A. LEASING
Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa-
guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Apabila perusahaan tidak ingin
memiliki suatu aktiva, tetapi hanya menginginkan service dari aktiva tersebut, perusahaan
dapat memperoleh hak guna tanpa disertai dengan hak milik, dengan cara kontrak leasing.
Dengan demikian Leasing adalah suatu alat atau cara mendapatkan services dari suatu aktiva
tetap yang pada dasarnya sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan
services dan hak milik atas aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan
hak milik.
Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa-guna-usaha.
Lessor hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada lessee yang telah
memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. Lessor wajib
menempelkan plakat atau etiket pada barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan
mencantumkan nama dan alamat lessor serta pernyataan bahwa barang modal dimaksud
terikat dalam perjanjian sewa-guna-usaha. Plakat atau etiket ini harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga dengan mudah barang modal tersebut dapat dibedakan dari barang
modal lainnya yang pengadaannya tidak dilakukan secara sewa-guna-usaha. Selama masa
sewa-guna-usaha, lessee bertanggung jawab untuk memelihara agar plakat atau etiket ini
tetap melekat pada barang modal yang disewa-guna-usaha.
Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari lessor. Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang modal
yang disewa-guna-usaha kepada pihak lain, kecuali Lessee yang memang bergerak di bidang
usaha persewaan. Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian
sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan digunakan
sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha. Pada saat berakhirnya masa
sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi, lessee dapat melaksanakan
opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa sewa-guna-usaha. Dalam hal lessee
menggunakan hak opsi membeli maka dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal.
Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang
disewa-guna-usaha.
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng
modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan
kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan atau jasa penggunaan
barang tersebut lesse akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang
beruba uang rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor
ditambah fktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau finance lease
masih bias dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumny belum pernah memilike barang yang dijadikan
objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang atas
permintaan lesse dan akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor. Atas barang
yang sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing antara lesse dengan lessor. Dengan
memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan direct finance lease. Di sini lesse memerlukan cash yng bisa dipergunakan
untuk tambahan modal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan
sistem saale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan pa saja
kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang lease.
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank
atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.
Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan
yang secara garis besar dapat diuraikan sebaga berikut :
1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, mengadakan penawaran
harga dan menunjuk supplier peralatan yang dimaksudkan.
2. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada lessor disertai
dokumen lengkap.
3. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease
dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse (lama kontrak pembayaran sew lease), setelah
ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk peralatan yang dilease
dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam kontrak
lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak
pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani
perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti pemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada supplier.
8. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.
9. Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
dditentukan dalam kontrak lease.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement, dimana didalam
perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah pihak. Isi kontrak yang
dibuat secara umum memuat antara lain:
1. Nama dan alamat lease
2. Jenis barang modal yang diinginkan
3. Jenis atau jumlah barang yang dileasekan
4. Syarat syarat pembayaran
5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya biaya yang dikenakan
7. Sangsi sangsi apabila lesse ingkar janji
Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon (Lessee)
akan dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse tidaklah sama.
F. Keuntungan Leasing
Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana dalam prosedur
dan pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan sebagai pembayaran
alternatif tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi
perusahaan perusahaan, maka leasing didukung oleh keuntungan keuntungan sebagai
berikut :
1. Fleksibel.
2. Tidak diperlukan jaminan.
3. Capital saving.
4. Cepat dalam pelayanan.
5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional.
6. Sebagai pelindung terhadap inflasi.
7. Adanya hak opsi bagi lesse pada akhir mas lease.
8. Adanya kepastian hukum.
9. Terkadang leasing merupakan satu satunya cara untuk mendapatkan aktiva bagi suatu
perusahaan.