Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Sejarah Perkembangan dan Tahapan Kegiatan Implementasi Lesson Study

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Pengembangan Keprofesian Pendidik melalui Lesson Study
yang dibina oleh Dr. Ibrohim, M.Si.

Oleh:
Kelompok 4 / Kelas B
1. Ikhda Ria Andini (160341801190)
2. Indra Pratiwi (160341800938)
3. Nurul Haji Fitriani (160341801342)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan kemurahannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kedua kalinya shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada nabi Muhammmad SAW yang telah membawa kita dari
jalan kebodohan menuju jalan yang terang benderang.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada.
1. Dr. Istamar Syamsuri, M.Pd dan Dr. Ibrohim, M.Si, selaku dosen matakuliah
Pengembangan Keprofesian Pendidik melalui Lesson Study yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan tugas makalah ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis
untuk dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
3. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam matakuliah
Pengembangan Keprofesian Pendidik melalui Lesson Study. Dalam makalah ini
berisi mengenai sejarah lesson study, tahapan kegiatan lesson study, aspek positif
kegiatan lesson study serta analisis berbagai kemungkinan pengembangan lesson
study di Indonesia. Harapan penulis, semoga makalah ini membawa manfaat bagi
kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan selanjutnya.
Semoga portofolio ini membawa manfaat dan memberikan nilai tambah
kepada para pembacanya.

Malang, Februari 2017

Penulis

DAFTAR ISI

1
COVER
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................

BAB II ISI
2.1 Sejarah Perkembangan Lesson Study.........................................................
2.2 Tahapan Kegiatan Lesson Study.................................................................
2.3 Aspek Positi Kegiatan Lesson Study..........................................................
2.4 Kemungkinan Pengembangan Lesson Study di Indonesia.........................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan
diantaranya adalah siswa, guru, sarana dan prasarana. Guru merupakan faktor
utama yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran karena
guru berperan secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dalam
mengajar harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
disamping memberikan penjelasan mengenai materi pelajaran yang mudah
dimengerti oleh siswa.
Kurangnya profesionalisme guru dalam pendidikan merupakan masalah
utama yang perlu mendapatkan penyelesaian. Rusman (2011) mengatakan bahwa
guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Beberapa permasalahan yang
mendasari rendahnya kualitas guru dalam pendidikan diantaranya: kurangnya
perencanaan guru dalam mengajar, guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran
terkesan monoton dan tidak bersifat fleksibel dalam menanggapi perkembangan
zaman dalam bidang pendidikan, kurangnya variasi metode belajar yang
digunakan sehingga kurangnya antusias siswa dalam belajar, kurangnya
pemahaman guru terhadap materi pelajaran tertentu, dalam kegiatan pembelajaran
guru hanya menekankan pada ranah kognitif saja sedangkan afektif dan
psikomotorik sangat kurang, kurangnya kemampuan guru dalam menyusun
instrumen evaluasi, serta kurangnya kemampuan guru untuk menyesuaikan
jumlah bab materi pelajaran yang harus dipelajari siswa dengan waktu belajar
efektif dikelas.
Berdasarkan permasalahan diatas, tindakan yang dapat ditawarkan yaitu
dengan adanya kolaborasi antar guru. Melalui kolaborasi, terdapat banyak
masukan sehingga terciptanya jalan keluar yang terbaik bagi pokok permasalahan
yang sedang dihadapi. Kolaborasi mampu mengubah mindset guru untuk

1
bermusyawarah dan mengenyampingkan ego mereka dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran. Konsep kolaborasi yang digunakan yaitu lesson study. Rusman
(2011) menjelaskan Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi guru
melalui belajar mengajar (pengkajian pembelajaran) secara kolaboratif dengan
system siklus berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan sebuah
metode belajar, namun lebih pada peningkatan profesionalisme guru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah perkembangan Lesson Study?
2. Bagaimana tahapan kegiatan Lesson Study?
3. Bagaimana aspek positif kegiatan Lesson Study?
4. Bagaimana kemungkinan pengembangan Lesson Study di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Lesson Study
2. Untuk mengetahui tahapan kegiatan Lesson Study
3. Untuk mengetahui aspek positif kegiatan Lesson Study
4. Untuk mengetahui kemungkinan pengembangan Lesson Study di Indonesia

2
BAB II
ISI

2.1 Sejarah perkembangan Lesson Study


Lesson study sudah berkembang di Jepang sekitar tahun 1960-an dengan
istilah konaikenshu sebagai bentuk pengembangan profesinal berkelanjutan. Guru secara
terus menerus melakukan workshop untuk meningkatkan kualitas professional mereka.
Konaikenshu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu diskusi sebelum proses belajar mengajar, proses
belajar mengajar, dan diskusi setelah proses belajar. Seluruh proses bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi guru dan melahirkan pengetahuan baru di dalam proses belajar (Widhiarta, dkk,
2008).
Setelah memperoleh banyak keberhasilan dan berbagai evolusi pada tahun 1990-an
berkembang menjadi jugyo kenkyuu. Jugyo berarti pelajaran atau lesson dan kenkyu berarti riset.
Jugyo kenkyuu melepaskan ketergantungan dari guru dan kurikulum yang rigid, membawa siswa
dan guru menjadi lebih aktif dan memiliki visi lebih luas, serta memberikan munculnya sebuah
solusi pembelajaran yang bersifat aplikatif. Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyo
kenkyuu sendiri adalah tokoh reformasi Jepang yaitu Prof. Manabu Sato yang merupakan dosen
di Universitas Tokyo. Beliau mengemukakan perlunya perubahan dalam pola pembelajaran yang
tertutup. Perubahan itu adalah penciptaan masyarakat belajar di sekolah dan membuka seluas-
luasnya proses pembelajaran di kelas untuk diamati oleh siapa saja. Teknik pembelajaran yang
terbuka akan menerima masukan dari siapa saja yang melihatnya, sehingga proses pembelajaran
dapat dikembangkan. Salah satu sekolah yang menerapkan pembelajarn ini adalah Sekolah Dasar
Towada di Tokyo, dengan kepala sekolah Koichi Ito. Selain itu, Sekolah Menengah Pertama
Gakuyo juga menerapkan lesson study sejak tujuh tahun yang lalu dan sekarang menjadi SMP
percontohan penerapan lesson study . Ini karena sekolah tersebut berhasil bangkit hanya dalam
waktu satu tahun menerapkan lesson study, sehingga siswa yang membolos menjadi nol,
kenakalan tidak ada lagi, dan penguasaan materi pelajaran oleh siswa meningkat (Widhiarta, dkk,
2008).
Istilah lesson study sendiri muncul pertama kali oleh Makoto Yoshida, seorang pakar
pendidikan Jepang pada disertasi doktoralnya di University Chicago. Makoto Yoshida
menerjemahkan jugyo kenkyuu ke dalam bahasa inggris sebagai lesson study. Tidak hanya

3
memperkenalkan istilah, pada perkembangn selanjutnya Makoto kemudian dianggap sebagai
salah satu pionir yang merintis penerapan lesson study di Amerika bersama Cathrine Lewis
seorang professor pendidikan dari Mills Collage Oakland yang banyak melakukan penelitian
tentang sistem pendidikan Jepang. Lesson Study semakin mendapat tempat di Amerika sejak
adanya even The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang merupakan
study untuk membandingkan pencapaian hasil belajar Matematika dan IPA kelas 8 pada tahun
1995. Setelah melakukan berbagai penelitian mereka menyadari bahwa ketertinggalan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya peningkatan mutu berkelanjutan baik terhadap
pendidik maupun kualitas pembelajaran di Amerika. Pada perjalanannya Amerika pun mulai
mengadopsi lesson study dan mencoba menerapkannya. Banyak sekolah dan perguruan tinggi
yang mencoba menerapkan lesson study terutama untuk mata pelajaran atau mata kuliah sains
seperti matematika dan fisika. Berkat keberhasilan sekolah-sekolah tersebut saat ini penerapan
lesson study di Amerika telah meluas dan menjadi sebuah hal umum. Sebuah fakta menarik
adalah penerapan lesson study di Amerika justru lebih berkembang di perguruan tinggi daripada
di tingkat sekolah (Widhiarta, dkk, 2008).
Di Indonesia sendiri lesson study pertama kali diperkenalkan oleh para tenaga ahli
Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam rangkaian kegiatan follow-up program
dari IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project). IMSTEP
merupaka program kerjasama teknis antara pemerintah Indonesia , dalam hal ini Departemen
Pendidikan Nasional dengan pemerintah Jepang melalui lembaga bantuan luar negeri JICA dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan matematika dan sains (MIPA) dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Program ini telah dilaksanakan mulai Oktober 1998 sampai September 2005.
Mitra dalam kegiatan kerjasama ini meliputi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI-
Bandung), FPMIPA Universta Negeri Yogyakarta (UNY), dan FMIPA Universitas Negeri
Malang (UM). Dalam program IMSTEP, mulai tahun 2001 dilakukan kegiatan piloting
(percontohan) pembelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran MIPA
dalam bentuk kolaborasi antara para dosen FMIPA UM dengan guru-guru MGMP MIPA SMP
dan SMA di kota Malang. Kegiatan percontohan ini dilakukan 5-10 kali dalam satu semester.
Sekolah di kota Malang yang terlibat kegiatan percontohan ini antara lain SMA Laboratorium
UM, SMAN 1 Malang, SMPN 4 Malang, SMPN 1 Malang, SMPN 18 Malang (Syamsuri &
Ibrohim, 2008).

4
Pertengahan tahun 2005, ketiga Universitas (UPI, UM, dan UNY) secara periodic telah
melaksanakan studi pembelajaran bersama MGMP MIPA di daerah masing-masing, baik
ditingkat SMP maupun SMA. Kegiatan pembelajaran dilakukan bersamaan dengan kegiatan
percontohan pembelajaran. Dalam 1 semester, kegiatan membuka kelas untuk setiap mata
pelajaran dilakukan kurang lebih dua kali yang diikuti oleh 10-15 orang anggota MGMP. Pada
tahun 2006 kegiatan studi pembelajaran di sekolah dan di MGMP MIPA kota Malang telah
menjadi kegiatan rutin. Tahun 2006/2007, selain dilaksanakan di sekolah percontohan, studi
pembelajaran juga mulai digalakkan di lingkungan FMIPA UM yang dilakukan oleh beberapa
kelompok bidang keahlian (KBK) secara bergantian. Misalnya KBK zoology, KBK Fisika
Pendidikan, Kimia organic, dan seterusnya (Syamsuri & Ibrohim, 2008).

2.2 Tahapan Kegiatan Lesson Study


Menurut Syamsuri dan Ibrohim (2008) menjelaskan studi pembelajaran
dan implementasinya di Indonesia oleh para tenaga ahli Jepang dalam program
IMSTEP JICA di tiga universitas (UPI, UNY, dan UM) pada tahun 2004/ 2005
menggunakan tahapan sebagai berikut.
1 Tahap Perencanaan (Plan)
Orang yang memiliki otoritas secara organisatoris dapat ditunjuk sebagai
moderator untuk memotivasi seluruh peserta. Moderator harus mengikuti seluruh
tahapan lesson study. Moderator bertugas untuk memimpin sidang perencanaan
yang didampingi oleh seorang atau dua orang notulis.
Proses perencanaan guru mengkaji, sebagai berikut.
a Kurikulum (KTSP), termasuk didalamnya mencermati KD dan SK. Kalau saat
ini kurikulum 2013 didalamnya mencermati KI dan KD.
b Menetukan materi pembelajaran yang akan disajikan. Topic dalam studi
pembelajaran umumnya (1) sulit bagi siswa, (2) sulit bagi guru, (3) materi
baru dalam kurikulum, (4) memerlukan metode pembelajaran yang efektif, (5)
memerlukan media pembelajaran yang efektif.
c Menyusun indikator dan pengalaman belajar siswa.
d Menentukan metode yang sesuai.
e Menentukan urutan proses pembelajaran (skenario pembelajaran).
f Menyusun LKS (jika diperlukan).
g Menyusun evaluasi.

5
Tim studi pembelajaran dapat mempertimbangkan pernyataan berikut
untuk mengarahkan kegiatan apa saja yang dilakukan tim pada tahap perencanaan,
sebagai berikut.
a Apa yang saat ini dipahami siswa tentang topik ini?
b Apa yang kita harapkan dikuasai siswa pada akhir pembelajaran?
c Apa saja rangkaian pertanyaan dan pengalaman belajar siswa yang akan
mendorong siswa memperoleh pengetahuan yang lebih lanjut?
d Kegiatan apa yang mampu memotivasi dan bermakna pada siswa?
e Apa bukti tentang hasil belajar siswa, motivasi siswa, perilaku siswa yang
harus dikumpulkan untuk data diskusi pada saat refleksi dan bagaimana
instrumen pengumpulannya?
Hasil kegiatan pada tahap perencanaan, sebagai berikut :
a Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang didalamnya termuat skenario
atau langkah- langkah pembelajaran secara detail dan operasional.
b LKS (jika diperlukan), format asesmen dan evaluasi hasil belajar.
c Menyiapkan media pembelajaran.
d Kesepakatan pihak yang menjadi guru model dan pengamat, serta jadwal
pelaksanaannya. .

2 Tahap Pelaksanaan (Do)


Pada proses pembelajaran guru model hendaknya berorientasi pada
prinsip bahwa siswa hendaknya aktif, kreatif, saling membelajarkan dan setiap
siswa berhak untuk belajar. Guru patuh melaksanakan skenario pembelajaran yang
disusun bersama. Bila situasi dan kondisi berubah, tidak sesuai dengan yang
diharapkan, guru hendaknya memiliki kepekaan dan kreativitas untuk mengatasi
masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, guru pengajar boleh memodifikasi atau
bahkan mengubah skenario sesuai dengan keadaan.
Hal yang diobservasi oleh pengamat sebagai berikut.
a Interaksi siswa dengan siswa lain, baik dalam satu kelompok maupun antar
kelompok, bagaimana efektifitas kerja kelompok, apakah kegiatan saling
membantu.
b Interaksi siswa dengan guru sepanjang kegiatan belajar.
c Interaksi siswa dengan media pembelajaran.
d Interaksi siswa degan sumber belajar atau dengan lingkungan sekitarnya.
e Bagaimana gerak tubuh siswa yang mencerminkan aktif belajar/bekerja.

6
f Apa yang dibicarakan dan didiskusikan oleh siswa.
Pengamat perlu membawa lembar observasi untuk mempermudah
pengamatan. Pengamat bisa mengamati kelompok siswa tertentu agar
pengamatannya lebih terfokus. Data hasil pengamatan ditulis akurat, obyektif, dan
berdasar keadaan yang sebenarnya.

3 Tahap Melihat Kembali/Refleksi (See)


Pada tahap ini setiap peserta akan mengemukakan pengalaman dan
temuan berharga yang akan dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran masing- masing. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi
yang dipimpin oleh seorang moderator. Kegiatan refleksi dilakukan segera setelah
proses pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar semua peserta masih dapat
mengingat suasana pembelajaran yang telah berlangsung, bila tidak bisa, bisa
dilakukan setelah hari itu asalkan ada hasil rekaman video proses pembelajaran.
Pada kegiatan refleksi guru pengamat menyampaikan hal sebagai berikut.
a Mengemukakan data mengenai kegiatan belajar siswa.
b Alasan siswa melakukan perilaku belajar seperti itu.
c Bagaiamana jalan keluar mengatasi hal itu agar proses pembelajaran
berlangsung efektif dan efisien?
d Pelajaran apa saja yang dapat dipetik dari kejadian tersebut?
Jika sekiranya komentar pengamat menyangkut guru tidak boleh lebih
dari kira- kira 20%. Dan sisanya dalah komentar terkait aktifitas belajar siswa
(80%). Terhadap fenomena, pengamat yang berbeda boleh memiliki interpretasi
yang berbeda. Komentar dalam refleksi dikemukakan untuk semua yang hadir
sehingga dapat diperoleh manfaat kelebihan pembelajaran yang harus
dipertahankan dan kekurangan dalam pembelajaran dapat diperoleh pemecahan
masalahnya. Selanjutnya, para peserta dapat melakukan penerapan RPP atau LKS
hasil revisi dikelas maupun sekolah lain. Jangan dilakukan pada kelas yang sama,
karena siswa akan merasa bosan. Pada pertemuan berikutnya para peserta saling
melakukan tukar pengalaman tentang proses pembelajaran hasil revisi di masing-
masing kelas maupun sekolah.

7
2.3 Aspek Positif (Manfaat) Kegiatan Lesson Study
Menurut Widhiartha. dkk (2008) mengenai manfaat lesson study sebagai
berikut.
1 Lesson study memicu munculya motivasi untuk mengembangkan diri.
Lesson study menciptakan sebuah kondisi seorang pendidik harus menghadapi
perkembangan di luar lingkungan. Pendidik akan melihat perkembangan pendidik
lain dan akan mempelajari hal positifnya sehingga memunculkan motivasi positif
yang muncul dari para anggota kelompok (anggota lesson study).
2 Lesson study melatih pendidik melihat peserta didik.
Pendidik memiliki kesempatan untuk mengamati peserta didik dengan bantuan
observer, dengan cara mempelajari hasil observasi kelompok lesson study
sedangkan observer mengamati perilaku peserta didik terhadap apa yag dilakukan
oleh pengajar. Pendidik dapat menemukan permasalahan atau halangan yang
memebuat peserta didik tidak adapat memahami materi yang diajarkan kemudian
mencari solusi bersama kelompok lesson study.
3 Lesson study menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan.
Lesson study dianggap sebagai kegiatan mengumpulkan data untuk menjawab
permasalahan yang merupakan hakekat dari sebuah penelitian, selanjutnya
pendidik melakukan analisis, mencari solusi permasalahan dan menuliskannya
dalam laporan penelitian.
4 Lesson study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru
Pada lesson study setelah berhasil menyelesaikan serangkaian masalah sangat
disarankan untuk para pendidik menyebarkan segala hasil yag mereka dapatkan
pada rekan- rekan sesama pendidik ilmiah dalam skala kecil maupun khalayak
umum, sehingga bisa memunculkan penelitian lanjutan.
5 Lesson study menempatkan para pendidik pada posisi terhormat
Pendidik ditempatkan sebagai seorang yang mampu untuk mengajar, meneliti,
mencari solusi, dan membantu orang lain dalam memecahkan berbagai
permasalahan.

8
Menurut para guru pengajar di SMP Negeri 1 Prigen yang melaksanakan
studi pembelajaran berbasis sekolah (2007) dalam Syamsuri dan Ibrohim (2008)
beberapa manfaat yang dirasakan sebagai berikut.
1 Guru model dapat menyerap informasi berharga tentang banyak hal, mulai
dari model pembelajaran, metode, keberadaan subyek belajar, dan juga bahan
ajar.
2 Guru model akan terpacu untuk berinovasi mengembangkan proses
pembelajaran sendiri dengan mengadopsi hasil refleksi dengan menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi dikelasnya/ sekolahnya.
3 Guru berani memberi masukan tentang sesuatu yang menurutnya baik, maka
secara moral akan dilaksankan oleh dirinya sendiri.
4 Perhatian guru pada tiap siswa.
5 Hubungan antar guru menjadi semakin erat.
6 Peyusunan LKS semakin berkualitas dan kualitas proses pembelajaran di kelas
semakin baik.
7 Meningkatkan kompetensi guru.

2.4 Kemungkinan Pengembangan Lesson Study di Indonesia

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesmpulan
Lesson study sudah berkembang di Jepang sekitar tahun 1960 dengan
istilah konaikenshu sebagai bentuk pengembangan profesinal berkelanjutan. Pada tahun 1990
berkembang menjadi jugyo kenkyuu. melepaskan ketergantungan dari guru dan kurikulum yang
rigid. Tahun 1995, Lesson Study berkembang di Amerika melalui even The Third International

9
Mathematics and Science Study (TIMSS) yang merupakan study untuk membandingkan
pencapaian hasil belajar Matematika dan IPA kelas 8. Tahun 1998 sampai 2005 lesson study
diperkenalkan di Indonesia oleh para tenaga ahli Japan International Cooperation Agency (JICA)
dalam rangkaian kegiatan follow-up program dari IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science
Teacher Education Project). Tahun 2006/2007 lesson study digalakkan di lingkungan FMIPA
UM yang dilakukan oleh beberapa kelompok bidang keahlian (KBK) secara bergantian.
Tahapan kegiatan lesson study terdiri dari perencanaan (plan),pelaksanaan (do), dan
melihat kembali (see). Manfaat kegiatan lesson studi diantaranya memicu munculya
motivasi untuk mengembangkan diri, melatih pendidik melihat peserta didik,
menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan, membantu penyebaran
inovasi dan pendekatan baru, dan menempatkan para pendidik pada posisi
terhormat.

RUJUKAN

Syamsuri & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: UM


Press

Widhiarta, dkk. 2008. Lesson Study. Sebuah upaya peningkatan Mutu Pendidik.
Surabaya: Prima Printing

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: Rajawali Press

10

Anda mungkin juga menyukai