Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurang Kalori Protein(KKP)akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori
,protein,atau keduanya,tidak tercukupi oleh diet.kedua bentuk difesiensi ini tidak jarang berjalan
bersisian,meskipun salah satu lebih dominan dari pada yang lain.Keperahan KKP berkisar dari
hanya penyusutan besar berat badan atau terlambat nya tunbuh,sampai ke sindrown klinis yang
nyata,dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin dan mineral.

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah Kurang Kalori Protein(KKP).

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari KKP
2. Untuk mengetahui klasifikasi KKP.
3. Untik mengetahui factor penyebab terjadi nya KKP..
4. Untuk mengetahui penanganan KKP.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kekurangan Kalori Protein (KKP)
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan
juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat, protein,
lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak
orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein. Protein
yang berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein berfungsi
sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari
makanan yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang
cukup dari makanan tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang gizi
adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan energi
dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka
manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering diistilahkan dengan
kurang gizi.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang.
Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat badananak tersebut lebih
rendah disbanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari
berat badan ideal.

B. Faktor Penyebab
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa factor, yang paling dominan adalah
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila
kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Berikut beberapa faktor penyebabnya :
1. Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan
makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung turun-
temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di negara-
negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan paling
mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian bahan
pangan akan menyebabkan krisis pangan.Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.
4. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi
sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin
memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah masuknya beragam
penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat
dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat
membeli bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor
infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak
memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting
terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para ibu
kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari
system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.

C. Klasifikasi Kekurangan Kalori Protein (KKP)


KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Berikut adalah
penjelasannya.
1. Kwashiorkor. Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada tahun
1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa Ghana, kwashiorkor
artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang ditunggu
kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake yang berlangsung
kronis.
2. Marasmus. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting atau merusak. Merupakan
bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi
selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak dibawah kulit dan otot (Dorland,
1998:649). Marasmus juga diartikan sebagai malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup atau hygiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola
penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defesiansi protein dan kalori (Nelson,
1999:212).

D.Manifestasi Klinis
Beberapa gejala penyakit kwashiorkor adalah :
1. Banyak menangis
2. Bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif
3. Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
4. Diare dengan fase cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi
laktase dan enzim penting lainnya
5. Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (pendarahan kecil yang
timbul sebagai titik berwarna merah keunguan pada kulit maupun selaput lendir, Red), yang lama
kelamaan kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas
menghitam. Kelainan ini buasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya
6. Pembesaran hati, bahkan saat rebahan penbesaran ini diraba dari luar tubuh terasa licin dan kenyal
7. Gangguan fungsi ginjal dan anemia
8. Gagal untuk manambah berat badan
9. Pertumbuhan linear terhenti
10. Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut
11. Penurunan massa otot
12. Perubahan mental seperti lethargia, irotabilitas, dan apatis dapat terjadi
13. Pada keadaan berat atau akhir (final stagaes) dapat mengakibatkan shock, koma, dan berakhir
dengan kematian
14. Pada hasil pemeriksaan laboratorium terdapat hipoproteinemia, terutama pada albumin sehingga
terjadi edema
Sedangkan gejala dari marasmus adalah
1. anak kurus hingga terlihat tulang berbungkus kulit
2. wajah seperti orangtua
3. perut cekung
4. kulit keriput, jaringan lemak subkuits sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah bokong tampak
seperti memakai celana longgar)
5. cengeng dan rewel
6. iga gambang
7. diare kronik
8. sering disertai penyakit inspeksi (umumnya kronis berulang)

E. Akibat Kekurangan Kalori Protein


Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan
protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima
tahun. Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2. Mudah terkena penyakit
3. Berkurangnya daya pikir
4. Penurunan fungsi otak
5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
6. Berkurangnya daya tahan tubuh
7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian

F. Cara Menanggulangi KKP


KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita dapat
berusaha agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :
1. Tingkat keluarga
a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang
b) Memberi ASI pada usia sampai enam bulan
c) Memberi maknan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin, mineral)
d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit
e) Menhindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI sepanjang ibu
masih mampu menghasilkan ASI
f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara memelihara
kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat susu dan makanan bayi
serta penyediaan oralit
g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur makanan yang
bergizi untuk buah hati mereka

2. Tingkat posyandu
a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu
b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh : KMS
d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan ada pula
beberapa imunisasi dasar, antara lain :
1) BCG
2) DPT
3) Polio
4) Hepatitis B3
5) Campak
3.Tingkat pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai
biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk
mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan juga
berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat, protein, lemak,
mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah modern ini justru banyak orang yang
tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
KKP dibagi menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus.dan faktor penyebab nya
yaitu masalah sosial,masalah ekonomi,masalah biologi dan masalah lingkungan.
B. SARAN

Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
harus ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran
dari para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang
dalam makalah kami ini. Kebenaran dan keshahihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya,
kesilapan dan kekhilafan itu semua datang dari kami yang sedang belajar ini.

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, wahjudi, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta: 1992
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kelanggengan Lanjut Usia, Jakarta 1991
Arisman,Gizi Dalam Daur Kehidupan.jakarta:2008.EGC

Anda mungkin juga menyukai