Penyakit Flu Burung
Penyakit Flu Burung
(AVIAN INFLUENZA)
Disusun Oleh :
Deanitta Wahyuandany 151511213038
Yuanita Novitasari 151511213039
Andita Eka Indriawati 151511213040
Nuroniyah Bunga Firdausi 151511213041
Dewi Pangestu 151511213042
Salsabillah Fajar Ramdhani 151511213043
Hadiva Nara Ramadhanti 151511213044
Dwi Lestari 151511213045
Alif Dheo Hawirhanda 151511213046
Yulinda Najikhatul Mujriyah 151511213047
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
Penyakit Flu Burung (Avian Influenza). Penyusunan makalah ini merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi kompetensi dasar mata kuliah Ilmu Penyakit
Infeksius tahun ajaran 2016.
Penyelesaian penyusunan makalah ini adalah berkat doa dan dukungan dari
kedua orang tua penulis yang senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, semangat dan motivasi kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.
Penulis
DAFTAR ISI
i
Kata pengantar ..................................................................................................i
Daftar isi ...........................................................................................................ii
Bab Ipendahuluan .............................................................................................1
Daftar pustaka 24
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah penyakit flu burung yang melanda dunia, khususnya kawasan Asia,
memang sangat menjadi perhatian, baik masyarakat luas maupun badan
kesehatan dunia seperti WHO. Hal ini disebabkan oleh flu burung yang dapat
menular pada manusia dan berakibat fatal karena dapat membawa kematian.
Kasusnya sangat gencar diberitakan diberbagai media massa sehingga
membuat resah banyak pihak. Bahkan,World Health Organization (WHO)
mengkhawatirkan virus flu burung akan menjadi ancaman serius di kawasan
Asia melebihi tsunami yang pernah terjadi pada akhir 2004 di Aceh,Thailand,
Bangladesh, Sri langka, dan India. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pun ikut memperingatkan bahwa flu burung lebih berbahaya dari penyakit
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), karena virus flu burung mampu
menekan sistem imunitas tubuh manusia.
Saat ini H5N1 tidak menular dengan mudah dari unggas ke manusia, atau
dari manusia ke manusia. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa H5N1
ii
memiliki potensi untuk menjadi penyebab pandemi influenza di dunia. Jika
terjadi pandemi, jumlah orang yang terkena dan kematian akan sangat banyak,
diikuti dengan dampak-dampak ekonomi dan sosial, akhirnya terjadilah krisis
kesehatan yang mencakup seluruh dunia. Indonesia saat ini berada di tengah
krisis flu burung. Kasus flu burung pertama kali dilaporkan Indonesia pada
tahun 2003. Penyakit ini sekarang endemis di populasi ayam dibeberapa
daerah di Indonesia, jutaan unggas mati karena penyakit ini dan juga
dimusnahkan sebagai wujud penanganan kasus penularan flu burung.
Untuk kasus flu burung pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun
2005. Sejak itu Indonesia sudah mencatat lebih dari 130 kasus flu burung pada
manusia dan lebih dari 110 korban meninggal paling tinggi di dunia. Di
Indonesia, anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling beresiko
terkena penyakit ini karena sekitar 40 persen dari korban flu burung adalah
mereka yang berusia dibawah 18 tahun.
1
Oleh sebab itu, mengingat bahaya yang dapat terjadi disusunlah makalah
ini untuk membahas secara lebih terperinci baik pencegahan, cara penularan
dan bahaya dari penyakit flu burung yang semakin merebak dalam masyarakat
di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana penyebab virus flu burung?
1.2.2 Bagaimana patogenesis dari penyakit flu burung?
1.2.3 Bagaimana cara penularan atau penyebaran serta gejala yang ditimbulkan
penyakit flu burung?
1.2.4 Bagaimana cara mendiagnosa penyakit flu burung?
1.2.5 Bagaimana faktor resiko dari penyakit flu burung?
1.2.6 Bagaimana penanggulangan serta pencegahan penyakit flu burung?
1.2.7 Bagaimana hambatan dalam penanggulangan penyakit flu burung?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang virus flu burung dan penyebab penyakit flu
burung.
1.3.2 Untuk mengetahui patogenesis pada virus flu burung serta cara penularan
atau penyebaran flu burung.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja gejala yang ditimbulkan oleh virus flu burung.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa penyakit flu burung.
1.3.5 Untuk mengetahui faktor resiko dari penyakit flu burung.
1.3.6 Untuk mengetahui cara penanggulangan serta pencegahan penyakit flu
burung.
1.3.7 Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terdapat dalam
penanggulangan penyakit flu burung?
BAB II
PEMBAHASAN
2
Penyakit yang pertama diidentifikasi di Itali lebih dari 100 tahun yang lalu,
kini muncul di seluruh dunia. Seluruh unggas diketahui rentan terhadap
infeksi avian influenza, walaupun beberapa spesies lebih tahan terhadap virus
ini dibandingkan yang lain. Infeksi ini menyebabkan spektrum gejala yang
sangat luas pada unggas-unggas, mulai dari gejala yang ringan hingga ke
penularan yang sangat tinggi dan cepat menjadi penyakit yang fatal sehingga
menghasilkan epidemi yang berat. (Aditama TY., 2004)
Avian Influenza (AI) dikenal juga dengan istilah Fowl plaque adalah
penyakit menular yang dapat menginfeksi semua jenis unggas darat maupun
air, manusia, babi, dan kuda. Pada unggas air, virus tersebut sudah beradaptasi
dengan inangnya, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Unggas air, seperti
bangau, belibis dan bebek liar merupakan reservoir alamiah bagi virus AI.
Unggas domestik, seperti ayam dan kalkun sangat rentan terhadap virus AI.
2.2 Patogenesis
Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi
unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar
peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini juga teridentifikasi
bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak ke manusia.
3. Penularan Antar-Manusia
Orang yang mempunyai risiko besar terserang flu burung adalah pekerja
peternakan unggas, penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang
bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Sampai saat ini, peneliti
meyakini bahwa flu burung ditularkan dari unggas ke manusia. Kemungkinan
penularan flu burung antar- manusia kecil, tetapi tetap perla diwaspadai. Hal ini
dikarenakan virus cepat bermutasi dan beradapasi dengan manusia sehingga
memungkinkan adanya varian baru dari flu burung.
Hingga saat ini belum ada vaksin untuk mencegah flu burung jenis H5N1
pada manusia, vaksin yang ada baru untuk hewan, akan tetapi upaya kearah
penemuan vaksin masih terus digalakkan.
18Sedangkan vaksin influenza yang
kini beredar untuk mencegah flu biasa. Vaksin influenza yang ada saat ini
untuk virus influenza H7N2 tipe A dan B. Vaksin tersebut hanya efektif
mencegah flu biasa sampai 80%. Sebaiknya vaksin yang digunakan sesuai
dengan tipe virus. WHO, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan secara
umum prinsip-prinsip kerja hygienis, seperti mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya
pencegahan terhadap flu burung. Vaksinasi merupakan upaya kedua terhadap
populasi unggas di daerah tertular dengan vaksin lokal dan impor yang telah
mendapat nomor registrasi dari DepTan, RI. Sedangkan pertahanan pertama
adalah melaksanakan biosecurity secara ketat melalui karantina atau isolasi
peternakan dengan desinfeksi.
Sedangkan obat antivirus atau anti viral flu burung yang ada saat ini
adalah Oseltamivir dan tamivir yang dapat digunakan untuk mematikan virus
flu burung ini yang dikeluarkan oleh industri farmasi Roche, obat ini
mempunyai keterbatasan selain tidak dijual dipasaran dan jumlah produksinya
yang terbatas ,obat ini tidak dapat diberikan lebih dari dua hari atau satu
minggu pertama masa inkubasi virus, sebab obat ini tidak bekerja efektif. Obat
ini tidak bisa diberikan pada anak-anak, pada orang dewasa harus diberikan
tiap hari 75 mg selama 1 minggu, bahkan sedapat mungkin diberikan 48 jam
pertama dan diberikan selama 3-5 hari. Pemberian obat antiviral yang tidak
tepat menyebakan mutagenic pada virus flu burung itu sendiri hingga virusnya
menjadi kebal terhadap obat-obatan.
2.7 Hambatan Dalam Menanggulangi
20
banyak pelanggaran yang akan memudahkan virus flu burung menyebar kemana-
mana.
5. Banyak masyarakat yang belum tahu tentang flu burung
Sampai saat ini, kesadaran masyarakat untuk ikut menyukseskan program
pemerintah dalam pengendalian flu burung masih kurang. Hal ini karena rata-rata
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah terutama di desa-desa terpencil
sehingga mereka umumnya pasif dan tidak mau berusaha mencari informasi jika
pemerintah tidak melakukan sosialisasi lebih intensif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 21
Avian influenza yang disebabkan oleh virus influenza selain dapat menular
dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.
Virus ini memiliki beberapa tipe, antara lain: A (menyerang unggas, manusia,
babi, kuda, dan mamalia lain), B dan C (hanya menyerang manusia).
Bentuk influensa unggas yang sangat patogen sampai saat ini secara
eksklusif ditimbulkan oleh subtipe H5 dan H7. Tetapi dalam kenyataan hanya
sebagian kecil subtipe H5 dan H7 yang menunjukkan biotipe yang sangat
pathogen. Terdapat dua faktor yang menentukan tingkat pathogen virus AI,
yaitu :
1. Protein hemaglutinin (HA), yang terdapat pada permukaan virus.
2. Gen Nonstruktural Protein (gen NS).
Penularan penyakit flu burung, antara lain, penularan antar-ternak unggas,
penularan dari ternak ke manusia, penularan antar-manusia. Gejala klinis yang
bisa dikenali pada unggas penderita AI, antara lain: jengger dan kulit yang
tidak berbulu berwarna biru (sianosis). Terjadi abnormalitas pada sistim
pernapasan, pencernaan dan syaraf serta reproduksi. Pada gejala awal
ditemukan adanya penurunan nafsu makan, lemah, penurunan produksi telur,
gangguan pernapasan berupa batuk, bersin, menjulurkan leher, hiperlakrimasi
(leleran mata berlebih), bulu kusam. Terlihat pembengkakan (edema) pada
muka dan kaki, terlihat kaki kemerahan, seperti bekas kerokan, serta diare.
Diagnosis flu burung meliputi Rapid Test, HI (Hemaglutinasi Inhibisi),
AGP (Agar Gel Presipitation), VN (Virus Netralisasi), Isolasi Virus, PCR
(Polimerase Chain Reaction).
Faktor resiko kejadian meliputi:
3.2 Saran
Untuk menanggulangi terjadinya wabah virus flu burug, sebaiknya
peternak menerapkan kebijakan yang telah diberikan oleh Departemen
Pertanian seperti peningkatan biosekuriti, vaksinasi, depopulasi, melakukan
pengawasan produk unggas, serta memantau lalu lintas unggas. Sementara
dalam tindakan pencegahan beberapa hal yang harus kita lakukan adalah
menjaga kebersihan diri setelah bersentuhan dengan unggas, membersihkan
lingkungan sekitar, menggunakan Alata Pelindung Diri apabila akan berkontak
langsung dengan unggas, membersihkan Alat Pelindung Diri, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
23
Yudhastuti, Ririh Sudarnaji.2007.Mengenal Flu Burung dan Bagaimana Kita
Menyikapinya, (Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=18210&val=1132, diakses 20 Desember 2016).