Anda di halaman 1dari 33

DINAMIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

OLEH :
SOEMALI

1. PENGANTAR
Setiap manusia adalah konsumen. Manusia bagian dari kegiatan pasar. Manusia
sebagai pengguna barang dan jasa.
Manusia sebagai pengguna barang dan
jasa menghendaki kualitas barang dan
jasa, sesuai dengan biaya yang dibayar.
Namun, kenyataan kualitas barang dan
jasa yang dikehendaki, tidak sesuai dengan harapan. Begitu juga manusia se2

Lanjutan
bagai konsumen, ia tidak tahu kegunaan
dan manfaat barang dan jasa yang dibelinya. Hal ini mungkin terjadi, karena ia
mengetahui barang dan jasa berasal dari
iklan, baik melalui media elektronika maupun media cetak.
Kondisi tersebut di atas, dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen. Oleh karena
Itu, perlu adanya perlindungan hukum bagi
3

Lanjutan
konsumen, agar tidak frustasi dan marah
bila ditipu atau dipaksa menerima barang
bermutu rendah atau berbahaya, serta
yang tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen atau pelaku usaha.
Perlindungan hukum menyangkut hak dan
kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut
harus seimbang, agar berkeadilan. Ketidak seimbangan berarti ketidakadilan.
4

A.Dinamika Organisasi Konsumen


Semenjak pertengahan tahun 1800-an,
yakni saat revolusi industri mencapai puncaknya, persoalan konsumen belum serumit sekarang. Jarak konsumen dan produsen masih sangat dekat, pabrik dan pasar
masih bersifat lokal.
Bila timbul persoalan, maka dengan mudah kita mengadukan pada penjualnya.
Tetapi, apabila tidak tercapai kesepakatan
5

Lanjutan
Dengan gampang atau mudah kita
mengadukan kepada penjualnya. Namun,
apabila juga tidak tercapai kesepakatan,
maka hukuman bagi penjual atau pedagang yang bertingkah laku buruk tersebut,
adalah dagangannya tidak laku atau surutnya para langganannya.
Itulah gambaran konsumen pada saat itu.
6

Lanjutan
Sejarah mencatat adanya masyarakat
yang mengorganisir diri demi kepentingannya, yaitu, kaum, Hittites. Kaum ini mengembangkan etika konsumen, yang berbunyi : Jangan Kamu Racuni Roti Tetanggamu . Makna yang terkandung dari
pernyataan ini bahwa bahan pangan itu
harus bersih, sehat, dan layak untuk dikonsumsi.
7

Lanjutan
Gerakan konsumen tumbuh sebagai kekuatan yang teroganisir dan mandiri sekitar
tahun 1930-an. Hal ini dimulai di Amerika
Serikat, berkembang pasar bebas yang
memang sekaligus membawa potensi merugikan konsumen.
Masyarakat mulai menuntut kesesuaian
Nilai Uang, dengan mutu dan keamanan
barang yang harus diterimanya. Masyara8

Lanjutan
kat sangat membutuhkan informasi yang
dapat menolong pengambilan kebutusan.
Sejak tahun 1950-an, di Amerika Serikat,
pengujian produk menjadi perhatian
utama, dan Consumer Union, merupakan
organisasi konsumen, tumbuh sebagai kekuatan yang diperhitungkan.
Dengan melakukan pengujian-pengujian
atas barang, untuk membandingkan mutu
9

Lanjutan
Dengan harganya, kemudian melaporkan
hasilnya lewat media Consumer Report,
menjadikan Consumer Union menjadi
populer di setiap rumah tangga.
Gerakan konsumen, pada tahun 1960-an,
mulai menyebar di kawasan Eropa. Organisasi konsumen, di Inggris, Belanda,
Denmark dan Belgia, mengikuti model
yang dikembangkan di Amerika Serikat,
10

Lanjutan
Organisasi konsumen tersebut, mengandalkan kegiatan pada pengujian perbandingan (comperatif testing ), dengan menyiarkan hasil-hasil pengujian perbandingan, dengan penerbitannya sendiri.
Misalnya, di Inggris terkenal majalah
WHICH, di Swis majalah JAchete Mieux,
dan di Australia majalah Choice.
Di negara-negara berkembang, gerakan
11

Lanjutan
Konsumen tumbuh dan menempatkan diri
sebagai suatu kekuatan untuk melawan
ekspansi global perusahaan-perusahaan
multinasional.
Gerakan konsumen di Indonesia, berlangsung sejak tahun 1970-an, dengan berdirinya Yayasan Konsumen Surabaya Jawa
Timur, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Lembaga Bina Konsumen Ban12

Lanjutan
dung, Lembaga Bina dan Perlindungan
Konsumen Semarang, dan dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, oraganisasi konsumen tumbuh menjamur.
Gerakan konsumen negara berkembang
masih tetap memperhitungkan Nilai
Uang dan juga mempermasalahkan Nilai
13

Lanjutan
Manusia, karena konsumen di masyarakat miskin sangatlah berbeda keadaannya, dan kemiskinan nerupakan mayoritas
konsumen di negara berkembang. Hak
konsumen yang utama dan pertama adalah hak untuk mendapatkan pemenuhan
kebutuhan dasarnya, yakni, memperoleh
makanan, sandang, kesehatan, perumahan, dan sanitasi.
14

Lanjutan
Kesadaran baru akan Nilai Manusia, menambah vitalitas baru, gerakan konsumen
secara internasional dan memperbaharui
penekanan padaaspek perlindungan konsumen.
Pengujian dan pendidikan konsumen merupakan dua hal yang penting bagi gerakan konsumen di negara maju.
Standar hidup yang layak bagi konsumen
15

Lanjutan
tidak akan terjamin hanya dengan laporan
mutu dan harga suatu produk, tetapi harus
memperhatikan pelayanan.
Anwar Fazal, menyatakan bahwa tindakan
membeli adalah andil dalam model ekonomi dan sosial, maupun dalam proses produksi. Kita menuntut kualitas dan kepuasan yang harus kita dapat, tetapi kita tidak
boleh mengabaikan keadaan berlangsung16

Lanjutan
nya proses produksi tersebut, yakni,
dampak lingkungan dan kondisi kerjanya.
Kita tercakup di dalamnya dan karenanya
harus ikut bertanggung jawab terhadap
maasalah ini.

SIAPAKAH KONSUMEN ITU ?


Jelaskan pendapat atau argumentasi
Anda
17

B. LANDASAN HUKUM
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, landasan hukum perlindungan
konsumen masih tersebar di berbagai
peraturan perundangan. Peraturan tersebut seperti Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1961 tentang Barang, UndangUndang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Undang Undang Nomor 5
ahun 1984 tentang Perindustrian, Undang18

Lanjutan
Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan lainnya,
yang bersifat administratif, sehingga
aspek ganti kerugian yang berkaitan
dengan ti-dak seimbangnya hak dan
kewajiban para pihak, tidak tercermin
dalam perundangan yang ada.
Secara teoritis perlindungan konsumen di19

Lanjutan
jumpai dalam hukum perikatan dan hukum
pidana. Dalam hukum perikatan seperti
tercantum dalam Pasal 1320, 1321, 1328,
1235, 1236, 1504 KUH Perdata dan pasal
lainnya. Dalam hukum pidana seperti tercantum dalam Pasal 204, 205, 359. 360,
386 KUH Pidana dan lainnya.
Secara konstektual, pasal-pasal tersebut
dapat digunakan untuk melindungi konsu20

Lanjutan
sumen, sejauh syarat-syarat yang ditentukan dalam perundangan tersebut terpenuhi.
Sebelum adanya Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, masih belum ada peraturan yang
terpadu mengenai perlindungan konsumen. Pengertian konsumen baru terbatas
pada pembeli.
21

C. FAKTOR PERLINDUNGAN KONSUMEN


Seluruh manusia adalah konsumen.
Konsumen terbagi dalam konsumen perkotaan dan pedesaan. Perbedaan pola
konsumsi, berhubungan langsung dengan
akibat dari pemakaian barang dan jasa, di
mana konsumen pedesaan lebih banyak
dicurangi, karena posisinya lebih rawan di
banding konsumen perkotaan. Bagi mereka yang dirugikan jarang mengadukan
permasalahannya ke pengadilan maupun
22

Lanjutan
Lembaga konsumen. Sikap tidak melakukan tindakan hukum pada saat mengalami
kerugian ini, dilandasi oleh sikap masyarakat yang lebih suka menghindari konflik,
dan biasanya malah mendatangkan kerugian yang lebih besar. Sikap yang dilakukan biasanya tidak membeli barang pada
pedagang atau pengecer, dan merek yang
sama. Sikap ini menimbulkan taraf kesadaran konsumen yang masih rendah dan
23

Lanjutan
merupakan kendala utama bagi terlaksananya perlindungan konsumen.
Budaya nrimo para konsumen hampir menyebar pada masyarakat. Keengganan untuk mempertahankan haknya apabila dirugikan banyak terjadi pada diri konsumen.
Usaha yang berat untuk mempertahankan
haknya, sementara nilai hasil yang akan
dicapai tidak memadai secara ekonomis,
24

Lanjutan
hal ini sangat menghambat upaya perlindungan konsumen.
Aparat hukum menentukan dalam perlindungan konsumen, karena perundangan
yang ada akan tidak bermanfaat apabila
tidak didukung oleh aparat hukum.
Aparat hukum harus tegas dalam menjalankan tugasnya dan penuh tanggung jawab, dalam mencapai kepastian hukum,
25

Lanjutan
keadilan dan kegunaan/kemanfaatan.
Partisipasi masyarakat, baik secara individu, maupun dalam ikatan kelembagaan,
dalam upaya perlindungan konsumen
diperlukan dalam membantu tercapainya
tujuan perlindungan konsumen. Partisipasi
ini harus disertai dengan perubahan sikap
tindak ke arah yang mendukung tercapainya tujuan mewujudkan perlindungan
26

Lanjutan
konsumen.
Pengusaha dan konsumen merupakan pihak-pihak yang saling membutuhkan, maka tidak mustahil diwujudkan suatu aturan
main yang dianggap adil bagi kedua belah
pihak. Aturan permainan ini diharapkan
mengembangkan dan meningkatkan usaha bagi pengusaha lebih bertanggung jawab dan tidak merugikan konsumen.
27

D. SENDI-SENDI PERLINDUNGAN KONSUMEN

Polarisasi konsumen dengan pengusaha


merupakan conditio sine quanon. Perlindungan konsumen tidak merupakan gangguan terhadap kepentingan pengusaha.
Perlindungan hukum terhadap warga
negara terdapat dalam Pasal 27 UndangUndang Dasar 1945, segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjun28

Lanjutan .
Consumers sovereignity pada hakekatnya
bertujuan untuk meningkatkan pemenuhuan kebutuhan atas performance ptoduksi
untuk memenuhi selera konsumen dalam
konteks keinginan masyarakat pada
umumnya.
Consumers sovereignity kemudian dimodifikasi menjadi konsep Consumers Rights.
29

Lanjutan
jung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
Di Amerika Serikat terdapat konsep Consumers Sovereignity, yaitu :
All value judgment which stipulates that
we should take the degre to which performance accords with consumers taste .
As a creterion for evaluating the social
situation s and through these, the desira30

Lanjutan

bility of different social situations and


through these the desirability of the various public polities or institusional structures which gives rise to them .

31

Lanjutan
Dalam perlindungan konsumen,pengusaha mempunyai tanggung jawab mengenai
kewajiban, mengenai pelaksanaan hakhak konsumen. Hak-hak konsumen akan
efektif apabila yang punya hak memberikan apresiasi terhadap hak tersebut.
Kesadaran sikap terhadap hak-haknya,
maka konsumen akan dapat melindungi
dirinya secara mandiri.
32

Lanjutan
Kesederajatan antara konsumen dan
pengusaha, juga faktor perlindungan konsumen.
Pengusaha adalah konsumen, produksi tanpa
konsumen tidak akan ber- daya guna atau
mempunyai nilai.
Hal-hal tersebut di atas, merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi terhadap perlindungan konsumen.
Alhamdulillah, semoga dibaca dengan ikhlas
33

Anda mungkin juga menyukai