Anda di halaman 1dari 4

KOMPAS.

COM

Kasus 1.
(Selama 22 Tahun Lebih Menggunakan Xanax)

Pasien laki-laki usia 52 tahun, pertama kali memakai Xanax sekitar 22 tahun yang lalu sejak
pulang dari luar negeri untuk sekolah. Awalnya memakai obat-obatan golongan benzodiazepin
dari psikiater di tempatnya sekolah dulu. Pasien kemudian sejak itu tidak bisa melepaskan
ketergantungannya terhadap Xanax. Ketergantungannya ini juga sangat berhubungan dengan
merek, artinya tanpa menggunakan Xanax pasien tidak bisa menggunakan Alprazolam merek
lain. Saat ini dosis Xanax yang digunakan 6-8 miligram perhari. Pasien sudah berkonsultasi
selama 1 tahun, belum ada perubahan berarti. Pernah mencoba melakukan upaya Cold Turkey
(berhenti sama sekali) namun mengalami efek putus obat yang berat seperti menggigil, lemas,
kelelahan yang sangat, seperti tidak bertulang, keluar keringat dingin dan pikiran menjadi tidak
bisa "digunakan". Jika tidak memakai xanax, pasien tidak bisa berpikir dan bekerja seperti
biasa. Kalau memakai xanax, pasien "normal" kembali. Salah satu faktor kesulitan dalam
pengobatan pasien ini adalah, tidak ada obat yang cocok yang bisa menggantikan peran xanax
untuk mengatasi kondisi fisik dan psikologis yang dialami pasien.

Kasus 2.
(Selama 10 Tahun menggunakan Xanax)

Pasien laki-laki usia 48 tahun, pertama kali menggunakan xanax sekitar 10 tahun yang lalu.
Dosis saat itu hanya 0.5mg digunakan untuk membuat pasien tidur lebih nyeyak,. Resep saat itu
diberikan oleh dokter umum dan kemudian oleh pasien diteruskan makan xanax tersebut terus
menerus sampai saat ini. Dosis saat ini berkisar antara 6-7 miligram perhari terbagi menjadi 3
kali pemakaian. Pasien awalnya dikonsultasikan kepada saya karena dokter interna dan dokter
bedah yang ingin melakukan operasi kepada pasien meminta pasien untuk menghentikan
penggunaan xanax yang saat itu sudah mencapai 3x2mg perhari. Penghentian tiba-tiba saat itu
dilakukan oleh dokter dan menimbulkan gejala putus zat yang mengganggu pasien. Pasien
kemudian dikonsulkan kepada saya. Sama seperti kasus 2, salah satu faktor kesulitan dalam
menangani pasien adalah pasien tidak pernah merasa cocok mendapatkan obat selain xanax
untuk mengatasi kondisi kecemasan dasarnya. Sampai saat ini pasien masih berkonsultasi.

Kasus 3.
(Ibu Rumah Tangga menggunakan Xanax 1 tahun)
Pasien wanita usia 37 tahun dengan keluhan kecemasan yang membuatnya tidak nyaman. Saat
itu pasien berkunjung ke psikiater dan diberikan obat xanax 0,25mg sebanyak 3x sehari. Pasien
kemudian lepas kontrol dari psikiater dan membeli obat berdasarkan resep dokter umum
selanjutnya. Pasien kemudian makan obat dengan dosis 3x0,5mg dan terkadang menambah
dosis sendiri menjadi 3x0,75mg jika merasa tidak nyaman. Pemicu tidak nyaman adalah kondisi
kelelahan mengurus anak dan dukungan keluarga yang kurang. Pasien sering kali merasa tidak
nyaman dan pikiran satu-satunya adalah menambah dosis xanax. Pengobatan dengan obat
antidepresan untuk mengurangi perasaan cemasn ya tidak membuat pasien beralih dari xanax
dan terus mengkonsumsi xanax sampai saat ini.

Pembahasan

Ketiga kasus penggunaan alprazolam di atas memang sangat sering terjadi di dalam praktek
sehari-hari. Pasien seringkali tanpa sadar memakai obat anticemas golongan benzodiazepin
seperti alprazolam (dengan merk terkenalnya xanax). Awalnya biasanya digunakan untuk
membantu tidurnya atau perasaan cemas terkait gangguan fisik (jantung berdebar, perut
kembung).

Terkadang juga sering digunakan dalam racikan obat yang digunakan oleh berbagai macam
dokter untuk mengatasi keluhan-keluhan psikosomatik. Obat alprazolam (xanax) adalah salah
satu jenis obat cemas golongan benzodiazepin yang paling efektif. Dengan efektivitas yang
sangat poten dan waktu kerja yang pendek, tidak heran obat ini sering digunakan dan juga
sering kali digunakan beberapa kali dalam sehari. Sayangnya, obat ini mempunyai efek untuk
menghasilkan toleransi (dosis semakin meningkat) dan ketergantungan yang berat pada pasien
jika tanpa pengawasan yang tepat dan bijak.

Kebutuhan penggunaan akhirnya bisa menjadi suatu ketergantungan fisik dan psikis. Apalagi
pada pasien yang menggunakan alkohol atau dengan riwayat penyalahgunaan zat narkotika.
Pasien-pasien seperti ini bila menggunakan alprazolam akan cenderung terus naik dan sulit
lepas. Penanganan yang baik haruslah dimulai dengan pengenalan dasar gejala mengapa
sampai pasien menggunakan alprazolam. Pasien perlu menggunakan obat alprazolam pastinya
bukan karena tanpa alasan. Kondisi kecemasan dan insomnia adalah latar belakang tersering
orang mulai menggunakan alprazolam.

Pada pengobatan yang lebih baik adalah menggunakan obat pengganti alprazolam yang setara
seperti clonazepam atau diazepam. Namun pada dosis tinggi (lebih dari 2miligram alprazolam
perhari) pasien biasanya tidak bisa tiba-tiba menghentikan alprazolam tetapi harus melakukan
penurunan dosis perlahan (tappering of). Penggunaan antidepresan seperti sertraline atau
fluoxetine juga bisa membantu untuk mengatasi kecemasan dan mengurangi penggunaan obat
alprazolam pada akhirnya. Pasien perlu menyadari dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk
berhenti dari alprazolam. Kalau tidak ada niatan untuk berhenti akan percuma. Satu yang paling
penting segeralah berkonsultasi jika anda telah menggunakan alprazolam untuk waktu lama.

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera) Sudah banyak sekali saya
menuliskan tentang masalah penggunaan alprazolam yang tidak pada tempatnya dalam praktek sehari-hari.
Alprazolam yang dikenal dengan berbagai merk seperti Xanax, Zypraz, Alganax, Frixitas, Calmlet, Alprazolam
generik adalah obat penenang atau anti cemas golongan benzodiazepine yang sangat dikenal luas di kalangan para
dokter. Efeknya yang cepat dan poten sering menjadi pilihan dokter untuk menangani kasus-kasus berkaitan dengan
masalah kecemasan. Sering kali pula dokter meresepkannya untuk gangguan tidur dan beberapa diberikan pada
pasien-pasien dengan keluhan psikosomatik. Sayangnya jika dipakai tanpa pengawasan dokter yang ketat dan
terlalu lama, potensi akan toleransi atau semakin naiknya dosis dan kesulitan lepas dari obat ini sangatlah besar.
Beberapa pasien yang tidak sadar akan masalah yang bisa timbul karena obat ini malah memakainya dengan
sesukanya dan dibeli secara bebas lewat online atau apotek yang nakal menjual tanpa resep. Beberapa dokter yang
kurang pemahamannya akan obat ini menggunakannya untuk banyak kasus yang sebenarnya tidak perlu obat
alprazolam ini. Sayangnya sering kali nasi sudah menjadi bubur. Saya sudah sangat sering berhadapan dengan
kasus ketergantungan alprazolam yang dimulai dari suatu proses yang salah di masa lalu. Ketidaktahuan pasien
akan potensi ketergantungan obat ini dan kurangnya pengetahuan dokter berkaitan dengan obat ini adalah
kombinasi yang kurang baik jika berkaitan dengan alprazolam. Ketergantungan versus Penyalahgunaan Alprazolam
adalah obat anticemas yang sangat efektif dan poten. Itulah mengapa obat ini menjadi favorit di kalangan para dokter
dan juga pasien untuk menggunakannya. Beberapa kasus gangguan cemas panik sangat baik jika diobati dengan
obat ini saat serangan paniknya masih datang secara dominan. Alprazolam mungkin dianggap satu-satunya obat
yang bisa mengatasi serangan panik secara cepat dan efektif. Kegunaan obat ini yang besar menyebabkannya
masih menjadi andalan banyak dokter terutama psikiater dalam menangani masalah kecemasan. Sayangnya
memang masalah ketergantungan mengintai. Ketergantungan bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang biasa terjadi
pada banyak kasus medis seperti contohnya pasien yang harus terus menerus makan obat darah tinggi, obat anti
diabetes dan obat-obatan jantung dan pembuluh darah. Sayangnya jika berbicara ketergantungan obat penenang
orang biasanya menjadi dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan. Walaupun demikian banyak kasus kecemasan di
dalam prakteknya memang membutuhkan obat penenang secara lama dan terus menerus. Beberapa pasien tidak
bisa nyaman dengan obat antidepresan yang dianggap juga mempunyai efek anticemas, kebanyakan lebih nyaman
dengan obat anticemas seperti salah satunya alprazolam. Tanpa obat anticemas ini pasien tidak bisa beraktifitas
normal. Inilah salah satu contoh ketergantungan dalam praktek sehari-hari. Definisi lain adalah penyalahgunaan.
Penyalahgunaan lebih diartikan menggunakan obat tanpa sesuai dosis dan indikasi yang biasa digunakan dalam
proses pengobatan. Penyalahgunaan obat anticemas seperti alprazolam sering kali ditemukan pada pasien yang
pernah terlibat atau bersinggungan dengan narkotika seperti heroin dan golongan stimulan seperti metamfetamine
dan amfetamine. Dosis penyalahgunaan biasanya tidak seperti pada dosis terapi tetapi biasanya lebih besar.
Bayangkan dosis terapi alprazolam yang 0,5mg untuk serangan panik bisa digunakan oleh orang yang
menyalahgunakan obat ini sampai 20x lipatnya atau sampai 10mg. Orang yang menyalahgunakan memang mencari
efek lain dari obat tersebut dan bukan efek terapinya. Pengawasan Penggunaan Obat Psikiater dianggap sebagai
dokter yang memahami lebih dalam tentang penggunaan alprazolam. Kebanyakan psikiater akan sangat hati-hati
ketika menggunakan obat ini. Dosis kecil dan sering kali diberikan jika perlu lebih sering disarankan untuk pasien
daripada dosis besar dan diminum rutin. Beberapa psikiater malah mungkin lebih banyak menghindari penggunaan
alprazolam ini jika tidak terlalu perlu. Pasien juga perlu menyadari bahwa obat anticemas bukanlah satu-satunya cara
untuk sembuh dari gangguan cemas. Tulisan saya terdahulu di blog ini juga menegaskan adanya kemungkinan
sembuh dari gangguan kecemasan tanpa perlu ke psikiater. Hal ini bertujuan agar pasien menyadari bahwa obat
untuk masalah gangguan cemas bukan satu-satunya jalan keluar apalagi obat yang hanya efektif sesaat seperti
alprazolam ini. Salah satu yang perlu diingat pasien dan dokter adalah bahwa sebelum memberikan alprazolam dan
kebanyakan benzodiazepine lainnya, perlu ditanyakan adanya riwayat penggunaan narkotika dan alkohol pada
pasien. Jika ada maka ada baiknya menghindari penggunaan alprazolam karena potensi untuk ketergantungan dan
penyalahgunaan akan lebih besar daripada yang tidak.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/psikosomatik_andri/masalah-yang-mengintai-terkait-penggunaan-
alprazolam_56017b441fafbd42048b456b

Anda mungkin juga menyukai