Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hawari (2006), menjelaskan bahwa penyalahgunaan atau ketergantungan NAPZA dari
tahun ketahun semakin meningkat, sementara fenomena NAPZA itu sendiri bagaikan gunung
es (iceberg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak
tampak.
Penelitian yang dilakukan oleh Hawari, dkk (1998) menyebutkan bahwa angka
sebenarnya adalah sepuluh kali lipat dari angka resmi (darknumber=10) atau dengan kata lain
bila ditemukan satu orang lainnya yang tidak terdata secara resmi.
Angka pengguna dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba sangat
memprihatinkan. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008, jumlah
pengguna narkotika di Indonesia sebanyak 10.006 orang dan pengguna psikotropika
sebanyak 9.780 orang. Angka ini pun masih akan lebih besar. Diperkirakan setiap 1
penyalahguna narkotika yang dapat diidentifikasi, ada 10 orang lainnya yang belum
ketahuan.
Data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun 2011 sudah mencapai
sekitar 3,6 juta atau 1,5 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Jumlah tersebut,
kemungkinan akan terus bertambah setiap tahun, dan BNN memperkirakan, jika tidak
dilakukan penanggulangan secara serius maka pada tahun 2015 mendatang jumlah
penyalahguna narkoba akan meningkat hingga 5,2 juta orang atau sekitar 2,8 persen dari
jumlah penduduk Indonesia.

1.2. TUJUAN
a. Mengetahui defenisi NAPZA
b. Mengetahui klasifikasi NAPZA
c. Mengetahui manifestasi klinis NAPZA
d. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyalahgunan NAPZA
e. Mengetahui upaya penanggulangan NAPZA

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFENISI
3. Penelitian yang dilakukan oleh Hawari, dkk (1998) menyebutkan bahwa angka
sebenarnya adalah sepuluh kali lipat dari angka resmi (darknumber=10) atau dengan kata
lain bila ditemukan satu orang lainnya yang tidak terdata secara resmi.
Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan secara terus menerus bahkan sampai setelah
terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisiyang parah dan sering dianggap
sebagai penyakit (Stuart & Sundeen, 1998, dikutip dari Purba. dkk, 2010).

3.1. KLASIFIKASI
A. Narkotika
Jenisjenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah (Tjah & Rahardja, 2002.,
Sasangka, 2003) :
1) Heroin
Defenisi
Menurut Undang - Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, heroin merupakan
Narkotika golongan I sama dengan kokain dan ganja. Heroin atau diasetilmorfin adalah
obat semi sintetik dengan kerja analgetis yang 2 kali lebih kuat tetapi mengakibatkan
adiksi yang cepat dan hebat sekali sehingga tidak digunakan dalam terapi, tetapi sangat
disukai oleh penyalahguna NAPZA.

Penggunaan
Pertama kali ditemukan digunakan untuk penekan dan melegakan batuk (antitusif) dan
penghilang rasa sakit, menekan aktifitas depresi dalam sistem saraf, melegakan nafas dan
jantung, juga membesarkan pembuluh darah dan memberikan kehangatan serta
melancarkan pencernaan.

Efek
Akibat pemakaian heroin selain ketergantungan fisik dan psikis seperti narkotika lain,
juga dapat menyebabkan : euphoria, badan terasa sakit, mual dan muntah, mengantuk,
konstipasi, kejang saluran empedu, sukar buang air kecil, kegagalan pernafasan, dan
dapat menimbulkan kematian.

2
2) Kokain / Cocain
Defenisi
Kokain adalah alkaloida yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca yang tumbuh di
Boliviadan Peru pada lereng-lereng pegunungan Andes diAmerika Selatan. Dalam
peredaran gelap kokain diberi nama cake, snow, golddust, dan lady serta dijual dalam
bentuk serbuk yang bervariasi kemurniannya.

Penggunaan
Pertama sekali kokain digunakan sebagai anastesi lokal pada pengobatan mata dan gigi.

Efek
Berlainan dengan opium, morfin, dan heroin yang memiliki sifat menenangkan terhadap
jasmani dan rohani, kokain merupakan suatu obat perangsang sama seperti
psikostimulansia golongan amfetamin tetapi lebih kuat. Zat-zat ini memacu jantung,
meningkatkan tekanan darah dan suhu badan, juga menghambat perasaan lapar serta
menurunkan perasaan letih dan kebutuhan tidur. Dalam larutan kadar rendah, kokain
menghambat penyaluran impuls dari SPP di otak sehingga digunakan untuk anastesi
lokal, sedangkan dalam konsentrasi tinggi kokain merangsang penyaluran impuls-impuls
listrik. Sifat yang didambakan oleh pecandu adalah kemampuannya untuk meningkatkan
suasana jiwa (euphoria) dan kewaspadaan yang tinggi serta perasaan percaya diri akan
kapasitas mental dan fisik.Dalam dosis kecil kokain yang dihisap melalui hidung
menimbulkan euphoria tetapi disusul segera oleh depresi berat yang menimbulkan
keinginan untuk menggunakannya lagi dalam dosis yang semakin besar dan
menyebabkan ketergantungan psikis yang kuat dan toleransi untuk efek sentral. Pada
keadaan kelebihan dosis timbul eksistasi, kesadaran yang berkabut, pernafasan yang tidak
teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, suhu badan naik, rasa cemas, dan
ketakutan, serta kematian biasanya disebabkan pernafasan berhenti.

3) Candu
Defenisi
Getah tanaman Papaver Somniferum didapatdengan menyadap (menggores) buah yang
hampir masak, getah yang keluar berwarna putih dan dinamai Lates. Getah ini
dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan
sesudah diolah akan menyerupai aspal lunak dan dinamakan candu mentah atau candu
kasar.

Penggunaan
Penggunaan candu secara klinik antara lain sebagai analgetika pada penderita kanker,
edema paru akut, batuk, diare, premedikasi anastesia, dan mengurangi rasa cemas.

3
Penggunaan candu seperti yang terurai di atas adalah khasiat candu pada umumnya,
sebenarnya khasiat candu secara lebih spesifik adalah akibat alkoloida yang
dikandungnya.

Efek
Putus obat dari candu dapat menimbulkan gejala seperti gugup, cemas, gelisah, pupil
mengecil, sering menguap, mata dan hidung berair, badan panas dingin dan berkeringat,
pernafasan bertambah kencang dan tekanan darah meningkat, diare,dan lain-lain.

4) Morphine / Morfin
Defenisi
Menurut Undang undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, morfin merupakan
Narkotika golongan II. Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis
seperti pasca bedah, setelah infark jantung, dan pada fase terminal dari kanker.

Penggunaan
Pada pemakaian yang teratur, morfin dengan cepat akan menimbulkan toleransi dan
ketergantungan yang cepat. Morfin bekerja pada reseptor opiat yang sebagian besar
terdapat pada susunan saraf pusat dan perut.

Efek
Dalam dosis lebih tinggi,dapat menghilangkan kolik empedu dan ureter. Morfin menekan
pusat pernafasanyang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan
terhambat yangdapat menyebabkan kematian.Sifat morfin yang lainnya adalah dapat
menimbulkan kejang abdominal, matamerah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang
disebabkan terlepasnya histamine dalam sirkulasi darah, dan konstipasi. Pemakai morfin
akan merasa mulutnya kering, seluruh tubuh hangat, anggota badan terasa berat, euphoria,
dan lain-lain.

5) Ganja / Kanabis
Defenisi
Ganja berasal dari tanaman Cannabis yang mempunyai famili Cannabis Sativa, Canabis
Indica, dan Cannabis Americana. Nama umum untuk kanabis adalah marijuana, grass,
pot, weed, tea, Mary Jane, has atau hashis. Kandungan kanabis adalah 0,3% minyak atsiri
dengan zat-zat terutama tetrahidrokabinol (THC) yang memiliki daya kerja menekan
kegiatan otak dan memberi perasaan nyaman.

Efek
Efek pertamanya adalah euphoria yang disusul dengan rasa kantuk dan tidur,mulut
menjadi kering, konjungtiva merah, dan pupil melebar. Efek medis yang potensial adalah

4
sebagai analgetik, antikonvulsan dan hipnotik, sedangkan efek psikisnya tergantung pada
dosis, cara penggunaan, pengalaman dari pemakai, dan kepekaan individual.

6) Codein
Menurut Undang Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, codein merupakan
Narkotika golongan III. Codein termasuk garam / turunan dari candu.

Efek
Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan
ketergantungan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara
pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. Secara klinis codein dipergunakan sebagai obat
analgetik, 6 kali lebih lemah dari morfin.Efek samping dan resiko adiksinya lebih
ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk dan obat anti nyeri yang diperkuat
melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal.

B. Psikotropika
Dalam United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance
disebutkan batasan-batasan zat psikotropika yaitu bahan yang dapat mengakibatkan
keadaan ketergantungan, depresi dan stimulant SSP, menyebabkan halusinasi,
menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi.

Dari ketentuan di atas maka pembagian psikotropika adalah:


1) Stimulansia
Yang digolongkan stimulansia adalah obat-obat yang mengandung zat-zat yang
merangsang terhadap otak dan saraf. Obat-obat tersebut digunakan untuk
meningkatkan daya konsentrasi dan aktivitas mental serta fisik.

2) Amphetamine
Amfetamin adalah stimulansia susunan saraf pusat seperti kokain, kafein, dan nikotin.
Pada waktu perang dunia ke II, senyawa ini banyak digunakan untuk efek stimulansia
yaitu meningkatkan daya tahan prajurit dan penerbang, menghilangkan rasa letih,
kantuk dan lapar, serta meningkatkan kewaspadaan. Di samping itu, zat ini juga
meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung yang dapat menyebabkan stroke
maupun serangan jantung. Dalam bidang pengobatan, dulu amfetamin dipakai untuk
mengobati banyak macam penyakit antara lain depresi ringan, parkinsonisme,
skizofrenia, penyakit meniere, buta malam, dan hipotensi, sedangkan pada masa
sekarang hanya ada 3 indikasi medis penggunaan amfetamin yaitu pengobatan
markolepsi, gangguan hiperkinetik pada anak, dan obesitas. Overdosis dapat

5
menimbulkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan aritmia
jantung. Ketergantungan fisik maupun psikis, dan toleransi dapat terjadi dengan cepat
pada pengguna kronis. Bila penggunaan dihentikan secara mendadak, timbul gejala
putus obat (withdrawal symptooms) dan jika digunakan pada saat mengalami depresi,
setelah menghentikan pemakaian maka depresinya akan semakin berat sampai
menjurus pada percobaan bunuh diri.

3) Ecstasy
Ecstasy pada tahun 1914 dipasarkan sebagai obat penekan nafsu makan. Pada tahun
1970-an, obat ini digunakan di Amerika Serikat sebagai obat tambahan pada
psikoterapi dan kemudian dilarang pada tahun1985. Karena ecstasy dibuat dari bahan
dasar amfetamin, maka efek yang ditimbulkannya juga mirip, seperti mulut kering,
jantung berdenyut lebih cepat, berkeringat, mata kabur dan demam tinggi, ketakutan,
sulit konsentrasi, dan seluruh otot nyeri.

4) Shabu
Nama shabu adalah nama julukan terhadap zat metamfetamin yang mempunyai sifat
stimulansia yang lebih kuat dibanding turunan amphetamine yang lain. Bentuk putih
seperti kristal putih mirip bumbu penyedap masakan, tidak berbau, mudah larut dalam
air dan alkohol serta rasanya menyengat. Setelah pemakaian shabu, pengguna akan
merasakan hal-hal sebagai berikut:
Merasa bersemangat karena kekuatan fisiknya meningkat
Kewaspadaan meningkat
Menambah daya konsentrasi
Menyebabkan rasa gembira luar biasa
Kemampuan bersosialisasi meningkat
Insomnia, mengurangi nafsu makan
Penyalahgunaan pada saat hamil bisa menyebabkan komplikasi pralahir,
meningkatkan kelahiran premature atau menyebabkan perilaku bayi yang tidak
normal.
Dalam pemakaian jangka panjang penggunaan shabu akan menimbulkan
gangguan serius pada kejiwaan dan mental, pembuluh darah rusak, rusaknya
ujung saraf dan otot, kehilangan berat badan, tekanan darah sistolik dan diastolik
meningkat, dan terjadi radang hati.

5) Depresiva
Depresiva merupakan obat-obat yang bekerja mengurangi kegiatan dari SSP sehingga
dipergunakan untuk menenangkan saraf atau membuat seseorang mudah tidur. Obat

6
ini dapat menimbulkan ketergantungan fisik maupun psikis dan pada umumnya sudah
dapat timbul setelah 2 minggu penggunaan secara terus menerus.

6) Halusinogen
Halusinogen disebut juga psikodelika. Pada tahun 1954, A. Hoffer dan H. Osmond
memperkenalkan istilah halusinogen untuk memberi nama pada zat-zat tertentu yang
dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang serta
menimbulkan halusinasi. Resiko akan ketergantungan psikis bisa kuat sedangkan
ketergantungan fisik biasanya ringan sekali. Toleransi dapat terjadi tetapi penghentian
penggunaannya tidak menyebabkan abstinensia. Zat-zat ini menyebabkan distorsi
penglihatan dan pendengaran antara lain mampu menimbulkan efek khayalan, juga
menyebabkan ketegangan dan depresi. Salah satu kekhususan zat-zat ini adalah
pengaruhnya terhadap akal budi dengan menghilangkan daya seleksi dan kemampuan
mengkoordinasi persepsi dan rangsangan dari dunia luar. Dalam dosis lebih tinggi
dapat mengakibatkan perasaan ketakutan, kebingungan, dan panik yang biasanya
disebut bad trip/flip.

C. Zat Adiktif Lainnya


1) Alkohol
Alkohol merupakan penekan susunan saraf pusat tertua dan paling banyak digunakan
manusia bersama-sama dengan kafein dan nikotin. Alkohol bersifat bakterisid,
fungisid, dan virusid yang banyak digunakan untuk desinfeksi kulit dan sebagai zat
pembantu dalam farmasi. Pada penggunaan oral, alkohol mempengaruhi SPP yaitu
merangsang dan kemudian menekan fungsi otak serta meyebabkan vasodilatasi. Bila
diminum saat perut kosong, alkohol menstimulasi produksi getah lambung. Minum
sedikit alkohol merangsang semangat, semua hambatan lepas, dan berbicara banyak,
sedangkan bila diminum terlampau cepat dan banyak, hati tidak dapat mengolahnya
sehingga menyebabkan mabuk dan pingsan. Overdosis dapat menyebabkan langsung
mematikan dan pada pemakaian secara teratur dan banyak akan mengakibatkan
terganggunya fungsi hati dan akhirnya sel-selnya mengeras.Gejala putus alkohol
dapat berupa gemetaran, mual, muntah, lelah, jantung berdebar lebih cepat, tekanan
darah tinggi, depresi, halusinasi, dan hipotensi ortostatik.

2) Inhalansia dan Solvent (Pelarut)


Zat yang digolongkan inhalasia dan solvent adalah gas atau zat pelarut yang mudah
menguap. Zat ini banyak terdapat pada alat-alat keperluan rumah tangga seperti
perekat, hair spray, deodorant spray, pelumas bensin, bahan pembersih, dan thinner.

7
Yang banyak digunakan adalah cairan pelarut seperti toluene, etil asetat, aseton,
amiln itrit, metiletilketon, ksilen, gas-gas tertawa, butan, propan, dan fluorokarbon.
Gejala pecandu inhalansia antara lain pusing-pusing, perasaan bingung, bicara tidak
lancar, berjalan atau berdiri sempoyongan, euphoria, halusinasi, persepsi terganggu,
mudah tersinggung, impulsive, perilaku aneh, ataksia, disartri, tinnitus, dan luka-luka
atau peradangan di sekitar mulut dan hidung. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa
berakibat fatal, sedangkan pada pemakainan kronis dapat merusak berbagai organ
tubuh misalnya otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sumsum tulang dengan
mengganggu pembentukan sel darah merah.

3) Kafein
Kafein adalah alkahoida yang terdapat pada tanaman Coffea Arabica,
Coffeacanephora, dan Coffea liberica yang berasal dari Arab, Etiopia, dan Liberia.
Selain kopi, minuman lain juga banyak yang mengandung kafein seperti daun teh (teh
hitam dan teh hijau), kakao, dan coklat. Minum kopi terlalu banyak (lebih dari 3-4
cangkir/hari) dapat meningkatkan resiko terkena penyakit jantung karena
memperbesar kadar hemosistein darah terutama bila bersamaan dengan kebiasaan
merokok. Metabolisme kafein sangat kompleks dan berkaitan dengan distribusi,
metabolisme, dan ekskresi banyak metabolit lain. Toleransi terhadap kafein ada tetapi
lebih cepat menghilang dan intoksikasi ditandai dengan tangan gemetar dan perasaan
gelisah, tidak tenang, penuh gairah, muka merah,ingatan berkurang, tidak dapat tidur,
poliuria, mual, otot berkedut, banyak bicara, serta denyut jantung cepat dan tidak
teratur.

4) Nikotin
Nikotin terdapat pada tanaman tembakau atau Nikotiana tabacom yang diduga berasal
dari Argentina. Kadar nikotin dalam tembakau berkisar 1,4%. Dalam asap rokok,
nikotin tersuspendir pada partikel-partikel ter dan kemudian diserap paru-paru ke
dalam darah dengan cepat sekali. Setelah diserap, nikotin mencapai otak dalam waktu
8 detik setelah inhalasi. Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan
dan kenaikan berbagai hormon dan neurohormon dopamine di dalam plasma, di
samping itu nikotin dapat menyebabkan mual dan muntah. Nikotin meningkatkan
daya ingat, perhatian, dan kewaspadaan, mengurangi sifat mudah tersinggung, dan
agresi, serta menurunkan berat badan. Merokok dikaitkan dengan berbagai penyakit
serius mulai dengan gangguan arteri koroner sampai kanker paru. Dosis fatal pada
manusia adalah 60 mg.

8
3.2. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis penggunaan NAPZA
A. Perubahan Fisik
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh
tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis (Overdosis) : nafas sesak,
denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa
sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan
kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.

B. Tingkah laku
1) Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik
- Menurunnya sifat menahan diri
- Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
- Bicara cadel, bertele-tele
- Sering datang ke dokter untuk minta resep
- Kurang perhatian
- Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan
- Gangguan dalam daya pertimbangan
- Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat
menimbulkan kematian.
- Meningkatkan rasa percaya diri

2) Tingkah laku klien pengguna ganja


- Kontrol didi menurun bahkan hilang
- Menurunnya motivasi perubahan diri
- Ephoria ringan

3) Tingkah laku klien pengguna alcohol


- Sikap bermusuhan
- Kadang bersikap murung, berdiam
- Kontrol diri menurun
- Suara keras, bicara cadel,dan kacau
- Agresi
- Minum alcohol pagi hari atau tidak kenal waktu
- Partisipasi di lingkungan social kurang
- Daya pertimbangan menurun
- Koordinasi motorik terganggu, akibat cenerung mendapat kecelakaan
- Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.

4) Tingkah laku klien pengguna opioda


- Terkantuk-kantuk
- Bicara cadel
- Koordinasi motorik terganggu
- Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
- Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif

9
- Kontrol diri kurang

5) Tingkah laku klien pengguna kokain


- Hiperaktif
- Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
- Iritabilitas
- Halusinasi dan waham
- Kewaspadaan yang berlebihan
- Sangat tegang
- Gelisah, insomnia
- Tampak membesar besarkan sesuatu
- Dalam keadaan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid

6) Tingkah laku klien pengguna halusinogen


- tingkah laku tidak dapat diramalkan
- Tingkah laku merusak diri sendiri
- Halusinasi, ilusi
- Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
- Sikap merasa diri benar
- Kewaspadaan meningkat
- Depersonalisasi
3.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada seseorang.
Berdasarkan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya penyalahgunaan
NAPZA, terdiri dari:
A. Faktor Zat
Tidak semua zat dapat menimbulkan gangguan penggunaan zat, hanya zat dengan khasiat
famakologik tertentu yang dapat menimbulkan ketergantungan. Apabila disuatu tempat
zat yang dapat menimbulkan ketergantungan zat mudah diperoleh, makadi tempat itu
akan banyak terdapat kasus gangguan penggunaan zat. Oleh karena itu,zat yang dapat
menimbulkan ketergantungan harus diatur dengan aturan-aturan yang efektif tentang
penanamannya, pengolahannya, impornya, distribusinya, dan pemakaiannya.(BNN,
2003).

B. Faktor Individu
Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA. Faktor
yang mempengaruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi. Alasan-
alasan yang biasanya berasal dari diri sendiri sebagai penyebab penyalahgunaan NAPZA
antara lain (Sumiati, dkk., 2009) :
1) Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya
2) Keinginan untuk bersenang-senang
3) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya

10
4) Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
5) Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
6) Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan
7) Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan NAPZA
8) Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA

C. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
- Lingkungan Keluarga
Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang kurang efektif antara orangtua
dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga merupakanfaktor yang
ikut mendorong seseorang pada gangguan penggunaan zat.

- Lingkungan Sekolah
Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan
adanya murid pengguna NAPZA merupakan faktor kontributif terjadinya
penyalahgunaan NAPZA.

- Lingkungan Teman Sebaya


Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk dapat
diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA
merupakan suatu hal yng penting bagi remaja agar diterima dalam kelompok dan
dianggap sebagai orang dewasa.
- Lingkungan Masyarakat / Sosial
Gangguan penggunaan zat dapat timbul juga sebagai suatu protes terhadap sistem
politik atau norma-norma. Lemahnya penegak hukum, situasi politik, sosial, dan
ekonomi yang kurang mendukung mendorong untuk mencari kesenangan dengan
menyalahgunakan zat.

3.4. PROSES TERJADINYA PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN


NAPZA
Proses Terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA adalah sebagai
berikut:
1) Abstinence adalah kondisi tidak menggunakan NAPZA sama sekali.
2) Eksperimental adalah penggunaan NAPZA yang bersifat coba-coba, tanpa motivasi
tertentu dan hanya didorong oleh perasaan ingin tahu saja.Ciri khas penggunaan
NAPZA untuk penggunaan eksperimental :
Frekuensi Penggunaan

11
Pemakaian bersifat occasional, biasanya beberapa kali dalam sebulan, pada saat
liburan atau berkumpul dengan teman-teman.
Sumber zat, biasanya obat didapat dari teman sebaya.
Alasan penggunaan
- Karena rasa ingin tahu
- Solidaritas
- Agar diterima oleh kelompok
- Menginginkan tantangan
- Menunjukkan kedewasaan
- Mengusir kebosanan
- Untuk kesenangan
Efek yang dirasakan
- Pengguna akan merasa euphoria dan dapat kembali normal
- Dalam jumlah kecil dapat meyebabkan intok-sikasi
- Perasaan yang diinginkan meliputi perasaan senang, diterima, kontrol
- Ciri-ciri pengguna: adanya perubahan sikap, berbohong
3) Penyalahgunaan adalah penyalahgunaan NAPZA yang sudah bersifat patologis,
dipakai secara rutin (paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan), terjadi
penyimpangan perilaku dan gangguan fisik di lingkungan sosial. Ciri khas
penggunaan NAPZA untuk penyalahgunaan/abuse:
Frekuensi Penggunaan
Regular, beberapa kali dalam seminggu, lebih sering menggunakan sendirian
daripada dengan teman-teman.
Sumber zat
- Dari teman, membeli dan menyimpan untuk persediaan
- Menjual zat dan menyimpan untuk digunakan sendiri
- Mencuri untuk mendapatkan uang untuk membeli zat
Alasan penggunaan
- Untuk memanipulasi emosi, mendapatkan kesenangan efek penggunaan zat,
sebagai koping terhadap stress dan perasaan-perasaan tidak nyaman, seperti
sakit, perasaan bersalah, cemas, sedih
- Untuk meningkatkan rasa percaya diri
- Untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman bila tidak menggunakan
- Agar merasa normal

Efek yang dirasakan


- Euphoria merupakan efek yang paling diinginkan, merasa normal kembali dari
perasaan sakit, depresi, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan
- Perasaan yang diinginkan oleh pengguna
- Penurunan dalam aktivitas ekstrakulikuler
- Mulai mengadopsi kebiasaan pemakai (cara berpakaian, perhiasan, gaya
rambut)
- Bermasalah dengan keluarga
- Sikap pembangkang

12
- Perhatian terfokus pada usaha mencari dan menggunakan zat
4) Ketergantungan adalah penggunaan NAPZA yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologik yang ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma
putus obat.
Frekuensi penggunaan
Setiap hari atau terus-menerus
Sumber zat
- Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan zat
- Mengambil resiko yang serius
- Sering melakukan tindakan kriminal, seperti merampok atau mencopet
Alasan penggunaan
- Membutuhkan zat untuk menghilangkan sakit dan depresi
- Untuk melarikan diri dari kenyataan
- Menggunakan karena di luar kontrol
Efek yang dirasakan
- Pada saat tidak menggunakan zat, klien akan merasa sakit atau tidak nyaman
- Zat membantu mereka untuk merasa sakit atau tidak nyaman
- Pengguna tidak merasa euphoria pada tahap ini
- Kemungkinan ada perasaan ingin bunuh diri
- Merasa bersalah, malu, ditolak
- Merasa adanya perubahan emosi, seperti depresi, agresif, cepat tersinggung,
danapatis
Ciri-ciri pengguna
- Perubahan fisik, seperti penurunan berat badan, masalah kesehatan
- Penampilan yang buruk
- Kemungkinan drop out dari sekolah atau dikeluarkan dari pekerjaan
- Sering keluar rumah
- Kemungkinan over dosis
- Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat
5) Relapse
Ciri khas penggunaan NAPZA untuk relapse:
Relapse merupakan keadaan dimana seseorang yang memiliki riwayat penggunaan
NAPZA setelah mampu berhenti dalam jangka waktu tertentu kembali menggunakan
NAPZA yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor.

3.5. DAMPAK PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NAPZA


Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba
yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak
kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
A. Dampak Fisik
1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
ototjantung, gangguan peredaran darah

13
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat,pengecilan hati dan sulit tidur
6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,
seperti:penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguanfungsi seksual
7) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahanperiode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)
8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secarabergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yanghingga saat ini belum ada obatnya
9) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsinarkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkankematian

B. Dampak Psikis
1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang, dan gelisah
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

C. DampakSosial
1) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

3.6. UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH NAPZA


Upaya penanggulangan NAPZA bertujuan untuk menghentikan samasekali (abstinensia),
mengurangi frekuensi/keparahan relaps, memperbaiki fungsi psikologi dan adaptasi sosial
(Sumiati, 2009).
Upaya penanggulangan masalah NAPZA dapat dilakukan melalui beberapa upaya
pencegahan, sebagai berikut ini :
A. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali kelompok yang mempunyai resiko tinggi
untuk meyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan itervensi terhadap mereka agar
tidak menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,
agar faktor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi

14
denganbaik (Alatas, dkk., 2001). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya
pencegahan ini antara lain:
1) Penyuluhan tentang bahaya NAPZA
2) Penerangan melalui berbagai media mengenai bahaya NAPZA
3) Pendidikan tentang pengetahuan NAPZA dan bahayanya

B. Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini dilakukan pada penyalahguna pada tahap coba-coba serta komponen
masyarakat yang berpotensi menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan yang dilakukan pada
pencegahan ini antara lain:
1) Deteksi dini anak yang menyalahgunakan NAPZA
2) Konseling
3) Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah
4) Penerangan dan pendidikan pengembangan individu

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dilakukan orang yang sedang menyalahgunakan NAPZA dan yang pernah
menyalahgunakan NAPZA agar tidak kembali menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan yang
dilakukan antara lain (Sutarti, 2008) :
1) Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok
lingkungannya.
2) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna.
Penanganan kasus yang dilakukan oleh RSKO , RSJ, RSU pada umumnya hanya pada
masalah medik akut, kronis, dan medik dengan komplikasi. Biasanya pasien yang
ditangani di institusi ini akan menjalani detoksifikasi untuk menghilangkan pengaruh
NAPZA dan menghambat pemakaian lebih lanjut yang pelaksanaannya dilakukan
oleh dokter. Selanjutnya, penanganan perbaikan perilaku dilakukan oleh bagian
rehabilitasi/panti rehabilitasi yang pada umumnya di luar institusi rumah sakit.
Penanganan penyalahguna di institusi tersebut dilakukan melalui berbagai pendekatan
non medis seperti sosial, agama, spiritual, therapeutic community, dan pendekatan
alternatif lainnya (BNN, 2006).
3) Rehabilitasi
Menurut Depkes 2001 (dalam Purba, dkk. 2010), salah satu penanggulangan NAPZA
yaitu rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan
terpadu melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna
NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan
fungsional seoptimal mungkin.

15
Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai
dengan kebutuhan. Pada masa rehabilitasi dapat terjadi relaps, di mana terjadinya
relaps pada masa rehabilitasi khususnya pada tiga bulan pertama dapat disebabkan
karena perasaan pecandu NAPZA yang ambivalent tentang abstinensi, motivasi dan
komitmen yang tidak kuat untuk sembuh dari ketergantungan akan NAPZA, tidak
mempunyai strategi koping yang efektif dalam menghadapi masalah yang dialami
selama rehabilitasi serta kurangnya dukungan dari keluarga dan orang terdekatnya
(Dalley, 2001).

Dukungan psikososial keluarga dalam masa pemulihan pasien NAPZA sangat


diperlukan mengingat salah satu faktor yang menyebabkan pasien menyalahgunakan
NAPZA adalah keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat sakit) anggota keluarganya.
Apabila dukungan keluarga tidak ada maka keberhasilan pemulihan (rehabilitasi) akan
sangat rendah (Friedman, 1998).

Kurangnya dukungan keluarga selama proses rehabilitasi ataupun lingkungan yang


merendahkan dan tidak menghargai usaha yang dilakukan mereka untuk sembuh akan
menambah stress dan sulit mengendalikan perasaan sehingga membuat individu
rentan untuk menggunakan narkoba lagi atau relaps (Somar, 2001).

Sikap keluarga yang selalu mencurigai, memojokkan, mengungkit ungkit masa lalu,
serta menjadikan pecandu sebagai kambing hitam untuk setiap kejadian yang tidak
menyenangkan sering menjadi penyebab terjadinya relaps(Joewana, 2005).

16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
NAPZA merupakan singkatan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Yang dimana
dalam penggunaannya dilarang atau ilegal oleh Undang-Undang, karena
penyalahgunaannya dapat menyebabkan kerusakan fisiologis maupun psikologis bahkan
sampai kematian. Banyak efek buruk yang dihasilkan dari penyalahgunaan NAPZA
tersebut.

17

Anda mungkin juga menyukai