Anda di halaman 1dari 1

Fertilisasi

penetrasi zona pelusida memungkinkan terjadinya kontak antara


spermatozoa dan membran oosit. membran sel germinal segera berfusi dan sel
sperma berhenti bergerak. inti sel sperma kemudian memasuki sitoplasma se
telur.

tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar


kalsium intraseluler yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membran
sperma dan sel telur. membran sel telur berdepolarisasi, sehingga mencegah fusi
membran dengan spermatozoa lainnya. hal ini disebut sebagai blok primer
terhadap polispermia. blok ini memastikan bahwa hanya satu pronukleus pria
yang dapat berfusi dengan pronukleus wanita dan menjaga keadaan diploid pada
zigot. peristiwa yang kedua dikenal sebagai reaksi kortikal. granula-granula
kortikal berada sedikit dibawah membran sel telur, dan bersama dengan reaksi
kortikal ini mreka berfusi dengan membran dan melepaskan isinya kedalam zona
pelusida. reaksi ini akan membuat zona menjadi keras dan mengganggu
kemampuan sperma lain untuk berikatan dengan zona - blok sekunder
terhadap polispermia. peristiwa yang ketiga meliputi dimulainya lagi
pembelahan meiosis kedua dari sel telur. badan polar kedua terbentuk dan
dikeluarkan dari sel telur sehingga memastikan bahwa pronukleus wanita
bersifat haploid. sekali lagi, hal ini akan menjaga zigot tetap diploid. kegagalan
untuk menjaga sifat diploid hasil konsepsi sering menjadi penyebab kegagalan
kehamilan dini(bab 36).

setelah masuk kedalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan


sitoplasma sel telur dan membran inti (nukleus) sperma pecah. membran yang
baru terbentuk di sekeliling kromatin sperma membentuk pronukleus pria.
membran inti oosit yang baru juga terbentuk di sekeliling pronukleus wanita.
sintesis DNA dimulai selama periode ini bersamaan dengan persiapan pronukleus
haploid untuk pembelahan mitosis pertama zigot. membran pronukleus pecah,
kromosom induk bergabung dan membentuk gelendong mitosis pada metafase.
sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan pembelahan
sel pertama kali terjadi.

selama beberapa pembelahan pertama pada sel embrional, tidak terdapat


sintesis mRNA yang baru dari DNA inti hasil konsepsi. embrio tetap memiliki
ukuran total yang sama dengan ukuran tiap sel berkurang. dengan demikian,
pada awalnya embrio hanya menggunakan komponen sel ibu untuk berkembang
dengan sinyal-sinyal yang penting harus disampaikan ke embrio melalui
sitoplasma oosit. sinyal-sinyal in tampaknya berada dalam DNA mitokondria,
yang mengalami replikasi selama pembelahan embrional awal. pada
kenyataannya, DNA mitokondria cukup stabil dan dapat ditelusuri dalam
beberapa generasi untuk menentukan garis keturunan ibu.

Schust, D.J. san Heffner, L.J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai