Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

MIGRAIN

Oleh:

Rani Afrisetiawati 1010312049

Pembimbing:

Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp. S (K)

dr. Syarif Indra, Sp. S

dr. Restu Susanti, Sp. S, M. Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2016
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Headache atau nyeri kepala adalah keluhan yang biasa diderita oleh

semua orang. Nyeri kepala diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer dan

sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak berhubungan

dengan penyakit lain seperti migrain, tension dan cluster headache.1 Hampir

semua nyeri kepala yang diderita oleh setiap orang adalah nyeri kepala primer.

Migrain adalah nyeri kepala primeryang paling sering terjadi di usia 16 65

tahun dan menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan pendidikan. 2

Berdasarkan data WHO, migrain termasuk ke dalam 20 penyakit terbanyak

pada wanita usia 15-40 tahun.3

Nyeri kepala migrain bersifat unilateral, berdenyut, berlangsung

dalam menit hingga beberapa jam, dan dengan atau tanpa aura.4 Penyebab

pasti timbulnya migrain tidak sepenuhnya dipahami. Banyak peneliti berfikir

bahwa migrain disebabkan oleh perubahan abnormal pada substansi tertentu

yang secara alami diproduksi oleh otak. Ketika jumlah substansi ini meningkat

dapat menyebabkan inflamasi dan pergerakan abnormal pada pembuluh darah

yang menyebabkan gejala migrain disertai nyeri berdenyut.5

Tatalaksana mingrain terdiri dari non farmakologi dan farmakologi.

Terapi non famakologi dapat berupa perubahan gaya hidup dan mencegah

pencetus migrain sedangkan terapi farmakologi dapat berupa analgetik hingga

terapi spesifik seperti ergotamine dan triptan.5


1.2 Batasan Masalah

Penulisan case report ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,

klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, dan tatalaksana migrain.


1.3Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan case report ini antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di bagian

neurologi RSUP. Dr. M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Padang
2. Menambah pengetahuan mengenai migrain.
1.2 Metode Penulisan
Penulisan case report ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang

merujuk pada berbagai literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Migrain adalah nyeri kepala primer dengan prevalensi paling sering. 2

Migrain dapat timbul dengan atau tanpa aura. Aura dapat timbul sebelum atau

selama serangan nyeri kepala atau berhubungan dengan jenis nyeri kepala

lainnya. Migrain berasal dari bahasa Yunani, yaitu hemi dan kranion dimana

bersifat unilateral atau satu sisi kepala. Selain itu, gejala migrain juga disertai

dengan gangguan sensori seperti photophobia (sensitive terhadap cahaya),

phonophobia (ssensitif terhadap suara), dan osmophobia (sensitif terhadap

bau), mual muntah dan tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari.6

2.2 Epidemiologi

Hampir semua nyeri kepala yang diderita oleh setiap orang adalah nyeri

kepala primer. Migrain adalah nyeri kepala primer yang paling sering terjadi

di usia 16 65 tahun dan menyebabkan gangguan pada pekerjaan dan

pendidikan.2 Berdasarkan data WHO, migrain termasuk ke dalam 20 penyakit

terbanyak pada wanita usia 15-40 tahun. 3 berasarkan jenis kelamin, kejadian

migrain tidak jauh berbeda antara wanita dan laki-laki. Namun peningkatan

kejadian yang signifikan terjadi setelah perempuan mengalami menstruasi.

prevalensi 10% pada laki-laki dan 22% pada wanita.7,8

2.3 Etiologi

Faktor pencetus migrain berbeda pada setiap orang yang pernah

mengalami migrain. Beberapa faktor pencetus munculnya migrain adalah


1. Stress, depresi, kecemasan

Pada beberapa kasus, migrain banyak dicetuskan dengan adanya sress, tapi

tidak sedikit juga migrain muncul saat istirahat. Stress dapat dipicu oleh

istirahat yang kurang atau berlebihan, makan tidak teratur dan

kelelahan.Merokok juga dapat mencetuskan migrain bagi beberapa orang. 9,10

2. Makanan

Pada beberapa pasien, migrain dapat dicetuskan oleh makanan seperti

coklat, alkohol, susu, keju, kafein, monosodium glutamate, dan kacang-

kacangan.10

3. Hormon

Estrogen berperan penting dalam mencetuskan migrain sehingga wanita

lebih sering mengalami migrain dibandingkan pria. Perempuan lebih sering

mengalami migrain disebabkan estrogen meningkatkan kadar Nitric Oxide

yang berperan dalam pathogenesis migrain. Hampir semua wanita mengalami

migrain mulai usia pubertas dan berlanjut hingga menopause dan paling sering

muncul pada hari pertama siklus menstuasi. Penggunaan kontrasepsi hormonal

juga dapat memicu timbulnya serangan migrain. 6,9 Perubahan iklim yang

ekstrim.10

4. Trauma.6
5. Overuse medicine

2.4 Patofisiologi 6
Migrain disebabkan oleh pelepasan neurotransmitter (chemical

messengers) pada sistem trigeminal dan vasodilatasi pembuluh darah yang

tidak teratur. Migrain dapat dicetuskan oleh suatu trigger tertentu yang

berbeda beda pada setiap individu. Beberapa diantara pencetus tersebut adalah
cahaya, suara uang keras, makanan, hormone, trauma kepala, dan nitric oxide

(NO). Cortical Spreading Depression (CSD) dapat mencetuskan migrain. CSD

dapat terjadi di korteks serebral, serebelum, dan hipokampus. 6


Peningkatan kalsium intrasel di serebral korteks, melepaskan NO, asam

arachidonic acid, ion H+, dan ion K+ ke ekstraseluler menyebabkan perubahan

aktivitas pembuluh darah, teraktifasinya matrik metalloprotease, meningeal

nosiseptor dan reflex trigeminovaskular. Saraf trigeminal teraktifasi,

menyebabkan pembulurh darah dural melepaskan calcitonin gne-related

peptide (CGRP), substance P, dan neurokinin A. Hal ini menyebabkan

pembuluh darah menjadi berdilatasi dan meradang ( sterile neurogenic

inflammation) serta ekstravasasi protein. Teraktifasinya sistem

trigeminovaskular menyebabkan nyeri perifer. Nyeri yang berlangsung lama

akan mengaktifasi jalur kedua dan ketiga yaitu trigeminothalamic dan

thalamicocortical yang melibatkan transmisi glutamate dan Nitric oxide dan

menyebabkan nyeri sentral. Pasien dapat mengeluhkan nyeri hebat pada

bawah kulit kepala, wajah dan leher. Pada nyeri tingkat ini selain pemberian
6
pengobatan yang spesifik dibutuhkan analgetik sesuai tingkatan nyeri.
Gambar 2.1 patofisiologi migrain
2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang. Pada anamnesis perlu ditanyakan jenis nyeri kepala, onset,

frekuensi dan periodesitas nyeri, puncak dan lamanya nyeri kepala, waktu

kejadian nyeri kepala, faktor pencetus, lokasi nyeri, kualitas dan intensitas

nyeri, gejala prodormal dan penyerta, faktor yang memperberat rasa nyeri,

riwayat keluarga dan pengobatan sebelumnya.12

Anamnesis dapat menyingkirkan diagnosis nyeri kepala primer lain dan

nyeri kepala sekunder. Setiap orang memiliki keluhan nyeri kepala yang

berbeda. Perlu ditanyakan keluhan nyeri menetap, berdenyut, terbatas pada

lokasi tertentu, nyeri seperti ditarik, atau terikat, dan nyeri berpindah-pindah.

Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak dan hebat dapat dicurigai

sebagai akibat perdarahan intracranial, perdarahan subaracnoid, dan

perdarahan intraventrikel.12

Pada pemeriksaan fisik, secara inspeksi dapat dinilai skala nyeri

menggunakan Visual Analog Skale (VAS). Pemeriksaan lain dapat meliputi

status mental, vital sign, gaya berjalan, nervi kranialis, sistem motorik dan

sensorik. Penting untuk menilai kaku kuduk, mobilitas leher dan nyeri otot

leher untuk menyingkirkan diagnosis banding.12

Secara umum, migrain ditandai dengan nyeri kepala berulang , bersifat

unilateral, berdenyut sesuai dengan denyut jantung, berlangsung dalam

beberapa menit hingga beberapa jam, dengan atau tanpa aura, dapat disertai
mual, muntah, fotofobia dan fonofobia, serta mengganggu aktifitas sehari-

hari.11

Kriteria diagnosis Migrain sebagai berikut:6,11

1. Migrain tanpa aura


a. sekurang-kurangnya mengalami 5 kali serangan dan memenuhi

criteria B-D
b. serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati

atau tidak sembuh dengan pengobatan)


c. setidaknya nyeri kepala ditandai dengan gejala:

a) bersifat unilateral
b) berdenyut
c) intensitas sedang hingga berat
d) diperberat dengan aktifitas sehingga mengganggu aktifitas
d. selama serangan nyeri minimal diikuti oleh satu gejala berikut:
a) mual atau muntah
b) fotofobia dan fonofobia
c) tidak berhubungan dengan penyakit lain
2.
Migrain dengan aura
Memenuhi criteria migrain disertai dengan tipikal aura baik penglihatan,

sensori,dan durasi tidak lebih dari 1 jam disertai dengan gejala positif atau

gejala negatif.
Kriteria Diagnosis :
A. Setidaknya dua kali serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Terdapat satu atau lebih gejala aura dibawah ini yang bersifat

reversibel:
1. Gangguan visual
2. Gangguan sensorik
3. Gangguan bicara dan atau bahasa
4. Gangguan motorik
5. Gangguan brainstream
6. Gangguan retinal
C. Setidaknya terdapat dua dari empat kriteria dibawah ini:
1. Minimal satu gejala aura lebih dari 5 menit, dan atau dua atau lebih

gejala aura yang terjadi secara berturut-turut.


2. Gejala aura terjadi 5 hingga 60 menit
3. Paling sedikit terdapat satu gejala aura yang unilateral
4. Gejala aura diikuti oleh nyeri kepala yang terjadi selama 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi migrain lain dan diagnosis TIA

disingkirkan.
Pasien dengan visual aura dapat diiukuti dengan keluhan pada

ekstremitas dan gangguan dalam bicara dan bahasa. Pada klasifikasi

migraine dengan aura terdapat diagnosis hemiplegic migraine dimana

penyakit ini pada umumnya diturunkan dan memiliki gejala kelemahan

pada ekstremitas unilateral


2.6 Diagnosis Banding
Migrain dapat didiagnosis banding dengan nyeri kepala lain seperti nyeri

kepala akibat penyakit THT, gigi, mulut, mata, infeksi, gangguan metabolik.

SOL (Space-occupaying lesion), trigeminal neuralgia dan medication-related

headache. Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah rutin,

elektrolit, kadar gula darah, serta pemeriksaan radiologi dilakukan atas

indikasi untuk menyingkirkan penyebab sekunder. Gold standar diagnosis

migrain adalah criteria diagnostic nyeri kepala kelompok studi nyeri kepala

perdossi yang diadaptasi dari IHS (International Headache Society). 14

2.7 Penatalaksanaan13,15,16

Penatalaksanaan pada penderita migrain dapat dibagi menjadi 2 yaitu

terapi abortif dan preventif. Terapi abortif merupakan terapi untuk

menghentikan nyeri saat serangan.


a. Gejala ringan ( mild attack)
Hampir semua gejala akut ringan dapat diterapi dengan terapi analgetik

dan NSAID ( non-steroidal anti-inflammatory). Pemberian analgetik

sebaiknya disertakan dengan pemberian antiemetic seperti domperidon 10 mg.


b. Gejala sedang ( moderate attack )
Gejala akut sedang diterapi dengan NSAID dan pengobatan spesifik.
Tabel 2.1 Terapi Migrain15,16
PENGOBATAN DOSIS
Non
analgetik Aspirin 900 mg PO
precific
Paracetamol 1000 mg PO
NSAID Ibuprofen 400-800 mg PO
Naproxen Sodium 275-550 mg PO
Asam Mefenamat 250-500 mg PO
50-100 mg PO dapat diulang 2

kali dalam 24 jam


Specific Selective 5-Ht Receptor Agonist Sumatriptan
6 mg SC dapat diulang 1 kali

dalam 24 jam
0,5-1,0 mg SC, IM atau IV dapat
Non -Selective 5-Ht Receptor
dihydroergotamine. diulang tiap 1 jam, maksimal 4
Agonist
kali dosis tiap 24 jam
Ergotamin 1-2 mg PO dapat iulang 3 kali
1 mg suppose maksimal 3 kali

dalam 24 jam
c. Terapi preventif
Pada serangan migraine berulang dapat diberikan obat golongan Beta

bloker, Antidepresan, atau SSRI sebagai profilaksis.


Tabel 2.2 Terapi Preventif 16

Drug Dose
Propanolol 40-120 mg b.i.d
Metoprolol 100-200 mg /day
Amitriptilin 25-75 mg
Asam valproat 400-600 mg

Terhadap pasien dengan migrain diedukasikan untuk menghindari pencetus

migrain seperti perubahan pola tidur, makanan, dan stress pada rutinitas sehari-

hari. Cahaya terang, kerlap-kerlip juga dihindari. Selain itu dianjurkan kepada

pasien untuk melakukan olahraga ringan


BAB III
ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien wanita umur 24 tahun datang ke poli RSUP Dr. M. Djamil

Padang dengan:

Nama : ny.RN

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 24 tahun

Agama : Islam

Alamat : jalan auduri indah IX , Padang.

Pekerjaan : Pegawai Swasta

ANAMNESIS

Keluhan Utama:

Nyeri kepala di sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:

- keluhan nyeri kepala sebelah kanan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
- nyeri kepala dirasakan hilang timbul lebih kurang 5 kali dalam 2 minggu
- lama nyeri kepala bervariasi lebih kurang 3-8 jam.
- Nyeri kepala dirasakan berdenyut dan bertambah ketika beraktiftas
- Nyeri kepala berkurang dengan beristirahat di ruangan yang gelap dan
minum obat penghilang nyeri.
- Nyeri kepala tidak didahului oleh gangguan penglihatan atau melihat kilatan
cahaya. Keluhan tidak disertai dengan keluhan mencium bau busuk.
Keluhan disertai dengan mual tapi tidak disertai muntah.
- Nyeri kepala yang dirasakan pasien mengganggu aktifitas pasien
- Pasien mulai merasakan nyeri kepala ketika telat makan dan mengaku
kurang tidur selama 3 minggu terakhir. Nyeri kepala tidak disertai keluhan
mata merah dan hidung berair. riwayat trauma tidak ada.
- Riwayat pandangan ganda sebelumnya tidak ada.
Riwayat PenyakitDahulu:

Riwayat menderita hipertensi dan penyakit keganasan tidak ada


Riwayat menderita trauma kepala sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Ayah dan saudara pasien pernah mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Pribadi dan Sosial:

Pasien adalah seorang pegawai swasta dengan aktifitas fisik

ringan-sedang.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan umum

Keadaan umum : sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis Kooperatif, GCS : E4 M6 V5 = 15

Tekanan Darah:120/90 mmHg


Nadi : 85 x/menit, reguler

Nafas : 18 x/menit

Suhu : 36,8C

Tinggi Badan : 153cm

Berat Badan : 49 kg

VAS : 3-4
Pemeriksaaan Khusus

Kulit : turgor baik

Kepala : normochepal

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O, bising karotis (-)

Status Internus

Kelenjar Getah Bening

Leher : tidak ditemukan pembesaran

Aksila : tidak ditemukan pembesaran

Inguinal : tidak ditemukan pembesaran

Thoraks

Paru Inspeksi : normochest, gerakan paru simetris kiri = kanan

Palpasi : fremitus sama kiri=kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung tidak melebar


Auskultasi : Bunyi jantung I, II murni (+), irama teratur, bising (-),

gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Korpus Vertebrae

Inspeksi : tidak ditemukan kelainan

Palpasi : tidak ditemukan kelainan

STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran Compos Mentis, GCS 15 (E4 M6 V5)

1. Tanda Rangsangan Selaput Otak

Kaku Kuduk : (-)

Brudzinski I : (-)

Brudzinki II : (-)

Tanda Kernig : (-)

2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial (-)

Pupil : isokor, bulat, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+

3. Pemeriksaan Nervus Kranialis


N.I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif + +
Objektif (dengan bahan) Tidak dilakukan pemeriksaan

N.II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri


Tajam Penglihatan Baik Baik
Lapangan Pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan pemeriksaan

N.III (Okulomotorius)

Kanan Kiri
Bola Mata Ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan Bulbus Bebas Bebas
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/Endopthalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi (+) (+)
Refleks Konvergensi (+) (+)

N. IV (Troklearis)

Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus Bebas Bebas
Diplopia - -

N. VI (Abdusens)

Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral + +
Sikap bulbus Bebas Bebas
Diplopia - -

N. V (Trigeminus)

Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut + +
Menggerakan rahang + +
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea + +
Sensibilitas + +
-Divisi Maksila
Refleks Masseter + +
Sensibilitas + +
-Divisi Mandibula
Sensibilitas + +

N. VII (Fasialis)

Kanan Kiri
Raut wajah + +
Sekresi air mata + +
Fisura palpebral + +
Menggerakan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 belakang + +
Hiperakusis - -

N. VIII (Vestibularis)

Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik Arloji + +
Nistagmus - -

N.IX (Glossofaringeus)

Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang + +
Refleks muntah (gag refleks) + +

N.X (Vagus)

Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan +
Artikulasi Baik
Suara Jelas
Nadi Teratur, kuat angkat

N. XI (Asesorius)

Menoleh kekanan +
Menoleh kekiri +
Mengangkat bahu kanan +
Mengangkat bahu kiri +

N. XII (Hipoglosus)

Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atropi - -

Pemeriksaan Koordinasi

Cara Berjalan - Disarthia -


Romberg test - Disgrafia -
Ataksia - Supinasi-pronasi -
Rebound Phenomen - Test jari hidung -
Tes Tumit Lutut - Test hidung jari -

Pemeriksaan Fungsi Motorik

A. Badan Respirasi Baik


Duduk Baik
B. Berdiri dan
Gerakan spontan - -
berjalan
Tremor - -
Atetosis - -
Mioklonik - -
Khorea - -

Superior Inferior
C.Ekstermitas
Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif


Kekuatan 555 555 555 555

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

Pemeriksaan Fungsi Sensorik


Eksteroseptif: baik
Proprioseptif : baik
Refleks fisiologis
Biseps : ++ kanan dan kiri
Triseps : ++ kanan dan kiri
KPR : ++ kanan dan kiri
APR : ++ kanan dan kiri
Refleks patologis
Hoffman-tromner : ( - ) kanan dan kiri
Babinskys sign : ( - ) kanan dan kiri
Chaddocks sign : ( - ) kanan dan kiri
Gordons sign : ( - ) kanan dan kiri
Schaeffers sign : ( - ) kanan dan kiri
Oppenheims sign : ( - ) kanan dan kiri
Fungsi Otonom
Unhibited bladder(-)
Fungsi Luhur : baik

DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Migrain tanpa aura

Diagnosis Topik : Intrakranial

Diagnosis Etiologi : Idiopatik

Diagnosis Sekunder :-

PENATALAKSANAAN

Umum

- Menghindari faktor pencetus yaitu telat makan dan tidur yang cukup.
- Beristirahat sejenak dalam melakukan pekerjaan.

Khusus
- Ibuprofen 3 x 200 mg PO
- Propanolol 2x40 mg PO
- domperidon 1x10 mg PO

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationum : bonam

BAB IV

DISKUSI

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa nyeri kepala sebelah kanan

dirasakan sejak 2 minggu terakhir yang sudah terjadi sebanyak 5 kali dengan

lama nyeri kepala bervariasi lebih kurang 3-8 jam. Nyeri kepala dirasakan

berdenyut dan bertambah ketika beraktiftas, berkurang dengan beristirahat di

ruangan yang gelap dan minum obat penghilang nyeri. Nyeri kepala tidak

didahului oleh gangguan penglihatan atau melihat kilatan cahaya. Keluhan disertai

dengan mual tapi tidak disertai muntah. Nyeri kepala yang dirasakan pasien

mengganggu aktifitas pasien Pasien mulai merasakan nyeri kepala ketika telat

makan dan mengaku kurang tidur selama 3 minggu. Migraine merupakan sakit

kepala yang paling sering terjadi terutama pada wanita usia 15-40 tahun. Estrogen
meningkatkan kadar Nitric oxide yang berperan dalam patofisiologi migraine. Hal

ini dapat menjelaskan wanita lebih sering mengalami migraine dibandingkan pria.

Diagnosis migraine ditegakkan berdasarkan criteria diagnosis migrain

International Headache Society dimana migraine memiliki gejala unilateral,

berdenyut, dengan atau tanpa aura, diperberat oleh aktifitas dan disertai dengan

fotofobia dan fonofobiadan pasien ini didiagnosis migraine tanpa aura.

Diperkirakan pasien dalam ilustrasi kasus ini memiliki pencetus migraine yaitu

makan yang tidak teratur dan kurang tidur. Berdasarkan literature, pencetus

migraine berbeda pada tiap individu. Trigger migraine dapat berasal dari stress,

depresi, perubahan iklim dan suhu ekstrim, makanan, trauma, dan obat-obatan.

Dari pemeriksaan disik didapatkan kesadaran pasien komposmentis

kooperatif dengan VAS 3-4. Tanda rangsang meningeal tidak ada, tanda

peningkatan tekanan intracranial tidak ada, dan pemeriksaan neurologis dalam

batas normal. Pengobatan yang diberikan pda pasien ini adalah ibuprofen sebagai

NSAID ,propanolol 2 x 40 mg yang merupakan golongan beta bloker sebagai

terapi preventif migraine, dan diberikan domperidon 1 x 10 mg sebagai

antiemetic. Terapi spesifik seperti sumtriptan dan ergotamine diberikan pada

migraine dengan gejala sedang dan tidak perbaikan dengan NSAID. Ppasien ini

juga diberikan edukasi untuk menghindari pencetus migraine melalui perbaikan

pola tidur dan makan.

.
BAB V

KESIMPULAN

1. Migrain merupakan nyeri kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang

berlangsung 4-72 jam. Nyeri unilateral, berdenyut, intensitas nyerinya sedang

sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan atau

muntah, fotofobia, dan fonofobia.

2. Prevalensi terjadinya migrain tertinggi adalah pada usia 16-65 tahun, lebih sering

terjadi pada wanita, dan bersifat familial.

3. Mifaktor pencetus migrain berbeda pada setiap orang. Migrain dapat disebabkan

oleh faktor stress, makanan, perubhan iklim, dan penggunaan obat tertentu.

4. Migrain dapat diklasifikasikan menjadi migrain tanpa aura, dengan aura, kronik

migren, komplikasi migren, probable migren, serta episodik sindrom yang

berhubungan dengan migren.

5. Tatalaksana migrain meliputi langkah umum yaitu menghindari faktor pencetus

untuk terjadinya migrain, terapi abortif serta terapi preventif.


DAFTAR PUSTAKA

1. Martin V, Elkind A. Diagnosis and classification of primaty headache


disorders.In: Standars of care for headache diagnosis and treatment. Chicago
(IL): National Headache Foundation; 2004: 4-18
2. Tepper SJ, Dahlof CG, DowsonA, Newman L, Mansbach H, Jones M, et al.
Prevalence and diagnosis of migrain in patients consulting their physician
with a complaint of headache: data from Landmark Study. Headache 2004;
44 (9):856-64.
3. World Health Organisation. The world health report 2001- mental health:
new understanding, new hope. Geneva: World Gealth Organitation; 2001.
4. International Headache Society. The international classification of headache
disorders, 2nd edition. Cephalgia 2004; 24 (1): 8-159.
5. Niebur E, Hsiao SS, Johnson KO. A neural mechanism for attentional
selection. Curr Opin Neurobiol 2002; 12:190-4
6. Thomas NW. 2012. Migrain Diagnosis and Pathophysiology. Continuum
Lifelong Learning Neurol;18(4). P :753763.
7. Stovner L, Hagen K, Jensen R, Katsarava Z, Lipton R, Scher A,et al. The
global burden of headache: a documentation of headache prevalence and
disability world. Cephalgia 2007; 27(3): 193-210.
8. Karh, Necdet, Betul Baykan, Mustafa Ertas, Mehmet Zarifoglu, Aksel Siva,
et al. Impact of sex hormonal changes on tension-type headache and migrain:
a cross-sectional population-based survey in 2.600 women. Turkish headache
prevalence study group. 2012 (13): 557-565.
9. MacGregor EA, TJ Steiner, PTG Davies. Guidelines for all healthcare
Professionals in the Diagnosis and Management of Migrain, Tension-Type,
Cluster and Medication-Overuse Headache. British Association for the Study
of headache 3rd edition. 2010 (1): 20-23.
10. University Health Services. Migrain Trigger. American Council for Headache
Education. Diakses dari http://www.uhs.berkeley.edu pada tanggal 29 maret
2016.
11. International Headache Society. 2013. The International Classification of
Headache Disorders, 3rd edition (beta version). Cephalalgia 33(9). P : 644-
655
12. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 2005; 280-3.
13. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis and management of
headache in adults. A national clinical guideline. 2008; 19-29
14. Perdossi. Standar Pelayanan Medik dan Standar Prosedur Operasional
Neurologi 2008.
15. Pryse Phillips, Dodick, Edmeads, et al. Guidelines for the diagnosis and
management of migraine in clinical practice. Canadian Medical Association
Journal. 1997: 156: 1273-87.
16. Goadsby, P.J. Migraine: Diagnosis and management. Clinical Perspectives,
Institute of Neurology, The National Hospital for Neurology and
Neurosurgery, London, United Kingdom. Internal Medicine Journal 2003;
33: 436-442.

Anda mungkin juga menyukai