Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa 1000 hari pertama kehidupan memiliki peran penting terhadap

pertumbuhan dan perkembangan manusia. Berbagai aspek yang terlibat dalam 1000 hari

pertama kehidupan seperti penyakit, nutrisi, dan lingkungan akan menentukan

bagaimana seorang manusia di masa depannya. Sejak lahir sampai usia 2 tahun, bayi

mengalami perkembangan otak yang pesat, demikian pula dengan pertumbuhan linear.

Seiring masa 1000 hari pertama kehidupan ini diperlukan nutrisi yang tepat agar proses

pertumbuhan dan perkembangan dapat berjalan lancar.1

Bayi hingga usia 6 bulan dapat tumbuh sehat dan normal hanya dengan

pemberian ASI (Air Susu Ibu). ASI sudah mengandung zat gizi dan kekebalan tubuh

terhadap infeksi yatu imunogloulin, lactoferin, dan zat antiboodi. ASI memiliki

komposisi yang tetap sehingga mudah dicerna dan diserap serta mampu memenuhi

kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.Setelah usia

6 bulan, bayi diberi makanan pendamping ASI atau yang dikenal MPASI karena

kebutuhan zat gizi bayi yang meningkat dan tidak dapat dipenuhi hanya dengan ASI.2

MPASI adalah semua makanan yang diberikan kepada bayi yang mendapat ASI

hingga bayi selesai disapih dan mendapatkan makanan keluarga, antara usia 6-24 bulan.

MPASI memegang peranan penting baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

terhadap kesehatan seorang anak. Suatu review article memperlihatkan bahwa

pemberian makan yang baik termasuk pemberian MPASI pada bayi dapat mencegah

31% kematian balita. Masalah pertumbuhan dan malnutrisi di negara berkembang

1
terjadi mulai usia 3 bulan dan menetap setelah 2 tahun, sehingga kesempatan untuk

memperbaikinya sangat singkat.3

Praktek pemberian makan di Indonesia ditandai dengan rendahnya ASI

eksklusif, pemberian preleakteal feeding, dan pemberian MPASI yang terlalu dini.

Penelitian potong lintang pada pasien rawat jalan di RSCM menunjukkan sebagian

besar (65%) orangtua menganggap usia MPASI paling tepat diberikan pada usia 4

bulan, hanya 20% yang menjawab 6 bulan. Hal ini sangat tidak direkomendasikan,

karena akan merusak sistem pencernaan dimana perkembangan usus dan pembentukan

enzim pencernaan belum sempurna hingga 6 bulan. Faktor inilah yang menyebabkan

rentannya bayi mengalami alergi, seperti asma, demam tinggi, alergi glutein (protein

dalam gandum), dan obesitas. Obesitas sejak bayi meningkatkan risiko kanker, diabetes

dan penyakit jantung di usia lanjut.Di antara MPASI yang diberikan terdapat air tajin

dan kaldu ceker. Kedua makanan tersebut merupakan makanan dengan kadar gizi dan

densitas kalori yang rendah.3 Penelitian pada 322 ibu di Jakarta pada tahun 2013

menunjukkan bahwa 30% subjek mendapatkan informasi tentang MPASI dari petugas

kesehatan, 22% dari kader posyandu, 18.6% dari keluarga, 17.1% dari media elektronik,

dan sisanya 12.3% tidak mengetahui tentang MPASI.1

Kekurangan atau kelebihan nutrisi pada periode usia 6 bulan sampai 2 tahun

umumnya ireversibel dan akan berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan

jangka panjang. Stuntingakan mempengaruhi perkembangan otak jangka panjang yang

selanjutnya berdampak pada kemampuan kognitif dan prestasi pendidikan. Selain itu,

pertumbuhan linear akan mempengaruhi daya tahan tubuh serta kapasitas kerja.4 WHO

tahun 2011 melaporkan 45% kematian balita di seluruh dunia terkait dengan gizi kurang

atau gizi buruk. Data Rikerdas (2010), prevalensi balita Indonesia berdasarkan BB/U

2
jumlah balita gizi buruk adalah 4,9%, gizi kurang 13%, gizi baik 76,2%, dan balita gizi

lebih 5,8% dari total bayi se-Indonesia.Data WHO menunjukkan bahwa penurunan

berat badan mulai terjadi pada usia 4-6 bulan yang dikenal sebagai masa penyapihan.

Hal ini diperkuat dengan temuan bahwa dua per tiga balita yang meninggal tersebut

memiliki pola makan salah yaitu tidak memndapat ASI eksklusif dan pemberian MPASI

yang terlalu dini atau terlalu lambat serta komposisi gizi yang tidak sesuai standar.

Masih rendahnya kesadaran pemberian MPASI dan tingkat pengetahuan orang tua

mengenai pemberian MPASIyang baik dan benar, maka diperlukan penelitian lebih

lanjut mengenai pemberian nutrisi khususnya MPASI pada bayi usia 6 bulan sampai 2

tahun.5

1.2 Batasan Masalah


Referat ini membahas tentang pemberian nutrisi (MPASI) pada bayi usia 6 bulan

sampai 2 tahun.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang pemberian

nutrisi (MPASI) pada bayi usia 6 bulan sampai 2 tahun.


1.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk

kepada berbagai literatur.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nutrisi

Nutrisi didefinisikan sebagai makanan yang berguna bagi kesehatan. Komposisi

makanan terdiri dari berbagai macam nutrien yang mempunyai efek metabolik yang

spesifik dalam tubuh manusia. Nutrien dapat merupakan zat esensial maupun non-

3
esensial. Nutrien esensial merupakan zat yang tidak dapt disintesis oleh tubuh manusia,

sehingga harus diperoleh dari makanan. Nutrien yang termasuk esensial adalah vitamin,

mineral dan beberapa asam amino, asam lemak dan karbohidrat. Nutrien non esensial

adalah nutrien yang dapat disintesis oleh tubuh dan mempunyai kualitas yang sama

dengan nutrien yang berasal dari bahan makanan. Secara garis besar nutrien juga terbagi

atas makronutrien dan mikronutrien.6

Nutrisi terbagi atas makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak), mikronutrien

(vitamin dan mineral) dan air. Makronutrien merupakan zat utama yang terdapat dalam

diet dan berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh yang digunakan untuk

pertumbuhan, pemeliharaan dan aktifitas.6

Tabel 1. Jumlah kalori per gram makronutrien


Makronutrien Energi/gram (kkal)
Karbohidrat 4,1
Protein 4,1
Lemak 9,3
Dikutip dari : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.2011

Nutrisi sebagai sumber tenaga dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-

55%, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada anak haruslah seimbang diantara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita

temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang

seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak

disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan dalam

pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana, disamping itu pada

anak sakit dapat dijumpai masalah masukan nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan

4
dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan

seperti kalori, vitamin dan mineral.6


2.2 Perkembangan Keterampilan Makan Bayi

Perkembangan setelah usia 6 bulan, sejalan dengan bertambahnya usia,

kebutuhan nutrisi baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi oleh

hanya ASI. Selain itu, keterampilan makan (oromotor skills) terus berkembang dan bayi

mulai memperlihatkan minat terhadap makanan lain selain yang berbentuk susu (ASI

ataupun formula).6 (Tabel 2)

2.3 Prinsip MPASI

Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman

yangmengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan

gunamemenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.2 MP-ASI adalahmakanan bergizi yang

diberikan mendampingi ASI kepada bayi berusia 6 bulan keatas atau berdasarkam

indikasi medis, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapaikecukupan gizinya.7 Zat

gizi pada ASI hanya memenuhi kebutuhan gizibayi sampai usia 6 bulan, untuk itu ketika

bayi berusia 6 bulan perlu diberi makananpendamping ASI dan ASI tetap diberikan

sampai usia 24 bulan atau lebih.

Tabel 2. Perkembangan keterampilan makan pada bayi


Umur Perkembangan oromotor Perkembangan motorik Keterampilan makan
umum
0-4 Refleks roating Tangan, kepala, leher dan Menelan makanan yang
bulan Refleks menghisap dan menelan punggung belum cair (ASI), tetapi
Refleks ekstrusi terkontrol dengan baik mendorong keluar
Arah gerakan rahang dan lidah: ke makanan yang padat
depan & belakang
Mulut belum dapat menutup
dengan baik
4-6 Gerakan refleks menghilang Duduk dengan bantuan, Dapat mengontrol posisi
bulan Arah gerakan rahang dan lidah kepala tegak makanan dalam mulut
ke depan-belakang dan atas- Tangan dapat meraih Menelan makanan tanpa
bawah obyek/berada didekatnya tersedak

5
Menarik bibir bawah ketika Mengambil makanan dari
sendok ditarik. Memindahkan sendok
makanan dari bagian depan
mulut ke belakang untuk
ditelan
6-9 Menggigit dan mengunyah Duduk sendiri atau hanya Mampu makan pure,
bulan gerakan rahang ke atas dan ke dengan sedikit bantuan makanan lumat atau
bawah Mulai menggunakan ibujari cincang
Menelan dengan mulut tertutup dan telunjuk untuk Makan pakai sendok
Menempatkan makanan di antara mengambil obyek/benda dengan mudah
rahang atas dan bawah
9-12 Gerakan lidah ke samping kiri Duduk sendiri dengan Mampu makan makanan
bulan dan kanan memutar mudah lunak, cincang kasar
Mulai mencakupkan bibir pada Memegang makanan dan Mulai mencoba makan
pinggir cangkir memakannya dengan tangannya
Memegang sendok sendiri sendiri
12-23 Gerakan mengunyah berputar, Berjalan, bicara Makanan keluarga
bulan rahang stabil Makan sendiri tapi masih
dengan bantuan
Dikutip dari : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.2011

Prinsip Pemberian MP-ASI antara lain sebagai berikut: 6

a Berikan ASI ekslusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya tambahkan MP

ASI mulai usia 6 bulan (180 hari) sementara ASI diteruskan.


b Lanjutkan ASI on demand sampai usia 2 tahun atau lebih.
c Lakukan responsive feeding dengan menerapkan prinsip asuhan psikososial
d Terapkan hidup bersih dan higienis serta penanganan makanan yang baik dan

tepat.
e Mulai pemberian MP ASI pada usia 6 bulan dengan jumlah sedikit, bertahap

disesuaikan dengan usia bayi, sementara ASI tetap sering diberikan.


f Bertahap, konsistensi dan variasi ditambah sesuai kebutuhan dan kemampuan

bayi.
g Frekuensi pemberian MP ASI semakin sering sejalan dengan bertambahnya usia

bayi.
h Berikan variasi makanan yang kaya akan nutrien untuk memastikan semua

kebutuhan nutrien terpenuhi


i Gunakan MP ASI yang mengandung vitamin dan mineral atau berikan preparat

vitamin dan mineral bila perlu

6
j Tambahkan asupan cairan saat anak sakit termasuk lebih sering menyusu dan

dorong anak untuk makan makanan lunak dan makanan yang disukainya, setelah

sembuh, beri makan lebih sering dan dorong anak untuk makan lebih banyak
k Pemberian MP ASI diberikan pada anak yang berusia 6 sampai 24 bulan secara

berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan mengunyah dan menelan

serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa.

Pemberian MP ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair

ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik

dan akhirnya makanan padat. MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap,

sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang

lebih kental sampai padat.

2.4 Persyaratan MPASI

WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003

merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu:

1. Tepat waktu (timely)

MPASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi. Sejak usia 6 bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi

kebutuhan energi dan protein. Selain kebutuhan energi hal yang perlu mendapat

perhatian adalah mikronutrien berupa zat besi, vitamin D, seng ,vitamin A sehingga

diperlukan Makanan Pendamping ASI yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi

mikro dan makro tersebut. Meskipun sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi

secara lengkap, pemberian ASI tetap dianjurkan karena dibandingkan dengan susu

formula bayi, ASI mengandung zat fungsional seperti imunoglobulin, hormon,

oligosakarida,dan lain-lain yang tidak ada pada susu formula bayi.1,3

7
Sebelum memulai pemberian MPASI, petugas kesehatan harus menilai kesiapan

bayi untuk menerima MPASI berdasarkan perkembangan oromotor, yaitu sudah dapat

duduk dengan kepala tegak, bisa mengkoordinasikan mata, tangan dan mulut untuk

menerima makanan, dan mampu untuk menelan makanan padat.8 European Society for

Pediatric Gastrohepatology and Nutrion (ESPGHAN) merekomendasikan bahwa

MPASI boleh diperkenalkan antara usia 17-26 minggu, tetapi tidak lebih lambat dari 27

minggu.9 Sebelum tahun 2001, WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif

sampai usia 4 bulan. Masalah pemberian MPASI di negara berkembang adalah kualitas

makanan yang kurang dan higiene yang buruk sehingga menyebabkan failure to thrive

pada periode pemberian MPASI. Telaah sistemartik WHO pada tahun 2002 yang

bertujuan mengevaluasi apakah terdapat hasil yang berbeda antara bayi dengan ASI

eksklusif selama 4 bulan dan 6 bulan menyatakan bahwa tidak ada studi yang

menunjukkan bahwa bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan mengalami defisit

pertumbuhan dalam hal berat badan maupun pajang badan, sehingga WHO

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan MPASI dimulai

pada usia 6 bulan. MPASI yang diberikan sebelum usia 4 bulan diklasifikasikan sebagai

MPASI dini, sedangkan bila diberikan setelah usia 6 bulan diklasifikasikan sebagai

MPASI terlambat.10,5 Pemberian MPASI pada bayi prematur disesuaikan dengan usia

koreksi dan kematangan perkembangan.5

Tabel 3. Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan umur


Umur (bulan) ASI Makanan Makanan Makanan
lumat lembik keluarga
0-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
12-24 bulan
Dikutip dari : Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013

8
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan ketika akan memulai pemberian MPASI, yaitu:6

1. Kesiapan / kematangan saluran cerna : perkembangan enzim pencernaan sudah

sempurna pada usia bayi 3-4 bulan.


2. Perkembangan keterampilan oromotor : kesiapan bayi untuk menerima makanan

padat bervariasi antara 4-6 bulan


3. Kebutuhan nutrisi selain dari ASI : tidak diperlukan sebelum usia 6 bulan karena

ASI masih dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kecuali bila terbukti lain

yang ditunjukkan dengan adanya gangguan pertumbuhan / kenaikan berat badan

yang kurang tanpa penyebab jelas (sakit, dan lain-lain)


4. Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur : sejalan dengan perkembangan

oromotornya, dalam 1 tahun pertama bayi perlu dikenalkan dengan berbagai

variasi rasa, aroma, tekstur, dan konsistensi. Selain untuk pembinaan selera, juga

untuk melatih keterampilan makan (mengunyah) yang mulai timbul pada usia 6

bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis dalam perkembangan

keterampilan makan. Bila pada periode ini bayi tidak dilatih untuk makan yang

semakin padat dan kasar, maka diusia selanjutnya bayi hanya dapat makan yang

cair dan lembut saja dan tidak mampu menerima makanan keluarga sehingga

timbul masalah makan.

Tabel 4. Pedoman pemberian makanan pada bayi usia 6-23 bulan yang mendapat ASI
Jumlah rata-rata /kali
Umur Tekstur Frekuensi
makan
6-8 Mulai dengan bubur 2-3x/hari, ASI tetap Mulai dengan 2-3 sendok
bulan halus, lembut, cukup sering diberikan makan /kali ditingkatkan
kental, dilanjutkan tergantung nafsu bertahap sampai
bertahap menjadi lebih makannya, dapat mangkok (125ml). Waktu
kasar diberikan 1-2 kali makan tidak lebih dari 30
selingan menit
9-11 Makanan yang 3-4x/hari, ASI tetap sampai mangkok
bulan dicincang halus atau diberikan. Tergantung (125-175 ml). Waktu
disaring kasar, nafsu makannya, makan tidak lebih dari 30
ditingkatkn sampai dapat diberikan 1-2 menit.

9
makanan bisa dipegang/ kali selingan.
diambil dengan tangan
12-23 Makanan keluarga, 3-4x/hari, ASI tetap sampai 1 mangkok
bulan bila perlu masih diberikan. Tergantung (175-250 ml). Waktu
dicincang atau nafsu makannya, makan tidak lebih dari 30
disaring kasar dapat diberikan 1-2 menit.
kali selingan
Dikutip dari : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik

Bayi akan menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya siap untuk menerima

makanan selain ASI. Sebaiknya setiap petugas kesehatan dan para ibu atau pengasuh

bayi mampu mengenali tanda tersebut agar dapat memberikan MPASI tepat waktu dan

sesuai dengan perkembangan keterampilan makannya, meliputi: 6

1. Kesiapan Fisik
a. Reflek ekstrusi telah sangat berkurang atau sudah menghilang.
b. Keterampilan oromotor :
i. Dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair menjadi

menelan makanan yang lebih kental dan padat


ii. Memindahkan makanan dari bagian depan kebagian belakang

mulut
c. Mampu menahan kepala tetap tegak
d. Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu menjaga

keseimbangann badan ketika tangannya meraih benda didekatnya.


2. Kesiapan psikologis :

Bayi akan memperlihatkan perilaku makan lanjut :

a. Dari reflektif ke imitatif


b. Lebih mandiri dan eksploratif
c. Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan :
i. Keinginan makan dengan cara membuka mulutnya
ii. Rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan / ke arah

makanan
iii. Tidak berminat atau kenyang dengan menarik tubuh kebelakang /

menjauh

2. Adekuat

10
MPASI memiliki kandungan energi dan mikronutrien yang dapat memenuhi

kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya. ASI eksklusif memenuhi

kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sampai usia 6 bulan, setelah itu seorang

bayi harus mendapat MPASI untuk mencukupi kebutuhannya. Sayangnya kualitas

MPASI seringkali tidak memadai, terutama dalam hal energi, protein, dan

mikronutrien.1

Pada awal kehidupan bayi mengalami perkembangan otak, otot, dan tulang

rangka yang pesat. Sembilan puluh lima persen otak berkembang pada 3 tahun pertama

kehidupan. Beberapa zat gizi esensial misalnya asam amino dan zat besi sangat

diperlukan dalam pembentukan sinaps dan neurotransmiter yang mempengaruhi

kecepatan berpikir. Penelitian di Surakarta pada anak usia 6-23 bulan menunjukkan

bahwa gizi kurang merupakan faktor risiko anemia. 11 Anemia karena kekurangan zat

besi telah terbukti menurunkan skor IQ 10-15 poin. Kekurangan beberapa zat gizi mikro

misalnya seng, kalium dan magnesium dapat yang berdampak stunting.1

Sindrom stunting berdampak jangka pendek yaitu hambatan perkembangan,

penurunan kognitif serta imunitas, penurunan kemampuan membakar lemak, jangka

panjang yaitu obesitas dan penyakit degeneratif, antara lain hipertensi, diabetes melitus

tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, kekurangan zat gizi yang terdapat di

ASI perlu dipenuhi oleh MPASI.4

Dalam upaya pemenuhan zat gizi, terdapat langkah-langkah atau tahapan yang

harus dilakukan secara berurutan, Tahap pertama adalah memberikan bahan makanan

yang tinggi zat gizi yang dibutuhkan. Sebagai contoh adalah upaya pemenuhan

kebutuhan zat besi, yang sekitar 97% harus dipenuhi oleh MPASI. Mengacu pada WHO

11
(2001), di usia 6-12 bulan bayi memerlukan zat besi 11 mg perhari. 12 Untuk memenuhi

kebutuhan zat besi tersebut, seorang bayi berusia 6 bulan mendapatkan 0,2 mg/hari dari

ASI dan diharapkan sisanya 10,8 mg dari MPASI.1

Makanan pendamping ASI pertama yang umum diberikan pada bayi Indonesia

adalah pisang dan tepung beras yang dicampur ASI. Kedua bahan makanan tersebut

dapat memenuhi kekurangan energi, karena sebuah pisang berukuran 15 cm dengan

berat 80 gram dapat menyumbang 90kkal dan 28 gram tepung beras menyumbang 102

kkal. Jika mengacu pada kebutuhan energi bayi laki-laki 6 bulan dengan berat badan 7

kg dan panjang 66 cm, maka kebutuhan energi dari ASI dan MPASI per hari sekitar 770

kkal, dengan perbandingan sekitar 200 kkal dipenuhi oleh MPASI dan sisanya oleh ASI.

Artinya konsumsi 770-800 ml ASI ditambah 1 porsi tepung beras @ 28 gram ditambah

1 buah pisang memenuhi kebutuhan energi bayi tersebut, tetapi tidak untuk zat besi,

protein, dan seng (Zn). Hal ini ditunjukkan oleh analisis berikut. Sebuah pisang

berukuran 15 cm dengan berat 81 g mengandung zat besi 0,3 mg, sedangkan tepung

beras mengandung hanya 0,1 mg zat besi.11 Berdasarkan analisis kandungan zat besi

didalam pisang dan tepung beras, ternyata kebutuhan zat besi harian yang tidak

dipenuhi lagi oleh ASI, tidak dapat dipenuhi oleh keduanya sehingga MPASI diperlukan

bahan makanan lainnya dengan sumber zat besi. Sumber zat besi yang terbaik adalah

daging merah (daging sapi cincang mengandung zat besi 0,8 mg/28g, kambing 1mg/28

g, domba 1,3mg/28g, bebek 0,8mg/28g) dan hati (hati ayam 3,6mg/28g, hati sapi

1,7mg/28g). Sayuran, misalnya bayam rebus mengandung zat besi 1mg/28g tetapi yang

diserap hanya 3-8% dibandingkan dengan sumber hewani 23%. 13 Untuk memenuhi

kebutuhan zat besi, bayi harus mengkonsumsi 85 g hati ayam atau 385 g daging sapi per

hari, tetapi konsumsi hati ayam atau daging sapi sejumlahtersebut menyebabkan bayi

12
mendapat asupan protein yang melebihi kebutuahn harian.. Oleh sebab itu, pada tahap

awal para ahli nutrisi memikirkan untuk melakukan fortifikasi zat besi dan zat-zat lain

yang harus ditambahkan pada MPASI. Makanan yang difortifikasi merupakan langkah

kedua dalam upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi, diberikan bila konsumsi sumber zat

gizi tidak cukup atau tidak memungkinkan. Di negara maju penggunaan MPASI

fortifikasi buatan pabrik merupakan alternatif untuk mengatasi risiko defisiensi zat gizi

mikro.1

Langkah ketiga untuk mengatasi defisiensi mikronutrien adalah pemberian

suplemen zat gizi dalam bentuk obat. Suplemen sebaiknya hanya diberikan bila terdapat

gejala klinis defisiensi mikronutrien atau defisisensi mikronutrien terbukti berdasarkan

pemeriksaan laboratorium karena pemberian suplementasi pada populasi yang tidak

membutuhkan dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan.14 Semakin bertambah

usia anak, semakin bertambah kebutuhan energi dari MPASI. Tabel berikut

menunjukkan rerata kebutuhan energi perhari, kecukupan energi yang berasal dari ASI

dan energi yang harus dipenuhi oleh MPASI.

Tabel 5. Usulan fortifikasi MPASI per 100 g


Asupan per hari
6-11 bulan 12-23 bulan 6-23 bulan
Energi dan Nutrien
Energi, Kcal 440 440 440
Protein, gr 7,5 11,3 6,7 10,8 6 11
Lemak, gr 11,7 13,7 12,7
Vitamin
Vitamin A, g RE 500 500 500
B-7, g 1,45 1,68 2,90 2,90
Kolin, mg 81,0 101,0 90,0 91,8
Asam Folat, g 43,6 54,5 83,0 83,0
Vitamin B-3, mg 4,6 6,8 3,2 6,1
Asam Pantoneat, mg 0,7 0,78 0,63 0,7
Riboflavin, mg 0,28 0,38 0,25 0,36
Tiamin, mg 0,28 0,38 0,30 0,36
Vitamin B-6, mg 0,35 0,50 0,35 0,44

13
Vitamin B-12, g 0,35 0,38 0,53 0,52
Vitamin C, mg 175 350 83 167 140 280
Vitamin D, g 2,5 5 1,7 3,3 2-4
Vitamin E, mg 12,5 8,3 10
Mineral
Kalsium, mg 250 500 100 200 100 200
Tembaga, g 500 1000 170 330 200 400
Iodin, g 225 150 180
Besi, mg 27,5 11,7 714
Magnesium, mg 100 150 67 100 80 120
Mangan, mg 1,5 1 1,2
Fosfor, mg 188 250 125 167 150 200
Selenium, g 25 17 20
Seng, mg 10 12,5 6,7 8,3

Dikutip dari :Rekomendasi Praktik Pemberian Makanan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di
Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. 2015

Penentuan kebutuhan gizi berbeda antar zat gizi. Istilah yang dipakai bagi angka

kecukupan gizi berbeda-beda antar negara. Indonesia menggunakan istilah Angka

Kecukupan Gizi (AKG). Menteri Kesehatan telah menetapkan AKG bagi yang terbaru

melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2013 (Lampiran).

Tabel 6. Kebutuhan energi harian dari ASI dan MPASI menurut usia
Usia Kkal/hari Sumber ASI Sumber MPASI
(bulan) Rerata Kisaran Rerata Kisaran
6-8 784 413 217-609 269 73-469
9-11 949 379 157-601 451 229-673
12-23 1170 246 90-602 746 490-1002
Dikutip dari: Rekomendasi Praktik Pemberian Makanan Berbasis Bukti pada Bayi dan
Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. 2015

Kebutuhan zat gizi bersifat individual sehingga tidak sama dengan kecukupan

gizi yang dianjurkan (RDA) atau kecukupan masukan gizi yang dianjurkan (RDI).

Walaupun demikian penggunaan RDA dan RDI cukup memadai dalam pelayanan gizi/

penyediaan makanan pasien pada umumnya. Pengertian kebutuhan zat gizi dalam

asuhan nutrisi adalah kebutuhan terhadap masing-masing zat gizi yang perlu dipenuhi

agar dapat mencakup 3 macam kebutuhan yaitu:

14
a. Untuk kebutuhan penggantian (replacement) zat gizi yang kekurangan

(deplesi atau defisiensi)


b. Untuk kebutuhan rumat (maintanance)
c. Untuk kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) dan tambahan untuk

pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.

Dalam menentukan kebutuhan zat gizi dapat diperhitungkan dengan berbagai

rumus. Secara umum dan sederhana, kebutuhan nutrisi bayi serta anak baik yang sehat

dengan status gizi cukup maupun yang berstatus gizi kurang atau buruk atau bahkan gizi

lebih atau obesitas prinsipnya bertujuan mencapai berat badan ideal. Oleh sebab itu

untuk memperkirakan tercapainya tambahan kalori serta protein untuk mencapai

tumbuh kejar pada yang gizi kurang atau buruk atau pengurangan kalori pada yang gizi

lebih atau obesitas menggunakan rumus berikut:6

Kebutuhan kalori/protein = RDA untuk umur TB (sesuai height-age)* x BB ideal

* umur dimana TB saat ini berada pada persentil 50


* persentil 50 BB menurut height-age saat ini

Tabel 7. Recommended Dietary Allowance untuk bayi dan anak


Umur BB TB Kalori Protein Cairan
(tahun) (kg) (cm) (kkal/kg (g/kg) (ml/kg)
)
Bayi 0.0-0.5 6 60 108 2.2 140-160
0.5-1.0 9 71 98 1.5 125-145
Anak 1-3 13 90 102 1.23 115-125
4-6 20 112 90 1.2 90-110
7-10 28 132 70 1.0 70-85
Pria 11-14 45 157 55 1.0 70-85
15-18 66 176 45 0.8 50-60
Wanita 11-14 46 157 47 1.0 70-85
15-18 55 163 40 0.8 50-60
Dikutip dari : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.2011

3. Aman.

15
MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, dibersihkan

menggunakan tangan dan peralatan yang bersih. Untuk menjamin kebersihan dan

keamanan makanan yang dikonsumsi oleh anak laksanakan beberapa hal sebagai

berikut: biasakan mencuci tangan sebelum makan, pergunakan alat-alat makan yang

bersih dan steril, masaklah makanan dengan benar, hindari mencampur makanan

mentah dengan makanan yang sudah matang, cucilah sayur dan buah sebelum dimakan,

pergunakanlah sumber air bersih, dan simpanlah makanan pada tempat yang aman.4

Hal lain yang perlu diperhatikan mengenai keamanan pangan adalah nitrat pada

makanan bayi. Nitrat adalah konstituen alamiah beberapa tanaman tertentu, misalnya

wortel dan bayam. Kandungan nitrat alamiah pada sayuran tersebut dapat menyamai

nitrat yang berasal dari air sumur. Nitrat diubah menjadi nitrit yang mengoksidasi besi

ferro di hemoglobin ke keadaan ferri sehingga terbentuk methemoglobin. Makanan

yang mengandung nitrat harus dihindari pada bayi kurang dari 3 bulan karena berisiko

menyebabkan methemoglobinemia, walaupun memang pemberian MPASI tidak

disarankan lebih dini dari usia 4 bulan.16

4. Diberikan dengan cara yang benar (responsive feeding)

MPASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang

anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat mendorong anak

untuk mengkonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan

tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan

seorang anak).1

Bayi akan memperlihatkan tanda lapar dan kenyang dengan bahasa tubuhnya

(feeding cue). Jika ibu memperhatikan feeding cue dari bayinya dan memberikan ASI

16
sesuai dengan tanda-tanda tersebut maka akan tercipta suatu jadwal makan yang paling

sesuai untuk bayi tersebut yang berbeda dengan bayi lain.17 Hal ini memudahkan jika

sampai saatnya memberikan MPASI, maka jadwal MPASI tersebut menggantikan

beberapa jadwal ASI sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih.Mengingat kapasitas

lambung bayi masih relatif kecil frekuensi pemberian MPASI ditingkatkan secara

bertahap. Peningkatan ini sekaligus memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya

yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia anak. Pada usia 6-8 bulan

diberikan 2-3 kali perhari, ditingkatkan menjadi 3-4 kali perhari pada usia 9-24 bulan.

Di antara waktu makan apabila diperlukan bisa diberikan makanan tambahan 1-2 kali

sesuai dengan kemampuan si anak.8

2.5 Cara Memperkenalkan Makanan Pada Bayi

Pengenalan jenis, tekstur, dan konsistensi makanan harus secara bertahap,

termasuk frekuensi dan jumlah makanan yang diberikan. Terdapat beberapa hal penting

yang berkaitan dengan hal tersebut:6

1. Tes makanan pertama kali: bubur tepung beras yang diperkaya zat besi

merupakan makanan yang dianjurkan sebagai makanan pertama yang diberikan

kepada bay. Bisa ditambahkan ASI atau susu formula yang biasa iminum setelah

bubur dimasak.
2. Sebaiknya diberikan mulai 1-2 sendok teh saja sesudah bayi meminum ASI atau

susu formula, kecuali jika bayi selalu menolak maka diberikan sebelum

pemberian ASI. Jumlah makanan ditambah secara bertahap hingga mencapai

jumlah sesuai yang dapat dihabiskan bayi.

Dalam memperkenalkan makanan pada bayi perlu pula diperhatikan panduan

dasar pemberian makan, sebagai berikut:6

17
1. Urutan pemberian:
a. Menurut AAP tidak ada urutan khusus dalam pengenalan jenis bahan

makanan yang diberikan kepada bayi


b. Kuncinya adalah makanan tersebut aman, bergizi dan dengan tekstur

yang sesuai kemampuan bayi


2. Tekstur dan konsistensi:
a. Dimulai dengan tekstur yang lebut dan halus, serta konsistensi yang

masih agak encer, selanjutnya ecara bertahap ditingkatkan menjadi

semakin kental hingga padat dan kasar


3. Jumlah
a. Mulai dengan jumlah sedikit (1-2 sendok teh) pada saat pengenalan jenis

makanan
b. Tingkatkan secara bertahap sampai jumlah yang sesuai usia bayi
4. Jarak waktu antara pemberian makanan baru
a. Kenalkan satu persatu jenis makanan sebelum diberi berupa campuran

dengan jarak 2-3 hari (4-7 hari jika terdapat riwayat alergi) agar bayi

dapat mengenali rasa dan arma setiap jenis makanan baru


b. Makanan baru sebaikna diberi pada pagi hari agar ada cukup waktu bila

terdapat reaksi simpang


5. Keamanan pangan
a. Cuci tangan dan semua peralatan sebelum digunakan
b. Tidak menggunakan peralatan makan bersama-sama atau mengunyah

makanan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi

Pemberian makanan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan zat gizi. Saat

makan juga merupakan periode pembelajaran dan pemberian kasih sayah, berbicara dan

kontak mata selama memberi makan akan dirasakan sebagai suasana yang

menyenangkan bagi anak. Responsive feeding adalah perilaku pemberian makan dengan

menerapkan prinsip asuhan psikososial, antara lain:6

1. Beri makan secara langsung dan dampingi anak sewaktu makan, ibu/pengasuh

harus peka terhadap tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan anak (tabel 5)

18
2. Untuk membantu anak memahami rasa lapar, buatlah jadwal makan secara

teratur. Jangan memberikan snack, jus, atau susu 3-4 jam sebelum makan.
3. Beri makan dengan sabar, dorong anak untuk makan, bukan dengan paksaan.

Bicaralah sewaktu pemberian makan, pelihara kontak mata.


4. Hindari atau sesedikit mungkin adanya distraktor (hal-hal yang dapat

mengalihkan perhatian) selama pemberian makan seperti menonton televisi,

memberikan mainan.
5. Bila anak menolak makan, cobalah dengan makanan lain yang berbeda tekstur

dan rasanya.
6. Makan tidak boleh lebih dari 30 menit, walaupun saat itu asupan porsi makan

mereka sangat sedikit. Anak-anak akan menambah porsi makan mereka dengan

sendirinya diwaktu yang akan datang.


7. Sediakan porsi kecil dan biarkan anak menambah beberapa kali apabila mereka

menginginkan. Hal ini akan membuat anak tertarik dalam proses makan dan

mencegah mereka menjadi bosan atau merasa kenyang terlebih dahulu dengan

melihat begitu banyak makanan di dalam piring

2.6 Pembuatan MPASI

2.6.1 Bentuk MPASI

Saat ini makanan bayi komersial banyak dijual di pasar, sebaiknya ibu dapat

menyiapkan sendiri makanan untuk bayi menggunakan makanan lokal, dengan harga

yang murah dan mudah didapat dan bentuknya bervariasi. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi dirumah, yaitu antara lain menyiapkan

makanan bayi harus bersih (bebas dari kotoran) dan saniter (bebas dari mikroba

penyakit), menggunakan bahan makanan yang segar,dan menambahkan gula sedikit

saja. Bentuk MPASI yang dapat diberikan kepada bayi adalah:18

19
a. Makanan lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur, tahu/tempe dan buah yang

dilumatkan/disaring, seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya lumat, air

jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI


b. Makanan lunak atau dicincang yang mudah ditelan anak, seperti bubur nasi

campur, nasi tim halus, bubur kacang hijau


c. Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk, sayur dan buah

2.6.2 Bahan MPASI

Bahan campuran untuk makanan bayi terdiri dari campuran dasar, yaitu yang

terdiri dari biji-bijian atau umbi-umbian dan kacang-kacangan serta campuran ganda,

terdiri dari empat kelompok bahan pangan yaitu:19,20

a. Makanan pokok

Makanan pokok merupakan bahan dasar yang sangat baik untuk membuat

makanan pendamping ASI, dan juga merupakan sumber utama karbohidrat.

Seperti beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu dan lainnya.

b. Lauk pauk (hewani maupun nabati), sebagai sumber protein misalnya susu,

daging sapi, daging ayam, ikan, telur dan nabati (kacangkacangan)


c. Sumber vitamin dan mineral, berupa sayuran dan buah-buahan
d. Tambahan energi berupa lemak, minyak atau gula yang berfungsi untuk

meningkatkan kandungan energi makanan campuran.

2.6.3 Cara Membuat MPASI21

1. Pisang Lumat Halus


Pilih pisang yang matang dan tidak asam, cuci kulitnya sampaibersih
Cuci atau rebus sendok kecil yang akan digunakan.
Kerok pisang secara perlahan dan setipis mungkin dengan sendoksehingga

menghasilkan pisang lumat yang halus. Hasilnya siapdisuapkan kepada

bayi.
2. Sari Buah
Pilih buah yang matang dan tidak asam, lalu cuci kulitnya sampaibersih

20
Cuci atau rebus seluruh peralatan yang akan digunakan, sepertisendok,

cangikr dan lainnya


Kerok buah (pepaya, mangga), kemudian lumatkan atau saring.

Untukmendapatkan sari jeruk caranya belah dua, lalu peras

denganmenggunakan saringan atau alat peras jeruk. Sari buah siap diberikan
3. Bubur Susu
Cuci atau rebus seluruh peralatan yang akan digunakan, sepertisendok,

cangikr dan lainnya


Siapkan 2 sendok makan tepung beras, 1 sendok makan susu bubuk, 2

sendok teh gula pasir, dan air


Larutkan gula, tepung beras, dan susu dengan air secukupnya, aduk hingga

rata
Panaskan di atas kompor dengan api kecil
Aduk sampai matang

4. Nasi Tim
Cuci atau rebus seluruh peralatan yang akan digunakan, sepertisendok,

cangikr dan lainnya


Siapkan 2 sendok makan beras, 1 potong tempe (10 gram) bisa diganti

dengan tahu, ikan, atau 1 butir telur, 1 sendok makan santan (bisa diganti

dengan minyak kelapa), 10 lembar daun bayam (bisa diganti dengan wortel,

kangkung, atau sayuran lainnya), dan garam secukupnya


Haluskan semua bahan, lalu masukkan semua bahan ke dalam panci kecuali

daun bayam
Masaklah sambil diaduk sampai matang
Masukkan daun bayam yang sudah dicuci bersih ke dalam panci saat

masakan hampir matang


Tambahkan sedikit garam, aduk hingga matang
Makanan siap disajikan kepada bayi selagi hangat

21
2.7 Masalah Pemberian Makan pada Bayi

Masalah makan yang dikaitkan dengan bidang nutrisi klinis pada anak adalah

segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakmampuan bayi untuk mengkonsumsi

sejumlah makanan yang diperlukannya secara alamiah dan wajar, yaitu dengan

menggunakan mulutnya secara suka rela.22Anak usia 1-3 tahun dapat mengalami food

neophobia, yaitu penolakan terhadap makanan baru, yang sesungguhnya merupakan

fase normal dalam tahapan perkembangannya, yaitu penolakan terhadap makanan

baru.23 Penelitian multisenter yang dilakukan oleh UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik

tahun 2012-2013 di 11 institusi pendidikan dokter spesialis anak yang meliputi 1116

batita menunjukkan bahwa terdapat tiga temuan utama yang menjadi acuan penegakan

diagnosis , yaitu keluhan orang tua, status gizi, dan penerapan feeding rules.

Berdasarkan tiga temuan utama ini, masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi

inappropriate feeding practice, small eaters, parental misperception, dan food

preference (picky eaters, parentera dan selective eater). Inappropriate feeding practices

sebagai penyebab terbanyak masalah makan dalam penelitian ini (83%) belum pernah

dicantumkan dalam berbagai publikasi sebelumnya. Inappropriate feeding practice

merupakan masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun

pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia.26 Inappropriate feeding practice

dapat terjadi primer (35%) karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai

pemberian makan yang benar atau sekunder (65%) terhadap masalah makan lain seperti

small eaters dan food preference.Aturan makan yang dianjurkan untuk balita yang

disebut Feeding Rules, terdiri dari tiga bagian, yaitu jadwal, prosedur, dan lingkungan.

Penelitian multisenter pada 1116 batita menunjukkan bahwa 75.8% tidak memiliki

jadwal makan atau makan lebih dari 30 menit dan sebanyak 90.7% anak makan sambil

22
bermain, yang menunjukkan bahwa lingkungan makan yang netral tidak terpenuhi. Hal

ini terjadi karena ketidaktahuan ibu maupun dokter terhadap aturan tersebut. 1Small

eaters merupakan masalah makan pada anak yang makan sedikit, status gizi kurang dan

Feeding Rules benar. Anak yang termasuk small eaters adalah anak aktif,

perkembangan normal, sering tertarik pada lingkungan dibandingkan makanan, dan

tidak memiliki masalah medis yang mendasari. 25 Food preference adalah keluhan pilih-

pilih makan atau penolakan terhadap makan tertentu. Food preference mencakup picky

eater dan selective eater. Picky eater diartikan sebagai masalah pada anak yang mau

mengkonsumsi berbagai jenis makan baik yang sudah maupun yang belum dikenalnya

tetapi menolak mengkonsumsinya dalam jumlah yang cukup. Selective eater adalah

anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu , misalnya

menolak semua makanan sumber protein.26

Faktor yang mempengaruhi terjadinya food neophobia dan food preference

adalah paparan makan pada usia dini, tekanan dalam proses makan, tipe kepribadian,

parenteral feeding styles, dan penhgaruh lingkungan. Parental misperception adalah

anak yang menurut pendapat orang tua memiliki masalah makan, namun setelah

dianamnesis lebih lanjut, orang tua atau pengasuh sudah menerapkan Feeding Rules

dengan benar dan anak memiliki status gizi baik.26

Tabel 8.Feeding rules (aturan pemberian makan)


Jadwal Ada jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack)yang
teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan
kecil di antaranya. Susu dapat diberikan dua-tiga kali sehari.
Waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit
Hanya boleh mengonsumsi air putih di antara waktu makan
Lingkungan Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk
makan)
Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik)
saat makan
Jangan memberikan makanan sebagai hadiah

23
Prosedur Dorong anak untuk makan sendiri
Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut,
memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara
netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa.
Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses
makan.
Dikutip dari: Rekomendasi Praktik Pemberian Makanan Berbasis Bukti pada Bayi dan
Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. 2015

Langkah awal dalam penanganan keluhan masalah makan pada bayi adalah

mengatasi faktor penyebab, mengatasi dampak yang terjadi, memperbaiki variasi,

penyajian, dan suasana makan, serta penerapan aturan makan.22,1 Jika terdapat

penerapan aturan makan yang salah maka harus diperbaiki, karena pemberian jadwal

makan dan pembatasan waktu makan serta tidak memaksa mengahabiskan makanan

merupakan pendekatan psikologis yang memberi ruang pada anak utnutk mandiri tetapi

juga mengenalkan konsekuensi. Setiap kali ibu memperbolehkan batita makan sedikit,

maka di satu titik jika dia lapar, giliran orang tua menerapkan aturan bahwa makan di

luar jadwal tidak diperbolehkan. Sehingga akhirnya anak akan menyesuaikan dengan

pola makan yang benar dan mandiri menentukan jumlah makanannya.1

Tabel 9. Contoh jadwal makan bayi 6 bulan 2 tahun


Jadwal Usia
6 8 bulan 9 11 bulan 12 23 bulan
06.00 ASI ASI ASI
08.00 Makan pagi Makan pagi Makan pagi
10.00 ASI/makanan selingan ASI/makanan selingan Makanan selingan
12.00 Makan Siang Makan Siang Makan Siang
14.00 ASI ASI ASI
16.00 Makanan selingan Makanan selingan Makanan selingan
18.00 Makan malam Makan malam Makan malam
20.00 ASI ASI ASI
24.00 ASI* ASI* ASI*
03.00 ASI* ASI* ASI*
*Bila bayi/anak masih menghendaki
Keterangan:
Umur 6-8 bulan : MPASI berupa makanan saring/lumat
Umur 9 -11 bulan : MPASI berupa makanan kasar/ makanan keluarga yang dimodifikasi
Umur 12-23 bulan : MPASI berupa makanan keluarga
Makanan selingan dapat berupa buah atau lainnya

24
Dikutip dari: Rekomendasi Praktik Pemberian Makanan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di
Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. 2015

2.8 Pemantauan Status Gizi Bayi/Anak

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat.

Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan

Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan

dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.24

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk

menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.

Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk

melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh.24

Tabel 10. Interpretasi penilaian status antropometri anak


Penilaian Status Antropometri
BB/U TB/U
>120% = BB lebih 90-100% = TB normal
90-100% = TB normal 70-89% = TB kurang/pendek
80-120% = BB normal <70% = TB sangat kurang
60-79% = BB kurang/sangat rendah
<60% = BB sangat kurang
BB/TB
>120% = Obesitas
110-120% = Overweight
90-110% = Gizi Baik
70-89% = Gizi Kurang
<70% = Gizi Buruk
Dikutip dari: Pemeriksaan fisis pada anak. 2003

Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan

(TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1

kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan

diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB

anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut

25
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB).

Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap

balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan

baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-Score masing-masing

indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :3

Tabel 11. Indikator status gizi anak menurut z-score


Kategori BB/U :
1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0
Kategori TB/U :
1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0
Berdasarkan indikator BB/TB:
1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
2. Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4. Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0
Dikutip dari : KEMENKES RI

26
BAB 3

KESIMPULAN

1. Keterampilan makan (oromotor skills) bayi terus berkembang sejak usia 6 bulan

dan bayi mulai memperlihatkan minat terhadap makanan lain selain yang

berbentuk susu.
2. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan atau minuman

yangmengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan

gunamemenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.


3. Persyaratan MPASI adalah tepat waktu, adekuat, aman, dan dengan cara

pemberian yang benar (responsive feeding).


4. Dalam memperkenalkan makanan pada bayi harus memperhatikan jenis, tekstur,

konsistensi, frekuensi, dan jumlah makanan yang diberikan harus secara

bertahap.
5. MPASI dapat dibuat dalam bentuk makanan lumat, makanan lunak, dan

makanan keluarga yang dibuat dari makanan pokok, lauk pauk, vitamin mineral,

dan tambahan energi lainnya.


6. Masalah pemberian makan pada bayi adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan ketidakmampuan bayi untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang

diperlukannya secara alamiah dan wajar. Penanggulangannya dengan mengatasi

faktor penyebab, mengatasi dampak yang terjadi, memperbaiki variasi,

penyajian, dan suasana makan, serta penerapan aturan makan (feeding rules).
7. Pemantauan status gizi anak dapat dilakukan dengan menggunakan data

antropometri seperti berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan

berat badan menurut tinggi badan.

27

Anda mungkin juga menyukai