Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas permasalahan yang ditemukan dalam pemberian

asuhan keperawatan pada Tn F dengan gangguan system persyarafan : Fibris diunit St

Markus Rumah Sakit St Antonius Pontianak.Adapun pembahasan didasarkan pada

landasan teoritis dan asuhan keperawatan yang diberikan langsung kepasien.

A. PENGKAJIAN

Dalam melakukan pengkajian penulis memperoleh data dari pasien dengan

melakukan wawancara langsung dan buku catatan medik klien.Dalam plaksanaan

pengkajian mengacu pada landasan teoritis dan kondisi yang nyata yang yerdapat pada

pasien.

Dalam landasan teoritis kejang berlangsung tidak lebih dari 15

menit.Kejang biasanya timbul pada 16 jam setelah demam dan sebelum kejang yang

dilakukan sekurangnya satu minggu sesudah suhu tubuh normal menunjukan tidak ada

kelainan dan frekuensi kejang,dalam satu taun tidak lebih dari empat kali.

Pada pengamata langsung kepasien pasien mengatakan pada waktu saya kejang,kejang

nya hanya sebentar dan kejang kali ini menrupakan kejang ulagan karena sebelumnya

pasien juga pernah kejang dan dirawat diRS,selama pengkajian pasien tidak pernah

kejang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pengamatan kasus

sebagai berikut :

Gangguan mobilitas yang berhubungan dengan kelemahan pada ekstrimitas bawah,

Resiko tinggi terulangnya kejang yang berhubungan dengan peningkatan suhu yang

tidak stabil

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual

Dari pengamatan kasus ini tidak banyak mengalami perbedaan yang

membedakannya hanya situasi dan kondisi serta informasi yang kurang dari keluarga dan

tidak lengkapnya data penunjang.

C. PERENCANAAN

Perencanaan yang dilakukan pada pasie Tn F didasarkan pada masalah

yang dihadapi yaitu mengembalikan mobilitas fisik yang terganggu,mencegah trulangnya

kejang kembali,dan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.ternyata seluruh rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan untuk tiga diagnosa keperawatan berhasil.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penulisan laporan kasus menyimpulkan bahwa FIBRIS adalah bangkitan

kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38C yang disebabkan oleh proses

ekstrakranium yang disebabkan proses infeksi , kerusakan jaringan otak dan faktor lain

yang menyebabkan gangguan fungsi otak.

B. Saran

Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang penanganan kejang

dirumah perlu diadakan penyuluhan.

Keluarga diharapkan tidak meninggalkan pasien dalam keadaan kejang.

Setiap keluarga diharapkan harus memiliki obat penurun panas, sewaktu

demam harus segera diberi obat penurun panas dan segera dibawa ke

rumah sakit
Lampiran 2

DAFTAR OBAT

Daftar pemberian obat pada pasien An K diunit St Lidwina

A.Obat injeksi

1. Stereptomycin Sulphate 1 x 0,5 gr

2. Taxegram 3 x 0,5 gr

3. Brainact 3 x 1 ampul

4. Antrain 500 mg kalau perlu

5. Diazepam 10 mg kalau perlu

B.Obat oral

1. Puyer Kp (Rimpapisin,INH,Etambutol)

2. Puyer Campuran (Pirazemid,Prednison,Tegeretal,Phenorbital)

C.Penjelasan

1. Stereptomycin Sulphete

a) Klasifikasi obat : Antibiotik

b) Indikasi : Untuk pengobatan Tuberkulosis dan organisme yang peka

terhadap streptomisin

c) Indikasi : Hanya kalau organisme tersebut tidak sensitif terhadap antibiotik

yang kurang toksik


d) Kontra indikasi : Bayi alergi streptomosin dapat menimbulkan cedera

ginjal serius dan kerusakan N VIII berat yang irepersibel dengan gangguan

pendengaran dan gangguan vestikuker jangan diberikan perparenteral

untuk infeksi ringan dan infeksi berat yang dapat diobati dengan

antibiotik yang lebih aman

e) Dosis : I.V : Dengan tetesan kontinu ( 1 gr dalam 2-4 jam setiap hari.

IM : Dosis total tidak melebihi 1 gr perhari :

Bayi : 20 mg/kg BB/hari

Anak-anak :20-30 mg/kg BB/hari

f) Cara pemberian : Intravena dan intramuskular

2. Taxegram

a) Klasifikasi obat :antibiotic


b) Indikasi :Taxegram diindikasikan untukpengobatan
infeksi seriusyang disebabkan oleh mikro organisme yang sensitive pada
kondisi berikut :
infeksi saluran nafas bawah
Infeksi saluran urogenital, serata gonire yang tidak terkomplikasi.
Infeksi kulit jaringan lunak
Infeksi intra abdominal termasuk peritonitis
Infeksi tulang dan atau persendian
Infeksi system saluran pusat

c) Kontra Indikasi : hipersenssitivi terhadap sevalosporin

d) Efek samping obat :


Reaksi local pada tempat suntikan.
HIpersensitivitas :ruam, pruritus, demam sindroma steven jhonson.
Saluran cerna :colititis, diare, mual, muntah, nyeri abdomen.
System hematology : leucopenia, trombositopenia.
System genital dan alat kemih :vaginitis.
Susunan syaraf pusat :sakit kepala.
Hati : kenaikan sementara kreatinin dan urea dala serum.
e) Dosis :
Berat badan < 50 kg : 50-180mg/kgBB/hari,terbagi dalam 4-6 dosis yang sama.
Berat badan > 50 kg :mengikuti dosis dewasa (1 gr/12 jam atau dapat dinaikan
bila perlu).Dosis perhari tidak boleh dari 12 mg.
f) Cara pemberian : injeksi dapat diberikan secara intravena atau intramuscular.
3. Antrain injeksi
A. Komposisi : tiap 2 ml mengandung 1000 mg antrain
B. Indikasi :
Karena resiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesic-
antipiretik sangat dibatasi yaitu nyeri akut hebat sesudah luka atau
pembedahan, nyeri karena tumor, nyeri hebat akut atau kronik bila
analgesic lain tidak menolong, demam tinggi yang tidak dapat
diatasi antipiretik lain.
C. Kontra indikasi:
penderita payah jantung, bayi kurang dari 3 bulan (atau
BB krang dari 5 Kg), hamil trismester 1 dan 6 terakhiir.
D. Dosis :
tiap 2 ml mengandung 1000mg antrain dilarutkan dengan 8mg
aquadest.Jadi tiap 1 cc mengandung 100mg antrain.Dosis 250-
500mg sekali suntik
Jangan lebih dari 1 gram karena dapat menyebabkan syok.
Dosis untuk pasien :75mg intra vena bila suhu lebih dari 37,8C.
E. Efek samping :
iritasi lambung, reaksi lambung.
DAFTAR PUSTAKA

Ecily.L.dan Linda.A. Sowden (2002).Buku Saku Keperawatan Pediatri.


(Mosbys Pediatric Nursing Reference).Edisi III.Jakarta.EGC.
Doenges Marlyn. E . Dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi
III . Jakarta. EGC
Hardjasaputra Purwanto Dkk (2002). Data obat di Indonesia. Edisi 10 Jakarta.
Grafidian Medipres.

Anda mungkin juga menyukai