Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Perubahan

Suatu perubahan yang dilaksanakan dalam organisasi tidak serta merta


dapat berjalan lancar tanpa resistensi dari lingkungan internal maupun
eksternal. Partisipasi pegawai perlu dibangun dan informasi perubahan
perlu diketahui masyarakat dengan lengkap dan jelas. Bagi BPS sebagai
organisasi yang besar dan menjangkau seluruh Indonesia, membangun
partisipasi seluruh jajaran BPS bukanlah pekerjaan yang mudah.
Diperlukan strategi perubahan yang efektif untuk memastikan bahwa
program perubahan dapat dilaksanakan sesuai rencana.

Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan (Change Management


Strategy) yang dilakukan BPS mengacu kepada karakteristik dan tingkat
komitmen para pegawai terhadap pelaksanaan program Reformasi
Birokrasi di BPS. Untuk mencapai kondisi perubahan yang diinginkan, BPS
menyusun suatu Strategi Manajemen Perubahan berdasarkan tiga aspek,
yaitu: (1) aspek komunikasi, (2) aspek manusia (partisipasi), dan (3) aspek
organisasi (pemberian kemudahan dan dukungan).

Pada aspek komunikasi, strategi diarahkan untuk mencapai target agar


seluruh pegawai peduli (aware) dan paham (understand) terhadap program
reformasi birokrasi yang akan dijalankan di BPS. Pada aspek manusia,
strategi dibuat untuk mencapai target agar seluruh pegawai BPS menerima
program reformasi birokrasi yang akan dijalankan di BPS. Sedangkan pada
aspek organisasi, strategi dirancang untuk mencapai target agar seluruh
pegawai BPS mempunyai komitmen untuk mendukung pelaksanaan
program reformasi birokrasi di BPS.

Fokus strategi manajemen perubahan yang akan dikembangkan di BPS


meliputi (1) Memahami bagaimana perubahan akan berpengaruh ke
manajemen organisasi, pegawai dan pemangku kepentingan yang lebih
luas, (2) Memahami bagaimana perubahan akan berpengaruh ke budaya
organisasi, (3) Mendefinisikan peran bahwa pimpinan dan pemangku
kepentingan kunci yang seharusnya pertama berubah, dan (4) Membangun
interaksi yang dapat membangkitkan komitmen perubahan dan terjadi
secara organisasional.

Penataan dan Penguatan


Organisasi
Penataan dan penguatan organisasi sudah dimulai sejak sebelum
dicanangkannya proses Reformasi Birokrasi secara menyeluruh. Pilar ini
dimulai dengan melakukan redefinisi visi dan misi serta penataan nilai inti.
Langkah ini merupakan proses awal Reformasi Birokrasi secara total.
Penataan kembali nilai-nilai inti yang berisi tiga kata kunci Profesional,
Integritas, dan Amanah (PIA) telah diselesaikan dan ditetapkan menjadi
Peraturan Kepala (PERKA) BPS Nomor 39 Tahun 2010.Area perubahan ini
juga mencakup reorganisasi BPS baik di pusat maupun di daerah. Struktur
organisasi yang ada selama ini antara lain belum mempunyai unit yang
dengan tegas menguraikan tugas dan fungsi untuk mengawal pelaksanaan
Reformasi Birokrasi. Di sisi lain, organisasi saat ini dinilai belum efektif
sehingga memerlukan penyesuaian jumlah pejabat struktural, khususnya
eselon IV. Untuk itu BPS akan melakukan perampingan organisasi dengan
menghilangkan jabatan eselon IV teknis baik di Pusat maupun di Satker
BPS provinsi. Di sisi lain, peranan pejabat fungsional tertentu, khususnya
jabatan fungsional statistisi dan pranata komputer akan semakin diperluas
dan diperkuat.
Upaya reorganisasi ini sudah dilakukan dengan menyusun naskah
akademik (academic paper) mulai tahun 2010 dan mengusulkannya
kepada pihakpihak yang terkait, seperti Kementerian PAN dan RB dan
Badan Kepegawaian Negara. Usulan reorganisasi sudah disampaikan ke
pihak terkait pada bulan Mei 2011.
Lebih lanjut, pelaksanaan reorganisasi juga harus diikuti dengan
perubahan atas Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Kepala BPS
sehubungan dengan perubahan tugas dan fungsi (TUSI) masing-masing
unit kerja hasil reorganisasi. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007
tentang Badan Pusat Statistik, Peraturan Kepala BPS Nomor 7 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tatakerja BPS, serta Peraturan Kepala BPS
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal BPS perlu
disempurnakan dan disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru.
Dengan dilakukannya penataan dan penguatan organisasi diharapkan
akan tercapai efektivitas dan efisiensi organisasi dan tata kelola sebagai
sarana untuk mencapai kinerja yang optimal.

Penataan Peraturan
Perundang-Undangan
Upaya untuk menata peraturan perundangundangan diawali dengan upaya
pemetaan sementara peraturan/Keputusan Kepala BPS tahun 20032010.
Inventarisasi dengan lebih cermat berbagai peraturan/keputusan Kepala
BPS tahun 20032010 dilakukan untuk untuk mengetahui (i) berapa jumlah
peraturan/keputusan Kepala BPS yang telah ditetapkan, (ii) materi yang
diatur dalam peraturan/keputusan tersebut sebagai bahan awal kegiatan
pemetaan, dan (iii) pemilahan antara peraturan/keputusan yang bersifat
mengatur (regeling) dan yang bersifat menetapkan (besichking).
Upaya lainnya adalah melengkapi dan menyempurnakan pembuatan
Rancangan Peraturan Kepala BPS (Regulasi) dengan cara melakukan
perubahan dan penyusunan peraturan perundangundangan dalam rangka
mendukung peningkatan kinerja lembaga sebagai bagian reformasi
birokrasi BPS. Penyempurnaan dilakukan melalui identifikasi kebutuhan
peraturan baru terutama dalam rangka mendukung Reformasi Birokrasi
BPS yang meliputi (i) Organisasi dan Tata Laksana, (ii) Manajemen SDM,
dan (iii) Pengawasan Internal.

Area penataan peraturan perundang-undangan juga akan membuat


rancangan Perubahan Undangundang Statistik (Hak Inisiatif DPR) beserta
peraturan perundang-undangan yang melaksanakannya.
Tujuannya adalah untuk memperkuat koordinasi survei dengan pihak
eksternal agar terwujud peningkatan kepedulian publik tentang kegiatan
survei BPS, dan untuk meningkatkan kompetensi petugas survei
(enumerator). Untuk mencapai efektifitas implementasi perubahan
peraturan perundang-undangan dimaksud, maka BPS akan
menyosialisasikan perubahan peraturan perundangundangan yang baru ke
seluruh jajaran BPS maupun kepada pemangku kepentingan.

Penataan Sistem Manajemen


SDM Aparatur
Banyak kalangan menilai SDM aparatur pemerintah selama ini kurang
efisien dan efektif. Reformasi birokrasi di bidang SDM aparatur merupakan
bagian esensial yang tidak dapat dihindari agar dapat tercapai tujuan-
tujuan yang lain. Dalam Reformasi Birokrasi BPS, sasaran penataan sistem
manajemen SDM aparatur adalah:

Menyempurnakan sistem rekruitmen pegawai yang berbasis


kompetensi, transparan, akuntabel, dan on-line.

Menyempurnakan analisis jabatan sesuai perkembangan organisasi


yang mampu mengukur tingkat kedalaman pengetahuan dan
keterampilan (know-how), kemampuan memecahkan masalah (problem
solving), dan akuntabilitas dampak jabatan pada hasil akhir. Hasil akhir
yang diharapkan adalah tersusunnya peta jabatan dan uraian jabatan
yang mencakup rincian tugas, hubungan kerja, tanggungjawab jabatan,
lingkungan kerja, persyaratan kerja dan kompetensi.

Melakukan evaluasi jabatan hingga tersusunnya job class dan job


value berdasarkan metode FES (Factor Evaluation System) untuk
jabatan struktural, fungsional statistisi, pranata komputer dan fungsional
umum.

Menyusun standar kompetensi untuk pejabat struktural, fungsional


tertentu, dan fungsional umum.

Membuat assesmen kompetensi individu oleh assessor professional


yang independen.Hasil assesmen ini akan dimanfaatkan untuk
pengembangan SDM, pengembangan karir, manajemen kinerja, dan
seleksi SDM.

Membuat Sistem Penilaian Kinerja Individu dengan menggunakan


IKU.

Mengembangkan database dan sistem informasi aparatur yang


terintegrasi dan terkini untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan sumber daya manusia di BPS.

Mengembangkan pendidikan dan pelatihan SDM yang sesuai dengan


kebutuhan BPS. Pencapaian keberhasilan akan tercermin dari
teroperasionalkannya sistem aplikasi Diklat dan SIPADU serta
terakreditasinya Diklat.

Penataan Tata Laksana


Sesuai dengan visi BPS untuk menjadi pelopor data statistik terpercaya
untuk semua, maka reformasi birokrasi yang dilakukan BPS juga meliputi
penataan tata laksana (bussiness process reengeneering), terutama yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas data, pemanfaatan TIK yang
modern, dan peningkatan pelayanan publik.

Terkait dengan peningkatan kualitas data, BPS akan terus


menyempurnakan metadata (informasi tentang data) yang sudah ada. BPS
juga akan membangun data warehouse sehingga komunikasi dan
koordinasi data statistik antar unit kerja terkait dapat terjalin dengan baik
tanpa ada suatu distorsi. Peningkatan kualitas data didasarkan kepada
suatu ukuran indikator kinerja yang telah ditetapkan melalui penyusunan
prosedur dan standar kerja. Untuk mendukung tujuan tersebut maka SOP
yang ada akan terus disempurnakan. BPS juga sedang menyusun
Kerangka Jaminan Kualitas Statistik (Statistics Quality Assurance
Framework). Salah satu ukuran keberhasilan yang digunakan adalah
terbentuknya Dashboard of Statistical Data Quality yang memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi data-statistik secara
komprehensif.

Penataan pelayanan juga semakin ditingkatkan dengan memanfaatkan


Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dan Manajemen Informasi. Ukuran
keberhasilan kegiatan ini adalah (i) tersusun dan terlaksananya tata kelola
TIK dan model operasinya yang dapat mendukung terciptanya integrasi dan
proses statistik, (ii) tersusun dan terlaksananya peningkatan Infrastruktur
dan suprastruktur TIK yang dapat mendukung integrasi seluruh kegiatan
proses statistik, dan (iii) tersusun dan terlaksananya integrasi seluruh
kegiatan proses statistik yang dapat mendukung terciptanya peningkatan
kualitas data statistik.
Tujuan dari penataan tata laksana pelayanan publik adalah membangun
sistem pelayanan statistik terpadu (satu pintu) sehingga pengguna data
dapat memperoleh data statistik dalam bentuk hard copy, soft copy,
maupun raw data dalam waktu dan tempat yang terpadu. Selain itu,
kegiatan ini juga akan mencakup pembangunan Sistem Pelayanan
Elektronik/e-Government sampai tersedianya e-wilayah dan e-procurement.

Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
Tujuan akhir reformasi birokrasi adalah pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai institusi pemerintah yang melayani masyarakat di bidang data,
BPS harus memperhatikan kebutuhan pengguna data baik dari segi
kualitas maupun ragam data. Kualitas pelayanan publik yang dipandang
berhasil dapat diukur dari pelayanan yang lebih cepat, lebih murah, lebih
mudah diperoleh, dan lebih berkualitas. Peningkatan kualitas pelayanan
publik dapat terwujud dengan dukungan efisiensi diseminasi data statistik
sehingga akan menjamin transparansi dan memberikan akses yang tidak
diskriminatif terhadap semua pihak.
Area perubahan ini mencakup peningkatan kepuasan pengguna data.
Untuk mendapatkan informasi tentang kepuasan pengguna data dan dalam
rangka mengidentifikasi ragam data dan informasi yang diperlukan
pengguna, BPS telah melaksanakan Survei Kebutuhan Data. Survei ini
rencananya akan dilakukan secara rutin untuk memperoleh segmentasi
pengguna data dan penilaian mereka terhadap data BPS. Dari hasil survei
ini, BPS dapat melakukan langkah-langkah perbaikan sampai terwujud
pelayanan prima.
Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik juga dilakukan melalui
peningkatan efisiensi diseminasi data. Melalui kegiatan ini akan tersedia (i)
metadata kegiatan dan metadata output yang lengkap untuk mendukung
kegiatan dan pelayanan statistik, (ii) output data warehouse yang terpadu
secara bertahap, (iii) website BPS yang berkualitas untuk mendukung
pelayanan data yang baik, cepat dan mudah, dan (iv) standar pengelolaan
perpustakaan.

Upaya perbaikan yang juga akan dilakukan BPS dalam area ini adalah
peningkatan pelayanan statistik. Pelayanan kepada pengguna data
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pelayanan yang bersifat online dan
yang offline. Pelayanan yang bersifat online dilakukan dengan
menggunakan media berbasis web dan mobile, sementara yang dilakukan
secara offline dilayani melalui pelayanan statistik terpadu.

Kepedulian masyarakat juga akan terbangun dengan adanya Advance


Release Calendar, yaitu rencana kegiatan statistik yang dipublikasikan
secara luas. Dengan adanya advance release calendar, maka masyarakat
akan mengetahui berbagai kegiatan statistik yang dilakukan BPS secara
lebih dini sehingga keterlibatan masyarakat sebagai sumber data maupun
sebagai pengguna data dapat terjalin dengan lebih baik. Ini dapat terwujud
karena masyarakat diberikan kepastian waktu rilis atau waktu terbit dan
dapat mengantisipasi kapan mendapatkan data statistik. Dengan
adanya advance release calendar, BPS juga menjamin kepastian produksi
data statistik yang dihasilkan dari sensus dan survei yang dilakukan BPS,
baik pada tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Penguatan Pengawasan
Salah satu tujuan reformasi birokrasi nasional adalah terwujudnya
pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka peranan pengawasan menjadi penting.
Reformasi birokrasi BPS khususnya untuk area penguatan pengawasan
mempunyai tujuan untuk meningkatkan peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) dalam Managerial Quality Assurance and Consulting.
Hasil kegiatan ini adalah (i) cakupan pengawasan makin luas dan sejalan
dengan Renstra BPS, (ii) terwujudnya kegiatan klinik konsultasi pengadaan
barang dan jasa, serta pengelolaan administrasi keuangan dan BMN
mampu meningkatkan kepatuhan seluruh Satker BPS terhadap peraturan
yang berlaku, (iii) tercapainya jaminan kualitas atas administrasi
pelaksanaan program dan kegiatan.

Di samping itu, BPS juga akan menerapkan Sistem Pengendalian Internal


Pemerintah (SPIP). Dengan demikian jumlah kesalahan dalam pengelolaan
keuangan negara dan barang milik negara akan berkurang dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan akan meningkat.

Penerapan Mekanisme Penyibak Aib (Whistle Blower System) juga akan


dikembangkan, Sekretariat Layanan Pengaduan BPS sudah dibentuk pada
tanggal 20 Mei 2011 berdasar Surat Keputusan Kepala Badan Pusat
Statistik Nomor 198 Tahun 2011. Sekretariat Layanan Pengaduan BPS
berada di Inspektorat Utama. Dengan sistem ini diharapkan penyelesaian
laporan pengaduan dapat diselesaikan paling lama 60 hari sejak
diterimanya pengaduan, dan jumlah pelanggaran di BPS menurun.

Penguatan Akuntabilitas Kinerja


Penguatan akuntabilitas kinerja mencakup penguatan akuntabilitas kinerja
organisasi. BPS telah menyusun dan menetapkan panduan penyusunan
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP). Kinerja organisasi
(BPS) dievaluasi dengan penilaian terhadap pencapaian outcome dari
program dan kegiatan yang direncanakan setiap tahun dalam bentuk IKU.
Peraturan Kepala BPS (PERKA BPS) tentang IKU ditetapkan pada tahun
2010 dan dijabarkan menjadi target capaian dalam dokumen Penetapan
Kinerja setiap tahun. IKU BPS ditindaklanjuti dengan penetapan IKU oleh
masing-masing unit Eselon II, baik di Pusat maupun Provinsi, serta Kepala
Satuan Kerja BPS Kabupaten/Kota. Berdasarkan dokumen Penetapan
Kinerja, maka pada akhir tahun anggaran/awal tahun anggaran berikutnya
disusun dokumen LAKIP. Setiap Satuan Kerja BPS di Daerah serta Eselon
I dan Eselon II di BPS Pusat juga menyusun dokumen LAKIP setiap tahun.
LAKIP BPS tahun 2009 yang disampaikan ke Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun
2010 memperoleh nilai C. Melalui penguatan akuntabilitas kinerja
organisasi, LAKIP BPS pada tahun 2014 ditargetkan memperoleh nilai A.

Dalam area perubahan ini, BPS juga akan melakukan Pengembangan


Sistem Manajemen Kinerja BPS. Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) telah tersusun, yang meliputi Renstra BPS
2010-2014, Penetapan Kinerja/PK di seluruh Satuan Kerja, dan LAKIP di
seluruh Satuan Kerja. Dokumen SAKIP telah disosialisasikan kepada
seluruh Satuan Kerja BPS di daerah pada tahun 2010. Melalui
pengembangan sistem manajemen kinerja, diharapkan Panduan Pelaporan
Kinerja dipahami, dilaksanakan dan hasilnya terdokumentasi.
Langkah lain yang akan ditempuh BPS adalah penyempurnaan Indikator
Kinerja Utama (IKU). IKU Organisasi BPS dan Unit Eselon I BPS Pusat
telah disusun dan ditetapkan. Rencananya penyusunan IKU akan dilakukan
untuk seluruh Satuan Kerja BPS. Untuk itu akan dilakukan review IKU BPS,
terutama pada sasaran indikator kinerja, sumber data, dan alasan
pemilihan indikator. Dengan demikian perencanaan kegiatan dan anggaran
(Memo TOR) harus disusun berdasarkan IKU yang akan dicapai (Anggaran
berbasis Kinerja) sehingga LAKIP BPS pada tahun 2014 dapat
memperoleh nilai A.

Anda mungkin juga menyukai