TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam
pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma).
B. Epidemologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia,
mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu,
kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat
kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar
213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat
kanker paru. Berdasarkan laporan profil kanker WHO, kanker paru
merupakan penyumbang insidens kanker pada laki-laki tertinggi di
Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal, prostat, hati dan nasofaring,
dan merupakan penyumbang kasus ke-5 pada perempuan, setelah
kanker payudara, serviks-uteri, kolorektal, ovarium. Kanker paru
merupakan penyebab pertama kematian pada kanker pada laki-laki
(21.8%), dan penyebab kematian kedua (9.1%) kanker pada
perempuan setelah kanker payudara (21.4%).
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta,
kanker paru merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4
terbanyak pada perempuan tapi merupakan penyebab kematian
utama pada laki-laki dan perempuan. Data hasil pemeriksaan di
laboratorium Patalogi Anatomik RSUP Persahabatan kanker paru
merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang
didiagnosa. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-
2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru
merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah
kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian
akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
Berdasarkan data dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan, angka kasus baru kanker paru
meningkat lebih dari 5 kali lipat dalam waktu 10 tahun terakhir, dan
sebagian besar penderita datang pada stage lanjut (IIIB/IV). Penderita
kasus baru kanker paru yang berobat di RSUP Persahabatan
mencapai lebih dari 1000 kasus per tahun.
Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat
dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan
ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan
pendekatan yang erat dan kerja sama multidisiplin. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan
penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam
perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan.
Sejak tahun 2005 NICE Diagnosa dan Pengobatan kanker paru-
paru menerbitkan, (NICE CG24, 2005) the Nasional Lung Cancer
Audit (NLCA) menyatakan, kasus kanker pau-paru terus mengalami
peningkatan selama lima tahun terakhir. Diperkirakan sekitar 85% dari
kasus kanker paru-paru terjadi di Inggris dan Wales (NLCA, 2009).
Data klinik kanker paru-paru di Eropa terdapat lebih dari 100.000
pasien. Pada tahun 2002 ada 29.000 kematian akibat kanker paru-
paru. Pada tahun 2008, lebih dari 35.000 kasus. Insiden kanker paru-
paru di Inggris dan Wales diyakini 47,4 per 100.000 penduduk
(Cancer Research UK). Sedangkan data dari OSN menunjukkan
sebanyak 34,897 insiden kasus ini terjadi di Inggris dan Wales pada
tahun 2008. Kanker pembunuh kedua pada laki-laki setelah kanker
prostat, sedangkan pada wanita kasus kedua setelah kanker
payudarah.
Variasi gender
Histological Subtype
1. Pleura
2. Paru
Paru-paru dibagi menjadi 2 yaitu paru kanan dan paru kiri. Di paru
kanan terdiri dari 2 fissura: fissure horizontal dan fissura oblique
yang membahagi paru kepada 3 lobus yaitu: lobus superior, lobus
medius dan lobus inferior. Paru kanan lebih luas dan pendek
karena dome diafragma kanan lebih tinggi dibanding dome
diafragma kiri. Paru kiri terdiri dari 1 fissura yaitu fissura oblique
dan 2 lobus. Fissura oblique terletak di antara lobus superior dan
lobus inferior paru kiri. Di batas anterior paru kiri terdapat deep
cardiac notch karena deviasi apeks jantung ke arah kiri (Moore,
Dalley dan Agur, 2010).
3. Bronkus
Bronkus terdiri dari dua bagian yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Di setiap bronkus akan terbentuk lobar bronkus sekunder, dua
di kiri dan tiga di kanan. Setiap lobar bronkus sekunder akan
bercabang menjadi tertiary segmental bronchi yang kemudian
akan membentuk bronkiolus. Di akhir brokiolus, terdapat jutaan
kantung kecil udara yang disebut alveoli. Alveoli diselaputi oleh
kapiler dan memiliki dinding yang tipis. Fungsi alveoli adalah untuk
mentransportasi udara dan memastikan terjadinya pertukaran gas
(Moore, Dalley dan Agur, 2010).
4. Perdarahan
- Fisiologi Paru
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang
timbul dapat berupa batuk, hemoptisis, dyspnea, demam, dan dingin.
Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi (Linda, 2006).
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk, sesak napas,
atau nyeri dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak
kunjung sembuh dengan pengobatan biasa pada kelompok risiko
harus ditindak lanjuti untuk prosedur diagnosis kanker paru.
Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung,
seperti batuk, hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor.Batuk
merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker paru.
Gejala lain berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi
pleura, efusi perikard, sindorm vena kava superior, disfagia, Pancoast
syndrome, paralisis diafragma.Pancoast syndrome merupakan
kumpulan gejala dari kanker paru yang tumbuh di sulkus superior,
yang menyebabkan invasi pleksus brakial sehingga menyebabkan
nyeri pada lengan, sindrom Horner (ptosis, miosis, hemifacial
anhidrosis).
Keluhan suara serak menandakan telah terjadi kelumpuhan saraf
atau gangguan pada pita suara.Gejala klinis sistemik yang juga
kadang menyertai adalah penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat, nafsu makan menurun, demam hilang timbul.Gejala yang
berkaitan dengan gangguan neurologis (sakit kepala, lemah/parese)
sering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau tulang
belakang.Nyeri tulang sering menjadi gejala awal pada kanker yang
telah menyebar ke tulang. Terdapat gejala lain seperti gejala
paraneoplastik, seperti nyeri muskuloskeletal, hematologi, vaskuler,
neurologi, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada
kanker paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar tumor dan
penyebarannya. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
supraklavikula, leher dan aksila menandakan telah terjadi penyebaran
ke KGB atau tumor di dinding dada, kepala atau lokasi lain juga
menjadi petanda penyebaran. Sesak napas dengan temuan suara
napas yang abnormal pada pemeriksaan fisik yang didapat jika
terdapat massa yang besar, efusi pleura atau atelektasis. Venektasi
(pelebaran vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema)
wajah, leher dan lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava
superior (SVKS).Sindroma Horner sering terjadi pada tumor yang
terletak si apeks (pancoast tumor). Thrombus pada vena ekstremitas
ditandai dengan edema disertai nyeri pada anggota gerak dan
gangguan sistem hemostatis (peningkatan kadar D-dimer) menjadi
gejala telah terjadinya bendungan vena dalam (DVT). Tanda-tanda
patah tulang patologik dapat terjadi pada kanker yang bermetastasis
ke tulang. Tanda-tanda gangguan neurologis akan didapat jika kanker
sudah menyebar ke otak atau tulang belakang.
Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar getah
bening di berbagai lokasi, dan keterlibatan berbagai organ jauh dapat
mempengaruhi manifestasi klinis kanker paru. Manifestasi klinis
kanker paru dapat dikategorikan menjadi :
1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa
produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu
gejala karsinoma sel bronko alveolar (bronchoalveolar cell
carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada
hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi
mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh
karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum. Susah
bernafas (dyspnea) dan penurunan berat badan juga sering
dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekurendan
pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam
saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena
adanya tumor bronkialobstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea
sudah terlibat.
2. Manifestasi Ekstra pulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi/ekstensi kanker paru
ke struktur/organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa
disebabkan oleh keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura
dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan
atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan
kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan demikian
pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena kava
superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar edema
dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat
meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan
menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus brakialis dan
menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-
otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi
nervuslaring eusrekurens yang berjalan di atas arcus aorta dan
menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor
langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat
menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
3. Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma
paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh
tumor, melainkan karena zathormon/peptida yang dihasilkan oleh
tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti
mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion, atau gejala yang
lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon
lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel
menunjukkan karakteristik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi
berupa adrenocorticotrophic hormone (ACTH), antidiuretic hormone
(ADH), kalsitonin, oksitosin dan hormon paratiroid. Walaupun kadar
peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun hanya
sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh
(clubbing finger) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy
(HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker
paru. Neuropati perifer dan sindroma neurologi seperti sindrom
amiastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan dengan kanker paru.
4. Manifestasi Ekstra torakal Metastasis
Penurunan berat badan > 20% dari berat badan sebelumnya (bulan
sebelumnya) sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien
dengan metastasis . Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke
kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ ini
dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi
ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga,
vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke
otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion,
perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening supra
klavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan
sebaiknya di nilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker
paru.
E. Faktor Resiko
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker
paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab
utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik,
dan lain-lain.
a. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama dari kanker paru. Seorang
perokok lebih berisiko 10 hingga 20 kali terkena kanker paru atau
meninggal akibat kanker paru tersebut dibanding dengan orang
yang tidak. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia,
diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
b. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di
daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling
rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok
sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat
dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan
besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren.
c. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara pekerja
yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan
asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga
merokok.
d. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru
berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan
genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya
adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-
rasdan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
(termasuk gen rb, p53,dan CDKN2).
e. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara
perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh
orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker
paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-
orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain,
risiko mendapatkan kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
f. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,
tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek.
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di
daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang
lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan
bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen
yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap
rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
g. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat
menyebabkan kankerparu (Amin, 2006). Risiko kanker paru di
antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat
kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang
tersebut juga merokok.
h. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan
tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
F. Diagnosis
- Penegakkan diagnosis
Kanker paru ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan patologi anatomik.
- Anamnesis
Batuk lama, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak,
sulit/nyeri menelan yang tidak merespons dengan pengobatan atau
penurunan berat badan dalam waktu singkat, nafsu makan menurun,
demam hilang timbul, sakitkepala, nyeri di tulang atau parese, dan
pembengkakan, atau ditemukan benjolan di leher, aksila atau dinding
dada.
- Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status)
penderita yang menurun, penemuan abnormal terutama pada
pemeriksaan fisik paru (suara napas yang abnormal), benjolan
superfisial pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran
hepar atau tanda asites, nyeri ketok di tulang.
- Pemeriksaan Patologi Anatomik
1. Pemeriksaan Patologi Anatomi (Sitologi dan Histopatologi)
Occult Stadium Tx N0 M0
Stadium 0 Tis N0 M0
T1a N0 M0
Stadium IA T1b N0 M0
Stadium IB T2a N0 M0
Stadium IIA T1a N1 M0
T1b N1 M0
T2a N1 M0
Stadium IIB T2b N1 M0
T3 (> 7 cm) N0 M0
Stadium IIIA T1a N2 M0
T1a N2 M0
T2a N2 M0
T2b N2 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
Stadium IIIB T4 N2 M0
Sembarang T N3 M0
Stadium IVA Sembarang T Sembarang N M1a (pleura,
paru
Stadium IVB Sembarang T Sembarang N kontralateral)
M1b (metastatis
jauh)
H. Pengobatan
Kanker paru-paru dapat dikategorikan menjadi empat jenis sel
utama: kanker paru jenis karsinoma sel kecil, karsinoma sel
skuamosa, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar. Ketiga jenis
terakhir biasanya digambarkan sebagai kanker paru-paru jenis
karsinoma sel besar. KPKSK tumbuh dengan cepat dan menyebar
dengan cepat ke tempat yang jauh (metastasises). Hal ini
diklasifikasikan menjadi dua. Yang pertama adalah stadium terbatas
(limited stage disease), di mana penyakit ini umumnya terbatas pada
satu sisi dada atau ke kelenjar leher getah bening. yang kedua adalah
stadium lanjut (extensive stage disease), di mana penyakit ini telah
menyebar di luar salah satu sisi dada dan ada metastasis sistemik.
Pilihan pertama untuk pasien dengan limited stage disease SCLC (T1-4,
N0-3, M0) adalah Cisplatin berbasis kombinasi terapi. Untuk pasien yang
memiliki gangguan fungsi ginjal, tampilan umum yang buruk (WHO 2 atau
lebih) atau memiliki kormobiditas yang signifikan disarankan diganti
dengan Carboplatin.
2. Pengobatan Pemeliharaan
Pernyataan Kualitas
Pasien dengan kanker paru jenis karsinoma sel kecil memulai pengobatan
setelah 2 minggu dari diagnosis patologik
Pengobatan lini kedua diberikan pada pasien SCLC yang kembali kambuh
setelah diberi pengobatan lini pertama oleh thoracic oncologist.
TOPOTECAN
Pasien dengan SCLC yang kambuh saat menerima topotecan oral yang
tidak memenuhi kriteria yang ditentukan di atas, atau yang menerima
topotecan intravena harus memiliki pilihan untuk melanjutkan pengobatan
mereka sampai mereka dan dokter mereka menganggap tepat untuk
berhenti.
dinilai oleh ahli onkologi toraks dan oleh dokter ahli bedah toraks.
konteks penelitian.
Terapi Kombinasi
Afatinib
inhibitor
Pemetrexed
lanjut secara lokal atau metastasis hanya jika histologi tumor telah
Crizotinib
cisplatin, tidak dianjurkan dalam izin edar untuk orang dewasa dengan
Paclitaxel
karena tidak ada pengajuan bukti yang diterima dari Celgene untuk
Bevacizumab
produsen atau sponsor dari teknologi. Oleh karena itu NICE tidak
pemeliharaan
Erlotinib
Metastatis
Monoterapi Docetaxel
Pembrolizumab
Crizotinib
Osimertinib
lokal atau metastatis dengan mutasi EGFR T790M positif pada orang
Ceritinib
diberikan crizotinib
dan
pengobatan erlotinib
Erlotinib tidak direkomendasikan untuk pengobatan NSCLC
TK negative
Nintedanib
Pemetrexed
dibedah lokal
lokal dengan pengaturan normal untuk audit dan tata kelola klinis.
6. Radioterapi dengan maksud kuratif
stadium I, II atau III yang memiliki hasil yang baik (WHO 0, 1) dan
tidak cocok untuk operasi dengan penilaian oleh ahli onkologi klinis
radikal
NSCLC yang berhak untuk radioterapi radikal dan yang tidak bisa
rejimen CHART.
Jika CHART tidak tersedia, fraksinasi konvensional radioterapi
untuk dosis 64-66 Gy dalam 32-33 fraksi selama 61/2 minggu atau
7. Kemoradioterapi
pasien dengan kesehatan terbatas dan tumor kecil (T1a-b, N0, M0),
adjuvan.
Prosedur Intervensi
9. Kemoterapi Adjuvant
status hasil yang baik (WHO 0 atau 1) dan NSCLC T1-3 N1-2 M0.
kemoterapi adjuvan