I. HAKIKAT NIAT
Imam Al Jauhary dalam Ash Shahah, Niat adalah kemauan yang kuat. Sedangkan menurut Al
Khattaby, niat adalah tujuan yang terdetik di dalam hatimu dan menuntut darimu. Ini adalah
penjelasan atas sabda Nabi saw, Sesungguhnya Allah mengampuni ummatku apa yang terdetik di
dalam jiwa mereka, selagi belum dikerjakan atau dikatakan (HR. As Sittah).
Sedangkan hakikat niat menurut Imam Al Mawardy adalah tujuan sesuatu yang disertai
pelaksanaannya
Niat akan menentukan seseorang dalam melakukan suatu amal. Karena itulah kita harus mengetahui
betapa besar peranan niat dalam mengarahkan amal, diantaranya :
Sesungguhnya amal itu hanya bergantung kepada niat-niat, dan seseorang hanya memperoleh
menurut apa yang diniatkan. (HR. Bukhari Muslim)
2. Amal itu beserta tujuan-tujuannya.
Sesungguhnya Allah mengampuni bagi ummatku dari kesalahan dan lupa serta dari apa-apa
yang mereka dipaksa kepadanya (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dzar)
Maksudnya adalah seseorang dikategorikan berdosa jika melakukan satu maksiat dengan
sengaja, sadar dan menyadari perbuatan dosanya tersebut. Tetapi jika dia melakukannya
karena lupa, khilaf ataupun dipaksa maka hal itu tidak menjadi dosa baginya. Hal ini terjadi
kepada salah seorang shahabat Nabi saw. yaitu Amr bin Yasir ra.
3. Satu jenis amal berbeda pahalanya menurut perbedaan niatnya.
Satu amal atau satu benda aktifitas atau wujudnya bisa sama, tetapi bisa menjadi berbeda
nilainya dihadapan Allah swt. Tergantung niat pelaku amal atau pemilik benda tersebut. Nabi
saw. bersabda : Kuda itu ada 3 macam, kuda yang dipersiapkan seseorang fi sabilillah.
Harganya merupakan pahala, menaikinya merupakan pahala dan meminjamkannya merupakan
pahala. Dan, kuda yang dibuat taruhan dan diperjudikan seseorang. Harganya merupakan dosa
dan menaikinya merupakan dosa. Dan, kuda untuk mata pencaharian. Maka boleh jadi ia bisa
menutup kebutuhan dari kemiskinan atas kehendak Allah (HR. Ahmad).
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan,
Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan Hanya kepada Allah-lah
kesudahan segala urusan (QS. Luqman : 22)
Yang dimaksud dengan menyerahkan diri kepada Allah dalam ayat di atas adalah mengikhlaskan
niat dan amal perbuatan hanya karena Allah semata. Sedangkan yang yang dimaksud dengan
berbuat kebaikan ialah mengerjakan kebaikan dengan serius dan sesuai dengan sunnah Rasulullah
saw.
Maka berdasarkan ayat di atas, ada dua syarat diterimanya amal shaleh oleh Allah swt., yaitu :
Fudhail bin Iyadh pernah memberi komentar tentang ayat 2 surat Al-Mulk, Liyabluwakum ayyukum
ahsanu amala, supaya Allah menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
Menurutnya, maksud yang lebih baik amalnya adalah amal yang didasari keikhlasan dan sesuai
dengan sunnah Nabi saw.
Seseorang bertanya kepadanya, Apa yang dimaksud dengan amal yang ikhlas dan benar itu?
Fudhail menjawab, Sesungguhnya amal yang dilandasi keikhlasan tetapi tidak benar, tidak diterima
oleh Allah swt. Sebaliknya, amal yang benar tetapi tidak dilandasi keikhlasan juga tidak diterima oleh
Allah swt. Amal perbuatan itu baru bisa diterima Allah jika didasari keikhlasan dan dilaksanakan
dengan benar. Yang dimaksud ikhlas adalah amal perbuatan yang dikerjakan semata-mata karena
Allah, dan yang dimaksud benar adalah amal perbuatan itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah
saw. Setelah itu Fudhail bin Iyad membacakan surat Al-Kahfi ayat 110, Barangsiapa yang
mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
Secara bahasa, ikhlash bermakna bersih dari kotoran dan membersihkan sesuatu yang kotor. Orang
yang ikhlash adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah dengan
menyembah-Nya, tidak menyekutukan dengan selain-Nya, dan tidak riya dalam beramal.
Secara syariat, ikhlash berarti niat mengharap ridha Allah swt semata dalam beramal tanpa
menyekutukan-Nya dengan yang lain serta memurnikan nita dari kotoran yang merusaknya.
Ada delapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mengecek apakah rasa ikhlas
telah mengisi relung-relung hati kita. Kedelapan tanda itu adalah:
Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata, Sedikit sekali kita melihat orang yang tidak menyukai
kedudukan dan jabatan. Seseorang bisa menahan diri dari makanan, minuman, dan harta,
namun ia tidak sanggup menahan diri dari iming-iming kedudukan. Bahkan, ia tidak segan-segan
merebutnya meskipun harus menjegal kawan atau lawan. Karena itu tak heran jika para ulama
salaf banyak menulis buku tentang larangan mencintai popularitas, jabatan, dan riya.
Fudhail bin Iyadh berkata, Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka
laksanakanlah. Anda tidak merugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak merugi
sekiranya Anda tidak disanjung ornag lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi
orang yang tercela di mata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.
Meski demikian, ucapan para ulama tersebut bukan menyeru agar kita mengasingkan diri dari
khalayak ramai (uzlah). Ucapan itu adalah peringatan agar dalam mengarungi kehidupan kita
tidak terjebak pada jerat hawa nafsu ingin mendapat pujian manusia. Apalagi, para nabi dan
orang-orang saleh adalah orang-orang yang popular. Yang dilarang adalah meminta nama kita
dipopulerkan, meminta jabatan, dan sikap rakus pada kedudukan. Jika tanpa ambisi dan tanpa
meminta kita menjadi dikenal orang, itu tidak mengapa. Meskipun itu bisa menjadi malapetaka
bagi orang yang lemah dan tidak siap menghadapinya.
2. Ikhlash ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda punya banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum
maksimal dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak
pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya, ia cemasi apa-apa
yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. karena itu ia kerap menangis.
Aisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. tentang maksud firman Allah: Dan orang-
ornag yang mengeluarkan rezeki yang dikaruniai kepada mereka, sedang hati mereka takut
bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Apakah mereka itu orang-orang yang
mencuri, orang-orang yang berzina, dan para peminum minuman keras, sedang mereka takut
akan siksa dan murka Allah Azza wa Jalla? Rasulullah saw. menjawab, Bukan, wahai Putri Abu
3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat
pohon, mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan
pohon. Ibarat rumah, mereka pondasi yang berkalang tanah namun menopang keseluruhan
bangunan.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Muadz sedang menangis
di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, Mengapa kau menangis? Muadz
menjawab, Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, Riya
sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah
maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan
sekalipun mereka ada, mereka tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi
petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gulita. (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4. Ikhlas ada saat Anda tak masalah ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan tipe orang seperti ini dengan berkataan, Beruntunglah seorang
hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya
berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan
jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya.
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab
memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati.
Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah.
Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah swt.
5. Keikhlasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada keridhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu menuntun pada
keridhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai
kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji.
Memilih keridhaan Allah swt. atau keridhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita
seharusnya seperti pilihan Masyithoh si tukang sisir anak Firaun. Ia lebih memilih keridhaan
Allah daripada harus menyembah Firaun.
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, ridha dan marah
kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela
agamaNya, bukan untuk kepentingan pribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang
berbuat kebalikan dari itu. Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian)
zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak
diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. (At-Taubah : 58)
8. Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika kawan Anda memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi
orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya
orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang
mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang
dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil
menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti
ini tidak segan-segan membagi tugas kepada siapapun yang dianggap punya kemampuan.
V. BUAH KEIKHLASAN
Sesungguhnya pohon keikhlasan akan menghasilkan buah keikhlasan: manis, indah, dan
menyenangkan. Karena berasal dari pohon yang baik, akarnya kuat dan kokoh sedangkan cabangnya
menjulang ke langit, menghasilkan buahnya setiap saat (QS. Ibrahim : 24-25)
1. Sampai pada hakekat Islam, yaitu penyerahan total pada Allah.
Berkata Ibnul Qoyyim, Meninggalkan syahwat karena Allah adalah jalan paling selamat dari
adzab Allah dan paling sukses meraih rahmat Allah. Perbendaharaan Allah, perhiasan
kebaikan, lezatnya ketenangan, dan rindu pada Allah, senang dan damai dengan Allah tidak
akan diraih oleh hati yang di dalamnya ada sekutu selain Allah, walaupun dia ahli ibadah,
zuhud, dan ilmu. Karena Allah menolak menjadikan perbendaharaannya bagi hati yang
bersekutu dan cita-cita yang berserikat. Allah memberikan perbendaharaan itu pada hati
yang melihat kefakiran, kekayaan bersama Allah; kekayaan, kefakiran tanpa Allah;
kemuliaan, kelemahan tanpa Allah, kehinaan, kemuliaan bersama Allah, kenikmatan, adzab
tanpa Allah dan adzab adalah kenikmatan bersama Allah.
2. Selamat dari cinta harta, kedudukan, dan popularitas.
Dari Kaab bin Malik r.a., Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah dua serigala lapar dikirim ke
kambing lebih merusak melebihi ambisi seseorang terhadap harta dan kedudukan. (HR At-
Tirmidzi). Kaab bin Malik adalah seorang sahabat yang tidak ikut Perang Tabuk karena
bersantai-santai. Akibatnya dia mendapat hukuman yang berat, diboikot Rasulullah saw. dan
para sahabat selama 50 hari. Tapi dia jujur dan mengatakan apa adanya pada Rasulullah
saw., tidak seperti yang dilakukan oleh kaum munafik. Pada saat kondisi sulit dan dunia
terasa sempit, muncul tawaran suaka politik dari Raja Ghasan. Kaab ikhlas menerima ujian
itu dan menolak segala tawaran politik Raja Ghasan dengan segala kemewahan dan
popularitasnya. Dan dia selamat, lebih dari itu peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran.
3. Bebas dari perbuatan buruk dan keji.
Nabi Yusuf a.s. adalah salah satu contoh yang diselamatkan Allah swt. dari perbuatan keji
dan mesum berkat keikhlasan beliau (lihat surat Yusuf: 24).
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika
kamu Mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke
dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke
tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada
lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan
yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman