Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tumor Pancoast adalah tumor paru yang berada di perifer dengan gejala
yang tidak mirip dengan tumor paru lainnya seperti batuk, hemoptisis dan sesak
nafas pada stadium awal, tetapi dapat terjadi kemudian pada sebagian besar
penderita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penderita
tumor Pancoast. Penelitian deskriptif ini dilakukan secara retrospektif. Data
diambil dari rekam medis penderita tumor pancoast mulai dari tahun 2007 sampai
dengan 2017 di Bagian Paru RS. DR. M. Djamil Padang, dikumpulkan dan
dilakukan analisa univariat. Jumlah penderita tumor Pancoast adalah sembilan
orang, dengan penderita laki-laki tujuh orang dan perempuan dua orang.

Penderita umumnya berumur lebih dari 40 tahun dengan insiden terbanyak


pada kelompok umur 40-49 tahun dan 60-69 tahun yaitu 33%. Keluhan penderita
yang terbanyak adalah nyeri yaitu 44%. Pemeriksaan diagnostik yang terbanyak
dilakukan adalah ronsen torak. Jenis sel terbanyak adalah skuamousa dan
adenokarsinoma, yaitu 11%. Pemberian terapi terbanyak, yaitu 98%, adalah terapi
paliatif dengan pemberian analgesik dan kodein serta radioterapi Penelitian ini
mendapatkan sembilan orang penderita tumor Pancoast dengan keluhan terbanyak
adalah nyeri. Laki-laki lebih banyak dari perempuan, dan insiden terbanyak pada
umur lebih dari 40 tahun. Terapi paliatif yang terbanyak dilakukan.

Tumor Pancoast adalah karsinoma bronkogenik terutama jenis bukan sel


kecil yaitu sebanyak 95%, terdiri dari karsinoma skuamosa 52%, adenokarsinoma
22%, dan karsinoma sel besar 11%. Kejadian tumor Pancoast ini hanya 2%- 5%
dari seluruh karsinoma bronkogenik. Di Amerika kurang dari 5% dari semua
kanker paru primer berlokasi di sulkus superior. Angka mortalitas atau morbiditas
diperkirakan dari angka survival 5 tahun yang didasarkan pada penurunan berat
badan, keterlibatan supraklavikula atau vertebra, stadium penyakit dan terapi
surgikal. Walaupun tumor ini bersifat fatal akan tetapi bila belum bermetastasis
dan menginvasi ke kelenjar limfe, penatalaksanaan tumor pancoast dapat
dilakukan dengan baik. (1) Faktor resiko tumor Pancoast adalah perokok, perokok
pasif, terpapar asbes lama, terpapar elemen industri seperti emas, nikel dan lain-
lain. Perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1, dapat mengenai individu
umur 40-70 tahun dengan puncak insiden dalam umur 50-70 tahun, hanya 2%
kasus yang mengenai umur di bawah 40 tahun. (1,3) Meskipun tumor Pancoast
adalah tumor paru, akan tetapi jarang memberikan gejala yang mirip dengan
tumor paru lainnya seperti; batuk, hemoptisis dan sesak nafas terutama pada
stadium awal penyakit. Tetapi gejala ini dapat terjadi kemudian pada sebagian
besar penderita.
BAB II

LANDASAN TEORI

TUMOR PANKOAS

1. Anatomi (Paru-paru)

Gambar 1 : Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya


berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru
terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai
tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut
dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa
subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary
segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum (Sherwood, 2001)

2. Fisiologi
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton,
2017).

Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebutbertujuan untuk menyediakan oksigen
bagijaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan
karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara
kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (West, 2014).

2.1 Definisi

Tumor Pancoast adalah tumor yang berasal dari bagian apeks (paling atas)
paru kanan atau kiri yang di bagian yang disebut sulcus superior.

2.2 Etiologi

Jenis sel penderita tumor Pancoast adalah skuamous sel 11% dan
adenokarsinoma 11% dan tidak diketahui jenis sel 78%. Ini sesuai dengan
gambaran tumor Pancaost yang memberikan hasil skuamous sel 52% dan
adenokarsinoma 22%. Hasil di dapat melalui pemeriksaan needle biopsi atau open
biopsi yang digunakan dalam menentukan jenis sel sebelum pemberian terapi.

2.3 Epidemiologi

Di Amerika kurang dari 5% dari semua kanker paru primer berlokasi di


sulkus superior. Angka mortalitas atau morbiditas diperkirakan dari angka
survival 5 tahun yang didasarkan pada penurunan berat badan, keterlibatan
supraklavikula atau vertebra, stadium penyakit dan terapi surgikal. Walaupun
tumor ini bersifat fatal akan tetapi bila belum bermetastasis dan menginvasi ke
kelenjar limfe, penatalaksanaan tumor pancoast dapat dilakukan dengan baik.
Tumor Pancoast yang paling banyak adalah jenis karsinoma skuamosa
52%, adenokarsinoma 22%, karsinoma sel besar 11%, karsinoma sel kecil 2%,
tidak dapat ditentukan jenis sel 5%. (3,8) Secara klinis tumor Pancoast ditandai
oleh nyeri di sekitar bahu yang menjalar ke lengan, sindroma Horner dan atrofi
otot-otot tangan

Faktor resiko tumor Pancoast adalah perokok, perokok pasif, terpapar


asbes lama, terpapar elemen industri seperti emas, nikel dan lain-lain.
Perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1, dapat mengenai individu umur 40-
70 tahun dengan puncak insiden dalam umur 50-70 tahun, hanya 2% kasus yang
mengenai umur di bawah 40 tahun. (1,3) Meskipun tumor Pancoast adalah tumor
paru, akan tetapi jarang memberikan gejala yang mirip dengan tumor paru lainnya
seperti; batuk, hemoptisis dan sesak nafas terutama pada stadium awal penyakit.
Tetapi gejala ini dapat terjadi kemudian pada sebagian besar penderita.

Tumor Pancoast adalah tumor yang berasal dari bagian apeks (paling atas)
paru kanan atau kiri yang di bagian yang disebut sulcus superior. Sulkus superior
adalah suatu alur yang di bentuk oleh tempat lewatnya arteri subklavia pada
puncak lobus atas paru. Tumor pancoast pada bagian tengah apikal superior
lokasinya bersebelahan dengan pleksus brakialis, arteri subklavia, gang-lion
stelata superior dan korpus tulang belakang. (3,6)

2.4 Faktor Resiko

Faktor resiko tumor Pancoast adalah perokok, perokok pasif, terpapar


asbes lama, terpapar elemen industri seperti emas, nikel dan lain-lain.
Perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1, dapat mengenai individu umur 40-
70 tahun dengan puncak insiden dalam umur 50-70 tahun, hanya 2% kasus yang
mengenai umur di bawah 40 tahun. (1,3) Meskipun tumor Pancoast adalah tumor
paru, akan tetapi jarang memberikan gejala yang mirip dengan tumor paru lainnya
seperti; batuk, hemoptisis dan sesak nafas terutama pada stadium awal penyakit.
Tetapi gejala ini dapat terjadi kemudian pada sebagian besar penderita

2.5 Gejala klinis


Gejala awal yang paling umum yaitu nyeri bahu yang timbul karena tumor
ini berada langsung di sebelah bawah trunkus pleksus brakialis. Akibatnya timbul
nyeri yang berasal dari distribusi C8-T1 (ulna, lengan bawah atau bahu), yang
ditandai oleh nyeri daerah bahu, bagian dalam. Sebanyak 92% dari pasien dengan
tumor pancoast dari penelitian Hepper muncul dengan nyeri, dengan rasa sakit
yang sangat hebat dan menetap. Hal ini mempengaruhi penderita yang akan
membutuhkan orang untuk mendorong siku dan lengannya. Tangan, lengan atas
dan bawah makin melemah, atropi atau paresthesia. (3) Jika tumor Pancoast
meluas ke saraf simpatis (bagian dari ganglia yang berjalan paralel dengan
vertebra) dan ganglion stelata maka akan terjadi sindroma Horner. Karakteristik
dari sindroma Horner adalah ptosis, anhidrosis, enophthalmus dan miosis pada sisi
yang sakit. Beberapa penulis menyatakan lawan sindroma Horner (midriasis dan
hiperhidrosis) pada awal penyakit dapat terjadi, hal ini mungkin disebabkan iritasi
ganglion simpatik. Selain itu nyeri juga dapat disebabkan oleh keterlibatan pleura
parietal, fasia endotorak, korpus tulang belakang serta iga satu, dua dan tiga.
Nyeri akan menyebar ke atas ke arah kepala dan leher atau turun ke segi tengah
dari skapula, aksila, bagian anterior dada, lengan ipsilateral. Nyeri paling sering
adalah sepanjang distribusi nervus ulnaris. (3,4,8-10) Pada pemeriksaan fisik
ditemukan peningkatan nyeri dada penderita pada saat abduksi lengan, kelemahan
otot, atrofi otot-otot tangan, hilangnya reflek triseps dan sindroma Horner.
Paraplegi mungkin dijumpai apabila terjadi pembe-saran nodul supraklavikula.
Jika nervus laringeus terlibat, suara penderita akan menjadi serak, dan bila terjadi
kompresi vena cava akan tampak distensi vena-vena di leher dan tubuh bagian
atas. Pada kasus yang lebih berat selain sindrom Horner terjadi komplikasi lain
berupa pleksopati brakialis dan bahkan kompresi sumsum tulang belakang yang
disebabkan oleh invasi lansung tumor ke ganglion simpatis. Metastasis kelenjar
getah bening dan sistemik jarang terjadi dibandingkan dengan karsinoma
bronkogenik tipe lain. Dari 10%-25% penderita tumor Pancoast tampak muncul
penekanan saraf spinal dan paraplegi ketika tumor ini meluas ke dalam foramen
intervetebra (daerah terbuka di antara vetebra)
2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Meskipun tumor pancoast merupakan jenis tumor pada paru, tetapi


pancoast jarang menimbulkan gejala seperti batuk, sesak, dan hemoptisis, yang
merupakan tanda-tanda yang sering dikaitkan dengan tumor pada paru. Hal ini
karena lokasi tumor di perifer. Bila gejala tersebut ada, hal itu menunjukkan
prognosis yang buruk. Selain itu, meskipun jarang terjadi, tumor yang sudah
lanjut dapat melibatkan nervus rekuren laring, nervus phrenikus, atau vena cava
superior . Hal lain yang perlu ditanyakan adalah :

1) Adanya sakit parah di daerah bahu yang menjalar ke axilla dan scapula serta
sepanjang persarafan ulnaris pada otot-otot lengan.

2) Kelemahan dan atrofi pada otot-otot tangan dan lengan pada sisi yang sakit.

3) Sindrom Horner (anhidrosis pada wajah ipsilateral, konstriksi pupil dan ptosis
pada mata di sisi yang sama ).

4) Kompresi pembuluh darah dengan edema.

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan tumor Pancoast dapat ditemukan


sindrom Horner, seperti ptosis dan miosis, yang merupakan akibat dari paralisis
saraf simpatik. Limfadenopati klavikularis juga dapat ditemukan. Sindrom Horner
terjadi akibat adanya invasi tumor pada servikal bagian bawah dan ganglion
thorakik 1, dimana biasanya ganglion-ganglion tersebut bersatu membentuk
ganglion stellata (bintang). Pada suatu penelitian didapatkan 20-50% pasien yang
diamati mengalami penurunan produksi keringat pada sisi yang sakit dan ptosis.

3. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pasien dengan tumor pancoast tidak spesifik,dan
tidak dijadikan alasan untuk mendiagnosis.

Kanker paru memproduksi bermacam-macam zat. Peningkatan level dari


oncofetal carcinoembryonic antigen dan beta-2 microglobulins berhubungan
dengan adanya kanker paru. Meskipun begitu, penemuan ini tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosis karena level zat kimia ini juga meningkat oleh
penyebab lain yang tidak spesifik seperti merokok dan bronkhitis.

Tumor marker, seperti bombesin, neuron-specific enolase, dan


peptide lain biasanya didapatkan pada kanker sel kecil (SCLC) dan berhubungan
dengan stage penykitnya.

Tumor onkogen, termasuk K-ras, c-myc, TP53, dan HER-2/neu juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan tumor paru. Meskipun begitu,
keberadaan onkogen hanya berfungsi untuk menentukan prognosis, tidak berguna
untuk menentukan staging kanker.

Radiologi

1) Foto thorax

Gambar 2 : Tumor Pancoast, foto thorax PA memperlihatkan asismetri apex


paru. Apex kanan lebih opak dibandingkan apex kiri.
Rontgen thorax dapat memperlihatkan asimetri dari apex paru
akibat adanya nodul kecil atau penebalan pleura pada salah satu apex paru.
Hasil rontgen dapat juga memperlihatkan adanya perselubungan tipis pada
apex paru di daerah sulkus superior, atau bisa juga terlihat massa yang
besar. Hasil rontgen ini menentukan stage kanker, ketika pertama kali
didiagnosis.
Tumor dapat menyerang struktur tulang dada terutama vertebra
thorakal 1 dan 2 atau costa 1, 2, dan 3. Rontgen thorax dapat
memperlihatkan adanya tumor yang menginvasi satu atau lebih banyak
costa atau bagian vertebra. Destruksi tulang pada costa 1-3 kadangkadang
terlihat pada foto thorax. Dari 60% pasien dengan tumor Pancoast yang
diteliti, Maggi dan rekannya menemukan bahwa berdasarkan gambaran
radiologi didapatkan 50% mengalami erosi costa, dimana jumlah ini
hampir sama banyaknya dengan persentase kerusakan costa 1 dan 2, dan
20% yang telah mengalami kerusakan costa 3. Satu pasien telah
mengalami kerusakan pada costa1, 2, dan 3. Tumor dapat juga menginvasi
korpus vertebra thorakal 1 dan 2 atau foramen intervertebralis. Dari titik
ini, tumor dapat menyebar ke sumsum tulang belakang dan menyebabkan
kompresi. Arteri atau vena subklavia dapat juga terinvasi. Pelebaran
mediastinum juga dapat terlihat pada rontgen thorax

2) CT scan

Gambar 3 : Tumor Pancoast,


CT scan dada membantu dokter untuk menentukan apakah tumor
sudah menginvasi plexus brachialis, dinding dada, mediastinum, vertebra,
atau kombinasi. CT scan dapat menunjukkan adanya penekanan pada vena
cava, trachea (saluran napas), dan oesophagus (saluran cerna). CT scan
kontras, dengan menyuntikkan zat radioaktif yang dapat terlihat pada hasil
scan, digunakan bila tumor telah menginvasi pembuluh darah di bawah
klavikula (collarbone).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 31 pasien dengan
tumor pancoast, CT sacn memiliki sensitivitas sebesar 60%, spesifitas
65%, dengan keakuratan 63%.

3) MRI

MRI pada thorax lebih akurat dibanding CT scan dalam


mengidentifikasi keberadaan tumor. Dibandingkan pemeriksaan lainnya,
MRI lebih akurat dalam mengevaluasi adanya invasi kanker ke corpus
vertebra, kanalis spinalis, pleksus brakhialis, dan arteri subklavia. Hal ini
penting karena adanya invasi kanker ke daerah-daerah tersebut merupakan
kontraindikasi operasi.

Gambar 4 : Tumor pancoast, sagittal gradient-echo T2- weighted MRI


memperlihatkan massa jaringan lunak yang melibatkan C7, T1. Dan T2, dengan
kolaps vertebra dan penekanan kanalis spinalis.
Meskipun begitu, hasil MRI tidak lebih baik dibanding CT scan
dalam mengevaluasi adanya perluasan ke mediastinum. Sebenarnya, hasil
CT scan lebih baik dibanding MRI untuk memperlihatkan gambaran
mediastinum untuk menentukan apakah tumor telah mengivasi pembuluh
limfe.
Pada penelitian yang dilakukan pada 31 pasien dengan tumor
pancoast, MRI memiliki sensitifitas sebesar 88%, spesifitas 100%, dan
keakuratan 94%.

2.7 Penatalaksaan

Terapi penderita tumor pancoast yang terbanyak dilakukan untuk


mengatasi keluhan nyeri yaitu pemberian analgesik dan codein 62% serta
radioterapi 31% dengan jumlah 93%. Ini sesuai dengan penatalaksanaan tumor
Pancoast yang umumnya hanya memberikan terapi paliatif dengan analgesik dan
narkotik serta pemberian radioterapi. Di samping untuk mengurangi rasa nyeri,
terapi tersebut dimaksudkan juga untuk mengurangi ukuran massa tumor. Pada
penelitian ini didapatkan hanya satu penderita di beri terapi kemoterapi karena
hanya satu penderita yang memenuhi kriteria.

Terapi radiasi pra operasi dengan dosis dari 2000-6500 cGy, diikuti
dengan operasi dikenal oleh sebagian besar pusat rujukan sebagai pendekatan
terbaik untuk penatalaksanaan tumor Pancoast. Namun keuntungan terapi radiasi
pra operasi tidak memiliki hubungan yang jelas dengan masa tahan hidup. Operasi
dilakukan 2-4 minggu setelah radioterapi lengkap. Dilaporkan 20% - 35%
merupakan angka survival lebih dari lima tahun untuk pasien dengan terapi radiasi
pra operasi dan diikuti operasi.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas
1. Nama : Tn. U
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Tondo
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Pendidikan Terakhir : SMA
7. Tanggal Masuk RS : 08 November 2019
8. Tanggal Pemeriksaan : 08 November 2019
9. Ruangan : pipit

B. Anamnesis
 Keluhan Utama: Nyeri dada kanan
 Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang laki-laki usia 50 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
dada kanan, sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu
yang lalu. Menurut pasien, pasien merasakan nyeri saat sedang melakukan
aktivitas seperti mengangkat barang, menunduk dan sakit pada otot-otot sepanjang
ekstremitas sebelah kanan. Pasien juga mengeluhkan mudah lelah. Pasien juga
megatakan bahwa pasien terkadang merasakan demam. Pasien juga merasakan
saki pada dada kanan bila batuk atau bersin. Napsu makan baik, mual dan muntah
(-), riwayat batuk (-) BAB biasa, BAK baik.

 Riwayat Penyakit Dahulu:


Tidak ada
 Riwayat pengobatan
Tidak ada
 Riwayat penyakit dalam keluarga:
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

C. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum :
SP :sakit sedang/compos mentis

 Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit (kuat angkat)
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 37,7oC
 Kepala :
Bentuk : Normo cephal
Rambut : Warna hitam dan putih, Alopesia (-)
Mata : Konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik(-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-/-), Polip (-), Epistaksis (-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Mulut : Bibir sianosis(-), bibir kering (+),lidah kotor(-),
stomatitis(-)
tonsil (T1/T1)
 Leher :
Kelenjar GB : pembesaran (-)
Tiroid : pembesaran (-)
JVP : batas normal R+2
Massa lain : tidak didapatkan massa

Thoraks
 Inspeksi :
Pulsasi ictus cordis : Tampak

 Palpasi
Gerakan dinding toraks : Asimetris bilateral

Vocal fremitus : kedua paru dalam batas normal

Massa tumor : tidak ditemukan adanya massa

 Perkusi
Bunyi perkusi thorax : sonor dikedua lapangan paru

Batas paru-hepar : ICS VII linea medio clavicularis dextra

Batas kiri atas jantung : ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kiri bawah jantung : ICS IV linea medio clavicularis sinistra

Batas kanan atas jantung : ICS II linea parasternalis dextra

Batas kanan bawah jantung : ICS IV linea parasternalis dextra

 Auskultasi
Paru

Suara napas : vasiculer

Suara napas tambahan : Wheezink (-), Rhongki (-)

Jantung

Bunyi jantung I : murni reguler


Bunyi jantung II : murni reguler

Bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi jantung tambahan

Abdomen

Inspeksi : nampak pembengkakan pada daerah punggung kiri

Auskultasi : peristaltic usus batas normal

Palpasi

Nyeri tekan : nyeri tekan di daerah punggung kiri

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba adanya pembesaran (nyeri saat diperiksa

punggung kirinya)

Perkusi

Suara : pekak

Nyeri ketuk : Nyeri ketuk di daerah punggung kiri

Pemeriksaan acites : tidak dilakukan pemeriksaan

Genitalia (kp)

Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus dan rectum (kp)


Tidak dilakukan pemeriksaan

 Anggota Gerak :
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-),
Bawah : Akral hangat (+/+), pitting edema (-/-),

D. Hasil Pemeriksaan Penunjang

DARAH LENGKAP NILAI RUJUKAN


(21 Oktober 2019)
WBC 17.800 4,8 – 10.8
RBC 4.51.000 4,7 – 6,1
HGB 11,5 g/dL 14-18
HCT 25,1% 42 - 52
PLT 400.000 150 -450

CT scan
Hasil CT Scan Thorax tanpa dan dengan kontras :
- Tampak massa hiperdens 42 HU yang menyangat post kontras pada lobus
superior dextra ukuran 8,4 x 13,9 cm yang mendetruksi costa I-III dan
meluas ke peribronchial kanan
- Tampak pembesaran KGB paratracheal dan peribronchial kanan serta
subricarina
- Tampak nodul pada kedua paru
- Cor dalam batas normal, aorta kalsifikasi
- Densitas cairan bebas pada cavum pleura dextra diafragma dalam batas
normal
- Hepar,lien, ginjal kanan dalam baras normal, ginjal kiri mengecil

Kesan :
- Massa sulcus paru dextra yang mendekstruksi costa I-III sugestif pancoast
tumor disertai lymphadenopathy dan nodul metastasis kedua paru serta
efusi pleura dextra
- Atherosclerosis aortae

A. Resume

Seorang laki-laki usia 50 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan


nyeri dada kanan, sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu dan memberat sejak 1
minggu yang lalu. Menurut pasien, pasien merasakan nyeri saat sedang
melakukan aktivitas seperti mengangkat barang, menunduk dan sakit pada otot-
otot sepanjang ekstremitas sebelah kanan. Pasien juga mengeluhkan mudah lelah.
Pasien juga megatakan bahwa pasien terkadang merasakan demam. Pasien juga
merasakan saki pada dada kanan bila batuk atau bersin. Napsu makan baik, mual
dan muntah (-), riwayat batuk (-) BAB biasa, BAK baik. Anemia (+), TD, 120/80
mmHg, N: 90 kali/menit, S: 37,7 oc, P: 18 kali/menit, WBC: 17.800, RBC:
4.51.000, Hb: 11,5g/dL, HCT: 25,1%, PLT: 400.00.

Diagnosis
Tumor Pancoast
B. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 500mg 3x1
Inj. Fentanyl 50mg/2j
DAFTAR PUSTAKA

1. D’ Silva KJ. 2014. Pancoast Syndrome. Michigan : Department of Internal


Medicine, Breslin Cancer Center, Michigan State University.

2. Bhimiji. 2012. Pancoast Tumor. Saudi Arabia : Locum Cardiothoracic adan


Vaskular Surgeon, Saudi Arabia and Middle East Hospital.
3. Harry.299. Pancoast Tumor. [Cited on : 17 November 2011]. Available from :
www.pancoasttumor.org

4. Eldridge L.2011. What is a Pancoast Tumor. [cited on : 25 June 2011].


Available from : www.about.com

5. Luhulima JW. 2011. Anatomi Sistem Respirasi : Pulmo dan Pleura. Makassar :
bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. P : 14- 19.

6. Guerrero M. 2011. Pancoast Tumor. Bridgeport : Department of Pulmonary and


Critical Care Medicine.

7. Anonym . 2017. Kanker Paru. Bandung : The 11th National Congress


Respiratory Disease and Related Disorders.

8. Price SA, Wilson LM. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit : Tumor Ganas Paru. Jakarta : EGC. P : 843-9

9. Soeroso L, Tambunan GW. 2013. Cermin Dunia Kedokteran : Beberapa Aspek


Deteksi Dini Karsinoma Paru. Jakarta : CDK. P : 147-9

10. Nomori H, et al. 2012. Japanese Journals of Clinical Oncology : Pain relieving
Posterior Rod Fixation with Segmental Subluminar Wiring for Pancoast Tumor
Invading the vertebra. Japan : Department of Thoracic Surgery and Orthopedics,
Saisekai Central Hospital. P : 633-5.

11. Adnan M, Asriyani S. 2011. Radiologi Sistem Respirasi : Tumor Paru.


Makasssar bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin . P :
40-45.

12.Eldridge L. 2009. Lung Cancer types : Different Lung Cancer Types Mean
Different Treatment Options. [cites on : 27 Juli 2009]. Available from :
www.about.com

13. Robbins SL, Kumar V. 1995. Buku Ajar Patologi II : Tumor sistem
Pernapasan. Jakarta : EGC. P : 169-81.
14.Anonym. 2017. Pancoast Tumor. [cited on : 26 februari 2010]. Available
from : www.webmed.com

Anda mungkin juga menyukai