tak terbatas,
akarnya serabut tersebar luas di tanah lapisan atas. Akarnya serabut pada Kaktus
(Opunctia sp.) dapat mencapai kedalaman dua sampai tiga kaki. Modifikasi pada
daun yang berupa duri digunakan sebagai pengatur penguapan pada kondisi
kering (Tjitrosoepomo,2002).

2. Anatomi Kaktus (Opunctia sp.)


a. Preparat penampang melintang

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Keterangan :

a. Kutikula
b. Palisade
c. Spons
d. Stomata

Deskripsi :

Pada penampang melintang daun kaktus, daun dilapisi oleh kutikula yang
sangat tebal, daun berdinding tebal, adanya lapisan lilin, menutup stomata penuh
pada siang hari serta tersembunyi. Keadaan yang lain yaitu ruang sel yang dimiliki
relatif kecil, akar yang sangat panjang. Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya
jaringan penyimpan air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara
efisien. Semua itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi tanaman yang hidup pada
kondisi air yang ekstrem yaitu kekeringan agar dapat bertahan hidupdan tetap
eksis dan tidak punah. Tanaman kaktus juga terdapat epidermis, jaringan palisade,
hipodermis, dan jaringan penyimpan air. Ukuran sel kecil dan tebal. Kutikula tebal
dan impermeable. Sistem jaringan pembuluh dan stomata bertambah rapat,
jaringan tiang bertambah sedangkan jaringan spon berkurang. Stomata terletak
didasar cekungan yang letaknya di permukaan daun (Hidayat, 1995).

b. Penampang preparat membujur

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Keterangan :

a. Stomata yang menutup

Deskripsi :

Pada beberapa xerofit terdapat jaringan khusus penyimpan air.


Stomata terletak di dasar cekungan. Jumlah stomata banyak dan terletak di
permukaan atas. Sel epidermis dilindungi oleh lilin untuk mencegah
kehilangan air. Pada penampang membujur kaktus terdapat klorofil sebagai
pembentuk zat hijau daun serta terdapat ruang antar sel yang berfungsi
sebagai celah transport materi yang akan diproses untuk kebutuhan
tanaman kaktus tersebut.
Stomata terlihat, namun, beberapa jenis kaktus mempunyai
perilaku yang berbeda. Kaktus-kaktus tersebut menyerap karbon dioksida
melalui stomata yang terbuka hanya pada malam hari sehingga air yang
terbuang karena panas matahari dapat dibatasi (Pollock, 1993).
B. Pembahasan
Pada praktikum acara IV Adaptasi Tanaman terhadap Air dapat dikatakan
bahwa semua makhluk hidup tidak terkecuali sangat membutuhkan air dalam
aktivitasnya. Untuk dapat beraktivitas dengan baik dalam keadaan dimana
terdapar air yang cukup melimpah atupun ketersediaan air yang sedikit, makhluk
hidup perlu melakukan adaptasi, tidak terkecuali pada tanaman. Adaptasi pada
tanaman terbagi menjadi tiga, yaitu adaptasi morfologis (penyesuaian bentuk atau
struktur organ tubuh tanaman terhadap lingkungannya), adaptasi anatomis
(penyesuaian suatau tanaman yang memiliki anatomi daun), dan adaptasi biokimia
(adaptasi yang bertujuan melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan dan
kematian selama keadaan kering yang hebat).

Adaptasi pada tanaman sesuai dengan ketersediaan air nya menghasilkan 3


macam tanaman yaitu,

1. Xerofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang


kering atau tahan terhadap kondisi ketersediaan air yang rendah.

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Deskripsi: daun berukuran kecil atau bahkan tidak berdaun (mengalami
modifikasi menjadi duri) untuk mengurangi penguapan, batang sekulen
kaya akan air, lapisan kutikula tebal untuk mengurangi penguapan, berakar
serabut yang sangat panjang untuk mencari air dan hara mineral dalam
tanah. kloroplas hanya pada bagian tepi sel, bagian tengah berisi air,
terdapat empulur, korteks, dan epidermis yang tebal, serat tipe stomata
parasitic

Contoh: Kaktus dan kurma

2. Mesofit, yaitu golongan tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk


hidup di lingkungan yang ketersediaan airnya cukup.

Deskripsi: akar berkembang dengan baik, pada monokotil memiliki serabut


akar, sednagkan pada dikotil memiliki akar sekunder, batang umumnya
padat dan bercabang, daun umumnya berwarna hijau, memiliki kutikula,
terdapat stomata di bawah permukaan daun dan memiliki bentuk yang
bervariasi.

Contoh: Kopi, jagung dan kakao

3. Hidrofit, yaitu tumbuhan yang mempunya kemampuan dan menyesuaikan


diri untuk hidupa pada lingkungan yang ketersediaan airnya tinggi atau
tahan terhadap kondisi yang airnya banyak.

Deskripsi: berdaun lebar dan tipis, batang berongga, struktur batang lunak,
akar tidak berkembang dan tidak memiliki tudung akar. Memiliki lebih dari
satu aerenkim, tidka memiliki kutikula, lakuna berukuran besar dan banyak.
Memiliki adaptasi khusus, seperti reduksi jaringan pelindung (epidermis),
reduksi jaringan penguat (sklerenkim), reduksi jaringan pengangkut
(xylem, floem), reduksi jaringan penyerap, dan pengembangan ruang-ruang
udara (aerenkim).

Contoh: Eceng gondok dan teratai

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Berdasarkan klasifikasi di atas, maka pada pengamatan ini digunakan
tanaman eceng gondok sebagai contoh tanaman hidrofit, jagung sebagai contoh
tanaman mesofit, dan kaktus sebagai contoh tanaman xerofit. Untuk mengetahui
perbedaan cara adaptasi setiap tanaman, digunakan pengamatan secara morfologis
dan anatomis. Bagian-bagian tanaman yang menunjukkan adaptasi morfologis,
yaitu habitus tanaman, bentuk batang, ketebalan daun, dan struktur akar. Adapun
bagian-bagian tanaman yang menunjukkan adaptasi fisiologis antara lain meliputi
ketebalan kutikula, letak stomata, ada tidaknya tempat penimbun air, aerenkim,
bentuk sel epidermis dan banyak sedikitnya stomata.

A. Jagung (Zea mays)


Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman yang tergolong
tanaman mesofit, yaitu tanaman yang dapat beradaptasi dalam kondisi air yang
cukup atau sering disebut dengan kapasitas lapang. Kapasitas lapang adalah
banyaknya air yang dapat ditahan di dalam pori-pori tanah dan tersedia bagi
tanaman. Secara morfologisnya, habitus jagung tegak. Memiliki daun yang
panjang, tipis dan tidak terlalu lebar yang berfungsi agar penguapan tersebut
dapat bekerja secara optimum. Daun berbentuk pita, permukaan atasnya
berbulu (memiliki trikoma). Bulu-bulu atau trikomata pada permukaan atas
daun berfungsi untuk mengurangi terjadinya transpirasi yang berlebihan,
sehingga tanaman tidak akan kekurangan air pada saat udara dalam keadaan
panas. Bentuk batang kecil, tidak berongga, beruas-ruas, hampir bulat, tidak
ada percabangan. Batang yang kecil berfungsi agar pengangkutan air tidak
berlebihan dalam tubuh tanaman. Sistem perakarannya serabut, mempunyai
akar adventif, dan tidak terlalu panjang karena ketersediaan air tercukupi.
Secara anatomis, dapat dilihat melalui penampang melintang dan panampang
membujur. Pada penampang melintang daun jagung, sel epidermis tanaman
termodifikasi menjadi sel kipas yang berfungsi untuk mengurangi penguapan.
Pada saat tekanan turgor pada sel kipas tinggi maka daun akan membuka, dan
bila tekanan turgor rendah maka daun akan menggulung. Pada permukaan
atasn daun jagung terdapat trikoma dan kutikula. Stomata ada pada permukaan
bagian bawah daun yang berfungsi agar transpirasi tidak terjadi secara
berlebihan. Terdapat jaringan palisade yang berfungsi untuk melakukan

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


fotosintesis dan berkas pengangkut belum terdiferensiasi. Adapun pada
penampang membujur daun jagung ditemukan sel epidermis berbentuk persegi
panjang dengan dinding sel yang berkelok-kelok, stomata bertipe graminae,
dan terdapat sel penutup berbentuk halter yang membuka dan menutup sejajar
poros stomata. Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk
mengkonversi air dan menghindari keadaan stress yang sedang sampai stress
yang berat
B. Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Enceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan salah satu tanaman yang
tergolong tanaman hidrofit, yaitu tanaman yang dapat beradaptasi pada
kondisi air yang berlebihan. Secara morfologi, tanaman enceng gondok
memiliki batang yang berongga dan mempunyai kantong akar pada ujung
akarnya. Daun enceng gondok tipis dan lebar yang berfungsi untuk
mempercepat penguapan dan menjaga keseimbangan antara masuknya air
dengan besarnya pengeluaran air melalui evapotranspirasi. Tanaman ini
memiliki akar yang pendek, karena berada pada kondisi air yang berlebih,
sehingga akar mudah dalam mendapatkan air, akibatnya akarnya pendek.
Enceng gondok memiliki kutikula yang tipis yang berfungsi untuk menahan
banyaknya air yang masuk ke dalam sel. Kantong akar dapat mencegah
banyaknya air yang masuk agar tidak berlebihan dan mencegah pembusukkan
pada akar, karena selalu berada dalam air. Secara anatomis, pada penampang
melintang daun eceng gondok terdapat berkas pengangkut dan rongga udara
(aerenkim) yang berfungsi sebagai tempat penyimpan udara, sehingga
membantu tanaman agar terapung dalam air. Aktivitas rongga ini adalah
mengisi O2 dan diubah menjadi CO2 pada saat respirasi. Rongga ini sangat
penting bagi tanaman yang hidup di air, karena kadar oksigen yang banyak
dalam air dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan akar akan mengalami
penyusutan. Adapun pada penampang membujur, enceng gondok memiliki
stomata yang jumlahnya banyak dan terdapat pada permukaan daun bagian
atas yang bertujuan agar terjadi penguapan secara intensif, sehingga kelebihan
air pada tubuh tanaman dapat dikurangi, stomata eceng gondok tercecer dan
menyebar. Hal ini menunjukkan proses evapotranspirasi yang cukup besar.
Lingkungan hidrofit kurang oksigen merangsang anaerob untuk produksi

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


etilen, sehingga aktifitas selulose meningkat. Hal ini menyebabkan peleburan
parenkim membentuk aerenkim. Sel yang kuat tetap hidup sedang yang lemah
kehilangan air akan plasmolisis dan mati (Fahn,l992).
C. Kaktus (Opuntia sp)
Kaktus (Opunctia sp.) termasuk ke dalam tanaman yang hidup pada
kondisi kering yang disebut tanaman xerofit. Tanaman xerofit berdasarkan
proses awal terbentuk terbagi menjadi dua jenis, yaitu tanaman yang resisten
(alsli tanaman xerofit) dan tanaman yang beradaptasi pada lingkungan kering
tapi tidak asli tanaman xerofit melaikan mencoba bertahan pada lingkungan
kering. Contohnya padi lahan kering. Selain itu berdasarkan responnya
terhadap kondisi kering, tanaman xerofit terbagi menjadi tiga jenis yaitu
tanaman yang menghindar, tanaman yang tahan, dan tanaman yang toleran.
Tanaman yang menghindar biasanya berumur pendek membentuk biji serta
buah. Sedangkan tanaman yang tahan potensial osmotiknya rendah dan
mengeluarkan senyawa prolin untuk menyelesaikan potensial osmotiknya.
Senyawa prolin merupakan komponen asam amino terbesar dalam jaringan
(30% dari nitrogen terlarut). Peranan senyawa prolin adalah sebagai
penampung nitrogen dari berbagai senyawa nitrogen yang berasal dari
kerusakan protein. Selain itu berfungsi sebagai senyawa pelindung untuk
mengurangi pengaruh cekaman air dalam sel.
Secara morfologi, kaktus (Opunctia sp.) beradaptasi dengan mereduksi
daun dalam bentuk duri atau jarum serta rambut daun fungsinya untuk
mengurangi penguapan air dan untuk pendinginan adaptasi. Selain itu daun
dilapisi oleh kutikula yang sangat tebal dan berdinding tebal. Daun juga
terdapat lapisan lilin yang menutup stomata penuh pada siang hari serta
tersembunyi. Batangnya bertipe herbaseus yang tebal dan berdaging. Tanaman
ini berbatang tebal untuk melindungi dari penguapan berlebih karena tempat
yang panas dan ketersedian air sedikit. Tanaman ini memiliki tipe percabangan
aksiler tak terbatas dan memiliki lapisan lilin untuk mengurangi penguapan.
Tipe akarnya serabut dan memanjang didalam tanah agar mudah menyerap air
dan unsur hara. Sistem perakarannya adalah penetrasi yang dalam sehingga
memungkinkan absorbsi lebih efisien. Secara anatomis, pada penampang
melintang sel epidermis tanaman ini mengalami penebalan kutikula untuk

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


mengurangi kehilangan air yang terabsorbsi. Selain itu untuk beradaptasi pada
daerah yang ketersediaan airnya sedikit. Kaktus (Opunctia sp.) memerlukan
jaringan penyimpanan air karena stomatanya tersembunyi untuk memperkecil
air yang keluar dari tubuh. Untuk menyimpan air maka didalam sel tanaman
ini terdapat jaringan penyimpanan air yang ada di bawah hypodermis yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efesien pada kaktus
(Opunctia sp.) juga dilengkapi dengan jaringan palisade.
Ruang antar sel pada kaktus (Opunctia sp.) relatif kecil, keadaan yang lainnya
yaitu ruang sel yang dimiliki relative kecil akar yang sangat panjang.
Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya jaringan penyimpanan air yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien. Semua itu dilakukan
sebagai bentuk adaptasi tanaman yang hidup pada kondisi ekstrim yaitu
kekeringan agar dapat bertahan hidup dan tetap eksis serta tidak punah, yang
mewakili tanaman xerofit. Pada penampang membujur terdapat
banyakstomata di jaringan palisade yang berfungsi untuk fotosintesis.
Stomatanya menutup penuh pada siang hari. Hal ini dilakukan agar tanaman
dapat hidup pada kondisi air yang ekstrim yakni kekeringan.

VI. KESIMPULAN

1. Berdasarkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap air maka tanaman


digolongkan kedalam tiga jenis, yaitu tanaman mesofit, tanaman hydrofit, dan
tanaman xerofit.
2. Tanaman mesofit adalah tanaman yang beradaptasi pada kondisi air cukup,
tidak terlalu banyak air dan tidak terlalu sedikit (kapasitas lapang) seperti
tegalan dan ladang. Mesofit berhabitus tegak dan sistem perakarannya serabut.
Selain itu juga memiliki lapisan kutikula yang tidak terlalu tebal, contonya
jagung (Zea mays). Tanaman hydrofit adalah tanaman yang beradaptasi pada
kondisi air yang berlebihan seperti persawahan, kolam danau, dan tempat-
tempat yang kuantitas airnya tinggi yang airnya tergenang dan tidak mengalir,
contohnyaa eceng gondok (Eichornia crassipes). Tanaman xerofit adalah
tanaman xerofit yang hidup pada kondisi kering/kekurangan air sepertti gurun.
Xerofit memiliki daun yang termodifikasi seperti duri dengan ciri-ciri kecil,
tebal atau berdaging, dan mempunyai kemampuan untuk menggulung daun.

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Daun juga dilapisi kutikula yang sangat tebal, contohnya kaktus (Opunctia
sp.).

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. l992. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.


Harb, A., A. Krishnan, M. M. R. Ambavaram, and A. Pereira. 2010. Molecular
and physiological analysis of drought stress in arabidopsis reveals early
responses leading to acclimation in plant growth. Plant Physiology 1:
1254-1271.
Haryanti, B.H. Rini, D.H. Endah, dan N. Yulita. Adaptasi morfologi fisiologi dan
anatomi eceng gondok (Eichhornia crassipes (mart) solm) di berbagai
perairan tercemar 1: 39-46.
Haryanti, S. 2009. The physiology and anatomy response of enceng gondok
(Eichornia crassipes) in the various of polluted territorial water. Jurnal
Penelitian Sains dan Teknologi 10: 30-40.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung
Press, Bandung.
Kostopoulou P.,Vrahnakis M.S., Merou T., dan Lazaridou M. 2009. Perennial-like
adaptation mechanisms of annual legumes to limited irrigation. Jurnal
Biologi Lingkungan.31:311-314.
Leopald, A.C. 1964. Plant Growth and Development. Mc. Graw Hills Book.
London.
Paliwal, R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: tropical maize: improvement
and production. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rome. p13-20
Pollock, S. 1993. Ecology. Dorling Kindersley Limited, London.
Setiawan, Tohari, dan D. Shiddieq. 2013. Pengaruh cekaman kurang air terhadap
beberapa karakter fisiologis tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth).
Jurnal Littri 3:108 116.
Subekti, N. A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2013. Morfologi tanaman
dan fase pertumbuhan jagung. Teknik Produksi dan Pengembangan. 2:
16-28.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Vickery M. L. 1984. Ecology of Tropical Plants. Great Britanian. Pitman Press
Limited.
Weaver, John E, F. C. Clement. 1938. Plant Ecology. Mc Graw Hill Book
Company Inc, New York.

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air


Wijayanto, N. dan E. Pratiwi. 2011. Pengaruh naungan dari tegakan sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap pertumbuhan tanaman
porang (Amorphophallus onchophyllus). Jurnal Silvikultur Tropika 2: 49-
50

Acara 4: Adaptasi Tanaman terhadap Faktor Air

Anda mungkin juga menyukai