Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak
perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan
dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam
keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka
diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan
ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Pelayanan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma adalah
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan yang
terjangkau dari segi pembiayaan,sigap cekatan dalam pelayanan,petugas
yang mampu ber empati terhadap penderitaan pasien dan
keluarganya,suasana yang nyaman,kualitas pelayanan yang unggul dengan
standar terkini dari disiplin ilmu kesehatan anak dan ibu suatu sikap
manusiawidalam menghadapi pasien dan keluarganya,membutuhkan strategi
pengelolaan yang efisien sehingga dengan dana dan SDM yang terbatas dapat
memberikan pelayanan pencegahan,pengobatan,perawatan dan rehabilitasi
secara komprehensif sehingga dapat dicapai penyembuhan paripurna.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu
dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam
tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan
pasien di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan
gawat darurat di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma harus
berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Wijayakusuma.
B. Tujuan
1. Memberikan pertolongan segera bagi pasien yang datang untuk menghindari
berbagai resiko, seperti: kematian, menanggulangi korban kecelakaan, atau
bencana lainnya yang langsung membutuhkan tindakan.
2. Mencegah kematian dan kecacatan yang mungkin terjadi pada penderita.
3. Menanggulangi fase emergency.
4. Menerima rujukan penderita dari Rumah Sakit lain khususnya pasien Ibu dan
Anak.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan:
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah Instalasi pelayanan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma yang memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan
ancaman kematian dan kecatatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisplin.
2. Triage
Adalah suatu system pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma/penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
a. Petugas yang melakukan triase adalah dokter atau perawat yng sudah
bersertifikat PPGD, dll.
b. Klasifikasi dan Pemberian Label Pasien

Tujuan triase medic adalah untuk menentukan tingkat perawatan yang


dibutuhkan oleh korban.
Merah = korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan
korban-korban, misalnya :
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal massif
Gangguan jantung yang mengancam
Luka bakar 50 % atau luka bakar didaerah thorax
Kuning = korban yang memiliki pengawasan ketat, tetapi perawatan
dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini misalnya :
Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen berat).
Fraktur multiple
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran atau truma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas
Hijau = kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pengobatan yang dapt ditunda, mencakup korban, misalnya :
Farktur minor
Luka minor, luka bakar minor, atautanpa luka
Hitam = korban yang telah meninggal

3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway, breathing, circulation,
drugs, environment).
Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara menuju paru-paru
tidak terhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung,
edema, benda asing dan akibat penurunan kesadaran. Tindakan bisa hanya
membersihkan jalan nafas hingga intubasi atau krikotiroidotomi atau
trakheostomi.Nilai pernafasan atas kemampuan pasien akan ventilasi dan
oksigenasi.

5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi. Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan
setelah memulai fase resusitasi. Pada saat ini kenali semua cedera dengan
memeriksa dari kepala hingga jari kaki. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei
primer ulangan secara cepat untuk menilai respons atas resusitasi dan untuk
mengetahui perburukan. Selanjutnya cari riwayat, termasuk laporan petugas
pra RS, keluarga, atau korban lain

6. Pasien Gawat darurat


Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.

7. Pasien Gawat Tidak Darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut

8. Pasien Darurat Tidak Gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat


Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya

10. Kecelakaan ( Accident )


Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental
dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
-Tempat kejadian :
Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
Kecelakaan di sekolah
Kecelakaan di tempat tempat umum lain seperti
halnya : tempat rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain
lain.
-Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
- Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain lain.

11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dari salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of
water and electrolit )
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4 6),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat


(PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberika

a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

E. Landasan Hukum
1. Undang undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang
Instalasi Gawat Darurat
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pelatihan dan peningkatan SDM
a. Instalasi Gawat darurat kelas mampu memberikan pelatihan
PPGD/GELSdan pendidikan untuk calon dokter spesialis, dokter umum,
perawat,awam khusus dan awam umum.
b. Instalasi Gawat darurat Kelas III mampu memberikan pelatihan
c. Instalasi Gawat darurat Kelas II mampu memberikan pelatihan PPGD /
Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk perawat, awam khusus dan awam
umum.
d. Instalasi Gawat darurat Kelas I /Pra Rumah sakit/ Puskesmas dan lainnya
mampu memberikan pelatihan PPGD/BHD untuk awam khusus dan umum.
Tabel 2.1
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

1 Ka.Instalasi Gawat Dokter spesialis Bersertifikat


Darurat ACLS/ATLS
2 Ka Ru IGD D III Keperawatan Bersertifikat
PPGD
3 Perawat Pelaksana IGD S1 keperawatan Bersertifikat
D III Keperawatan PPGD
4 Dokter jaga IGD Dokter spesialis Bersertifikat
Dokter umum ACLS/ATLS
5 Logistik Semua team -
6 Administrasi SMU -
7 Kebersihan dan Non medis -
pemeliharaan

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
yang bertugas dengan standar minimal bersertifikat BLS Kategori :
1 orang Ka Ru
1 orang Penanggung jawab shif
2 orang Perawat pelaksana
(Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat / bidan ruangan)

b. Untuk Dinas Sore :


yang bertugas dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
2 orang Perawat Pelaksana
(Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat / bidan ruangan)
c. Untuk Dinas Malam :
yang bertugas dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift
2 orang Perawat Pelaksana
( Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat / bidan ruangan )

C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Kepala
IGDRumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke perawat pelaksana IGD setiap satu bulan.
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
ijinkepada Kepala Ruang IGD. Pemberian ijin akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab
shift ( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan
masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat
daruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam,
lepas malam, libur dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam
sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam.
Sebelum memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat yang
bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu IGD
akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur.
2. Pengaturan Jaga Dokter IGDRumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma
Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka
Instalasi Gawat Darurat dan disetujui oleh Direktur rumah sakit.
Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta
sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1
minggu sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling
lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib
menunjuk dokter jaga pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan
diharapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti,
apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi
Gawat Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu
digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap
oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.

3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen di Rumah Sakit Khusus Ibu dan


Anak Wijayakusuma
Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab
Manager Pelayanan.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas
sekretariat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter
tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan
harus menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas
sekretariat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak
didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan
dokter jaga konsulen pengganti.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
(Terlampir)

B. Standar Fasilitas
Sebagai Instalasi Gawat Darurat yang bertanggung jawab di bidang pelayanan,
sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan pelayanan medis dan asuhan
keperawatan kasus kegawat daruratan harus mampu menjangkau berbagai
pelayanan kegawatdaruratan antara lain :
a. Pelayanan sumber daya meliputi tenaga, sarana, dan prasarana serta
pelayanan yang diperlukan untuk pelayanan medis dan asuhan
keperawatan kepada pasien gawat darurat yang dirujuk ke IGD Rumah
Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma.
b. Penyediaan ruangan tempat kerja lengkap dengan sarana dan peralatan
yang diperlukan untuk kegiatan pelayanan.
c. Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien / keluarga tentang
rencana tindakanyang akan dilaksanakan.
d. Pemberian informasi tentang asuhan keperawatan IGD dan rencana
program selanjutnya di unit terkait.
e. Fasilitas pelatihan dan pendidikan untuk tenaga staf rumah sakit di lingkup
IGD.

1. Fasilitas &sarana
IGD Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusumaberlokasi di
gedung utama yang terdiri dari ruangan triase, ruang resusitasi, ruang
tindakan bedah minor, ruangan tindakan non bedah dan ruangan
observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur, ruangan
tindakan bedah minor terdiri dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan
non bedah terdiri dari 2 ( dua) tempat tidur, ruangan observasi terdiri dari 2
( dua ) tempat tidur.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan
Gawat Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan
terhadap pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawat
daruratan. Untuk menunjang kegiatan di Instalasi Gawat darurat agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik maka perlu:
a. Sarana dan prasarana:
Obat dan cairan infuse untuk emergency
Peralatan emergency set
Alat komunikasi
Alat tulis kantor
Buku pelayanan dan prosedur tetap di IGD
Buku pedoman pelaksanaan pelayanan kegawat daruratan medis
Ruang kerja lengkap dengan mebelair
Kendaraan ambulans siap 24 jam
b. Tenaga:
Satu tenaga untuk menjabat sebagai Kepala IGD
Beberapa tenaga paramedik perawatan dan non perawatan yang
diperlukan Tim Reaksi Cepat.
Tenaga medis perbantuan dari staf medis fungsional yang diperlukan
untuk pelayanan medis gawat darurat.
c. Dana:
Dana operasional Instalasi Gawat Darurat dibebankan pada anggaran
operasional Rumah sakit.Fasilitas peralatan dan obat yang harus tersedia di
IGD tergantung pada klasifikasi Instalasi Gawat Darurat rumah sakit.

3. Alat alat untuk ruang resusitasi :


1. Mesin suction
2. Oxigen lengkap dengan flowmeter (2set)
3. Laringoskope anak & dewasa (1 set)
4. Spuit semua ukuran (masing masing 20 buah)
5. Oropharingeal air way
6. Infus set / transfusi set (20 / 5 buah)
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &
penghalang (2 buah)
8. Gunting besar (2 buah)
9. Trolly Emergency yang berisi alat alat untuk melakukan resusitasi (1
buah)
10. Ambu bag (1 buah)
11. Stetoskop (1 buah)
12. Tensi meter (1 buah)
13. Thermometer (1 buah)
14. Tiang Infus (2buah)

4. Alat alat untuk ruang tindakan bedah


1. Bidai (1 set)
2. Verban segala ukuran :
- 4 x 5 em (5 buah)
- 4 x10 em (5 buah)
3. Vena seksi set (1 set)
4. Benang benang / jarum segala jenis dan ukuran:
- Cat gut 2/0 dan 3/0 (1 buah)
- Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1 buah)
- Jarum (1 set)
5. Lampu sorot (1 buah)
6. Kassa (1 tromel)
7. Ganti verban set (1 set)
8. Stomach tube / NGT
- Nomer 3,5 (10 buah)
- Nomer 5 (10 buah)
- Nomer 8 (5 buah)
9. Spuit sesuai kebutuhan
- 50 cc (10 buah)
- 20 cc (10 buah)
- 10 cc (10 buah)
- 5 cc (20 buah)
- 3 cc (30 buah)
- 1 cc (5 buah)
10. Infus set (1 buah)
11. Dower Catheter segala ukuran
- Nomer 10 (2 buah)
- Nomer 12 (2 buah)
12. Emergency lamp (1 buah)
13. Stetoskop (1 buah)
14. Tensimeter (1 buah)
15. Thermometer (1 buah)
16. Elastis verban sesuai kebutuhan
- 6 inchi (1 buah)
- 4 inchi (2 buah)
- 3 inchi (1 buah)
17. Tiang infus (2 buah)

5. Alat alat untuk ruang tindakan non bedah :


1. Stomach tube / NGT
- Nomer 3,5(10 buah)
- Nomer 5 (5 buah)
- Nomer 8 (5 buah)
2. Urine bag (3 buah)
3. Nebulizer (3 buah)
4. Infus set (1 buah)
5. IV catheter semua nomer (1 set)
6. Spuit sesuai kebutuhan
7. Tensimeter (1 buah)
8. Stetoskop (1 buah)
9. Thermometer (1 buah)
10. Tiang infus (1 buah)

6. Alat alat untuk ruang observasi


1. Tensi meter (1 buah)
2. Oxygen lengkap dengan flow meter (1 buah)
3. Termometer (1 buah)
4. Stetoskop (1 buah)
5. Standar infus (1 buah)
6. Infus set (1 set)
7. IV catheter segala ukuran (1 set)
8. Spuit sesuai kebutuhan

7. Alat alat dalam trolly emergency


1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma
3. Alat alat kesehatan
a. Ambu bag / Air viva anak (1 buah)
b. Laringoscope anak (1 set)
c. Face mask (1 buah)
d. Urine bag non steril (5 buah)
e. Spuit semua ukuran
f. Infus set (1 set)
g. Endotracheal tube (dewasa & anak)
- Nomer 2.5 (1 buah)
- Nomer 3 (1 buah)
- Nomer 4 (1 buah)
- Nomer 7 (1 buah)
- Nomer 7.5 (1 buah)
- Nomer 8 (1 buah)
h. Slang oksigen sesuai kebutuhan
i. Stomach tube / NGT
- Nomer 3,5 (10 buah)
- Nomer 5 (10 buah)
- Nomer 8 (5 buah)
j. IV catheter sesuai kebutuhan
- Nomer 24 Cath (1inch &3/4 inchi

1. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Wijayakusuma saat ini memiliki 2 ( dua ) unit ambulance yang kegiatannya
berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
Perlengkapan Ambulance
a. Sabuk pengaman
b. Sumber listrik / stop kontak
c. Lampu ruangan
Alat & Obat
a. Tabung Oksigen ( 1 buah )
b. Mesin suction ( 1 buah )
Tas Emergency yang berisi :
Obat obat untuk life saving
Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
Senter ( 1 buah )
Stetoskop ( 1 buah )
Tensimeter ( 1 buah )
Gunting verban ( 2 buah )
Tongue Spatel ( 1 buah )
Reflex hummer ( 1 buah )
Infus set ( 1 buah )
Spuit semua ukuran (masing masing 3 buah)
Standar Obat IGD Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma
A. OBAT LIVE SAVING
1. Injeksi
No
Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1 Adona AC 10 ml Ampul 5 Haemostatic


2 Aminophilin Ampul 10 Anti asmatic dan COPD
preparations
3 Ampicillin Vial 10 Antibotik
4 Catapres Ampul 3 Other Anti hypertensive
5 Ceftriaxone Vial 20 Antibiotik
6 Cefotaxime Vial 20 Antibotik
7 Meropenem Vial 1 Antibiotik
8 Clatak Vial 3 Antibiotik
9 Diazepam Ampul 10 Minor Transquillier
10 Dexamethasone Ampul 20 Anti radang
11 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal &
general
12 Lasik Ampul 5 Diuretics
13 Lidocain Ampul 5 Anastetic lokal

14 Metro clopramide Ampul 10 Anti emetik


15 Metrodinazol 2 Antibiotik
16 Phenobarbital Ampul 2 Sedatif
17 Benutrion Botol 2
18 Ranitidine Ampul 5 Antacida
19 Vit K Ampul 2 Anti perdarahan
20 Meylon 25 ml Flacon 9
21 Kanamiccin Vial 10
22 Glibotik Vial 5 Antibiotik
23 Streptomiccin Vial 10
24 Phental Ampul 5
25 Colsancetine Vial 15 Antibiotik
26 Genthamicine ampul 20
27 Paracetamol infus Botol 10
28 Neurobion Ampul 5
29 Piracetam Ampul 3
30 Ondancetron Ampul 10
31 Ceterolax Ampul 10
2. Cairan Infus
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Asering Kolf 20
2 Dextrose 5 % 500 Kolf 20
ml
3 Dextrose 10 % Kolf 10
4 Kaen 3 B Kolf 20
5. Kaen 3 A Kolf 20
6. Manitol 250 cc Kolf 2
7. Nacl 0,9 % 100 ml Kolf 5
8 Nacl 0,9 % 500 ml Kolf 5
9 Ringer Dextrose Kolf 20
10 Ringer Lactat Kolf 20
11 Nacl Kolf 5
12 DS1/4S Kolf 20
13 Aqua irrigator Kolf 5

3. Suppositoria

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1. Paracetamol Sup Supp 15 Anti piretik, Analgetik
2. Proris Sup Supp 15 Anti piretik , Analgetik

3. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif

BAB IV
KEBIJAKAN PELAYANAN GAWAT DARURAT

1. Pelayanan gawat darurat 24jam terus menerus, 7 hari seminggu terbagi dalam
3 shift.
2. Setiap pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) harus
mendaftar ke bagian registrasi rawat jalan dan mendaftar ke bagian admission
untuk rawat inap, bila dirawat
3. Pelayanan Gawat Darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar
uang muka
4. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-
hak pasien
5. Selain menangani kasus true emergency IGD juga melayani kasus false
emergency yang pelayanannya berdasarkan tingkat kegawatan pasien dan
bukan berdasarkan urut kedatangan pasien.
6. Pada pasien DOA tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan keluarga
dan harus diberi nomor Rekam Medis
7. Dokter yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD / ACLS dan BLS
yang masih berlaku.
8. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus memilliki
sertifikat PPGD / ACLS yang masih berlaku sebagai Penanggung Jawab Shift
9. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu tersedia.
10. Pelayanan di IGD harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
11. Triage di IGD dikakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat penanggung jawab
shift.
12. Setiap pasaien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik atau terapi atau
spesimen yang tidak tersedia di Rumah Sakit maka dilakukan rujukannke
Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat
inap yang di indikasikan karena penyakitnya.
13. Peralatan di IGD harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
14. Setiap petugas atau staf Instalasi Gawat Darurat wajib meningkatkan
kompetensinya melalui pelatihan yang sudah diprogramkan.
15. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat pelindung
diri (APD) serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian infeksi.
16. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket, menghormati hak pasien, dan
mengutamakan keselamatan pasien.
17. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triage untuk mendapatkan
pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.
18. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
19. Penyediaan tenaga harus mengaju kepada pola ketenagaan.
20. Setia bulan wajib membuat laporan
21. Rumah Sakit melakukan kredensial dan rekredensial untuk profesi
dokter,perawat serta tenaga kesehatan lainnya.
22. Karena tidak tersedianya ruang transit khusus jenazah,pemindahan pasien
meninggal di IGD dan pasien DOA kekamar jenazah dilakukan kurang dari 2
jam post mortem.
23. Instalasi Gawat Darurat juga melayani kasus persalinan normal terutama pasien
inpartu pembukaan lengkap yang dilakukan di ruang PONEK.Persalinan normal
di IGD dilakukan oleh Dokter jaga IGD.
24. Setiap petugas / staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah diprogramkan
25. Pelayanan gawat darurat di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma
merupakan pelayanan gawat darurat level II
26. Pasien pasien yang terindikasi menular maupun infeksius dapat diterima di IGD
dan ditempatkan dan ditransfer di ruang khusus /isolasi.
27. Setiap tindakan medis yang mempunyai resiko tinggi harus mendapat
persetujuan tertulis dari pasien atau keluarganya/penanggungjawabnya,kecuali
pada kondisi gawat darurat yang menganjam kehidupannya.
28. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani oleh Rumah Sakit.
29. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase,visual atau
pengamatan,pemeriksaan fisik psikologis,laboratorium klinik atau diagnostik
imajing sebelummnya.
30. Kebutuhan darurat,mendesak atau segera,diidenfikasikan dengan proses triase
basis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
31. Skrining dilakukan pertama oleh satpam.

BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


I. Petugas Penanggung Jawab
Perawat IGD
Petugas Administrasi
II. Perangkat Kerja
Status Medis
III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga
dibagian admission / pendaftaran
2. Bila keluarga tidak adapetugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk
mencari identitas pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian admission

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD


1. Petugas Penanggung Jawab
Petugas Operator
Dokter / perawat IGD
2. Perangkat Kerja
Pesawat telpon
Hand phone
3. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
1. Antara IGD dengan unit lain dalam Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma adalah dengan nomor extension masing-masing unit
(untuk IGD 109)
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait
dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat
telephone langsung dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang
dimiliki oleh masing masing unit.
3. Dari luar Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma dapat
langsung melalui operator langsung.

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE


1. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO IGD
109 )
b. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap
dan menentukan prioritas penanganan.
c. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa /
mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
d. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa /
fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di
ruang tindakan bedah / non bedah
e. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang non bedah
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
1. Petugas Penangung Jawab
- Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
3. Tata Laksana Informed Consent
Pelaksanaan informed consent dianggap benar jika memenuhi :
a. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk dilakukan
tindakan medis yang dinyatakan secara spesifik.
b. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan.
c. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh pasien yang
sehat mental dan memang berhak memberikannya dari segi hukum.
d. Persetujuan atau penolakan tidakan medis diberikan setelah diberikan cukup
adekuat informasi atau penjelasan yang diperlukan.

Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan :


Dokter yang akan melakukan tindakan medis mempunyai tanggung jawab
utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila
berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan
pada dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
Perawat hanya bertindak sebagai saksi dalam informed consent.
Isi informasi :
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan
tindakan medic yang akan dilakukan.
Cara yang dilakukan.
Resiko dan komplikasi yang terjadi.
Alternative tindakan medis yang tersedia dan serta resiko masing-masing.
Prognosis kasus bila tindakan medis itu dilakukan.
Diagnosis.
Cara menyampaikan informasi :
Informasi diberikan secara lisan. Pemberian informasi secara tertulis hanya
sebagai pelengkap penjelasan.
Cara menyampaikan tujuan dapatsecara lisan maupun tertulis. Untuk yang
memiliki resiko tinggi harur tertulis dan memiliki prosedur yang berlaku. (format
terlampir)
Demikepntingan pasien informed consent tidak diperlukan untuk penderita
gawat darurat yang tidak sadar dan tidak didampingi keluarga yang berhak
memberikan persetujuan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran

E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN


1. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
- Supir Ambulans
2. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulanceRumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Wijayakusuma sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi
IGD
b. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien, ruang
rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan)
c. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
d. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY


1. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat Admission
- Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensi meter
- Alat Tulis
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga/penanggung
jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
1. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum IGD
3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak
kepolisian
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
yang menangani pasien terkait
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang
asli diberikan pada pihak kepolisian

H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )


1. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter jaga IGD
- Petugas Satpam
2. Perangkat Kerja
- Senter
- Stetoscope
- Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan
jenazah
c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
d. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian
umum / keamanan

I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT


1. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
- Ambulance
- Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi
pasien yang akan dibawa, kepada perawat IGD Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Wijayakusuma
b. Isi informasi mencakup :
Keadaan umum ( kesadaran dan tanda tanda vital )
Peralatan yang diperlukan di IGD (suction,monitor, oksigen)
Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care
Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta
menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima
dari petugas ambulan.

J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


1. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter IGD
- Perawat IGD
-
2. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Formulir persetujuan tindakan
- Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
a. Alih Rawat
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
- Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit
rujukan mengenai keadaan umum pasein
- Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD
menghubungi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma ambulan
118 sesuai kondisi pasien
b. Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
- Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
- Perawat IGD menghubungi petugas ambulan Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Wijayakusuma
c. Spesimen
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan
specimen
- Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
- Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
- Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

BAB VI
LOGISTIK

Setiap jenis pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Khusus Ibu
dan Anak Wijayakusuma dilaksanakan berdasarkan Standar Prosedur Operasional
(SPO). yang tersedia sehubungan dengan kegiatan persediaan alat kesehatan dan
obat-obatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma
Standar Prosedur Operasional permintaan dan penerimaan alat kesehatan
dan obat-obatan ditetapkan sebagai acuan melaksanakan alur permintaan dan
penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan, sehingga alur permintaan dan
penerimaan alat kesehatan dan obat-obatan yang teratur akan membantu
kelancaran aktivitas Instalasi Gawat Darurat

Pengajuan permintaan
Cek Stok alkes & obat-obatan
Bon permintaan ke farmasiPersetujuan kepala IGD

Tempat penyimpanan
Buku penerimaan alkes & obat-obatan Petugas IGD Petugas farmasi
Gambar 5.1 Alur permintaan dan penerimaan alat-alat kesehatan dan obat-obatan
Instalasi Gawat darurat Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma

Berdasarkan alur tersebut diatas, maka prosedur permintaan reagensia


adalah sebagaiberikut :
1. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan mengecek yang perlu
diadakan
2. semua obat obatan yang ada di IGD berada dalam pengawasan farmasi,apabila
petugas IGD meminta obat harus mengunakan resep.

Sedangkan prosedur penerimaan reagensia adalah :


1. Petugas instalasi Farmasi menyerahkan alat kesehatan dan obat-obatan yang
sudah dibeli kepada petugas IGD yang bertugas
2. Petugas IGD yang menerima alat kesehatan dan obat-obatan, kemudian
ditanda tangani oleh yang menerima dan memberikan alat kesehatan dan
obat-obatan

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

D. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )


Adverse Event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

E. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC / Near Miss )


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission )
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena keberuntungan
Karena pencegahan
Karena peringanan

F. Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
G. Kejadian Sentinel (Sentinel Event )
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

H. Tata Laksana
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi
yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga IGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada rekam
medis.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks
bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui Kewaspadaan Umum atau Universal Precaution yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi
Petugas Kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
Universal Precaution.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok
yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Wijayakusuma dalam memberikan pelayanan adalah angka keterlambatan
penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita gawat darurat yang
dilayani >10 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang
sama.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format
tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan
direktur pelayanan.
Lampiran :

UNIT KERJA : Unit Gawat Darurat


RUANG LINGKUP : Pelayanan Gawat Darurat

NAMA INDIKATOR : Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat


Darurat (KPPGD)

DASAR PEMIKIRAN : Keterlambatan pertolongan pasien gawat darurat


dapat berakibat memperburuk prognosis

DEFINISI INDIKATOR : Angka kejadian pasien TRUE emergency yang


mendapat pertolongan pertama lebih dari 10 menit di
Unit Gawat Darurat

KRITERIA :

Inklusi : Waktu pertolongan pertama pasien TRUE


emergency
Eksklusi : Pasien Gawat Darurat yang FALSEmergency, DOA

TIPE INDIKATOR : Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Jumlah pasien TRUE emergency yang mendapat


pertolongan pertama lebih dari 10 menit

PENYEBUT (Denominator): Jumlah semua pasien TRUE emergency yang


mendapat pertolongan pertama dalam periode waktu
yang sama

STANDARD : 0%

KETERANGAN :
UNIT KERJA : Unit Gawat Darurat

RUANG LINGKUP : Efektifitas pelayanan gawat darurat

NAMA INDIKATOR : Angka kematian di Unit Gawat Darurat

DASAR PEMIKIRAN : Keberhasilan penanganan kegawatan pasien


emergency sangat dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan di Unit Gawat Darurat

DEFINISI INDIKATOR : Jumlah pasien true emergency dengen kegawatan


medik yang meninggal di unit gawat darurat

KRITERIA

Inklusi : Terminal state

Eksklusi : DOA (death on arrival), pasien meninggal di luar Unit


Gawat darurat, keadaan gawat tidak darurat

TIPE INDIKATOR : Rate Based

PEMBILANG (Numerator) : Jumlah pasien TRUE emergency yang meninggal di


UGD dalam periode tertentu.

PENYEBUT (Denominator) : Jumlah seluruh pasien TRUE emergency dalam


waktu yang sama

STANDARD :

KETERANGAN :

Anda mungkin juga menyukai