Anda di halaman 1dari 4

Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal yaitu, Three models of Community

organization Practice (1968). Mengembangkan tiga model yang berguna memahami konsepsi
tentang PSM :
(1) Pengembangan masyarakat lokal (Locality development)
(2) Perencanaan sosial (social planning), dan
(3) Aksi sosial (social action).
Paradigma ini merupakan format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis
dan konseptual dalam prakteknya ketiga model tersebut saling bersentuhan satu sama lain
setiap komponenya dapat digunakan secara kombinasi dan simultan sesuai dengan kebutuhan
dan situasi yang ada :
a. Pengembangan masyarakat lokal
Pengembangan masyarakat lokal (PML) adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyrakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif
anggota masyarakat itu sendiri (United Nations, 1955). Anggota masyarakat dipandang bukan
sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki
potensi., hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. PML pada dasarnya
proses interaksi antara anggota msyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial membantu meningkatkan kesadaran dan kemampuan mereka dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diharapkan.
PML lebih berorientasi pada tujuan proses (Procces Goal) dari pada tujuan tugas atau
tujuan hasil (Task or product Goal). Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk
menentukan tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi,
komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat inti dari proses Pengembangan
Masyarakat Lokal (PML) yang bernuasa bottom-up ini.

b. Perencanaan sosial
Perencanaan sosial (PS) disini menunjukkan pada proses pragmatis untuk menentukan
keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti
kemiskinan, penganguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat
yang buruk (rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi),
dll. Berbeda dengan PML, PS lebih berorientsi pada tujuan tugas. Sistem klien PS pada
umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) atau
kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda, yatim piatu, wanita
atau pria tuna sosial, dst. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang
mereka sebagai konsumen atau penerima pelayanan (beneficiaries). Keterlibatan para
penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan
masalah bukan merupakan prioritas. Karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para
pekeja sosial di lembaga-lembaga formal, semisal lembaga kesejahteraan sosial pemerintah
(Depsos) atau swasta (LSM). Para perecana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam
melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta dalam
mengidentifikasi, melaksanakan dan mengevaluasi program-program pelayanan kemanusiaan.

c. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran Aksi sosial (AS) adalah perubahan fundamental dalam kelembagaan
dan struktur masyarakat dalam proses pendistribusian kekuasaan (Distribution of Power),
pendistribusian sumber (Distribution of Resources), dan pengambilan keputusan (Distribution of
Decision Making). Pendekatan AS didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem
klien yang sering kali menjadi korban ketidakadilan struktur. Mereka miskin karena dimiskinkan,
mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak berdaya karena tidak diperdayakan oleh kelompok
elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. AS
Berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses
penyadaran pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan
agar lebih memenuhi prinsip demokratis, kemerataan (equality) dan keadilan (equity).
Salah satu teknik yang paling sering dilakukan dalam model aksi sosial adalah kampanye
sosial. Kampanye sosial pada dasarnya ditujukan untuk mempengaruhi pihak lain agar
memenuhi tuntutan perubahan yang ingin dicapai. Misalnya, dalam rangka memasukan agenda
perlindungan anak dalam Perda, dilakukanlah kampanye sosial yang terbentuk demonstrasi
terhadap anggota DPR. Terdapat beberapa bentuk atau media untuk melakukan kampanye
sosial :
Menulis atau menggunakan artikel, opini, kepada media seperti koran, radio atau tv.
Melakukan demonstrasi (Rally) dengan membawa poster atau spanduk yang berisi tuntutan
perubahan.
Melakukan dialog publik dengan para pembuat kebijakan.
Melakukan happening art yang berisi pesan-pesan atau tuntutan yang dikemas dalam bentuk
kesenian.
Tabel 2
Karakteristik Tiga Model PSM
Domain Model A (Pengembangan Model B Model C
Masyarakat Lokal) (Perencanaan Sosial) (Aksi Sosial)
1. orientasi tujuan Kemandirian, integrasi dan Perubahan struktur
Pemecahan masalah sosial
kemampuan masyarakat kekuasan, lembaga dan
yang ada di masyarakat
(tujuan proses) sumber (tujuan proses dan
(tujuan tugas/hasil)
tugas)
2. asumsi mengenai struktur Keseimbangan, kurangMasalah sosial nyata:Ketidakadilan, kesengsaraan,
masyarakat dan kondisi kemampuan dalam relasi dankemiskinan, penganguran,ketidakmerataan,
masalah pemecahan masalah kenakalan remaja ketidaksetaraan
3. asumsi mengenai Kepentingan umum atauKepentingan yang dapat diKonflik kepentingan yang
kepentingan perbedaan-perbedaan yangselaraskan atau konfliktidak dapat diselaraskan :
dapat diselaraskan kepentingan Ketiadaan sumber
4. Konsepsi mengenai
kepentingan umum Idealist-unitary Realist-individualist
Rasionalis-Unitary
5. Orientasi terhadap struktur Struktur kekuasaan sebagai Struktur kekuasaan sebagai
Struktur kekuasaan sebagai
kekuasaan kolaborator, perwakilan sarana aksi, dominasi elit
pekerja dan sponsor
kekuasaan harus di hilangkan
6. sistem kllien atau sistem Masyarakat secara Seluruh atau sekelompok
Sebagian atau sekelompok
perubahan keseluruhan masyarakat, termasuk
anggota masyarakat tertentu
masyarakat fungsional
7. Konsepsi mengenai klien Warga masyarakat atau
Konsumen Korban
atau penerima pelayanan negara
8. peranan masyarakat Partisipan dalam proses Konsumen atau penerima
Pelaku, elemen, anggota
pemecahan masalah pelayanan
9. Peranan pekerja sosial Pemungkin, koordinator, Peneliti, analisis, fasilitator, Aktivis advokasi: agitator,
pembimbing pelaksana program broker, negotiator
10. Media perubahan Mobilisasi kelompok kecil Mobilisasi organisasi masa
Mobilisasi organisasi formal
dan politik
11. Strategi perubahan Pelibatan masyarakat dalam Katalisasi dan
Penentuan masalah dan
pemecahan masalah pengorganisasian masyarakat
keputusan melalui tindakan
untuk mengubah struktur
rasional para ahli
kekuasaan
12. Teknik perubahan Konsesus dan diskusi Advokasi, adragogy, Konflik atau unjuk rasa,
kelompok, partisipasi, perumusan kebijakan, konfrontasi atau tindakan
Brainstorming, Role playing, perencanaan program langsung, mobilisasi, analisis
bimbingan dan penyuluhan kekuasaan, mediasi, agitasi,
negosiasi, pembelaan

5. Tahapan Kegiatan Pengembangan Masyarakat


Dalam bagian ini akan dibahas tentang tahapan dalam model pengembangan masyarakat
lokal. Tujuan pekerja sosial dalam pengembangan masyarakat lokal adalah untuk menolong
masyarakat lokal dalam menentukan masalah, kebutuhan, potensi dan sumber-sumber,
membuat rencana program, melaksanaan program dan mengevaluasi program hingga
masyarakat mampu melakukannya sendiri. Motto model ini adalah help people to help
themselves (menolong masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri).
Beberapa tahapan kegiatan pengembangan masyarakat lokal meliputi: (1). Tahap
Persiapan Sosial, (2). Tahap Asesmen, (3). Tahap Perencanaan Program, (4). Tahap
Pelaksanaan Program, dan (5). Tahap Monitoring dan Evaluasi Program.
a. Tahap Persiapan Sosial
Persiapan sosial dilakukan pada saat awal pekerja sosial bekerja. Tujuannya untuk
memperkenalkan diri, menumbuhkan kepercayaan, mengajak kerjasama, memotivasi
pemerintah setempat dan masyarakat serta tokoh-tokohnya guna pelaksanaan pembangunan
daerahnya baik fisik maupun non fisik. Teknik yang dapat digunakan dalam persiapan sosial
yaitu kunjungan (silaturahmi) ke kantor atau rumah pejabat, rumah tokoh masyarakat, rumah
warga, curah pendapat, wawancara, serta koordinasi.

b. Tahap Asesmen
Tahap kedua setelah perkenalan, mendapat kepercayaan, dan tumbuhnya kesediaan
bekerjasama dan motivasi, adalah mengenal masalah-masalah, kebutuhan-kebutuhan, serta
potensi dan sumber yang dimiliki masyarakat. Kegiatan ini dalam pengembangan masyarakat
disebut asesmen. Tujuan asesmen adalah menemukan/mengidentifikasi masalah, kebutuhan
dan sumber-sumber hingga menentukan prioritas masalah. Kegiatan ini dilakukan bersama
masyarakat. Teknik asesmen dapat menggunakan FGD (focus group discussion), observasi,
studi dokumentasi (data tertulis, foto), wawancara mendalam (depth interview) dan asesmen
partisipatif dengan melibatkan semua komponen masyarakat, termasuk kelompok sasaran. Hal
yang lebih penting dalam tahap ini adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat atau kelompok
sasaran akan masalah dan kebutuhannya.

c. Tahap Perencanaan Program


Setelah masalah, kebutuhan, potensi dan sumber-sumber ditemukan, serta ditentukan mana
masalah yang dijadikan prioritas utama untuk dipecahkan, selanjutnya pekerja sosial mengajak
masyarakat, tokoh masyarakat, pengurus organisasi dan pemerintahan setempat untuk
membuat rencana pemecahan masalah. Tujuan perencanaan program adalah membuat
program pemecahan masalah mulai dari menentukan nama program, tujuan program, sasaran
program, lokasi dan waktu, rencana anggaran biaya, sumber dan potensi serta
kepanitiaanya/pelaksana program. Teknik yang dapat digunakan dalam proses perencanaan
program adalah diskusi kelompok, lokakarya, dan pleno desa.

d. Tahap Pelaksanaan Program


Setelah rencana dirumuskan dan disepakai, selanjutnya maju ke tahap pelaksanaan
program atau implementasi program. Peran pekerja sosial dalam pelaksanaan program sebagai
fasilitator, organisator, motivator, supervisor, broker, mediator, dsb. Teknik dan strategi yang
digunakan dalam pelaksanaan program, yaitu :
Dalam sosialisasi program: teknik kampanye, kontes, kolaborasi. Program yang telah
dirumuskan perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas agar program tersebut dikenal dan
mendapat perhatian masyarakat. Sosialisasi dapat dilakukan melalui kampanye atau
propaganda yaitu pengumuman-pengumuman diberbagai kesempatan, pemasangan spanduk,
famplet, edaran/selebaran, dan sebagainya.
Dalam proses sosialisasi bisa saja terdapat orang-orang yang menentang program, maka
pekerja sosial dapat melakukan kontes, yaitu mengajak penentang untuk berdiskusi, berdebat
dan adu argumentasi. Tetapi apabila terdapat banyak orang atau organisasi yang mendukung
dapat dilakukan kolaborasi (kerjasama).
Dalam penggalangan dana dan bahan dapat digunakan teknik proposal, sirkulir,
kupon berhadiah, kotak amal, atau menyelenggarakan kegiatan yang dapat menghasilkan
dana, dsb.
Dalam penggalangan tenaga dapat digunakan teknik delegasi, yaitu mengirimkan perwakilan
dari masing-masing wilayah.
Dalam penggalangan keahlian dapat digunakan teknik identifikasi dan ajakan.

e. Tahap Monitoring dan Evaluasi Program


Monitoring dilakukan sejak awal kegiatan, terutama pada saat implementasi program. Tujuan
monitoring (pemantauan) untuk melihat atau mengawasi apakah pelaksanaan program sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, jika terjadi penyimpang dapat segera dilakukan
perbaikan. Sementara evaluasi dapat pula dilakukan terhadap proses dan hasil implementasi
program, artinya bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu (misalnya per triwulan, per semester,
per tahun, dsb) dan pada akhir kegiatan. Tujuan evaluasi program adalah untuk mengetahui
sejauhmana pencapaian tujuan, apa faktor penghambat dan pendukung, dan langkah apa yang
perlu diambil guna perbaikan lebih lanjut. Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi yaitu
diskusi kelompok atau pertemuan masyarakat untuk melakukan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai