Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan


Agama Islam datang dengan serangkaian pemahaman tentang kehidupan yang
membentuk pandangan hidup manusia dengan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman
yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam
menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia.

Dalam menjawab permasalahan yang timbul, peranan hukum Islam dalam era
modern dewasa ini sangat diperlukan dan tidak dapat lagi dihindarkan. Kompleksitas
permasalahan umat yang selalu berkembang seiring dengan berkembangnya zaman
membuat hukum Islam harus menampakkan sifat elastisitas dan fleksibilitas guna
memberikan yang terbaik serta dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia.
Oleh karena itu, dalam hubungan antara sesama manusia diberi kebebasan untuk
berijtihad sepanjang tidak menyimpang dan keluar dari al-Quran dan as-Sunnah (hadis).

Indonesia sebagai negara yang kepercayaan penduduknya bermayoritas Islam telah


diakui bahwa terdapat beberapa lembaga maupun Organisasi masyarakat Islam (Ormas)
yang ikut berperan dalam menghasilkan produk-produk hukum (fiqh) yang tentunya
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang menerimanya yaitu masyarakat
Indonesia. Beberapa organisasi Islam di Indonesia diantaranya Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Lajnah Bahtsul Masail NU dan Majlis Tarjih Muhammadiyah hingga saat ini
telah banyak memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat dalam perkembangan Islam
dan budaya Indonesia. Ketiga lembaga Islam ini masing-masing memiliki visi dan misi
yang terstruktur dan mempunyai cara pendang yang berbeda-beda dalam menanggapi
dan menyelesaikan permasalahan umat. Walaupun demikian, dengan adanya berbagai
macam perbedaan dalam pemahaman, mereka tetap berpegang teguh pada ajaran pokok
syariat Islam.

Sebuah ilmu tidak akan berarti jika tidak di aplikasikan/dipraktekkan, maka dari itu
jurusan Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum memberi kesempatan
kepada mahasiswa/mahasiswinya yang barang tentu sudah dibekali dengan ilmu ushul
fiqh yang memadai untuk turun langsung ke lapangan guna mengetahui bagaimana

1
praktek istimbat hukum yang dilakukan oleh Lembaga Islam dalam memecahkan sebuah
problematika di masyarakat mengenai hukum Islam. Praktek Kuliah Lapangan ini selain
dilaksanakan untuk menerapkan teori yang sudah didapatkan didalam kelas juga
memberi pengalaman kepada para mahasiswanya untuk mendalami bidang keilmuannya
agar menjadi mahasiswa yang siap dan matang dalam dunia kerja nantinya yang tentu
saja sesuai dengan kompetensi jurusannya.

B. Rencana Kegiatan
Prosedur kegiatan Praktik Kuliah Lapangan ini di awali dengan Pembekalan
Praktik Kuliah Lapangan sebelum diterjunkan ke masing-masing lembaga keagamaan untuk
dilakukan observasi dan praktik. Adapun manual acara Pembekalan Praktik Kuliah Lapangan
serta manual acara observasi dan praktek kuliah lapangan yang telah diikuti, sebagai berikut :

HARI/
WAKTU ACARA NARASUMBER TEMPAT
TANGGAL
Pembukaan
pmbekalan Panitia : Dosen Teatrikal Fakultas Syari'ah
07:00-
praktik PM (bapak dan Hukum UIN Sunan
08:15
kerja Fathorrahman) Kalijaga
lapangan
Metode
Istinbath Teatrikal Fakultas Syari'ah
08:15- Dr. Fathorrahman,
SABTU 30 Lajnah dan Hukum UIN Sunan
09:30 S.Ag., M.Si.
April 2016 Bahtsul Kalijaga
Masail NU
Metode
Istinbath H. Wawan Teatrikal Fakultas Syari'ah
09:30- Majelis Gunawan, Lc., dan Hukum UIN Sunan
10.00 Tarjih M.Ag. Kalijaga
Muhammad
iyah
SABTU 30 11:00- Metode Drs. H. Fuad Teatrikal Fakultas Syari'ah
April 2016 12:00 Istinbath Zein, M.A. dan Hukum UIN Sunan
MUI Kalijaga

1
Teatrikal Fakultas Syari'ah
13:00- Pembagian
panitia dan Hukum UIN Sunan
14:30 kelompok
Kalijaga
Observasi
dan praktik
penetapan
Jumaat 21 Kantor PP Muhammadiyah
13:00- Fatwa di
Oktober dan Jln. Cik Ditiro 23
15:00 Majelis
4 November DPL Yogyakarta
Tarjih
2016
Muhammad
iyah

C. Tujuan Dan Manfaat Kegiatan

Tujuan dari kegiatan Praktik Kuliah Lapangan ini adalah:

1. Mengetahui metode penetapan hukum yang berlaku di lembaga keagamaan

2. Mengetahui prosedur penetapan fatwa pada lembaga keagamaan

3. Mengetahui proses penetapan fatwa di lembaga keagamaan dan seluk beluknya-

4. Memberikan pengalaman nyata dalam proses penetapan fatwa

Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kuliah Lapangan ini adalah:

1. Melalui kegiatan Praktik Kuliah Lapangan ini mahasiswa mengetahui bagaimana


metode, prosedur dan proses penetapan hukum yang berlaku di lembaga keagamaan
dan seluk beluknya.

2. Melalui kegiatan Praktik Kuliah Lapangan ini mahasiswa diharapkan memperoleh


pengalaman nyata di lapangan sebagai wahana terbentuknya tenaga profesional yang
memiliki seperangkat pengetahuan, keterampian serta sikap dan nilai yang diperlukan
oleh tugas profesinya sebagaimana digariskan dalam kompetensi Jurusan.

D. Metode Kegiatan

1
Dalam prosedur pelaksanaan Prakik Kuliah Lapangan, kegiatan ini dibagi menjadi
2 bagian, yaitu:

1. Pembekalan

Pembekalan Praktek Kuliah Lapangan ini dilakukan pada tanggal 30 April 2016
dan metode yang digunakan untuk pembekalan ini meliputi pemaparan materi, tanya
jawab, dan metode lain yang relevan.

2. Praktik Kuliah Lapangan

Metode yang digunakan untuk kegiatan ini ialah observasi dan praktik. Observasi
dilakukan peserta untuk mengetahui struktur lembaga tempat praktik beserta tugas
dan wewenangnya. Sedangkan Praktik dilakukan dalam bentuk keterlibatan aktif
peserta dalam proses penetapan fatwa pada lembaga tersebut.

E. Sistematika Laporan

Penyusunan laporan ini perlu disusun secara sistematis agar hasilnya dapat
dipahami dengan baik. Adapun sistematikanya sebagai berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari lima sub bahasan yaitu: latar
belakang kegiatan, rencana kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, metode kegiatan, dan
sistematika laporan.

Bab kedua, gambaran umum tentang lembaga-lembaga fatwa sebagai tempat


dilakukannya observasi dan praktik serta metode istimbath hukum masing-masing
lembaga fatwa tersebut.

Bab ketiga, berisi hasil observasi dan praktik pada lembaga fatwa Praktik Kuliah
Lapangan pada lembaga- lembaga Fatwa. Bab ini merupakan kelanjutan dari bab
sebelumnya dimana terdapat korelasi antara metode istimbat yang digunakan dan solusi
yang di tawarkan oleh masing-masing lembaga fatwa sehingga menghasilkan solusi baru
untuk menyelesaikan masalah yang sedang dibahas.

1
Bab Keempat, penutup yang berisi kesimpulan dan saran, yang didapat penyusun
setelah melakukan observasi, praktik dan mencermati/menyusun laporan terhadap
masalah yang dibahas.

BAB II

GAMBARAN UMUM LEMBAGA FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH


YOGYAKARTA

A. Letak Geografis

Adapun letak geografis PP Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat pelaksanaan


PKL kelompok saya adalah sebagai berikut:

JL. Cik Ditiro No 23, Yogyakarta, 55262

Telp. +62 274 553132, Fax. +62 274 553137

E-mail: pp_muhammadiyah@yahoo.com

B. Struktur Organisasi

1. Bidang Fatwa dan Pengembangan Tuntunan

Ketua : Drs. H. Fuad Zein, M.A.

Sekretaris : Drs. Asep Sholahudin, M.Ag.

Anggota : 1) Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A.

2) Drs. H. Ismail Thaib

3) Drs. H. Marzuki Rasyid

4) Dr. H. MuchammadIchsan, Lc. M.A.

1
5) Dr. H. Khoiruddin Khamsin, M.A.

6) Muhammad Rofic, Lc. M.A.

7) Lailatis Syarifah, Lc. M.A.

8) Ds. Saiful Bahri

C. Tugas dan Wewenang

Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk: menghidupkan


tarjih, tajdid dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan
pembaharuan yang kritis-dinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam
menjalankan problem dan tantangan perkembangan sosial budaya dan kehiduapan
pada umumnya sehingga Islam selalu sebagai sumber pemikiran, moral dan praksis
sosial di tengah kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sangat kompleks.
Berdasarkan garis besar program, majelis ini mempunyai tugas dan wewenang pokok:

1. Mengembangkan dan menyegarkan pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam


masyarakat yang multicultural dan kompleks.

2. Mensistemisasi metodelogi pemikiran dan pengalaman Islam sebagai prinsip gerakan


tajdid dalam gerakan Muhammadiyah.

3. Mengoptimalkan peran kelembagaan bidang tajdid, tarjih dan pemikiran Islam untuk
selalu proaktif dalam menjawab masalah yang real di tengah masyarakat yang sedang
berkembang.

4. Mensosialisasikan produk tajdid, tarjih dan pemikiran keislaman Muhammadiyah ke


seluruh lapisan masyarakat.

5. Membentuk dan mengembangkan pusat penelitian, kajian dan informasi bidang tajdid
pemikiran Islam yang terpadu dengan bidang lain.

1
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Bentuk Kegiatan

Adapun bentuk kegiatan dari PKL ini adalah Diskusi Panel, yaitu adanya sekelompok

individu yang membahas suatu topik di hadapan majelis, kemudian dilanjutkan dengan
tanggaan, sanggahan dan kritik serta saran dari peserta diskusi dalam majelis tersebut.

B. Waktu Pelaksanaan

Praktik Kuliah Lapangan di Lembaga Fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah

Yoggyakarta, kelompok PKL saya dilaksanakan dua kali pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul
13.30 16.00 WIB dan pada tanggal 04 November pukul 13.30 16.00 WIB.

C. Analisis
Dalam praktek pengambilan fatwa di Mejelis Tarjih Muhammadiyah di Kantor PP
Muhammadiyah Jln. Cik Ditiro 23 YK pada hari Jumaat tanggal 21 oktober dan 4 November
terdapat 3 (tiga pembahasan) pembahasana dan ketiga pembahasan. Berikut pembahasan
serta pertanyaannya:
1. Takziyah
Pertanyaan:

1
1) Apakah boleh meberikan kata-kata takziyah, padahal mayat masih ada
dirumah ahli musibah?
Putusan:
Dari pertanyaa di atas, maka dapat sebuah putusan yang berbunyi:
Berdasarkan putusan Himpunan Putusan Tarjih, bab Melawat, terbitan Suara
Muhammadiyah, tahun 2011, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Apabila ada seseorang yang mendapatkan musibah, maka di sarankan
untuk mengucapkan. innalillaahi wa innailaihi raajiun. Allahumma
jurni fi mushibati waklufi khoiron minha. Seperti yang telah Allah
firmankan di dalam QS. al-Baqarah [2]: 156 dan juga seperti apa yang
terdapat didalam hadits riwayat Ahmad nomor 25498, Muslim nomor 918
dengan lafadz Muslim.
2. Menghibur keluarga yang ditinggalkan dan meringankan kesedihannya
dengan cara menyabarkannya dan menenangkanya. Hal ini berdasarkan
hadits riwayat al-Bukhari nomor 1284.
3. Membuatkan makanan bagi keluarga yang berduka, serta mencukupi
kebutuhannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin Jafar ra yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah: 1611, Ahmad: 6611.
4. Boleh menangis asalkan jangan berlebihan. Hal ini berdasarkan kepada
hadits riwayat al-Bukhari: 1244, Muslim: 934.
5. Seseorang yang melayat hendaknya menyolatkan jenazah. Berdasarkan
hadits riwayat al-Bukhari: 1325, Muslim: 945.
Jadi, berdasarkan dalil-dalil yang telah disebutkan diatas, maka mengucapkan
kata-kata belasungkawa di bolehkan, walaupun jenazah masih berada di rumah
duka. Sebagai tambahan, kami memberikan tatacara dalam melakukan
takziyah lewat dalil-dalil diatas.

2. Pertanyaan:
a. adakah kewajiban seorang muslim terhadap seorang yang mendapat
musibah hilang akal?
b. bolehkah suami memberi nafkah kepada isteri pada saat sang istripun
mempunyai pekerjaan, sehingga dinamakan harta hasil bersama?
c. bolehkah sang suami mengatur harta yang diperoleh oleh sang isteri?

1
Putusan:
a. Kewajiban orang yang sedang sakit akalnya di tanggung oleh walinya.
Islam juga menganjurkan untuk memberikan pertolongan kepada siapapun,
tak terkecuali kepada orang yang sakit akalnya. Hal ini berdasarkan pada
QS. al-Maidah: 2 dan QS. at-Taubah: 71. Kemudian juga hadis yang
menerangkan bahwa Rasulullah saw. menganjurkan untuk berbuat baik
kepada sesama. Anjuran Rasul ini berdasarkan hadis riwatar Muslim:
4667.

b. Pada dasarnya yang wajib menafkahi isteri adalah suami


Jika dilihat dari pertanyaan yang saudara ajukan maka saudara telah
memenuhi kewajiban untuk member nafkah. Yang tidak dibenarkan
apabila di dalam keluarga suami mensyaratkan tidak memberikan nafkah.
Secara keseluruhan atau bsebagian. Hal ini sesuai dengan HR. al-Bukhari
no. 2023.

c. Berdasrkan pasal 80 ayat (6) dapat dipahami bahwa isteri dapat


membebaskan suami untuk memberikan nafkah kepada dirinya baik secara
keseluruhan maupun sebagiannya.

3. Cadaver
Pertanyaan:
a. Bagaimana hukum dalam islam melihat kasus cadaver?

Putusan:
Istilah cadaver dalam ilmu kedokteran adalah mengawetkan mayat.
Hal ini biasa dilakukan untuk digunakan sebagai paraktek autopsy mahasiswa
kedokteran. Syariat Islam dalam memperlakukan mayat sama dengan
memperlakukan manusia yang masih hidup. Begitu juga cara penghormatan
terhadap jenazah, haruslah sama dengan menghormati orang yang masih
hidup. Sebagaimana firman Allah di dalam QS. al-Isra: 70. Tetapi untuk
alasan kemaslahatan, cadaver ini di bolehkan. Hal ini beralasan agar dokter
yang mempunyai keahlian ini akan terus ada untuk menyembuhkan pasien.

1
Hal ini bersarkan kepada QS. al-Maidah: 32 serta kaidah fiqh yang
menyatakan bahwa, Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah,
maka dipertahankan yang mendatangkan madharat yang paling besar,
dengan melakukan perbuatan yang paling ringan madharatnya dari dua
madharat.

4. Kewajiban muslim kepada orang gila


Pertanyaa:
Adakah kewajiban seorang muslim terhadap seorang yang mendapat seorang musibah
hilang akal (gila)?
Putusan:
Gila atau dalam Bahasa Arab disebut al-Junun adalah sakit jiwa, saraf yang terganggu
atau fikiran yang terganggu. Adapun secara istilah gila adalah suatu penyakit yang menutupi
atau menganggu akal, sehingga akal tidak mampu menangkap suatu objek dengan benar dan
disertai oleh kebingungan dan kekacauan pikiran.
Dalam hukum Islam, orang gila adalah orang yang tidak berkena beban hukum
(ghairu mukallaf). Segala sesuatu yang berkaitan dengan diri dan hartanya, menjadi beban
walinya. Islam mengajarkan agar umatnya member pertolongan kepada pihakpihak yang
mebutuhkan termasuk memberikan pertolongan kepada wali orang gila ini atau kepada orang
gila itu sendiri dalam hal-hal yang dibutuhkan sejauh kemampuannya.

5. Makmum Masbuq shalat jenazah, gerhana, idul fitri, jumat dan Imam yang
tidak melakukan ruku
Putusan:
a. Shalat Jenazah
Berdasarkan pendapat Imam Hanafi, Malik, dan SyafiI bahwa makmum
salat jenazah yang masbuq harus mengqadha, tidak mencukupkan takbir
yang dijumpai yang dapat dilakukan bersama imam. Tetapi Imam Ahmad
berpendapat lain; makmum masbuq dalam shalat jenazah dipersilahkan
memilih: tidak mengqadha, mencukupkan takbir yang dijumpai bersama
imam, mengqadha, melengkapi takbir yang tertinggal secara berturut-turut
pun baik.

1
b. Shalat Ied dan Shalat Jumat
Di sini ada dua jawaban, pertama, ia masbuq dalam jumlah rakaat, maka
hukumnya sepertoi sholat pada umumnya. kedua ia masbuq (tertinggal)
dalam jumlah takbirnya, maka ia tidak perlu mengganti atau menqadha
takbir yang tertinggal. Mengenai hukum yang masbuq, sahalat jumat
belum ditemukan dalil yang menujukkan secara pasti. Semntara kami
menggunakan HR. muslim 1043.

c. Sholat gerhana
Mengenai sholat khusuf, tidak ada hadist yang menjelaskan secara jelas,
hanya hadits yang berlaku umum, barang siapa mendapatkan ruku
dalam shalat bersama imam, berarti ia telah mendapatkan satu rakkat
salat (HR. Muslim 954)
d. Problematika nikah siri
Pertanyaan: bagaimanakah penyelesaian seorang istri siri yang meminta
hak materi pada saat hendak diceraikan noleh suami?
Jawaban: pernikahan yang dilakukan tanpa adanya pencatatn oleh
pegawai pencatatan nikah yang kemudian masing-masing pihak yang
bersangkutan tidak memiliki akta nikah,perceraian tiak dapat dilakukan
penuntutan hak-hak sebagai janda atau duda di depan sidang pengadilan,
hal ini disebutkan di dalam pasal 2 ayat (2) UU nomor 1 tahun 1974 dan
mengingatkan pada pasal 49 UU nomor 7 1989 .
Oleh karena pernikahan yang diklakukan ileh ibu dan suami ibu yang
berkewarganegaraan jepang, pernikahan siri menurut hukum yang berlaku
hukum di Indonesia pernikahan itu tidak sah, maka tidak dapat diproses
perceraiannya dan tuntutan hak-haknya. Di pengadilan agama
sebagaiamana tersebut dalam ketentuan di atas.

1
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Majlis Tarjih Muhammadiyah memiliki ciri yang paling menonjol dalam
penggalian hukumnya yaitu bersandar pada al-Quran dan Hadis sangatlah kental
dilakukan. Jika sebuah persoalan tidak diatur dalam al-Quran maka merujuk pada hadis
dan jika di dalam hadis tidak ada maka menggunakan metode-metode terakhir yaitu
menggunakan ijtihad bayani, ijtihad Qiyasi, ijtihad irfani dan ijtihad istishlahi. Selain itu,
dalam menggali sebuah hukum, majlis ini tidak merujuk pada mazhab-mazhab.

B. Saran/Rekomendasi

Dalam pelaksanaan observasi dan praktik serta penyusunan laporan ini terdapat
beberapa saran yang dapat dipaparkan :

1. Pelaksanaan observasi dan praktik kuliah lapangan ini harus di beri perhatian khusus
mengenai penerjunan mahasiswa/mahasiswi ke lembaga-lembaga fatwa agar
pelaksanaan praktik kondusif, tertata dan dapat sesuai dengan prosedur yang sudah
ditentukan oleh Jurusan.

2. Permohonan ijin dari jurusan ke lembaga-lembaga fatwa dapat dilakukan lebih awal
sebelum penerjunan ke lapangan agar praktik kuliah lapangan mempunyai jadwal
yang jelas.

1
3. Diharapkan adanya kesadaran mahasiswa/mahasiswi dalam kedisiplinan dan
ketertiban agar ketika mengikuti praktik kuliah lapangan dapat menciptakan suasana
yang kondusif.

4. Penyusunan laporan dapat disusun sesuai dengan apa yang didiperoleh dilapangan.

LAMPIRAN:
Dokumentasi di Kantor PP Muhammadiyah Jln. Cik Ditiro 23 YK

1
1

Anda mungkin juga menyukai