OLEH :
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
vi
vii
RINGKASAN
vii
viii
hal ini terlihat dari hasil penilaian KIE oleh tenaga farmasi di Apotek Putri
Kasongan Kabupaten Katingan. Penilaian ceklist yang paling tinggi pada
pelayanan KIE berdasarkan tiap item penilaian, yaitu item ke 1 keramah tamahan
dalam berkomunikasi dengan persentase sebesar 99,7%, item ke 2 jelas dalam
berkomunikasi dengan persentase tertinggi sebesar 100% dan item ke 3
penyampaian nama obat dengan persentase sebesar 85,2%, sedangkan penilaian
persentase yang rendah, item 4 informasi indikasi obat dengan persentase sebesar
0,3%, item ke 5 informasi aturan pakai obat dengan persentase sebesar 0,3%, item
ke 6 informasi cara pakai obat dengan persentase 1,7%, item 7 informasi cara
penyimpanan obat dengan persentase sebesar 0%, item ke 8 informasi tentang
efek samping obat dengan persentase sebesar 0%, item ke 9 edukasi berapa lama
pemakaian obat dengan persentase sebesar 0,3%.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan judul Evaluasi Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Obat Tanpa Resep Oleh Tenaga Farmasi di Apotek Putri Kasongan Kabupaten
Katingan, Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
akademis untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Farmasi.
ix
x
x
xi
DAFTAR ISI
xi
xii
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5. Hasil Cek List Pelayanan KIE Obat Tanpa Resep. .................. 43
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, karena
dengan tubuh sehat setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas
kehidupannya sehari-hari dengan baik. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dikatakan bahwa
kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Salah satu upaya masyarakat dalam meningkatkan taraf kesehatannya
adalah melalui beragam cara pengobatan, Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Salah satunya
adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan modern berbahan kimia.
Upaya kesehatan dapat diselenggarakan dengan berbagai cara, dapat melalui
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Seluruh konsep kesatuan upaya kesehatan ini dijadikan
pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk
apotek.
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian dan menyalurkan perbekalan farmasi
kepada masyarakat. Perbekalan farmasi yang dimaksud meliputi obat dan
bahan obat serta perbekalan kesehatan. Dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan, apotek melakukan berbagai kegiatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan
dan distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter maupun tanpa resep
dokter, pelayanan informasi obat, pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Kegiatan yang terdapat di apotek dikelola oleh seorang Apoteker
Penanggung jawab Apotek (APA) yang bertanggung jawab atas seluruh
1
2
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif KIE
Obat Tanpa Resep oleh Tenaga Farmasi di Apotek Putri Kasongan
Kabupaten Katingan kepada pasien.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
1. Memberikan pengetahuan kapada Tenaga Farmasi dan masyarakat tentang
pentingnya pelayanan KIE terhadap pasien yang melakukan swamedikasi
dan untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional
dan melindungi profesi dalam menjalankan praktek kefarmasian.
2. Menambah pengetahuan bagi peneliti maupun mahasiswa lainnya tentang
pelayanan KIE khususnya obat tanpa resep yang diberikan oleh Tenaga
Farmasi kepada pasien.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apotek
1. Pengertian Apotek
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004. Apotek adalah tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasiaan dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tugas
dan fungsi Apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku, obat tradisional, dan kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep Dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional.
Sarana penyaluran perbekalan Farmasi yang harus menyebarkan
obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Layanan
kefarmasian kini mengacu kepada pharmaceutical care. Orientasi
layanan bergeser dari obat kepasien. Konsekuensinya ahli farmasi
dituntut untuk meningkatkan keterampilan dan perilakunya dalam
berinteraksi dengan pasien. Tujuannya untuk melindungi masyarakat dari
pelayanan yang tidak profesional dan melindungi profesi dalam
menjalankan praktek kefarmasian (Sri Hartini,2009).
5
6
pasien, antara lain obat anti inflamasi (asam mefenamat), alergi kulit (salep
hidrokortison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi
sistemik (CTM), dan obat KB hormonal ( Aryo, 2012)
Walaupun apotek boleh menyediakan obat keras, namun ada persyaratan
yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA ini, diantaranya:
1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
(nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan kepada pasien. Misalnya, hanya jenis oksitetrasiklin salep saja
yang termasuk OWA dan hanya boleh diberikan satu tube.
3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar, yang mencakup
indikasi, kontraindikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan, efek
samping obat yang mungkin timbul, serta tindakan yang disarankan bila
efek tidak dikehendaki tersebut timbul (Aryo, 2012).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/Menkes/Per/X/1993, kriteria
OWA yang dapat diserahkan kepada pasien adalah sebagai berikut:
1. Tidak dikontraindikasi untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang mempunyai prevalensi
tinggi di Indonesia.
5. Obat tersebut memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.
(Aryo, 2012)
D. Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan
oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna
mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit. Menurut
11
aslinya dari produsen dan diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru
dengan garis tepi hitam serta diberikan tanda peringatan.
e. Obat bebas adalah obat yang dapat diberi tanpa resep dokter, diberi
secara bebas dan tidak membahayakan bagi sipemakai dalam dosis
yang dianjurkan, diberi tanda lingkaran berwarna hijau dengan garis
tepi hitam.
2. Menurut sumber obat :
Obat yang kita gunakan dapat bersumber dari :
b. Tumbuhan, misalnya digitalis, kina, minak jarak.
c. Hewan (fauna, hayati, misalnya minyak ikan, adepslanae, cera)
d. Mineral (pertambangan), misalnya garam dapur, paraffin, vasselin.
e. Sintesis (tiruan/buatan), misalnya kamfersintetis, vitamin C.
3. Menurut bentuk sediaan obat (bentuk sediaan farmasi)
a. Bentuk padat : serbuk, tablet, pil, kapsul dan supositoria.
b. Bentuk setengah padat : salep, krim, pasta, cerata, gel, occulenta
(salep mata)
c. Bentuk cair : potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, clsysma,
ephitema, injeksi.
d. Bentuk gas : inhalasi/aerosol.
4. Menurut proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh.
a. Obat kemoterapeutik, dapat membunuh parasit dan kuman didalam
tubuh tuan rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan
farmakodinamika yang sekecil-kecilnya terhadap organisme tuan
rumah dan berkhasiat untuk melawan sebanyak mungkin parasit
(cacing, protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan virus).
Obat-obatan neoplasma (onkolilika, sitostatika, obat kanker) juga
dianggap termasuk golongan ini.
b. Obat diagnotik, yaitu obat pembantu untuk melakukan diagnosis
(pengenalan penyakit), misalnya dari saluran lambung-usus (barium
sulfat) dan saluran empedu (natrium iopanoat dan asam iod organik
lainnya).
14
2. Informasi
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator
kepada komunikan. Obat adalah produk khusus yang memerlukan
pengamanan bagi pemakainya, sehingga pasien sebagai pemakai perlu
dibekali informasi yang memadai untuk mengkonsumsi suatu obat.
Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah informasi
praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi yang
dibutuhkan professional kesehatan. Informasi obat diberikan apoteker
sewaktu menyertai kunjungan timmedik ke ruang pasien; sedangkan
untuk pasien rawat jalan, informasi diberikan sewaktu penyerahan
obatnya (Siregar, 2005).
Tidak ada rumus untuk jumlah informasi yang harus apoteker
berikan kepada pasien. Pada umumnya, pasien menghendaki informasi
yang cukup dan akan membantunya menyelesaikan terapi semudah dan
seaman mungkin (Siregar, 2005).
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan
dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Witjaksono, 2009)
Aspek-aspek yang perlu diinformasikan pada saat menyerahkan
obat kepada pasien, setidaknya harus diberikan informasi mengenai hal-
hal sebagai berikut : Nama obat, Indikasi, Aturan pakai : dosis rute
(oral, topikal), frekuensi penggunaan, waktu minum obat
(sebelum/sesudah makan, tidak bersamaan dengan obat lain)
1. Cara menggunakan :
a) Sediaan berbentuk sirup/suspensi harus dikocok terlebih dahulu.
b) Antasida harus dikunyah terlebih dahulu
c) Tablet sublingual diletakkan di bawah lidah, bukan ditelan
langsung tablet bukal diletakan diantara gusi dan pipi, bukan
ditelan langsung.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
22
23
mengamati dan menilai sendiri Pelayanan KIE obat tanpa resep di Apotek
Putri Kasongan Kabupaten Katingan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daftar cocok (Checklist).
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian dibuat dalam pembahasan dan
kesimpulannya, sehingga pelayanan KIE obat tanpa resep di Apotek Putri
Kasongan Kabupaten Katingan bisa dibandingkan dengan parameter
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) yang telah ditetapkan oleh Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004).
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penilaian
Pada penelitian ini Ceklist dinilai sendiri dengan melakukan observasi
langsung dan penilaian langsung terhadap pelayanan KIE obat tanpa resep di
Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan. Data yang telah diperoleh dari
hasil penilaian Ceklist yaitu sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Di Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan.
No Jenis Kelamin F %
1 Pria 170 59 %
2 Wanita 120 41 %
Jumlah 290 100 %
Sumber : Data Primer, 2013
Jenis Kelamin
Pria Wanita
41%
59%
Dari tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa dari 290 responden sebagian
besar adalah pria yaitu 170 orang (59%) sedangkan sisanya responden wanita
sebanyak 120 orang (41%).
24
25
B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Putri Kasongan Kabupaten
Katingan pada tanggal 25 mei sampai dengan 25 juni 2013 mengenai
Evaluasi Pelayanan KIE Obat Tanpa Resep di Apotek Putri Kasongan
Kabupaten Katingan, dalam penelitian ini evaluasi dilakukan dengan menilai
sendiri ceklist tentang pelayanan KIE yang diberikan oleh tenaga farmasi di
Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan.
Apotek putri didirikan pada tanggal 26 januari 2005 bertempat di jalan
Revolusi No 25 Kasongan mendapat ijin Apotek/SIA dengan Nomor
3151/BYK-4/SIK/2001 atas nama Hotgen Manto Manalu, S.Si., Apt. Apotek
Putri dipimpin langsung oleh Hotgen Manto Manalu, S.Si., Apt. Apotek Putri
Memiliki 1 Tenaga Farmasi dan 3 karyawan yang memberikan pelayanan
farmasi kepada masyarakat Kabupaten Katingan, khususnya masyarakat
kasongan. Pelayanan di Apotek Putri dibuka dari pukul 8.00 WIB sampai
pukul 21.00 WIB.
Hasil penelitian berdasarkan penilaian secara langsung tentang
pelayanan KIE Obat Tanpa Resep yang dilakukan oleh tenaga farmasi di
Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan dengan mengisi ceklist dan
meminta data berupa nama pasien, diketahui bahwa sebagian besar pria (59%)
dan sisanya wanita (41%).
Deskripsi penilaian pasien terhadap pelayanan farmasi di Apotek Putri
Kasongan Kabupaten Katingan salah satunya pelayanan KIE karena dengan
adanya KIE dapat mengurangi medication error. Dimana tujuan KIE sendiri
agar pasien mendapatkan pelayanan informasi obat yang lengkap dan jelas
tentang penggunaan obat khususnya obat tanpa resep yang biasanya jarang
mendapatkan pelayanan KIE padahal obat tanpa resep juga seharusnya
diberikan pelayanan KIE, karena dengan penyampaian KIE pada obat tanpa
resep diharapkan pasien dapat menggunakan obat secara benar dan
mengetahui informasi, edukasi tentang obat tersebut.
Hasil pengumpulan data dari penilaian ceklist didapatkan hasil untuk
jenis informasi yang seharusnya diperoleh pasien sesuai dengan standar
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai evaluasi pelayanan KIE obat
tanpa resep oleh tenaga farmasi di Apotek Putri Kasongan Kabupaten
Katingan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari pelayanan KIE obat tanpa
resep yang diberikan oleh tenaga farmasi di Apotek Putri Kasongan
Kabupaten Katingan sebagian besar mempunyai kecenderungan kurang
efektif. Pelayanan yang diberikan hanya terfokus kepada komunikasi
dengan ramah terhadap pasien.
2. Hasil penilaian ceklist yang paling tinggi pada pelayanan KIE berdasarkan
tiap item penilaian, yaitu item ke 1 dengan persentase sebesar 99,7%, item
ke 2 dengan persentase tertinggi sebesar 100% dan item ke 3 dengan
persentase sebesar 85,2%, sedangkan penilaian persentase yang rendah,
item 4 dengan persentase sebesar 0,3%, item ke 5 dengan persentase
sebesar 0,3%, item ke 6 dengan persentase 1,7%, item 7 dengan persentase
sebesar 0%, item ke 8 dengan persentase sebesar 0%, item ke 9 dengan
persentase sebesar 0,3%.
34
35
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan
saran yang bisa menjadi masukan bagi Apotek Putri Kasongan Kabupaten
Katingan, yaitu:
1. Dengan diketahuinya pelayanan KIE obat tanpa resep oleh tenaga farmasi
di Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan maka disarankan agar
tenaga farmasi di Apotek Putri Kasongan Kabupaten Katingan ditambah
jumlahnya agar dapat meningkatkan pelayanan KIE sesuai Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK
Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004) sehingga pasien mendapat
pengobatan yang optimal khususnya obat tanpa resep.
2. Kepada tenaga kefarmasian di harapkan lebih memperhatikan
kemmampuan pemberian KIE kepada pasien untuk memberi obat tanpa
resep, agar pasien tidak merasa khawatir dengan obat yang digunakan dan
meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diharapkan saat
mengkonsumsi obat.
36
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah No.PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta, Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. 2008. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik tentang
Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety),
Jakarta, Departemen kesehatan RI.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Yanfar dan Alkes. 2003,
Standar Pelayanan Farmasi di Apotek.
Tanggal :
Cek list ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul EVALUASI PELAYANAN KIE OBAT TANPA RESEP DI
APOTEK PUTRI KASONGAN KABUPATEN KATINGAN yang dilakukan
oleh :
Pribadi Ferry Hidayat (10.71.12074)
D III Farmasi, Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
A. Identitas Pasien
Nama :
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Cek List Evaluasi Pelayanan KIE Obat Tanpa Tidak
No Ada
Resep Ada
1 Keramah Tamahan Dalam Berkomunikasi
2 Jelas dalam Berkomunikasi
3 Penyampaian Nama Obat
4 Informasi Indikasi Obat
5 Informasi Aturan Pakai Obat
6 Informasi Cara Pakai Obat
7 Informasi Cara Penyimpanan Obat
8 Informasi Tentang Efek Samping Obat
9 Edukasi Berapa Lama Pemakaian Obat
44
RIWAYAT PENYUSUN
Data Pribadi
NIM : 10.71.12074
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan