Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

NUTRISI RUMINANSIA

SISTEM PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA

Oleh:
Kelompok 1
1. Mhd Riki Subagia 11481102645
2. Nora Adiyanti 11481204286

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2017
KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Sistem Pencernaan Ternak
Ruminansia. Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi
Ruminansia ini penulis susun dengan sebaik mungkin sehingga
diharapkan dapat memenuhi tugas makalah kelompok mata kuliah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis tidak luput dari berbagai


kelemahan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan bimbingan dan saran-saran yang membangun dari para
pembaca sekalian agar makalah ini dapat dibuat lebih baik lagi. Namun
walaupun demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
kita informasi atau menyegarkan ingatan kita kembali mengenai ternak
ruminansia, terutama tentang sistem pencernaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah khazanah


keilmuan kita dalam bidang ilmu peternakan, dan juga semoga dapat
memberikan kita motivasi untuk membangun suatu peternakan yang
baik dan terencana. Amien.

Pekanbaru, Februari
2017

Penulis,

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................ii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................1


1.2. Rumusan Masalah........................................................1
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................1

II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian....................................................................2
2.2. Organ-organ Pencernaan Ternak Ruminansia...............3

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

3
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

II. Hewan Ruminansia menurut asal katanya, Ruminansia


berasal dari bahasa Latin, yaitu Ruminae yang berarti mengunyah kembali
sehingga Ruminansia adalah hewan mamalia yang memamah biak atau
mengunyah kembali makanannya.

III. Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan


kimia yang dialami bahan makanan di dalam saluran pencernaan ternak
ruminansia. Proses pencernaan makananya relatif lebih kompleks bila
dibandingkan dengan proses pencernaan pada jenis ternak non ruminansia.
Proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam
mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan).

IV. Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri atas 4


bagian penting, yaitu mulut, lambung, usus halus, dan organ pencernaan
bagian belakang. Lambung ternak ruminansia terdiri atas 4 bagian yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Rumen dan retikulum
dipandang sebagai organ tunggal yang disebut retikulo-rumen, sedangkan
sekum, kolon, dan rektum termasuk organ pencernaan bagian belakang.
Rumen dan retikulum dihuni oleh mikroba dan merupakan alat fermentatif
dengan kondisi anaerob suhu 39oC.

1.2. Rumusan Masalah


A. Apa pengertian sistem pencernaan ruminansia?
B. Bagaimana organ-organ pencernaan ruminansia
1.3. Tujuan Penulisan
A. Mendeskripsikan pengertian sistem pencernaan ruminansia
B. Mendeskrispsikan organ-organ pencernaan ruminansia

V.

1
VI. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian

VII. Hewan Ruminansia menurut asal katanya, Ruminansia


berasal dari bahasa Latin, yaitu Ruminae yang berarti mengunyah kembali
sehingga Ruminansia adalah hewan mamalia yang memamah biak atau
mengunyah kembali makanannya. Proses pengolahan pakan dilakukan
dengan cara memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) akan
disimpan sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan
akan ditarik kembali ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah (proses
remastikasi). Selanjutnya pakan akan ditelan (proses redeglutasi), untuk
dicerna oleh enzim-enzim mikroba rumen.

VIII.

2
IX. Sistem pencernaan ruminansia pada ternak ruminansia
relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak
lainnya. Karena memiliki 4 lambung yaitu rumen, retikulum, omasum dan
abomasum. Proses pencernaan ruminansia meliputi pencernaan mekanik,
pencernaan hidrolitik dan pencernaan fermentatif. Pencernaan mekanik
terjadi dalam mulut oleh gigi melalui proses mengunyah dengan tujuan
untuk memperkecil ukuran, kemudian pakan masuk ke dalam perut dan
usus melalui pencernaan hidrolitik, tempat zat makanan diuraikan menjadi
molekul-molekul sederhana oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan
oleh hewan. Hasil pencernaan fermentatif berupa Volatile Fatty Acid
(VFA), NH3 dan air yang sebagian diserap dalam rumen dan sebagian lagi
diserap dalam omasum. Selanjutnya pakan yang tidak dicerna disalurkan
ke abomasum dan dicerna secara hidrolitik oleh enzim-enzim pencernaan,
sama seperti yang terjadi pada monogastrik.

X. Sistem pencernaan ruminansia sangat tergantung pada


perkembangan populasi mikroba yang mendiami rumen dalam mengolah
setiap bahan pakan yang dikonsumsi. Mikroba tersebut berperan sebagai
pencerna serat dan sumber protein. Mikroba rumen berperan mencerna
pakan berserat yang berkualitas rendah dan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber protein bagi induk semang, sehingga kebutuhan asamasam amino
untuk ternak tidak sepenuhnya tergantung pada protein pakan yang
diberikan.

2.2. Organ-organ Pencernaan Ternak Ruminansia

XI. Secara garis besar organ-organ pencernaan ternak


ruminansia terdiri dari mulut, eshopagus, lambung, usus halus, usus besar
dan rectum.

3
XII.

A. Mulut

XIII. Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh lidah dan


gigi molar dilanjutkan oleh mastikasi dan di teruskan ke pencernaan
mekanis. Di dalam mulut terdapat saliva. Saliva adalah cairan kompleks
yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas
oral.

XIV. Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan


anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah
dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah
air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai
kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan
komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C,
beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti
testosteron dan kortisol. Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2,
dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG
dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%. Fungsi saliva adalaah, (a).
Membantu Penelanan, (b). Buffer (ph 8,4 8,5), (c). Suplai Nutrien
Mikroba (70% urea).

4
XV. Kelenjar saliva mensekresikan granula sekretorik
(zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva kemudian dikeluarkan
dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Jumlah sekresi salisa berbeda-beda,
sekresi saliva pada sapi 150 liter/hari, domba 10 liter/hari. Organ yang
berfungsi mencerna makanan secara mekanik pada ruminansia adalah gigi
(dentis).

B. Eshopagus

XVI. Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga


mulut dengan lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut
terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu
epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke
lambung. Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat
gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.

XVII.

C. Lambung

XVIII. Lambung terdiri dari : kardia, fundus, badan (sekresi


pepsin dan HCl) dan pylorus (sekresi mucus : gastrin). Fungsi lambung
adalah sebagai tempat menyimpan bahan makanan sementara, lambung

5
mengalami proses mekanis dan kimiawi, adanya gerakan lambung dan
cairan lambung bersifat asam. Lambung ternak ruminansia terbagi menjadi
4 ruang, yaitu rumen, retikulum, omasum, abomasum.

XIX.

1. Rumen

XX. Bagian sistem pancernaan ruminansia yang paling berperan


besar adalah rumen. Rumen berupa suatu kantung muskular yang besar
yang terentang dari diafragma menuju pelvis dan hampir menempati sisi
kiri dari rongga abdominal. Di dalam rumen terdapat populasi mikroba
yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga
grup utama yaitu bakteri, protozoa dan fungi. Kehadiran fungi di dalam
rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia
membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh
jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk
dicerna oleh enzim bakteri rumen. Fungsi rumen adalah, (a). Tempat
Fermentasi Oleh Mikroba Rumen, (b). Absorbsi : VFA, Ammonia, (c).
Lokasi Mixing, (d). Menyimpan Bahan Makanan Fermentasi

6
XXI.

2. Retikulum

XXII. Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware


stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada
saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen,
akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Pembatas
diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa lipatan, sehingga partikel
pakan menjadi tercampur. (a). Secara Fisik Tidak Terpisahkan Dari
Rumen, (b). Terdapat Lipatan-Lipatan esophagus yang merupakan lipatan
jaringan yg langsung dari esofagus ke omasum, (c). Permukaan Dalam :
Papila Sarang Laba-Laba (Honey Comb) perut jala. Fungsi retikulum
adalah, (a). Tempat Fermentasi, (b). Membantu Proses Ruminasi, (c).
Mengatur Arus Ingesta Ke Omasum, (d). Absorpsi Hasil Fermentasi, (e).
Tempat Berkumpulnya Benda-Benda Asing.

7
XXIII.

3. Omasum

XXIV. Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena


permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5.
Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler
yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang
menutupi lamina, ditebari dengan papile yang pendek dan tumpul yang
akan menggiling hijauan atau serat - serat sebelum masuk ke abomasum
(perut sejati). Omasum letaknya disebelah kanan rumen dan retikulum
persis pada posisi kaudal hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih
kecil dibandingkan omasum sapi dalam keadaan normal tidak menyentuh
dinding abdominal ruminansia kecil itu.

8
XXV.

XXVI. Omasum hampir terisi penuh oleh lamina dengan papila


yang meruncing yang tersusun sedemikian rupa sehingga makanan
digerakkan dari orifisium retikulo-omosal, di antara laminae, dan menuju
ke orifisium omaso-abdomosal. Setiap laminae mengandung tiga lapis
otot, termasuk suatu lapis sentral yang berhubungan dengan dinding otot
dari omasum, serta suatu lapis mukosa muskularis yang terletak pada tiap
sisi dari otot sentral.

XXVII. Dasar omasum seperti juga halnya lembaran-lembaran


(lipatan-lipatan) ditutupi oleh epitel squamosa berstrata. Pada pertautan
antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan lipatan membrana
mukosa vela terminalia yang barang kali berperan sebagai katup untuk
mencegah kembalinya bahanbahan dari abomasum menuju ke omasum,
sedangkan pada domba merupakan bagian dari abomasum. Fungsi
omasum adalah sebagai grinder, fermentasi, filtering dan absorpsi.

9
4. Abomasum

XXVIII. Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi


omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di
abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar
antara 2 sampai 4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika
kondisi tiba-tiba menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah
kesebelah kiri. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini
berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang
dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan
sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl
membentuk pepsin. Pada saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara
otokatalitik. Fungsi abomasum adalah Tempat awal pencernaan enzimatis
(perut sejati) Pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari
abomasum ke duodenum.

XXIX.

10
D. Usus Halus (Intestinum Tenue)

XXX. Fungsi Usus Halus (Intestinum Tenue) adalah sebagai


pencernaan enzimatis dan absorpsi. Kedalam usus halus masuk 4 sekresi :
(a). Cairan Duodenum : Alkalis, Fosfor, Buffer, (b). Cairan Empedu :
Dihasilkan Hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), Mengaktifkan Lipase
Pankreas, Zat Warna, (C). Cairan Pankreas : Ion Bikarbinat Untuk
Menetralisir Asam Lambung, (d).Cairan Usus.

XXXI. Usus halus terbagi atas 3 bagian, yaitu: deudenum, jejenum,


dan ileum, berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural
histologis/mikroskopis. Deudenum merupakan bagian yang pertama dari
usus halus. Ini amat dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada
mesenteri yang pendek, yaitu mesoduodenum. Duktus yang berasal dari
pankreas dan hati masuk ke bagian pertama dari duodenum. Duodenum
meninggalkan pilorus dari perut dan ke arah kaudal pada sisi kanan
menuju ke pelvic inlet. Duodenum kemudian menjulang ke sisi kiri di
belakang akar dari mesenteri besar dan membelok ke depan untuk
bergabung dengan jejunum. Saluran yang berasal dari hati dan saluran
pankreas, menyatu ke dalam duodenum, pada jarak yang pendek di
belakang pilorus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan
duodenum.

XXXII. Jejenum bermula dari kira-kira pada posisi dimana


mesenteri mulai kelihatan memanjang (pada duodenum mesenterinya
pendek). Jejenum dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas
di antaranya. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum.
Persambungannya dengan usus besar adalah pada osteum iliale (bukan
ileal).

E. Usus Besar

XXXIII. Usus besar terdiri atas sekum, yang merupakan suatu


kantung buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik,
mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir direktum dan anus.

11
Variasi pada usus besar (terutama pada bagian kolon yang naik) dari satu
spesies ke spesies yang lain, jauh lebih menonjol dibandingkan dengan
pada usus halus. Kolon yang menurun, bergerak ke depan di antara dua
lapis mesenteri yang menyangga usus halus. Lop proksimal (ansa
proksimalis) terletak di antara sekum dan kolon spiral (ansa spiralis). Ansa
spiralis itu tersusun dalam bentuk spiral. Bagian yang pertama membentuk
spiral ke arah pusat lilitan (bersifat sentripetal) sedangkan bagian
berikutnya membentuk spiral yang menjauhi pusat lilitan (sentrifugal).
Bagian terakhir dari kolon yang naik yaitu ansa distalis, menghubungkan
ansa spiralis dengan kolon transversal. Kolon transversal menyilang dari
kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal menuju ke rektum dan
anus, bagian terminal dari saluran pencernaan. Fungsi usus besar adalah
sebagai fermentasi oleh mikroba.

XXXIV.

XXXV.

F. Rectum

XXXVI. Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.


Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian
rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum
mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun
rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. Fungsi rectum adalah sebagai
tempat pembuangan feses.

XXXVII.

12
XXXVIII. PENUTUP
3.1. Kesimpulan

XXXIX. Sistem pencernaan ruminansia pada ternak


ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses
pencernaan pada jenis ternak lainnya . Karena memiliki 4 lambung
yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Proses pencernaan
ruminansia meliputi pencernaan mekanik, pencernaan hidrolitik dan
pencernaan fermentatif.

XL. Proses pengolahan pakan dilakukan dengan cara memamah


biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) akan disimpan sementara di
dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan akan ditarik kembali ke
mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah (proses remastikasi).
Selanjutnya pakan akan ditelan (proses redeglutasi), untuk dicerna oleh
enzim-enzim mikroba rumen.

XLI. Organ-organ pencernaan ternak ruminansia adalah mulut


(lidah, gigi dan kelenjar saliva), eshopagus, lambung (rumen, retikulum,
omasum dan abomasum), usus halus, usus besar dan rectum.

XLII.

13
XLIII. DAFTAR PUSTAKA

XLIV. Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi


Indonesia. Yogyakarta: UGM Press..

XLV. Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM


Press.

XLVI. Sutardi. 2002. Landasan Ilmu Nutrisi I. Bogor: Fakultas Peternakan


Institut Pertanian Bogor.

XLVII.
XLVIII.
XLIX.

Anda mungkin juga menyukai