Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SEKOLAH

SEJARAH PERJUANGAN TOKOH


PAHLAWAN

NAMA

ADRY PRATAMA PUTRA


TOKOH DARI MASA KERAJAAN HINDU, BUDHA DAN
ISLAM
1. RAJA MULAWARMAN ( KERAJAAN KUTAI)
Mulawarman merupakan nama seorang Raja yang bernama
lengkap Mulawarman Nala Dewa dari Kerajaan Kutai di Abad ke 4. Merupakan
kerajaan pertama di Indonesia yang tercatat dalam sejarah, yang berlokasi di
Kalimantan Timur (Kaltim),
lebih tepatnya peninggalan
sejarahnya kini berada di
Kabupaten Kutai
Kartanegara (Kukar).
Kehidupan ekonomi di Kutai,
tidak diketahui secara pasti,
kecuali disebutkan dalam salah
satu prasasti bahwa Raja
Mulawarman telah
mengadakan upacara korban
emas dan menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak
diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut
diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari
tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah
melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak geografis,
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina
dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik
untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai,
disamping pertanian.

Mulawarman tercatat dalam


prasasti yupa tersebut selain
karena ia seorang Raja, beliau
juga adalah raja yang
dermawanan, begitulah kira-kira
menurut para Brahmana yang
membuat prasasti Yupa itu.
Peninggalan Kerajaan Kutai (Mulawarman)
1.Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang
paling tua. Dari prasasti inilah
diketahui tentang adanya Kerajaan
Kutai di Kalimantan. Di dalam
prasasti ini terdapat tulisan-tulisan
yang menggunakan bahasa
Sansekerta dan juga aksara/huruf
Pallawa.

2.Ketopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang
terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih
tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda
bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman,
Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan
yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan
ketopong tiruan.
3. Pedang Sultan Kutai
Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat.
Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar
seekor harimau yang
siap untuk
menerkam mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang terdapat
hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus
berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta.

2.RAJA PURNAWARMAN ( KERAJAAN


TARUMANEGARA)

Berdasarkan pesan yang tersurat pada Prasasti Tugu dan beberapa


prasasti lain, diketahui bahwa Raja Purnawarman adalah raja besar yang
dinyatakan cukup berhasil dalam
kepemimpinannya. Ya, Prasasti Tugu
menyatakan bahwa raja Purnawarman
telah membangun sebuah sungai untuk
irigasi dan pencegahan banjir itu tentu
mencerminkan raja Kerajaan Tarumanegara
satu ini sangat memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya.
Kehidupan ekonomi Kerajaan
Tarumanegara diketahui dari adanya
sumber sejarah, baik yang berupa
prasasti atau dari berita-berita Cina.
Berdasarkan Prasasti Tugu yang
menceritakan pembangunan Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman misalnya, diperoleh gambaran
bahwa masyarakat kerajaan Tarumanegara mengandalkan sektor pertanian
sebagai mata pencaharian utama.
Gambaran pendapat sejarah Kerajaan Tarumanegara dalam
kehidupan ekonomi tersebut diperkuat pula oleh berita dari Fa-Hien.
Pedagang China tersebut menyebut dalam buku catatannya jika dalam
memenuhi kebutuhan
hidupnya, masyarakat Kerajaan
Tarumanegara bekerja sebagai
petani, peternak, dan pemburu
binatang. Selain itu,
perdagangan juga menjadi
sektor penting dalam
kehidupan ekonomi Kerajaan
Tarumanegara. Perdagangan
cula badak, perak, dan kulit
penyu telah dilakukan pada
masa itu.
Terkait dengan kehidupan sosial, masuknya pengaruh agama dan
kebudayaan Hindu telah memegang penting dalam sejarah kerajaan
Tarumanegara. Pengaruh itu antara lain dikenalnya sistem dewa-dewi,
mitologi, bahasa dan sastra, serta upacara-upacara keagamaan. Salah satu
bukti pengaruh ini bisa kita temukan pada isi prasasti Kebon Kopi I. Dalam
prasasti ini dua kaki gajah Airwata terpahat dengan sangat jelas. Gajah
Airwata sendiri dalam mitologi Hindu dikenal sebagai gajah tunggangan
Batara Indra. Nama gajah ini dalam prasasti tersebut juga telah dijadikan
sebagai nama gajah perang milik Raja Purnawarman.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara


(Purnawarman)
1. Prasasti Tugu
Isi prasasti Tugu berbunyi :
"pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya
candrabhagarnnavam yayau//
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa
narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana//
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra
sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena
nadi ramya gomati nirmalodaka//
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair
ggo sahasrena prayati krtadaksina//"
Terjemahan:
Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
yang memilki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya
ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan yang termashur. Pada
tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena
kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja-raja, (maka
sekarang) beliau pun menitahkan pula menggali kali (saluran sungai) yang permai dan
berair jernih Gomati namanya, setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas
di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja
Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan
Caitra, jadi hanya berlangsung 21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut
panjangnya 6122 busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai
1000 ekor sapi yang dihadiahkan
2. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan pada abad ke 19 di kmpung
Muara yang saat ini menjadi wilayah Ds. Ciaruteun llir,
Cibungbulang Bogor.
3. Prasasti Ciaruteun
Prasasti ini terletak di Ds. Ciaruteun, Kec.
CibungBulang , Kab. Bogor.
Isi Prasasti Ciaruteun :
"vikkrantasyavanipat eh srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya visnoriva padadvayam"
Terjemahan: inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang
seperti kaki dewa Visnu (pemelihara) ialah telapak yang
mulia sang Purnnawamman, raja di negri Taruma, raja yang
gagah berani di dunia.

3. RAJA HAYAM WURUK DAN MAHAPATIH GAJAH MADA


( KERAJAAN MAJAPAHIT)

A. HAYAM WURUK
Dyah Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang
memerintah tahun 1351-1389, bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Di
bawah pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai zaman kejayaannya.
Silsilah Hayam Wuruk
Hayam Wuruk adalah putra pasangan Tribhuwana
Tunggadewi dan Sri Krtawardhana (Cakradhana). Ibunya adalah
putri Raden Wijaya pendiri Majapahit, sedangkan ayahnya
adalah raja bawahan di Singasari bergelar Bhre Tumapel.
Hayam Wuruk dilahirkan tahun 1334. Peristiwa kelahirannya
diawali dengan gempa bumi di Pabanyu Pindah dan
meletusnya Gunung Kelud. Pada tahun itu pula Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa.
Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah
Nertaja alias Bhre Pajang, dan adik angkat bernama
Indudewi alias Bhre Lasem, yaitu putri
Rajadewi, adik ibunya.
Permaisuri Hayam Wuruk bernama Sri
Sudewi bergelar Padukasori putri
Wijayarajasa Bhre Wengker. Dari
perkawinan itu lahir Kusumawardhani yang
menikah dengan Wikramawardhana putra
Bhre Pajang. Hayam Wuruk juga memiliki
putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre
Wirabhumi, yang menikah dengan
Nagarawardhani putri Bhre Lasem.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk
Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit
menaklukkan Kerajaan Pasai dan Aru
(kemudian bernama Deli, dekat Medan
sekarang). Majapahit juga menghancurkan
Palembang, sisa-sisa pertahanan Kerajaan
Sriwijaya (1377).

B. GAJAH MADA
Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah
seorang panglima perang dan tokoh yang
sangat berpengaruh pada zaman kerajaan
Majapahit.
Menurut berbagai
sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari
zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya
tahun 1313, dan semakin menanjak
setelah peristiwa pemberontakan Ra
Kuti pada masa pemerintahan Sri
Jayanagara, yang mengangkatnya
sebagai Patih. Ia
menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada
masa Ratu Tribhuwanatunggadewi, dan
kemudian
sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri)
yang mengantarkan Majapahit ke puncak
kejayaannya. Gajah Mada terkenal dengan
sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang tercatat di dalam Pararaton. Ia
menyatakan tidak akan memakan palapa sebelum berhasil
menyatukan Nusantara. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu,
sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya.
Wajah sesungguhnya dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih
kontroversial. Banyak masyarakat Indonesia masa sekarang yang
menganggapnya sebagai pahlawan dan simbol nasionalisme Indonesia dan
persatuan Nusantara.
Akhir hidup Gadjah Mada
Disebutkan dalam Negarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk
dari upacara keagamaan di
Simping, ia menjumpai bahwa
Gajah Mada telah gering (sakit).
Gajah Mada disebutkan meninggal
dunia pada tahun 1286 Saka atau
1364 Masehi namun tidak
diketahui secara pasti dimana
Gajah Mada dimakamkan. Hayam
Wuruk kemudian memilih enam
Mahamantri Agung, untuk
selanjutnya membantunya dalam
menyelenggarakan segala urusan
negara
Peninggalan Kerajaan Majapahit (Hayam Wuruk
dan Gajah Mada)

1. Celengan Majapahit

Benda ini memang unik, meskipun ditemukan


dalam bentuk pecahan, namun celengan
(tempat menabung uang-jawa) ini berhasil
disatukan kembali dan berbentuk babi.
Celengan ini ditemukan di trowulan, Jawa
Timur dan dipergunakan sekitar abad 14-15.
Sekarang merupakan koleksi Museum Gajah,
Jakarta.

2. Arca Emas

Arca ini menggambarkan Bidadari Majapahit yang anggun.


Arca cetakan emaspara ini (bidadari surgawi) gaya khas
Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman
kerajaan Majapahit sebagai zaman keemasan nusantara.

3. Terakota Wajah

Banyak terakota ditemukan di wilayah


majapahit, namun yang menarik adalah terakota yang
dipercaya menggambarkan wujud asli dari Gajah Mada.

4. Surya Majapahit

Surya Majapahit adalah lambang yang umumnya dapat


ditemui di reruntuhan Majapahit, sehingga Surya Majapahit
mungkin merupakan simbol kerajaan Majapahit. Lambang ini
mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian
lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini
membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas Surya
Majapahit

5. Arca Pertapa Hindu

Arca yang menggambarkan pertapa Hindu dari masa


Majapahit akhir ini sekarang merupakan koleksi Museum fr
Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

6.Candi Cetho
Candi Cetho merupakan salah satu Peninggalan Kerajaan Majapahit
yang bernuansa agama Hindu sekaligus menjadi candi terakhir yang dibuat
oleh Kerajaan Majapahit pada abad ke 15.
Van de Vlies membuat laporan ilmiah tentang
candi ini pada tahun 1842, yang menarik A.J.
Bernet Kempers untuk melakukan
suatu penelitian. Hingga akhirnya
objek-objek terpendam ditemukan
oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda
pada tahun 1928.Keunikan Candi ini,
diawal masuk terlihat bangunan yang
sederhana yang belum menunjukan
bangunan kedewaan. Diatas candi
pun terdapat Puri yang biasa disebut
Puri Saraswati.

7. Candi Pari

Candi pari bertempat disekitar2 km ke barat dari


pusat semburan Lumpur PT Lampindo Brantas. Tepatnya di
Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kab. Sidoarjo, Jawa
Timur. Candi ini terbuat dari batu bata dan berbentuk
persegi panjang, dengan pintu candi menghadap ke
barat.

8. Candi Tikus
Masih berada
dalam kompleks Akeologi Trowulan, Mojokerto
Jawa Timur. Candi tikus adalah salah satu candi
Peninggalan Kerajaan Majapahit yang awalnya
terkubur dalam tanah, hingga akhirnya ditemukan
pada tahun 1914. Dalam proses penggalian, situs
ini ditemukan di kawasan tempat makam
masyarakat sana.Akhirnya pada tahun 1984 hingga
1985 dilakukan penggalian secara menyeluruh.
Nama candi tikus sebenarnya hanyala sebuah
nama yang disebutkan oleh masyarakat sekitar
karena saat ditemukan candi tersebut seperti
sarang tikus.
4. SULTAN HASANUDDIN ( KERAJAAN GOWA-TALLO)

Beliau lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12


Januari 1631 dan meninggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39
tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan
nasional Indonesia yang terlahir
dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat
tambahan gelar Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja
lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja, oleh
Belanda ia di juluki sebagai Ayam
Jantan Dari Timur atau dalam
bahasa Belanda disebut de Haav van de
Oesten karena keberaniannya melawan
penjajah Belanda.. Beliau diangkat
menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa
dalam usia 24 tahun (tahun 1655).
Beliau merupakan putera kedua dari
Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15.
Sultan Hasanuddin
memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang
diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai
perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan
kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang
menguasai jalur perdagangan. Pada tahun 1666, di
bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman,
Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan
kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa.
Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa
(Sultan Hasanuddin) dimulai pada tahun 1660. Saat itu
Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan
kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa. Pada peperangan
tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya tewas tetapi
Aru Palaka berhasil
meloloskan diri dan perang
tersebut berakhir dengan
perdamaian. Akan tetapi,
perjanjian dama tersebut tidak berlangsung
lama karena Sultan Hasanuddin yang merasa
dirugikan kemudian menyerang dan merompak
dua kapal Belanda , yaitu de Walvis dan Leeuwin.
Peninggalan Kerajaan Gowa - Tallo (Sultan
Hasanuddin)
1. Benteng Ford Ratterdam
Benteng Fort Rotterdam adalah sebuah
bangunan benteng peninggalan masa
kejayaan kerajaan Gowa Tallo yang
terletak di pesisir barat pantai kota
Makassar. Benteng ini dibangun oleh
raja Gowa ke-9, yakni I Manrigau
Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' Kallonna pada tahun 1545.
Karena awalnya berbahan tanah liat,
Raja Gowa ke-14, yakni Sultan
Alauddin kemudian memugar
bangunan benteng dengan bahan batu padas yang diperoleh dari
pegunungan Karst di Maros. Orang Makassar menyebut benteng Fort
Rotterdam dengan sebutan benteng panyyua atau benteng penyu. Pasalnya,
jika dilihat dari atas, benteng ini memiliki bentuk seperti penyu. Bentuk ini
memiliki filosofi bahwa Kerajaan Gowa Tallo adalah kerajaan yang berjaya di
laut dan daratan, sama seperti penyu yang hidup di dua alam.
2. Batu Pallantikang
Batu pallantikang atau batu
pelantikan adalah sebuah batu
andesit yang diapit batu kapur. Batu
peninggalan Kerajaan Gowa Tallo ini
dipercaya memiliki tuah karena
dianggap sebagai batu dari
khayangan. Karena anggapan
tersebut, sesuai namanya batu ini
digunakan sebagai tempat
pengambilan sumpah atas setiap
raja atau penguasa baru di kerajaan
Gowa Tallo. Batu ini masih insitu
atau berada di tempat aslinya, yakni
di tenggara kompleks pemakaman
Tamalate.

Anda mungkin juga menyukai

  • EXPOSE Bela Negara III
    EXPOSE Bela Negara III
    Dokumen15 halaman
    EXPOSE Bela Negara III
    Tulus Alwin Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • Rehab Musholla
    Rehab Musholla
    Dokumen1 halaman
    Rehab Musholla
    Tulus Alwin Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • META
    META
    Dokumen2 halaman
    META
    Tulus Alwin Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • SERA
    SERA
    Dokumen1 halaman
    SERA
    Tulus Alwin Siringoringo
    Belum ada peringkat
  • Spek Tek 2
    Spek Tek 2
    Dokumen4 halaman
    Spek Tek 2
    Tulus Alwin Siringoringo
    Belum ada peringkat