Anda di halaman 1dari 43

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI RADIOLOGI
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013

RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI

ii
7.6. Tanggung Jawab Dan Kewajiban..............................................................32
7.7. Pelatihan....................................................................................................34
7.8. Deskripsi Fasilitas......................................................................................34
7.9. Deskripsi Pesawat Sinar-X Dan Peralatan Penunjang...............................34
7.10....................................................Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi
.................................................................................................................35
7.11..............................................Prosedur Intervensi Dalam Keadaan Darurat
.................................................................................................................35
7.12....................Asas Proteksi Radiasi Dan Keselamatan Radiasi Pada Pasien
.................................................................................................................36
7.13.............................................................................Keadaan Operasi Normal
.................................................................................................................37
BAB VIII. Pengendalian Mutu.........................................................................38
8.1. Standar Pelayanan Minimal.......................................................................38
8.2. Indikator.....................................................................................................39
BAB IX. Penutup..............................................................................................40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam rangka pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan medik, pelayanan


Instalasi Radiologi telah diselenggarakan di hampir semua kelas dan jenis Rumah
Sakit.
Pelayanan Radiologi tersebut diselenggarakan dengan berbagai sistem atau
prosedur, prasarana, sarana, peralatan dan ketenagaan.
Ketidakseragaman ini kurang menguntungkan dalam penyelenggaraan
pelayanan Radiologi baik teknis maupun administratif. Oleh sebab itu, agar
pelayanan Radiologi dapat berjalan dengan aman, lancar serta berperan baik
dalam meningkatkan mutu pelayanan medik di Rumah Sakit, maka perlu dibuat
suatu pedoman pelayanan Radiologi di Rumah Sakit yang diharapkan dapat
menjadi pegangan.

1.2. TUJUAN PEDOMAN

1. Tersedianya pedoman bagi petugas di Instalasi Radiologi dalam


memberikan pelayanan Radiologi kepada pasien.
2. Sebagai pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Umum kelas C.

1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN

1. Pelayanan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Baptis Batu diselenggarakan


bagi :
a. Pelayanan rutin.
b. Pelayanan gawat darurat.
2. Pelayanan Instalasi Radiologi meliputi :
a. Pelayanan radiodignostik konvensional.
b. Pelayanan USG.
c. Pelayanan CT-Scan.

1
1.4. BATASAN OPERASIONAL

Pemeriksaan radiodiagnostik yang diselenggarakan harus mampu mendeteksi


kelainan-kelainan pada pemeriksaan rontgen, USG dan CT-Scan.
1. Pemeriksaan dengan dan tanpa media kontras meliputi pemeriksaan :
a. Tractus gastrointenstinal (oesophagus, gaster, duodenum, jejunum,
ileum, colon, sigmoid, rectum)
b. Tractus billiaris
c. Tractus urinarius
d. Tractus respiratorius
e. System muscolosceletal (cranium, collumna vertebralis, ekstremitas,
articulations, pelvis)
f. Gigi geligi (Dental)
2. Pemeriksaan USG yang mendeteksi kelainan-kelainan :
a. Hepar
b. Vesica fellea (Gall Bladder/ kandung empedu)
c. Ginjal
d. Pancreas
e. Lien
f. Vesica urinaria
g. Organ genitalia interna
h. Kelenjar tiroid
i. Mammae
3. Pemeriksaan CT-Scan yang dapat dilakukan adalah :
a. Kepala, dengan dan tanpa media kontras.
b. Abdomen, dengan dan tanpa media kontras.
c. Thorax, dengan dan tanpa media kontras.
d. Sinus Paranasalis, dengan dan tanpa media kontras.
e. Vertebrae ( Cervical, Thoracal, Lumbal, Sacrum, Coxigeus).
f. Pelvis.
g. Ekstremitas.
1.5. LANDASAN HUKUM
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008
Tentang Radiologi.
e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
410/MENKES/SK/III/2010 Tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1041/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
g. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
h. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Baptis Indonesia Nomor
047/YBI/VII/2011 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Baptis
Batu.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.


Agar pelayanan radiologi dapat terselenggarakan dengan mutu yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka pemeriksaan Radiologi harus dilakukan oleh
tenaga yang profesional.
1. Kualifikasi tenaga yang harus tersedia :
a. Tenaga medis :
Dokter Spesialis Radiologi yang diakui oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementrian Kesehatan.
b. Tenaga paramedis :
Tenaga paramedis non perawatan (Lulusan Akademi Penata
Rontgen/ Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, Diploma
Teknik Radiologi).
c. Tenaga Administrasi :
Tenaga dengan dasar pendidikan SLTA atau yang sederajat yang
mempunyai pengetahuan keadministrasian.
2. Ketenagaan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Baptis Batu terdiri dari :
a. Dua orang Dokter Spesialis Radiologi Paruh Waktu.
b. Satu orang Dokter Umum selaku Kepala Bidang Pelayanan
c. Satu orang Sarjana Sains Terapan.
d. Dua orang Ahli Madya Radiodiagnostik dan Radioterapi.
e. Satu orang petugas pembantu administrasi Radiologi.
2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN.
1. STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
BAPTIS BATU

DIREKTUR

WADIR PELAYANAN

KEPALA INSTALASI RADIOLOGI

PENANGGUNG JAWAB KAMAR


PENANGGUNG
GELAP & LOGISTIK
JAWAB
PENANGGUNG
ADMINISTRASI
JAWAB&KEBERSIHAN
ARSIP & PERS. PEMER
PENANGGUNG JAWAB TENAGA & ALAT

2. URAIAN TUGAS
a. Dokter Spesialis Radiologi
1) Bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik.
2) Melakukan pemeriksaan radiologi dengan media kontras baik
dengan fluoroskopi maupun tanpa fluoroskopi.
3) Melakukan pemeriksaan USG.
4) Memberikan hasil ekspertisi pemeriksaan
radiodiagnostik,pemeriksaan USG dan pemeriksaan CT-Scan.
5) Bekerjasama untuk mengkoordinir seluruh tugas-tugas yang
dilaksanakan di bagian radiologi untuk menjamin serta
meningkatkan mutu pelayanan.
6) Merencanakan peningkatan mutu pelayanan, pengembangan staf
dan sarana bagian radiologi.
7) Menyusun standar pelayanan medis di bagian radiologi bersama-
sama dengan komite medik yang akan diberlakukan di bagian
radiologi.
8) Mengontrol kualitas pelayanan agar sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis.
9) Membuat laporan serta bertanggung jawab kepada Direktur
tentang pelaksanaan tugas.

b. Wakil Direktur Pelayanan


1) Bekerjasama dengan ketua staf medik fungsional radiologi untuk
mengkoordinir seluruh tugas-tugas yang dilaksanakan di bagian
radiologi untuk menjamin serta meningkatkan mutu pelayanan.
2) Merencanakan peningkatan mutu pelayanan, pengembangan staf
dan sarana bagian radiologi.
3) Menyusun standar pelayanan medis di bagian radiologi bersama-
sama dengan komite medik yang akan diberlakukan di bagian
radiologi.
4) Memonitor pelaksanaan standar pelayanan di bagian radiologi.
5) Mengontrol kualitas pelayanan agar sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan radiologi.
6) Membuat laporan serta bertanggung jawab kepada Direktur
tentang pelaksanaan tugas.

b. Kepala Instalasi Radiologi


1) Mengkoordinir tenaga-tenaga yang ada di Instalasi Radiologi.
2) Merencanakan peralatan yang dibutuhkan di Instalasi Radiologi.
3) Merencanakan kebutuhan bahan habis pakai misalnya film x-ray,
media kontras dan chemical serta alat-alat kelengkapan Radiologi
(accessories).
4) Mengajukan permintaan kebutuhan Instalasi Radiologi kepada
Instalasi Farmasi melalui Kepala Bidang Pelayanan.
5) Memberikan masukan kepada Pimpinan Rumah Sakit dalam
permasalahan pelayanan dan pengembangan Instalasi Radiologi.
6) Membimbing dan membina tenaga paramedis ATRO dan tenaga
lainnya dalam melakukan pekerjaan pelayanan Radiologi.
7) Membuat penilaian evaluasi kinerja pegawai yang ada di Instalasi
Radiologi.
8) Membuat dan melaporkan kepada Direktur kegiatan serta jumlah
pemeriksaan radiologi secara berkala.
9) Merencanakan pemeriksaan kesehatan berkala (minimal setahun
sekali) bagi pekerja dalam bidang radiasi bila terdapat dosis sinar
x-ray yang lebih dari yang ditentukan (sesuai dengan hasil film
badge) maka petugas ini harus dikonsulkan kepada seorang ahli
penyakit dalam.
10) Menghadiri rapat rutin yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit.
11) Mengawasi segi-segi bahaya radiasi dan proteksi radiasi.
12) Mengawasi pemeliharaan semua peralatan dan merencanakan
pengecekan secara berkala serta pada keadaan darurat.

c. Radiografer
1) Melaksanakan kegiatan radiologi secara umum.
2) Bertanggung jawab terhadap proses pembuatan radiografi secara
keseluruhan dengan pencucian manual.
3) Bertanggung jawab terhadap pemakaian, pemeliharaan dan
kerusakan yang terjadi pada film rontgen dan chemical/ obat
pembangkit.
4) Bertanggung jawab mencarikan dokter spesialis radiologi pada
pemeriksaan yang memerlukan penanganan dokter ahli radiologi
maupun untuk pembacaan foto rontgen.
5) Bertanggung jawab terhadap pengadaan film rontgen, film USG,
obat pembangkit dan media kontras.
6) Mengusulkan alat-alat rontgen baru yang dibutuhkan di instalasi
radiologi.
7) Mengusulkan jadwal dinas di instalasi radiologi
8) Membantu dokter ahli radiologi/ non radiologi dalam
pemeriksaan radiologi.
9) Membuat radiografi di ruangan bila dibutuhkan.
10) Melapor kepada Kepala Bidang Pelayanan bila terjadi kerusakan
pesawat dan accessorinya.
11) Membantu pengumpulan data pemeriksaan secara berkala.
12) Melakukan perawatan semua peralatan radiologi dan accesorinya
sehingga selalu siap dipakai.
13) Membina petugas kamar gelap sehingga tercapai hasil akhir yang
optimal dari foto rontgen.

d. Petugas Kamar Gelap dan Logistik


1) Bertugas dalam proses pembangkit bayangan laten menjadi
gambaran tetap di dalam kamar gelap.
2) Bertanggung jawab terhadap keadaan cairan pembangkit
(developer) dan cairan penetap (fixer).
3) Bertugas melaporkan pada koordinator bila persediaan film
rontgen mulai menipis.
4) Bertanggung jawab terhadap keadaan dan kebersihan bangunan
(secara fisik) instalasi radiologi dan USG.
5) Mengambil film yang sudah disinari dari kaset lalu mencuci dan
memprosesnya dan mengisi film baru kedalam kaset film.
6) Mengeringkan film yang sudah diproses dan menyerahkan kepada
petugas loket/ administrasi setelah diperiksa oleh radiografer.
7) Mengganti bahan chemical yang sudah lemah.
8) Mengusahakan agar kamar gelap selalu bersih.

e. Petugas Loket/ Administrasi dan Arsip


1) Bertugas melakukan proses pencatatan administrasi di Instalasi
Radiologi.
2) Bertanggung jawab dalam pembuatan laporan harian, bulanan,
tahunan dan berkala.
3) Bertanggung jawab terhadap pengadaan barang-barang kebutuhan
rutin di Instalasi Radiologi.
4) Bertanggung jawab membuat laporan penggunaan film rontgen.
5) Melaksanakan pengecekan pengiriman hasil pemeriksaan foto
rontgen ke bagian perawatan
6) Menerima surat konsul dari dokter dan mencatatnya dalam buku
register.
7) Memberi nomor foto rontgen yang sesuai dengan nomor urut
pasien.
8) Menyerahkan surat konsul rontgen ke petugas dalam kamar
pemeriksaan rontgen.
9) Mengumpulkan semua foto rontgen yang sudah dibaca dan
memberi/ mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut kepada dokter
pengirim/ bagian perawatan.
10) Menyusun dan menata serta menyimpan foto-foto rontgen dengan
rapi dan teratur supaya tidak rusak dan mudah mencarinya bila
diperlukan.

f. Penanggung Jawab Ketenagaan Dan Peralatan


1) Bertugas mengusulkan ketenagaan instalasi radiologi kepada
direktur.
2) Menyusun jadwal dinas instalasi radiologi.
3) Mengatur cuti tahunan petugas instalasi radiologi.
4) Bertanggung jawab untuk perawatan dan pemeliharaan pesawat
rontgen dan di instalasi radiologi.
5) Mengusulkan kebutuhan bahan dan peralatan instalasi radiologi
setiap tahun.
6) Mengusulkan service alat dan pesawat rontgen dan kalibrasi alat.

g. Penanggung Jawab Kebersihan Ruangan Dan Persiapan Pemeriksaan


1) Bertugas menjaga kebersihan di ruangan pemeriksaan radiologi,
ruang kontrol table, loket pendaftaran, pemeriksaan USG dan
ruang arsip serta ruang pembacaan dokter.
2) Bertanggung jawab terhadap persiapan pemeriksaan,
mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan pada
pemeriksaan radiologi dengan media kontras.
3) Bertanggung jawab mempersiapkan tabung oksigen supaya selalu
dalam keadaan penuh dan suction yang siap untuk dipergunakan.
4) Bertanggung jawab untuk menjaga tampilan interior dan eksterior
di bagian radiologi.
5) Bertanggung jawab untuk mengusulkan perbaikan ruangan bila
terjadi kerusakan.

2.3. PENGATURAN JAGA.


Instalasi radiologi perlu melaksanakan pelayanan rutin dan gawat darurat
terbuka 24 jam yang terbagi dalam :
1. Pagi : pukul 07.00 14.00 WIB
2. Siang : pukul 09.00 16.00.00 WIB
3. On-Call : pukul 16.00 sampai dengan 07.00 WIB
4. Hari Minggu dan hari libur tetap ada pelayanan instalasi radiologi terbuka
24 jam (On-call).
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH RUANG


(Ada pada lampiran)

3.2. SARANA DAN PRASARANA.


1. Kamar Periksa I Berisi :
a. Satu unit pesawat x-ray stationer Dae-Young 500 mA dengan image
intensifier dan TV monitor.
b. Satu buah bucky standar cassette
c. Satu unit AC.
d. Satu buah standard cassette
e. Satu buah meja tempat accessories pemeriksaan Radiologi.
f. Kamar ganti pasien.
2. Kamar Operator
a. Satu unit control panel pesawat Dae-Young X-ray 500 mA.
b. Apron protective
c. Tempat kaset unexposed dan kaset exposed.
d. Dua buah kaset x-ray box dengan ukuran kaset 35 x 35 cm (2 buah), 30
x 40 cm (1 buah), 24 x 30 cm (2 buah), 18 x 24 cm (1 buah)
3. Kamar Gelap Berisi :
a. Satu tangki developer manual
b. Satu buah bak rinsing
c. Satu tangki fixer manual
d. Satu buah bak washing
e. Satu buah light- case
f. Satu buah lemari penyimpan film x-ray.
g. Hanger 35x35 cm (5 buah), hanger 30x40 cm (5 buah), hanger 24x30
cm (5 buah) dan hanger 18x 24 cm (5 buah).
h. Satu buah mesin pengering (Drying).
4. Ruang Arsip Radiologi
a. Tujuh buah lemari arsip susun lima.
b. Satu buah kursi.
5. Ruang Pembacaan Dokter Spesialis Radiologi.
a. Satu buah light-case.
b. Satu buah meja tulis
c. Dua buah kursi
d. Satu buah bufet tempat dokumen-dokumen Radiologi.
e. Satu buah pesawat telpon
f. Satu unit komputer dan printer.
6. Ruang Loket Pendafatran
a. Satu buah meja counter pendaftaran.
b. Dua buah kursi.
c. Satu buah pesawat telpon.
d. Satu buah white-board.
7. Kamar Mandi Pasien Dan Kamar Mandi Petugas Radiologi.
8. Ruang Tempat Alat/ Instrumen Radiologi
a. Satu buah Washtafel.
b. Satu buah lemari obat/instrumen Radiologi berisi alat-alat kesehatan,
obat-obat emergency dan peralatan emergency (Basic Live Support),
media kontras, barium sulfat, tensimeter, stetostop.
9. Ruang USG
a. Satu unit pesawat USG GE Rtfino.
b. Satu buah meja tulis kecil.
c. Satu buah standar infus.
d. Satu buah tempat tidur dan bantal.
e. Satu buah washtafel.
10. Ruang CT-Scan
a. Satu unit pesawat MSCT Eclos Hitachi.
b. Satu buah standar infuse.
c. Satu buah tabung oksigen kecil.
d. Satu buah meja control CT-Scan.
e. Satu unit computer pengoperasian CT-Scan.
f. Satu unit printer CT-Scan.

3.3. STANDAR FASILITAS.


Sarana dan prasarana ditujukan bagi terselenggaranya pelayanan
Radiologi yang aman, efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta
dimungkinkan petugas Instalasi radiologi bekerja dengan nyaman dan tertib.
Letak Instalasi Radiologi harus sedemikian rupa sehingga mudah melayani
pasien rujukan rawat jalan, rawat inap Instalasi Bedah Sentral maupun pasien
rujukan dari luar rumah sakit.
Instalasi Radiologi mempunyai 2 (dua) unit menurut fungsi pelayanan
yaitu, Unit Utama, untuk semua jenis pemeriksaan rutin baik dengan atau tanpa
media kontras, dan Unit Darurat, untuk pemeriksaan pasien yang memerlukan
pelayanan segera (gawat darurat).

1. Unit Utama Terdiri Dari Bangunan Sebagai Berikut :


a. Satu ruangan radiografi dengan ukuran sekurang-kurangnya 6m (p) x
4 m (l) x 2,7 m (t) termasuk panel kontrol.
b. Satu ruangan USG ukuran 4 m (p) x 3 m (l) x 3 m (t).
c. Satu ruangan untuk konsultasi dokter,ukuran 4 m (p) x 3 m (l) x 3 m
(t), ruangan ini dilengkapi WC dan kamar mandi.
d. Satu ruangan untuk gudang,ukuran 3 m (p) x 2 m (l) x 3 m (t).
e. Satu ruangan untuk kamar gelap sekurang-kurangnya ukuran 3 m (p) x
2 m (l) x 3 m (t).
f. Satu ruangan untuk loket penerimaan dan pengambilan hasil
radiografi ukuran 4 m (p) x 3 m (l) x 3 m (t).
g. Satu ruang tunggu pasien ukuran 5 m (p) x 3 m(l) x 3 m (t).
h. Satu WC dan kamar mandi untuk pasien.
Semua ruangan harus mempunyai sistem ventilasi yang baik atau
dilengkapi dengan AC, aliran listrik dan air yang tersedia dengan cukup.
Khusus untuk proteksi radiasi ruangan pemeriksaan radiodiagnostik
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Dinding ruangan terbuat dari beton setebal 15 cm dengan plesteran
(bahan beton dari batu split dengan densitas 2,3 gr/cm kubik atau batu
koral dengan densitas 1,8 gr/cm kubik atau dilapisi timah hitam tebal
2 mm Pb.
b. Semua pintu kayu harus dilapisis timah hitam tebal 2 mm.
c. Tinggi jendela dari lantai minimal 2 meter.
d. Mempunyai lampu merah di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.

2. Perlengkapan Ruangan :
a. Lemari instrumen.
b. Linen dan Pakaian pasien.
c. Kapas.
d. Kain chas.
e. Alkohol swabs
f. Plester.
g. Aquadest steril.
h. Emergency kit.
i. Irigator dan perlengkapan pemeriksaan Colon-inloop.
j. Media kontras : Iopamiro 370-50cc,Barium sulfat.
k. Alkes

3. Ruangan Kamar Gelap


Ruangan kamar gelap dilengkapi dengan :
a. Tangki developer isi 20 liter 1 buah.
b. Tangki fixer dan cuci film X-Ray isi 20 liter masing-masing 1(satu) buah.
c. Safe light 1 buah.
d. Internal timer 1 buah.
e. Exhaust fan 1 buah.
f. AC ruangan
g. Pass box 2 buah.
h. Viewing box.
4. Ruang USG

a. Tempat tidur untuk pemeriksaan.


b. Meja tulis berikut kursi.
c. Tempat sampah.
d. Washtafel.
e. Handuk untuk cuci tangan

Perlengkapan proteksi radiasi :


a. Lead apron 2 (dua0 buah tebal 0,5 mm Pb.
b. Film badge sesuai jumlah pekerja radiasi.
c. Screen dengan lead glass ukuran 20 cm x 30 cm tebal 2 mm Pb.
d. Lead gloves 1 pasang tebal 0,5 mm Pb.
e. Gonad shield 1 buah tebal 0,5 mm Pb.

Untuk menyelenggarakan pemeriksaan radiodiagnostik dan ultrasonografi tersebut


di atas, maka peralatan radiologi yang dibutuhkan adalah :
Peralatan :
a. 1 (satu) buah pesawat X-ray stationer dengan kapasitas 500 mA-120
kV,tipe transformer,
b. 2 (dua) buah switch (minimal).
c. 1 (satu) buah USG Multipurpose dengan komponen : tranduser 3,5 5
mH.
d. 1 (satu) buah Pesawat MSCT-Scan 8 slice.
e. 1(satu) buah pesawat mobile x-ray dengan kapasitas 100 mA.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Demi ketertiban serta lancarnya pelayanan bagi para pasien yang memerlukan
pemeriksaan Radiologi maka yang harus diperhatikan :
1. Instalasi Radiologi menerima konsultasi pemeriksaan Radiologi dari
dokter di dalam Rumah Sakit sendiri maupun dari dokter luar Rumah
Sakit.
2. Tempat pelayanan Radiologi pada Rumah Sakit harus mempunyai loket
pendaftaran tersendiri. Hal ini dikarenakan yang dapat menentukan
besarnya tarif secara tepat hanyalah petugas di Instalasi Radiologi.
3. Pelayanan Radiologi yang diselenggarakan disesuaikan dengan kualifikasi
tenaga dan peralatan yang dimiliki yaitu :
a. Semua x-foto tanpa kontras/polos dan dengan kontras
b. Selain pelayanan yang sifatnya rutin dan perjanjian juga melayani kasus
gawat darurat dan foto rontgen dari ruang perawatan/ruang rawat inap.
c. Bila diperlukan pemeriksaan yang lebih spesifik dapat transfer ke rumah
sakit yang mempunyai peralatan yang lebih canggih.

4.1. TATA LAKSANA PELAYANAN RADIOLOGI.


1. Pemeriksaan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan permintaan dari
dokter dalam surat permintaan tersebut dicantumkan keadaan klinis.
2. Pemeriksaan radiologi tanpa media kontras oleh radiografer.
3. Pemeriksaan dengan media kontras dan ekspertisi oleh dokter spesialis
radiologi.
4. Tanggung jawab hasil pemeriksaan radiodiagnostik berada dalam
tanggung jawab seorang dokter spesialis radiologi.
5. Pemeriksaan harus dilakukan oleh tenaga bidang radiologi.
6. Penuntun prosedur teknik dan pemeliharaan rutin diberikan kepada tenaga
radiografer.
7. Penuntun prosedur administrasi diketahui semua staf instalasi radiologi
8. Kebijakan dan prosedur akan dikembangkan oleh staf instalasi radiologi
bekerjasama dengan profesi lain terkait.

4.2. PROSEDUR KERJA DENGAN PESAWAT SINAR X.


1. Setiap petugas pada saat melakukan pekerjaan dengan pesawat sinar X
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
2. Mempergunakan baju pelindung yang terbuat dari Pb/timbal (Apron
protective).
3. Mempergunakan alat monitoring personil.
4. Berdiri sejauh mungkin dari sumber sinar (source).
5. Berdiri di belakang tabir pelindung.
6. Bekerja sesingkat mungkin.

4.3. SASARAN PELAYANAN.


Pelayanan Radiologi di RS.Baptis Batu diselenggarakan bagi :
a. Pelayanan rutin.
b. Pelayanan gawat darurat.

4.4. JENIS PELAYANAN RADIOLOGI.


a) Pelayanan Radiodiagnostik

Pemeriksaan dengan dan tanpa media kontras meliputi pemeriksaan :


Tractusgastrointestinal
(oesophagus,gaster,doudenum,jejunum.ileum,colon
sigmoid,rectum)
Tractus biliaris.
Hepar.
Lien.
Pancreas.
Tractus urogenitalia.
Tractus Respiratorius.
Sistem musculoskleletal (cranium, columna vertebralis,
ekstremitas, pelvis)
Gigi geligi(dental).

b) Pelayanan USG

Mendeteksi kelainan-kelainan :
Hepar.
Vesica fellea (Gall bladder/kandung empedu).
Ginjal.
Pancreas.
Lien.
Vesica urinaria.
Organ genitalia interna.
Kelenjar tiroid.
Mammae.

c) Pelayanan CT-Scan :

CT-Scan kepala polos/tanpa kontras.


CT-Scan kepala dengan kontras.
CT-Scan abdomen polos/tanpa kontras.
CT-Scan abdomen dengan kontras.
CT-Scan Thorax polos/tanpa kontras.
CT-Scan Thorax dengan kontras.
CT-Scan vertebrae polos/tanpa kontras.
CT-Scan vertebrae dengan kontras.
CT-Scan Sinus paranasal polos/tanpa kontras.
CT-Scan Sinus paranasal dengan kontras.
CT-Scan lain-lain
(orbita,nasopharink,ekstremitas,mandibula,dsb.).
4.5. TATA CARA PELAYANAN RADIOLOGI YANG
BERLAKU. 1.Pasien rawat jalan :
a. Pasien :
Setelah diperiksa oleh dokter di poliklinik dengan membawa
formulir pemeriksaan radiologi,pasien ke bagian radiologi untuk
melakukan pemeriksaan Radiologi.
Khusus untuk rujukan dari dokter praktek swasta (luar) atau
untuk pasien yang minta foto rontgen sendiri,petugas radiologi
mengarahkan untuk ke bagian rekam medik untuk didaftar dan
minta nomor rekam mediknya.Setelah itu pasien ke ruangan
radiologi untuk melakukan pemeriksaan radiologi.
b. Petugas administrasi :
Memberitahukan kepada pasien besarnya biaya pemeriksaan foto
rontgen.
Mencatat identitas pasien di buku register.
Membuat ID printer.

c. Petugas radiologi :

Melakukan registrasi/pencatatan.
Melakukan pengambilan foto rontgen sesuai permintaan dokter.
Menjelaskan kepada pasien kapan hasil foto rontgen dapat diambil.
Untuk pasien dari poliklinik hasil foto rontgen diperlukan pada dokter
yang meminta untuk diperlihatkan (belum ada hasil ekspertise dokter).
Menghubungi dokter Spesialis Radiologi untuk membacakan hasil foto
rontgen.

2.Untuk pasien Rawat Inap


a.Dokter
Menuliskan macam pemeriksaan yang dikehendaki pada rekam
medis dan mengisiformulir pemeriksaan Radiologi.
b.Perawat
Mempersiapkan pasien sesuai dengan macam pemeriksaan
radiologi yang diminta dokter (foto non-kontras,foto kontras dan
lain-lain).
Menghubungi Instalasi Radiologi.
Mengantar pasien ke Instalasi Radiologi dengan membawa
formulir permintaan pemerikaaan radiologi dan cattatan medik
pasien rawat inap.
Menyerahkan formulir pemeriksaan foto rontgen dan catatan
medik rawat inap kepada radiografer.
Untuk pemeriksaan yang memerlukan media kontras,bagian
perawatan mendaftarkan pasien ke Instalasi Radiologi satu hari
sebelumnya.

c.Radiografer

Menerima dan membaca formulir pemeriksaan rontgen dari


bagian perawatan.
Melakukan pemeriksaan foto rontgen sesuai dengan
pemeriksaan dokter.
Melakukan pencatatan pada buku register Instalasi Radiologi.
Memberikan biaya pada formulir pemeriksaan radiologi dan
dijadikan satu pada status pasien.
Menghubungi dokter spesialis radiologi untuk membacakan
hasil foto rontgen.

3.Pengambilan hasil foto radiologi

Sesuai dengan Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Penunjang Medik


RS.Baptis Batu nomor 24.01.04 tanggal 09 Pebruari 2012 tentang tata
cara pelayanan yang berlaku di Instalasi Radiologi adalah sebagai
berikut :

a.Dokter Spesialis Radiologi

Memberikan hasil ekspertise foto rontgen yang diminta oleh


dokter pengirim.

b.Pasien

Datang ke Instalasi Radiologi untuk mengambil foto rontgen


dan hasil ekspertise foto rontgen.

c.Petugas Instasi Radiologi

Mencatat tanggal foto rontgen,nama pasien,jenis foto


rontgen,nama pasien,jenis foto rontgen,nomor klinik pasien
juga minta tanda terima/tanda tangan dan nama terang
pengambil foto rontgen.
Pasien dimohon untuk kontrol dengan membawa foto rontgen
dan hasil ekspertise dokter.
6.Sistem Pembayaran Pasien

Menurut kebijakan Direktur RS.Baptis Batu nomor 01.03.16


tanggal 22 Desember 2011 tentang Pedoman bagi bagian atau
instalasi yang akan menyerahkan uang ke bagian keuangan
melapor terlebih dahulu ke bagian akuntansi untuk mencatat
uang tersebut setelah itu membawa bukti penerimaan dan
nominal uang sesuai dengan yang tercantum di bukti
penerimaan di bagian keuangan.
Untuk pasien instalasi radiologi sistem pembayaran terlebih
dahulu pasien membayar ke kasir rawat jalan untuk pasien
rawat jalan dan ke kasir rawat inap untuk pasien rawat inap.
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan alat dan bahan di instalasi radiologi ada 2 macam yaitu :


1. Pengadaan bahan dan alat non medis.
2. Pengadaan bahan dan alat medis,termasuk obat dan alat
kesehatan.

1. Pengadaan bahan dan alat non medis


Contoh bahan dan alat non medis adalah barang alat tulis
kantor,cetakan,barang keperluan rumah tangga,barang elektronik dan sebagainya.

2. Pengadaan bahan dan alat medis,termasuk obat dan alat kesehatan


Contohnya bahan dan alat medis adalah media kontras,spuit,film x-
ray,cairan chemical dan sebagainya.

3. Pengadaan obat dan alat kesehatan


Sesuai dengan kebijakan direktur nomor 31.01.04 tanggal 09 Pebruari
2012 tentang pengadaan obat dan alat kesehatan yang diperlukan di Instalasi
Radiologi :

a) Dokter Spesialis Radiologi:

Mendata obat dan alat kesehatan yang digunakan untuk pemeriksaan


radiologi dengan media kontras.
Mendata obat-obat emergency (Basic Live Support).

b) Radiografer

Mengebon ke Instalasi Farmasi sesuai instruksi dokter spesialis radiologi.


Mencatat dalam buku permintaan obat dan alat kesehatan instalasi
radiologi.
c) Petugas instalasi farmasi
Mencatat dalam buku permintaan obat dan alat kesehatan instalasi
radiologi.
Memberikan obat dan alat kesehatan sesuai dengan permintaan radiologi
dan menginstruksikan ke instalasi radiologi untuk pengambilannya di
bagian logistik setelah melalu e-slip.
Sesuai dengan alur pengadaan alat Rumah Sakit Baptis Batu dengan nomor
dokumen 02.03.15 pada tanggal terbit 01 Desember 2011 pengadaan alat tidak
rutin di Instalasi Radiologi

Setiap Kepala Instalasi atau Kepala Bagian menulis permintaan di dalam


buku order pembelian non-stock alat yang diminta tersebut sesuai yang
dianggarkan pada anggaran tahunan.
Kepala Instalasi atau Kepala Bagian meminta persetujuan ke Wakil
Direktur yang berfungsi sebagai filter I. Bila Wakil Direktur sudah setuju
diberikan ke bagian inventory berfungsi sebagai filter II dan kembali
mengoreksi setiap permintaan.
Bagian Inventory mengajukan persetujuan ke Wakil Direktur Umum dan
Keuangan (tim Pengadaan) berfungsi sebagai filter III.Bila setuju langsung
mencarikan pemasok dan harga barang.Bila tidak setuju dibuatkan
penolakan secara tertulis.
Kepala Bagian Inventory memberi informasi kepada petugas logistik
selaku penerima barang.

d) Persediaan barang.

PERSEDIAAN JUMLAH
NO
BARANG BARANG
A.X-RAY
1. Film x-ray 35x35
cm 24 box
2. Film x-ray 30x40
cm 16 box
3. Film x-ray 24x30
cm 10 box
PERSEDIAAN JUMLAH
NO
BARANG BARANG
4. Film x-ray 18x24
cm 6 box
5. Developer liquid 10 set
6. Fixer liquid 10 set
7. Iopamiro 350-
50cc 100 vial
8. Barium sulfat 1 set
9. Film thermal CT-
Scan 7 box
10. Film Gigi
Hansim 50 box
11. Paper print USG 60 roll
12. Paper print USG
berwarna 1 roll
B. ALKES
1. Jarum Disp. No.
18 70 buah
2. Suit Disp. 50 cc
tepi 70 buah
3. Jelly USG 1 jerigen
4. Aquades 25 ml 10 buah
5. Alkohol 70% 4 liter
6. Masker 12 dos
7. Microshield
handrub 500 ml 5 buah
8. Microshield 4%
handwash 500 ml 5 buah
9. Oksigen kecil 7 tabung
10. Wing needle
19/20 50 buah
11. Kapas Gulung 1
kg 1 buah
12. Sarung tangan
7,5 10 dus
C. ALAT
TULIS
KANTOR
1. Spidol kecil 15 buah
2. Spidol marker 5 buah
3. Spidol board
marker 5 buah
4. Lem povinal 3 buah
5. Pensil 2B 3 buah
6. Buku kuarto 100 5 buku
7. Buku ekspedisi 5 buku
PERSEDIAAN JUMLAH
NO
BARANG BARANG
8. Isi stapler kecil
Maxi 8 buah
9. Stipo 5 buah
10. Bolpoint 8 buah
11. Otner folio 5 buah
12. Stabillo 3 buah
13. Kertas fotocopy
70 gram 10 rim
14. Cetakan kuitansi 4 bendel
15. Klip besar 5 dos
16. Klip kecil 5 dos
17. Penghapus karet 2 buah
18. Isolasi nachi 3 buah
19. CD blank 25 buah
20. Tempat CD 100 buah
D. CETAKAN
1. Lembar
permintaan
Radiologi 10.000 lbr
2. Lembar
permintaan
lembur 10 buku
3. Lembar
perbaikan
bengkel 2 buku
4. Lembar non-
stock 2 buku
5. Lembar USG
hamil 5.000 lbr
6. Lembar USG
Abdomen/puasa 5.000 lbr
7. Lembar USG
Abdomen/tahan
kencing 5.000 lbr
8. Lembar CT-Scan 5.000 lbr

E. RUMAH
TANGGA
1. Bayfresh 2 buah
2. Soklin 1 kg 2 buah
3. Super pell 8 buah
4. Sabun cair
Sunlight 4 buah
5. Tissue toilet 50 gulung
6. Kresek hitam 5 bungkus
PERSEDIAAN JUMLAH
NO
BARANG BARANG
besar
7. Kresek kuning
besar 5 bungkus
8. Baterai kecil 4 buah
9. Lampu dop kecil 5 buah
Sabun mandi
10. Medicare 8 buah
AC 2 PK untuk
11. ruang USG di
Inst.Radiologi 1 unit
Apron protective
12. (Pb/Timbal) 1 unit
TOTAL
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1. Prosedur Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi untuk Pasien


a. Menggunakan kolimasi pembatas sinar utama sesuai luas daerah yang di
periksa.
b. Memperhatikan jumlah panduan paparan medis.
c. Melakukan sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional ) di Instalasi
Radiologi.
d. Bilamana mungkin berikan pelindung pada organ yang peka terhadap
radiasi seperti gonad, payudara dan tiroid.

2. Prosedur Proteksi Radiasi dan Keselamatan Radiasi untuk Pendamping


a. Menggunakan perlengkapan Proteksi radiasi seperti Apron
Protective.
b. Keluarga, rekan, kerabat keluarga yang dewasa dan tidak sedang
hamil.
c. Tidak berada pada berkas utama pesawat sinar X.

6.1. ASAS PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA


PASIEN.
Keselamatan dan kesehatan terhadap radiasi pengion yang selanjutnya disebut
keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang
sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manusia (dalam hal ini adalah
pekerja radiasi, pasien dan keluarganya) dan lingkungan hidup tidak melampaui
nilai batas yang ditentukan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran memuat konsepsi asas proteksi radiasi yang terdiri atas asas
justifikasi, limitasi dan optimisasi.
1. Asas justifikasi, bahwa setiap kegiatan yang memanfaatkan
radioaktif atau sumber radiasi lainnya hanya boleh dilakukan
apabila menghasilkan keuntungan yang lebih besar kepada
seseorang yang terkena penyinaran radiasi atau bagi masyarakat,
dibandingkan dengan kerugian radiasi yang mungkin
diakibatkannya, dengan memperhatikan faktor sosial, faktor
ekonomi, dan faktor lainnya yang sesuai. Dalam melakukan
pengkajian perlu diperhitungkan pula estimasi kerugian yang
berasal dari penyinaran potensial, yaitu terjadinya penyinaran yang
tidak dapat diprediksikan sebelumnya.
2. Asas limitasi, bahwa penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas. Yang dimaksud Nilai Batas Dosis yang ditetapkan oleh
Badan Pengawas. Yang dimaksud Nilai Batas Dosis disini adalah
dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan interna
selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis.
Penetapan Nilai Batas Dosis ini tidak memperhitungkan
penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi
alam.
3. Asas optimisasi, bahwa proteksi dan keselamatan terhadap
penyinaran yang berasal dari sumber radiasi yang dimanfaatkan,
harus diusahakan sedemikian rupa sehingga besarnya dosis yang
diterima seseorang dan jumlah orang yang tersinari sekecil
mungkin dengan memperhatikan faktor sosial dan ekonomi. Pada
dosis perorangan yang berasal dari sumber radiasi harus
diberlakukan pembatasan dosis yang besarnya dibawah Nilai Batas
Dosis.
Jadi asas proteksi radiasi berfokus pada keselamatan pasien yang
melakukan pemeriksaan di Instalasi Radiologi.
Untuk itu Instalasi Radiologi RS. Baptis Batu dalam pelayanan berfokus
pada keselamatan pasien yang berasas pada proteksi radiasi 3D yaitu : Dose,
Diagnose, Dollars.
Adapun 3D ini mangandung arti:
1. Dose
Dalam radiodiagnostik setiap pasien yang melakukan pemeriksaan
Radiologi, kita sebagai pekerja radiasi memperhatikan dosis yang diterima
pasien baik untuk parameter kV, mA dan s (waktu) diperhatikan sungguh-
sungguh supaya tidak terjadi pengulangan pemeriksaan dan dosis radiasi
yang diterima pasien tidak berlebihan.
2. Diagnose
Pemeriksaan Radiologi bertujuan untuk menegakkan diagnosa dokter,
untuk itu hasil radiograf harus optimal sehingga ekspertise dokter
memberikan penilaian yang akurat pula dalam penegakan diagnosa dokter.
3. Dollars
Jika kita sebagai pekerja radiasi bekerja dengan memperhatikan budaya
keselamatan, efektif dan efisien seta memeperhatikan asas-asas proteksi
radiasi dan keselamatan radiasi maka Dollars yang dihasilkan meningkat
(dalam hal ini income/ keuntungan yang dihasilkan cukup besar). Karena
budaya keselamatan yang dilakukan dengan komitmen dan konsisitensi
yang tinggi akan menghasilkan cost-benefit dan tentukan berfokus pada
keselamatan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. LATAR BELAKANG.


Pemanfaatan sumber radiasi harus berdasarkan azaz manfaat (justifikasi)
dimana resiko yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan manfaat yang
diterima. Begitu juga dengan penyinaran diupayakan serendah mungkin
dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi, serta tidak melampaui
nilai batas dosis yang ditentukan. Oleh karena itu setiap penggunaan sumber
radiasi harus dipantau untuk mengurangi dampak negatif terhadap petugas
radiasi, pekerja lain dan masyarakat.

7.2. TUJUAN.
Menjamin keselamatan, keamanan, ketentraman dan kesehatan pasien,
para pekerja dan masyarakat.

7.3. RUANG LINGKUP.


1. Pengusaha Instalasi
2. PPR bidang kesehatan
3. Pekerja radiasi
4. Operator
5. Dokter Spesialis Radiologi
6. Dokter Spesialis lain yang terkait
7. Tenaga kesehatan/ keperawatan

7.4. DEFINISI.
Keselamatan radiasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap
manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.
Proteksi radiasi adalah semua tindakan untuk mengurangi pengaruh radiasi
terhadap manusia akibat pemanfaatan teknologi.
7.5. STRUKTUR ORGANISASI.

Pengusaha Instalasi
Dr. Arhwinda P.A.,Sp.KFR.

PPR
Sundari, AMR
Kus Endah Aryati, S.ST

Pekerja Radiasi
Sundari, AMR
Kus Endah Aryati, S.ST

7.6. TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN.


1. Pengusaha Instalasi
a. Membentuk Organisasi Proteksi Radiasi dan menunjuk Petugas Proteksi
Radiasi dan bila perlu Petugas Proteksi Radiasi pengganti.
b. Hanya mengijinkan seorang pekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalamannya bekerja
dengan sumber radiasi.
c. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi
bahaya radiasi yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan
latihan proteksi radiasi.
d. Menyediakan aturan keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungan
perusahaan sendiri termasuk peraturan tentang penanggulangan keadaan
darurat.
e. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan.
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja
radiasi dan pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi.
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja
dengan sumber radiasi.
h. Memberitahukan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan
instansi lain terkait (misalnya kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran)
bila terjadi bahaya radiasi atau keadaan darurat.

2. Petugas Proteksi Radiasi


a. Memberikan instruksi teknis dan administratif secara lisan atau tertulis
kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik.
Instruksi harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.
b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah
mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi.
c. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga
dapat menimbulkan kecelakaan radiasi.
d. Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan ke daerah
pengendalian.
e. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan Proteksi
Radiasi.
f. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi dan tindakan proteksi
radiasi.
g. Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan Proteksi Radiasi
yang memadai kepada pengunjung atau tamu apabila diperlukan.

3. Pekerja Radiasi
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan
radiasi di daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban
sebagai berikut :
a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan
kerja radiasi.
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi yang
tersedia, bertindak hati-hati serta bekerja dengan aman untuk melindungi
baik dirinya maupun pekerja lain.
c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada
PPR (Petugas Proteksi Radiasi).
d. Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan, yang diduga
akibat penyinaran lebih.

7.7. PELATIHAN.
1. Pelatihan PPR (Petugas Proteksi Radiasi).
2. Pelatihan prosedur penggunaan alat yang benar.
3. Penjelasan tentang bahaya radiasi dan efeknya.
4. Penjelasan tentang arti tanda peringatan radiasi.

7.8. DESKRIPSI FASILITAS.


Segala perlengkapan yang dimiliki oleh pesawat sinar X yang didesain,
dibangun dan digunakan dengan memenuhi persyaratan proteksi radiasi juga
memperhitungkan beban kerja maksimum, faktor guna penahan radiasi dan
faktor penempatan daerah sekitar.
Fasilitas yang dimiliki :
1. Ruangan pesawat sinar X
2. Ruangan pesawat CT-Scan
3. Ruangan USG
4. Ruangan operator dengan kaca Pb (timah hitam)
5. Kamar gelap (tempat memproses film X-ray)
6. Ruang ganti pakaian pasien
7. Tanda radiasi berupa lampu merah
8. Peralatan basic life support, emergency kit
9. Ruang tunggu pasien.

7.9. DESKRIPSI PESAWAT SINAR-X DAN PERALATAN PENUNJANG.


1. Memenuhi standar yang dikeluarkan dari Komisi Elektronik Internasional
(IEC) dan atau Organisasi Standar Internasional (ISO).
2. Spesifikasi kinerja dan instruksi pengoperasian dan perawatan tersedia
dalam bahasa utama dunia dan diupayakan tersedia dalam bahasa lokal.
3. Kemungkinan adanya kegagalan peralatan karena kesalahan manusia sekecil
mungkin dan kegagalan dari komponen sistem dapat segera terdeteksi.
4. Pemantapan prosedur pengoperasian termasuk kalibrasi dan pelaksanaan
program jaminan kualitas. Pemilihan dan pelatihan personil yang memadai
serta pelatihan ulang mengenai prosedur, proteksi dan keselamatan.
5. Tersedia mekanisme kontrol berkas sinar radiasi sehingga penyinaran
dibatasi hanya pada daerah yang sedang diperiksa.
6. Penyinaran radiasi medik sekecil mungkin yang bisa dicapai dengan tetap
mendapatkan informasi diagnostik yang diperlukan.
7. Parameter seperti tegangan, arus, posisi titik fokus, dinyatakan secara jelas
dan akurat.

7.10. DESKRIPSI PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI.


1. Film Badge
Untuk mengetahui besarnya paparan radiasi yang diterima pekerja radiasi
dalam satu periode waktu.
2. Apron Pb (timbal) protective
Untuk melindungi pekerja radiasi atau pasien dari paparan radiasi.
3. Tanda radiasi
Seperti lampu merah di atas pintu masuk pasien dan tanda sinar-X ( tanda
bahaya radiasi warna kuning).
4. Kaca Pb (kaca timbal)
Untuk melihat pasien dan pergerakan gantry CT-Scan.

7.11. PROSEDUR INTERVENSI DALAM KEADAAN DARURAT.


Keadaan darurat adalah keadaan di luar dugaan yang memungkinkan
terjadinya bahaya radiasi bagi pekerja radiasi, pasien maupun masyarakat
umum.
Tindakan yang harus dilakukan adalah:
1. Mematikan aliran listrik.
2. Mengevakuasi pasien.
3. Mengevaluasi dan mengisolasi tempat kejadian.
4. Meninjau kemungkinan yang terjadi dan mencatat semua kejadian untuk
dilaporkan ke BAPETEN.

7.12. ASAS PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA


PASIEN.

Keselamatan dan kesehatan terhadap radiasi pengion yang selanjutnya


disebut keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manusia (dalam
hal ini adalah pekerja radiasi, pasien dan keluarganya) dan lingkungan hidup
tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran memuat konsepsi asas proteksi radiasi yang terdiri atas asas
justifikasi, limitasi dan optimisasi.
Asas justifikasi, bahwa setiap kegiatan yang memanfaatkan radioaktif atau
sumber radiasi lainnya hanya boleh dilakukan apabila menghasilkan
keuntungan yang lebih besar kepada seseorang yang terkena penyinaran radiasi
atau bagi masyarakat, dibandingkan dengan kerugian radiasi yang mungkin
diakibatkannya, dengan memperhatikan faktor sosial, faktor ekonomi, dan
faktor lainnya yang sesuai. Dalam melakukan pengkajian perlu diperhitungkan
pula estimasi kerugian yang berasal dari penyinaran potensial, yaitu terjadinya
penyinaran yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya.
Asas limitasi, bahwa penerimaan dosis oleh seseorang tidak boleh
melampaui Nilai Batas Dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. Yang
dimaksud Nilai Batas Dosis yang ditetapkan oleh Badan Pengawas. Yang
dimaksud Nilai Batas Dosis disini adalah dosis radiasi yang diterima dari
penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung
pada laju dosis. Penetapan Nilai Batas Dosis ini tidak memperhitungkan
penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam.
Asas optimisasi, bahwa proteksi dan keselamatan terhadap penyinaran
yang berasal dari sumber radiasi yang dimanfaatkan, harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga besarnya dosis yang diterima seseorang dan jumlah
orang yang tersinari sekecil mungkin dengan memperhatikan faktor sosial dan
ekonomi. Pada dosis perorangan yang berasal dari sumber radiasi harus
diberlakukan pembatasan dosis yang besarnya dibawah Nilai Batas Dosis.
Jadi asas proteksi radiasi berfokus pada keselamatan pasien yang
melakukan pemeriksaan di Instalasi Radiologi.

7.13. KEADAAN OPERASI NORMAL.

1. Pemantauan dosis para pekerja radiasi dengan film badge yang diproses
hasilnya oleh BPFK KENMENKES (BPFK Surabaya).
2. Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi secara berkala.
3. Uji kalibrasi pesawat sinar X, uji fungsi dan perawatan peralatan serta
program jaminan kualitas.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Instalasi Radiologi harus senantiasa memantau dan mengevaluasi secara


periodik hasil pelayanan yang diselenggarakan. Hal ini penting untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu,cakupan dan efektivitas serta efisiensi
pelayanan.

Kriteria :
1.Evaluasi mutu pelayanan
Evaluasi mutu pelayanan dapat dilakukan secara intern di bagian
radiologi maupun secara ekstern bersama disiplin ilmu lainnya.
2.Evaluasi cakupan pelayanan
Evaluasi cakupan pelayanan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
rujukan yang diterima oleh bagian radiologi dan jumlah serta jenis
pemeriksaan yang dibutuhkan.
3.Evaluasi efektivitas dan efisiensi pelayanan.
Evaluasi ini dilakukan dalam upaya mencapai pelayanan radiologi
yang makin maju.
Semua hasil dari evaluasi yang dilakukan dapat dijadikan dasar bagi
perencanaan dan pengembangan di bagian radiologi,baik rencana jangka pendek
maupun jangka panjang.

8.1. STANDAR PELAYANAN MINIMAL.


1. Ekspertise Dokter Spesialis Radiologi .
2. Reject analisis .
3. Waktu tunggu x-foto thorax.
4. Kepuasan pasien .
8.2. INDIKATOR

1. Rerata jumlah pemeriksaan/hari.


2. Presentase x-foto Thorax.
3. Presentase pemeriksaan dari luar.
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi disusun yang dapat


dipergunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi dengan baik dan
benar sesuai ketentuan standar pelayanan kesehatan bidang radiologi sehingga
pelayanan kesehatan prima dapat terwujud.
Pedoman pelayanan instalasi radiologi ini disusun dengan memperhitungkan
kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karenanya
senantiasa untuk dilengkapi sesuai kebutuhan tuntutan pelayanan.
Akhirnya semoga pedoman pelayanan instalasi radiologi ini dapat
dipergunakan oleh seluruh instalasi radiologi dan bermanfaat bagi peningkatan
mutu layanan di bidang radiologi.

Anda mungkin juga menyukai