Anda di halaman 1dari 99

SKRIPSI

PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA TERHADAP


TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN ROKOK DI
INDONESIA
(Studi Kasus pada Industri Rokok Go-Public yang Listing
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2011)

KUMALA JODIE PRANATA LIMARJO

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
SKRIPSI

PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA TERHADAP


TINGKAT PROFITABILITAS PERUSAHAAN ROKOK DI
INDONESIA
(Studi Kasus pada Industri Rokok Go-Public yang Listing
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2011)

Disusun dan diajukan oleh

KUMALA JODIE PRANATA LIMARJO


A21109265

kepada

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

2
3
4
5
PRAKATA

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan ucapan penuh rasa syukur atas segala kekuatan dan tuntunan

Allah SWT akhirnya Skripsi yang berjudul Pengaruh Efisiensi Modal Kerja

Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Rokok di Indonesia Tahun 2004-

2011 dapat terselesaikan.

Skripsi ini dibuat sebagai akhir dari rangkaian pembelajaran sekaligus

sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Hasanuddin.

Penulis sadar bahwa disetiap penulisan penelitian ini tentu ada dorongan

moril dan support dari berbagai pihak, baik dari pihak keluarga, kerabat, dosen,

teman dekat ataupun pihak lain yang mendukung dalam penyelesaian penelitian

ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Ali, SE., MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

2. Bapak Dr. Muh Yunus Amar, MT, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

3. Ibu Dr. Hj. Nurjannah Hamid, SE., M.Agr., selaku Dosen Pembimbing

pertama yang berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Bimbingan dengan

sungguh-sungguh sehingga penulis dapat terus terdorong untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan sungguh-sungguh.

4. Bapak Nur Alamsyah, SE., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap penyusunan

skripsi ini. Bimbingan dari beliau sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.

6
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

atas ilmu dan nasihat yang telah diberikan, seluruh staf dan karyawan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin atas bantuannya.

6. Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa mendukung, menyayangi,

memberikan doa serta tuntunannya selama ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kekasih tercinta Ibriati Kartika yang selalu memberikan dorongan dan

motivasinya disaat apapun.

8. Sahabat, Dede dan Unang yang selalu memberikan masukan yang berarti

dan dukungan moril sehingga penulis tetap tekun dalam menyelesaikan

penelitian ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan informasi dan bimbingan, sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Sadar bahwa skripsi ini tidak sempurna, maka penulis menerima kritik dan

saran yang membangun untuk skripsi ini. Penulis berharap karya skripsi ini

bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak-pihak

yang membutuhkan.

Makassar, November 2012

Kumala Jodie Pranata L.

7
ABSTRAK

PENGARUH EFISIENSI MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT


PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN ROKOK DI INDONESIA

Kumala Jodie Pranata Limarjo


Nurjannah Hamid
Nur Alamzah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak efisiensi modal kerja


terhadap profitabilitas pada industri rokok Go-public yang terdaftar di BEI tahun
2004-2011, ditinjau dari aspek serempak dan parsial. Data penelitian ini
diperoleh dari metode kepustakaan (library research) dengan cara membaca
literatur-literatur, bahan referensi, bahan kuliah, laporan keuangan, serta hasil
penelitian lainnya yang relefan dengan obyek yang diteliti, dalam hal ini data
perusahaan industri rokok yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Analisis
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
dengan menggunakan program SPSS 18. Temuan penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel modal kerja yang terdiri atas Tingkat Perputaran Modal Kerja,
Rasio Lancar, dan Rasio Kecukupan Kas secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas untuk industri rokok Go-
public yang terdaftar di BEI tahun 2004-2011. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji F
dengan taraf signifikasi di bawah 0.05. Variabel modal kerja yang berpengaruh
secara parsial dan signifikan terhadap profitabilitas yaitu Tingkat Perputaran
Modal Kerja. Sedangkan Rasio Lancar dan Rasio Kecukupan Kas tidak
berpengaruh pada taraf signifikasi 0.05 untuk industri rokok Go-public yang
terdaftar di BEI tahun 2004-2011. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t, variabel
independen secara parsial masing-masing memengaruhi variabel dependen jika
tingkat signifikasinya dibawah 0.05. Tingkat Perputaran modal Kerja tingkat
signifikasi 0.000, Rasio Lancar dan rasio Kecukupan Kas dengan taraf signifikasi
berturut-turut 0,96 dan 0.123. Variabel modal kerja yang paling dominan
mempengaruhi profitabilitas industri rokok adalah Tingkat Perputaran Modal
Kerja. Hal ini dibuktikan oleh nilai Unstandardized Coefficient Beta sebesar 4.138
dan t hitung sebesar 5.867.

Kata kunci: Modal Kerja, Tingkat Perputaran Modal Kerja, Rasio Lancar, Rasio
Kecukupan Kas, Profitabilitas.

8
ABSTRACT

THE EFFECT OF WORKING CAPITAL EFFICIENCY ON PROFITABILITY


LEVEL OF CIGARETTE COMPANIES IN INDONESIA

Kumala Jodie Pranata Limarjo


Nurjannah Hamid
Nur Alamzah

This study aims to analyze the impact of working capital efficiency to profitability
in the tobacco industry go-public listed on the Stock Exchange in 2004-2011, in
terms of simultaneously and partially aspects. The data were obtained from the
library research by reading the literature, reference materials, materials, financial
statements, and the results of other studies that relefan the object studied, in this
case the data companies of tobacco industry listed on the Stock Exchange
Indonesia. The statistical analysis used in this study is multiple regression
analysis using SPSS 18 for windows. The findings of this study indicate that
working capital variable consists of Working Capital Turnover Rate, Current Ratio
and Cash to Revenue Ratio simultaneously (together) and significantly effect on
the level of profitability for the tobacco industry go-public listed on the Stock
Exchange in 2004-2011. This is evidenced by the results of the F test with a
significance level below 0.05. Variable working capital significant and partially
effect on profitability is Working Capital Turnover Rate. While Current Ratio and
Cash to Revenue Ratio have no effect on the significance level of 0.05 for the
tobacco industry go-public listed on the Stock Exchange in 2004-2011. This is
evidenced by the results of the t test, partially independent variables affect each
dependent variable if the significance level below 0.05. Working capital turnover
rate of significance level 0000, Current Ratio and Cash to Revenue Ratio with
significance level respectively 0.96 and 0123. Variable working capital is the most
dominant influence on the profitability level of the tobacco industry is Working
Capital Turnover Rate. This is evidenced by the value of the Unstandardized Beta
Coefficient for 4.138 and arithmetic t for 5.867.

Keywords: Working Capital, Working Capital Turnover, Current Ratio, Cash to


Revenue Ratio, Profitability.

9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................... iii
PRAKATA............................................................................................... iv
ABSTRAK.............................................................................................. vi
ABSTRACT............................................................................................ vii
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1. Latar Belakang................................................................. 1
2. Batasan dan Rumusan Masalah...................................... 5
1. Batasan Masalah.................................................. 5
2. Rumusan Masalah................................................ 5
3. Tujuan Penelitian............................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 6

1.5 Sistematika Penulisan........................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 8


1 Tinjauan Konseptual............................................................. 8
1 Pengertian Manajemen Keuangan............................ 8
2 Pembelanjaan...................................................... 9
2 Tinjauan Teoritis.................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Modal Kerja........................................... 10
2.2.2 Jenis Modal Kerja.................................................... 12
2.2.3 Pentingnya Pengelolaan dan Fungsi Modal Kerja... 13
2.2.3.1 Pengelolaan Modal Kerja............................ 13
2.2.3.2 Fungsi Modal Kerja .................................... 15
2.2.4 Faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja ....... 16
2.2.5 Profitabilitas.............................................................. 18
3 Studi Sebelumnya................................................................ 19
4 Kerangka Pikir...................................................................... 24
5 Hipotesis............................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 26
1 Lokasi Penelitian................................................................... 26
2 Jenis Penelitian..................................................................... 26
3 Jenis dan Sumber Data........................................................ 26
4 Teknik Pengumpulan Data.................................................... 27
5 Populasi dan Sampel............................................................ 28
6 Definisi Operasional Variabel............................................... 28
7 Analisis Data......................................................................... 29
1 Analisis Perputaran Modal Kerja ......................... 30

10
2 Analisis Rasio Keuangan...................................... 30
8 Teknik Analisis Data......................................................... 31
3.8.1 Pengujian Asumsi Regresi....................................... 31
3.8.2 Rancangan Pengujian Hipotesis.............................. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN dan ANALISIS DATA............................... 36

4.1 Hasil Analisis Variabel........................................................... 36

4.1.1 Analisis Perputaran Modal Kerja............................. 36

4.1.2 Analisis Rasio Lancar (Current Ratio)..................... 39

4.1.3 Analisis Rasio Kecukupan Kas................................ 41

4.1.4 Analisis Profitabilitas.................................................. 44

4.2 Analisis Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel

Dependen...................................................................................... 46

4.2.1 Analisis Pengaruh Perputaran modal kerja terhadap

ROI
...................................................................................
...................................................................................

46

4.2.2 Analisis Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI


...................................................................................
...................................................................................

51

4.2.3 Analisis Pengaruh Rasio Kecukupan Kas terhadap

ROI
...................................................................................
...................................................................................

54

4.3 Rasio Rata-rata Variabel ........................................................ 59

4.4 Pengujian Asumsi Regresi.................................................... 61

4.4.1 Uji Multikolinieritas...................................................... 61

11
4.4.2 Uji Autorkorelasi.......................................................... 62

4.4.3 Uji Heteroskedasitas.................................................... 63

4.4.4 Uji Normalitas............................................................. 64

4.5 Pengujian Hipotesis............................................................... 65

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2).................................... 66

4.5.2 Uji F............................................................................. 66

4.5.3 Uji t.............................................................................. 68

4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda........................................... 70

4.7 Pembahasan
.......................................................................................................
.......................................................................................................

71

4.7.1 Pengaruh secara simultan variabel independen

terhadap variabel dependen pada Perusahaan

Rokok di Indonesia
.....................................................................................
.....................................................................................

71

4.7.2 Pengaruh secara parsial variabel independen

terhadap variabel dependen pada Perusahaan

Rokok di Indonesia
.....................................................................................
.....................................................................................

72

4.7.3 Identifikasi Varibel paling dominan


.....................................................................................
.....................................................................................

73

12
4.8 Catatan Berdasarkan Hasil Penelitian
.......................................................................................................
.......................................................................................................

73

BAB V PENUTUP.................................................................................. 75

5.1 Kesimpulan............................................................................ 83

5.2 Saran..................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 78
LAMPIRAN............................................................................................. 80

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Total Modal Kerja Bersih Perusahaan Rokok di Indonesia


..........................................................................................
..........................................................................................

3
Tabel 1.2 : Laba Bersih Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

4
Tabel 2.1 : Mapping Penelitian Terdahulu
..........................................................................................
..........................................................................................

20
Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel
..........................................................................................
..........................................................................................

27

13
Tabel 4.1 : Data Penjualan dan Modal Kerja Bersih Perusahaan

Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

37
Tabel 4.2 : Perputaran Modal Kerja Perusahaan Rokok Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

38
Tabel 4.3 : Data Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar Perusahaan

Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

39
Tabel 4.4 : Rasio Lancar Perusahaan Rokok Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

40
Tabel 4.5 : Data Jumlah Kas dan Penjualan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

42
Tabel 4.6 : Rasio Kecukupan Kas Perusahaan Rokok Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

43
Tabel 4.7 : Data Total Aktiva dan Laba Bersih Perusahaan Rokok di

Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

44
Tabel 4.8 : Return on Investment Perusahaan Rokok Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

45

14
Tabel 4.9 : Perputaran Modal Kerja dan ROI PT. HM Sampoerna Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

46
Tabel 4.10 : Perputaran Modal Kerja dan ROI PT. Gudang Garam

Tbk
..........................................................................................
..........................................................................................

48
Tabel 4.11 : Perputaran Modal Kerja dan ROI PT. Bentoel Investama

Tbk
..........................................................................................
..........................................................................................

49
Tabel 4.12 : Rasio Lancar dan ROI PT. HM Sampoerna Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

51
Tabel 4.13 : Rasio Lancar dan ROI PT. Gudang Garam Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

52
Tabel 4.14 : Rasio Lancar dan ROI PT. Bentoel Investama Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

53
Tabel 4.15 : Rasio Kecukupan Kas dan ROI PT. HM. Sampoerna

Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

55
Tabel 4.16 : Rasio Kecukupan Kas dan ROI PT. Gudang Garam Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

56
Tabel 4.17 : Rasio Kecukupan Kas dan ROI PT. Bentoel Investama

Tbk.

15
..........................................................................................
..........................................................................................

58
Tabel 4.18 : Rasio Rata-rata Variabel penelitian pada perusahaan

rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

60
Tabel 4.19 : Uji Multikolinieritas Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

61
Tabel 4.20 : Uji Autokorelasi Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

62
Tabel 4.21 : Uji Koefisien Determinasi R2 Perusahaan Rokok di

Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

66
Tabel 4.22 : Uji F Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

67
Tabel 4.23 : Uji t Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

68

DAFTAR GAMBAR

16
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir
..........................................................................................
..........................................................................................

22
Grafik 4.1: Kurva Pengaruh WCTO terhadap ROI PT. HM

Sampoerna Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

47
Grafik 4.2: Kurva Pengaruh WCTO terhadap ROI PT. Gudang Garam

Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

49
Grafik 4.3: Kurva Pengaruh WCTO terhadap ROI PT. Bentoel

Investama Tbk.
..........................................................................................
..........................................................................................

50
Grafik 4.4 : Kurva Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI PT. HM

Sampoerna Tbk
..........................................................................................
..........................................................................................

52
Grafik 4.5 : Kurva Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI PT. Gudang

Garam Tbk
..........................................................................................
..........................................................................................

53
Grafik 4.6 : Kurva Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI PT. HM

bentoel Investama Tbk.


..........................................................................................
..........................................................................................

54

17
Grafik 4.8 : Kurva Pengaruh Rasio Kecukupan Kas terhadap ROI PT.

HM Sampoerna Tbk
..........................................................................................
..........................................................................................

56
Grafik 4.7 : Kurva Pengaruh Rasio Kecukupan Kas terhadap ROI PT.

Gudang Garam Tbk


..........................................................................................
..........................................................................................

57
Grafik 4.9 : Kurva Pengaruh Rasio Kecukupan Kas terhadap ROI PT.

Bentoel Investama Tbk


..........................................................................................
..........................................................................................

59
Grafik 4.10 : Uji Heteroskedasitas Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

63
Grafik 4.11 : Uji Normalitas Perusahaan Rokok di Indonesia
..........................................................................................
..........................................................................................

65

18
19

BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Dunia usaha dan indsutri saat ini memegang peranan penting dalam pembangunan. Baik

yang dilakukan oleh pemerintah melalui BUMN maupun oleh pihak swasta. Kesuksesan suatu

perusahaan mampu dicapai dengan manajemen yang baik, yaitu manajemen yang mampu

mempertahankan kontinuitas perusahaan dengan memperoleh laba yang maksimal, karena

pada dasarnya tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran para pemiliknya dan

harga pasar sahamnya. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan jalan pola manajemen yang

efisien dan menciptakan rangkaian kerjasama yang teratur di antara masing-masing bagian

yang ada dalam perusahaan tersebut. Modal kerja merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi bagian lainnya dalam suatu perusahaan. Modal kerja dapat diperoleh baik dari

dalam (laba ditahan dan modal sendiri), maupun dari luar (pinjaman). Modal kerja menjadi

sumber utama dalam menjalankan suatu usaha.

Penggunaan modal kerja secara efisien akan dapat mencapai laba yang maksimal. Laba

yang maksimal merupakan salah satu tujuan utama suatu perusahaan karena dengan laba

yang maksimal akan menentukan kelangsungan hidup suatu perusahaan itu sendiri. Meskipun

antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain mempunyai kebijaksanaan berbeda

tetapi laba merupakan tujuan akhir. Sedangkan pengelolaan modal kerja yang kurang tepat

akan sangat memengaruhi pada kelangsungan hidup perusahaan. Pengelolaan modal kerja

harus ditunjang oleh aktiva lancar yang efektif dan efisien khusunya pada masalah persediaan.

Mengingat modal kerja sangat penting dalam proses atas jalannya suatu usaha, maka

diperlukanlah manajemen modal kerja yang baik. Untuk jalannya kontinuitas perusahaan, maka
20

perlu adanya modal kerja yang cukup sehingga perusahaan dapat memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya dan dapat juga memenuhi pembayaran-

pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan. Agar modal kerja dapat

digunakan secara efektif dan efisien, maka perlu adanya penyesuaian antara modal kerja yang

tersedia dengan kebutuhan operasi perusahaan.

Modal kerja sangat erat kaitannya dengan keuntungan atau tingkat profitabilitas

perusahaan. Profitabilitas itu sendiri diukur berdasarkan laba bersih yang diterima oleh

perusahaan. Laba bersih menunjukkan jumlah penjualan atau target yang dicapai perusahaan

dalam satu tahun atau satu periode, sehingga dapat dijadikan alat ukur terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan.

Banyak perusahaan yang berhasil dalam hal pengelolaan modal kerja, dan mencapai laba

yang maksimal. Namun, ada perusahaan tertentu yang kurang efisien dalam pengelolaan dan

penggunaan modal kerja sehingga memiliki hambatan dalam memaksimumkan.

Tiga perusahaan rokok di Indonesia yang masih beroperasi secara baik dan lancar antara

lain PT. Gudang Garam Tbk., PT. HM Sampoerna Tbk., PT Bentoel International Investama

Tbk., hingga saat ini masih dapat mempertahankan kontinuitas perusahaan. Salah satu faktor

keberhasilan tersebut adalah pengelolaan modal kerja yang baik dan efisien. Jika kontinuitas

perusahaan terus berjalan dan keuntungan perusahaan pada setiap penjualan produk mampu

dipertahankan akan berdampak tidak adanya penambahan modal kerja untuk kegiatan

operasional. Dua hal yang dapat terjadi ketika profitabilitas meningkat adalah tanpa adanya

penambahan dalam modal kerja atau ada penambahan modal kerja atas indikator-indikator

tertentu. Indikator tersebut seperti penambahan modal kerja karena adanya faktor berupa

musiman produk tertentu, tren pasar, perkembangan teknologi, filosofi perusahaan, ukuran

perusahaan dan aktivitas perusahaan, ketersediaan kredit, perilaku menghadapi keuntungan

dan perilaku menghadapi resiko.


21

Berikut adalah data mengenai total modal kerja bersih yang dimiliki oleh ketiga perusahaan

rokok periode 2004-2011.

Tabel 1.1
Total modal kerja bersih Perusahaan Rokok di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

PT. Gudang Garam PT. HM Sampoerna PT. Bentoel


Tahun
Tbk. Tbk. Investama Tbk.

2004 5.483.685 4.963.827 1.450.167

2005 6.220.916 3.612.439 1.367.677

2006 6.960.842 3.819.655 1.693.183

2007 8.349.245 4.843.772 2.134.188

2008 9.338.044 3.395.080 1.821.146

2009 11.623.254 5.941.613 1.741.452

2010 14.426.360 5.989.616 458.124

2011 16.847.435 6.361.563 1.831.843


Sumber : data diolah, 2012.

Berdasarkan data penggunaan modal kerja yang digunakan oleh ketiga perusahaan rokok

selanjutnya akan ditunjukkan data mengenai laba bersih yang diperoleh oleh ketiga perusahaan

rokok berdasarkan kebijakan aktiva tiap tahunnya.

Tabel 1.2
Laba bersih Perusahaan Rokok di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

Tahun PT. Gudang Garam PT. HM Sampoerna PT. Bentoel


Tbk. Tbk. Investama Tbk.

2004 1,790,209 1,991,852 80,938

2005 1,889,646 2,383,066 108,166

2006 1,007,822 3,530,490 145,510


22

2007 1,443,585 3,624,018 242,917

2008 1,880,492 3,895,280 239,138

2009 3,455,702 5,087,339 25,165

2010 4,214,789 6,438,242 218,621

2011 4,958,102 8,051,057 305,997

Sumber : laporan keuangan ICMD 2004-2011

Dari data diatas dapat terlihat laba yang berfluktuasi untuk PT. Gudang Garam Tbk. dan PT.

Bentoel Investama Tbk. yang dipengaruhi oleh penggunaan modal kerja dalam operasional

perusahaan. Dan terjadi peningkatan laba pada PT. HM Sampoerna Tbk. yang dipengaruhi oleh

penggunaan modal kerja secara efisien dan kebijakan aktiva lancar yang baik.

Pada penelitian ini, penulis akan membahas lebih lanjut dan mendalam mengenai efisiensi

penggunaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan.

Adapun judul dari penelitian tersebut adalah :

Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Rokok

di Indonesia Tahun 2004-2011.

2 Batasan dan Rumusan Masalah

1 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan ini terbatas pada :

1 Pengaruh efisiensi modal kerja yang terdiri dari variabel Tingkat Perputaran Modal Kerja

(Working Capital Turnover), Rasio Lancar (Current ratio) dan Rasio kecukupan kas
23

(Cash to revenues ratio) secara simultan dan parsial terhadap tingkat profitabilitas dalam

hal ini Return On Investment (ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun 2004-

2011.

2 Variabel modal kerja yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas

dalam hal ini Return On Investment (ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun

2004-2011.

2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka masalah

dalam penulisan ini adalah :

1 Apakah efisiensi modal kerja yang terdiri dari variabel Tingkat Perputaran Modal Kerja (Working

Capital Turnover), Rasio Lancar (Current ratio) dan Rasio kecukupan kas (Cash to revenues

ratio) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat profitabilitas dalam hal ini

Return On Investment (ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun 2004-2011 ?

2 Variabel modal kerja yang mana paling dominan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas

dalam hal ini Return On Investment (ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun

2004-2011 ?

3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :


24

1 Untuk mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja yang terdiri dari variabel Tingkat Perputaran

Modal Kerja (Working Capital Turnover), Rasio Lancar (Current ratio) dan Rasio kecukupan

kas (Cash to revenues ratio) secara simultan dan parsial terhadap tingkat profitabilitas

dalam hal ini Return On Investment (ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun

2004-2011.

2 Untuk menentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas

dalam hal ini Return On Investment (ROI) Perusahaan Rokok Indonesia Tahun 2004-2011.

4 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan agar dapat lebih mengefisiensikan penggunaan

modal kerja dalam rangka peningkatan profitabilitas perusahaan.

2. Bagi penulis

a. Dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan modal kerja secara efisien untuk

menjalankan suatu usaha yang nantinya dapat diterapkan jika ingin membuat usaha sendiri.

b. Untuk lebih memperdalam wawasan manajemen keuangan khususnya mengenai

masalah modal kerja dan profitabilitas serta variabel yang tearkait didalamnya.

3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan studi pustaka jika ingin mengambil topik

mengenai masalah manajemen keuangan, modal kerja, dan profitabilitas perusahaan.

5 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan sistematika penulisan sebagai

berikut.
25

Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

masalah pokok, tujuan dan manfaat penulisan.


Bab Kedua, memuat teori - teori yang digunakan sebagai tinjauan/landasan dalam

menganalisis masalah pokok yang telah dikemukakan, kerangka pikir, dan hipotesis.
Bab Ketiga, memuat uraian tentang metode penelitian dan berisi lokasi penelitian,

rancangan penelitian, jenis dan sumber data, variabel penelitian, metode pengumpulan data,

metode analisis data, dan definisi operasional variabel.


Bab Keempat, memuat analisis data sesuai dengan metodologi penelitian yang digunakan.

Analisis dilakukan dengan menghitung Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Cash to

Reveue Ratio dan hubungannya dengan Profitabilitas Perusahaan Rokok di Indonesia.


Bab Kelima, memuat kesimpulan dari hasil analisis data serta hasil dari hubungan antara

modal kerja dengan profitabilitas serta menampilkan variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap profitabilitas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konseptual

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Seiring

dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan,

mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan membayar dana. Akan tetapi,

manajer keuangan juga harus menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang

optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan

nilai perusahaan. Penginvestasian dana merupakan tolak ukur besar kecilnya suatu
26

perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, resiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan

sumber kombinsi dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan

penentu besar kecilnya beban finansial atau resiko finansial. Semua variabel tersebut akan

mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan.

Manajemen keuangan merupakan kegiatan perencanaan, penerapan dan pengendalian

dari : pemanfaatan (pengalokasian) dana, pencarian dana dan pendistribusian laba. Dapat

dikatakan bahwa manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan untuk memperoleh dana

dan menggunakan dana tersebut secara efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. Selain

menyangkut aktivitas perusahaan dalam memperoleh dana, manajemen keuangan juga

merujuk kepada kemampuan dalam mengelola keuangan di dalam perusahaan,

mengefisiensikan dana sehingga tercapai keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan

perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak baik kepada keuntungan perusahaan,

Wibisono (1997:5).

2.1.2 Pembelanjaan

Manajemen keuangan memiliki keterkaitan dengan konsep mengenai modal. Hal tersebut

didasarkan pada pembelanjaan perusahaan. Dimana proses pengeluaran aktiva berkaitan erat

dengan kebijakan yang dianut oleh perusahaan, tentu berkaitan pula tentang aktivitas

pengeluaran modal. Pembelanjaan perusahaan adalah salah satu fungsi yang penting untuk

keberhasilan usaha operasional perusahaan, Ekadini (2010:12)

Riyanto (2000:15), dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan

mengemukakan bahwa pembelanjaan adalah seluruh aktivitas perusahaan yang bersangkutan

dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-

syarat yang paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien

mungkin.
27

Menurut Kartadinata (1987:5), Keputusan pembelanjaan menyangkut masalah pemilihan

berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi. Uang untuk

membelanjai investasi perusahaan dapat diperoleh melalui penjualan saham-saham baru.

Masalahnya adalah bagaimana memilih kombinasi sumber dana, campuran pembelanjaan atau

financing mix yang paling baik untuk perusahaan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa didalam pembelanjaan

perusahaan terdapat dua masalah, yaitu usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan dan usaha

menggunakan dana tersebut dalam perusahaan. Jadi pembelanjaan disatu pihak dipandang

sebagai masalah penarikan modal, dan dipihak lain dapat dipandang sebagai penggunaan

modal.

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Pengertian Modal Kerja

Modal kerja merupakan sejumlah dana yang selalu tersedia dalam perusahaan yang

digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan. Kegiatan perusahaan ini dapat dimulai jika

telah tersedia dana yang telah dikeluarkan dan dapat diterima kembali dalam jangka waktu satu

tahun.

Kosasih dan Hananto (2007) dalam bukunya Manajemen Keuangan dan Akuntansi

Perusahaan Pelayaran membagi pengertian modal kerja dalam tiga konsep yaitu :

1 Modal kerja kuantitatif/modal kerja bruto, adalah sejumlah dana yang tertanam dalam

seluruh unsur aktiva lancar

2 Modal kerja kualitatif/modal kerja netto, adalah jumlah dana yang ditanamkan ke dalam

aktiva lancar dikurangi utang lancar, dalam arti kelebihan aktiva lancar diatas utan lancar

sehingga sisanya dapat dipergunakan untuk membiayai operasi dengan tunai dan

tentunya biaya menjadi lebih efisien.


28

3 Modal kerja bruto atau aktiva lancar terdiri dari kas ditambah piutang dan persediaan.

Hal yang sama dengan yang dikemukakan oleh Riyanto (2000:52) dalam bukunya Dasar-

dasar Pembelanjaan Perusahaan memberikan pengertian modal kerja dalam tiga konsep yaitu :

1 Konsep Kuantitatif

Konsep ini melihat pada jumlah dana yang tersedia atau tertanam dalam aktiva lancar

dimana periode perputarannya untuk kembali dalam bentuk semula relatif dilakukan dalam

jangka waktu pendek. Jadi modal kerja menurut konsep ini menekankan pada keseluruhan

aktiva lancar yang disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital).

2 Konsep Kualitatif

Konsep ini hanya melihat pada kuantitas aktiva lancar saja, maka pada konsep ini akan

mencakup pula unsur-unsur kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan kata lain modal

kerja menurut konsep ini adalah selisih antara aktiva lancar dan passiva lancar. Jadi

berdasarkan konsep ini modal kerja bisa surplus atau defisit. Modal kerja surplus apabila

jumlah current asset lebih besar dari current liabilities dan defisit bila terjadi sebaliknya.

Modal kerja menurut konsep ini sering disebut modal kerja netto (Net Working Capital).

3 Konsep Fungsional

Kosep ini didasarkan pada fungsi dana yang ada dalam aktiva lancar untuk menghasilkan

current income. Sesuai dengan pendirian perusahaan, sebagian dana yang tertanam

seluruhnya menghasilkan pendapatan dalam periode accounting. Sedangkan ada pula dana

yang digunakan tidak seluruhnya menghasilkan pendapatan. Termasuk modal kerja yang

menghasilkan pendapatan.

Sedangkan hal yang dikemukakan oleh Wibisono (1997:6), modal kerja yakni suatu

penerapan keputusan keuangan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui aktivitas sehari-

hari, memerlukan upaya pengelolaan dana yang dapat menjamin kelancaran usaha.
29

Modal kerja dalam suatu usaha tidak harus dalam jumlah yang besar, jumlah modal kerja

disesuaikan dengan ukuran dan kebutuhan untuk dapat menjalankan usaha tersebut. Bagi

usaha rumahan atau berskala kecil modal kerja yang digunakan pastinya tidak sebesar

perusahaan BUMN karena kebutuhan pengolaannya juga berbeda. Hal yang terpenting dalam

modal kerja adalah pengelolaan dan seberapa cepat modal berputar. Semakin cepat modal

berputar, maka kontinuitas suatu usaha lebih terjamin.

1 Jenis Modal Kerja

Menurut Wibisono (1997:84), Modal kerja terbagi menjadi dua yaitu :

1 Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk

menjalankan fungsinya atau modal kerja yang akan terus diperlukan untuk kelancaran

operasional perusahaan.

Modal kerja permanen dibedakan dalam :

1 Modal kerja primer (Primary Working Capital), yaitu modal kerja minimum yang harus

ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

2 Modal kerja normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan

untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2 Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan

keuangan.

Jenis modal kerja variabel dapat dibedakan atas :

1 Modal kerja musiman (Seasoned Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah disebabkan keadaan musim.


30

2 Modal kerja siklis (Cylical Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-

ubah karena fluktuasi konjungtur.

3 Modal kerja darurat (Emergency Working Capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya

berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya,

misalnya situasi ekonomi yang berubah sacara mendadak.

1 Pentingnya Pengelolaan dan Fungsi Modal Kerja

1 Pengelolaan Modal Kerja

Manajemen atau pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar

kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan, Hanafi (2005:125) dalam

Ekadini (2010). Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja akan menyebabkan

buruknya kondisi keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan dapat terhambat atau

terhenti sama sekali. Adanya kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan modal kerja dapat

menimbulkan kelebihan atau kekurangan dalam penyediaan modal kerja, Tunggal (1995:92)

dalam Ekadini (2010). Adanya kelebihan modal kerja dalam sebuah perusahaan dapat

disebabkan oleh :

1 Pengeluaran obligasi/saham dalam jumlah yang lebih dari yang diperlukan.

2 Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti.

3 Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran dividen, untuk pembelian

aktiva tetap atau untuk tujuan lain yang serupa.


31

4 Konversi atau perubahan aktiva tetap ke dalam modal kerja. Konversi perubahan bentuk yang

tidak disertai penggantian dari aktiva tetap ke dalam modal kerja dengan jalan proses

depresiasi, deplesi dan amortisasi

Karena akumulasi atau penimbunan sementara dari berbagai dana yang disediakan untuk

investasi-investasi dan sebagainya. Sedangkan terjadinya kekurangan modal kerja menurut

Wijaya (1995:93-96) dalam Ekadini (2010) :

1 Karena kerugian usaha, antara lain diakibatkan oleh:

1 Volume penjualan yang tidak mencukupi, jadi terlalu kecil untuk dapat menutup biaya

perusahaan.

2 Penurunan harga jual yang disebabkan karena persaingan tanpa adanya penurunan

dalam harga pokok penjualan.

3 Terlalu banyak piutang yang tidak dapat ditagih.

4 Kenaikan biaya yang tidak diimbangi dengan bertambahnya penjualan atau pendapatan.

5 Bertambahnya biaya, sedang penjualan atau pendapatan menurun.

2 Adanya kerugian luar biasa (Extraordinary Losses). Kerugian luar biasa adalah kerugian yang

tidak disebabkan karena operasi rutin perusahaan.

3 Kebijakan dividen yang kurang baik. Hal ini terjadi karena perusahaan memutuskan

membayarkan dividen meskipun kondisi keuangan perusahaan tidak memungkinkan untuk

memberikan dividen pada para pemegang saham.

4 Penggunaan modal kerja untuk memperoleh aktiva tak lancar. Kekurangan modal kerja kadang

terjadi karena dilakukannya investasi dari aktiva lancar untuk memperoleh aktiva tak lancar.

Hal ini terjadi apabila suatu aktiva yangtua harus diganti dengan yang baru atau apabila
32

dibeli aktiva tetap lain yang baruatau karena pembelian saham perusahaan lain sebagai

investasi.

5 Kenaikan tingkat harga umum. Kekurangan modal kerja dapat disebabkan karena kenaikan

harga yang memerlukan investasi jumlah rupiah yang telah banyak untuk memelihara

kuantitas persediaan Dan aktiva pada tingkat fisik yang sama dan untuk membiayai

penjualan kredit pada tingkat penjualan yang sama. Indikasi pengelolaan modal kerja yang

baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dilihat dari perputaran modal kerja, yang

dimulai dari aset kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali

menjadi kas. Makin pendek periode perputarannya, makin cepat perputarannya sehingga

perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan lebih efisien yang menyebabkan

rentabilitas semakin tinggi, Husnan (1997: 98).

Menurut Hernawati (2007), Pengelolaan modal kerja menjadi penting karena beberapa aspek :

1 Beberapa penelitian telah memberikan indikasi bahwa sebagian besar waktu manajer keuangan

dihabiskan dalam kegiatan internal perusahaan dari hari ke hari, dan ini merupakan bagian

dari manajemen modal kerja.

2 Kenyataannya jumlah aktiva lancar sering lebih separuh total aktiva perusahaan dan cenderung

labil.

3 Hubungan antara tingkat pertumbuhan penjualan dan kebutuhan akan permodalan aktiva

lancar adalah dekat dan langsung.

4 Bagi perusahaan kecil terjadi keterbatasan dalam memasuki pasar modal jangka panjang,

sehingga harus mengendalikan utang dagang dan utang bank jangka pendek sebagai

permodalannya, meningkatkan utang lancar akan mengurangi modal bersihnya.

1 Fungsi Modal Kerja


33

Menurut Pratiwi (2010), modal Kerja memiliki fungsi antara lain :

1 Modal kerja menampung kemungkinan terburuk yang ditimbulkan karena adanya nilai aktiva

lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan tak dapat ditagih atau penurunan

nilai persediaan.

2 Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua hutang lancarnya

tepat pada waktunya.

3 Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada pembeli.

4 Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk membuat perusahaan lebih efisien dengan jalan

menghindarkan keterlambatan dalam memperoleh bahan, jasa, dan alat-alat yang

disebabkan kesulitan kredit.

2 Faktor yang Menentukan Jumlah Modal Kerja

Menurut Sawir (2005 : 136), besarnya modal kerja dipengaruhi oleh faktor umum dan faktor

khusus yaitu :

Faktor umum tersebut antara lain :

1 Volume penjualan

2 Faktor musiman

3 Perkembangan teknologi

4 Filosofi perusahaan

Faktor khusus tersebut antara lain :

1 Ukuran perusahaan dan aktivitas perusahaan

2 Ketersediaan kredit

3 Perilaku menghadapi keuntungan


34

4 Perilaku menghadapi resiko

Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Banyak

perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya.

Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk atau jasa perusahaan merupakan faktor

penentu besarnya modal kerja. Adanya tren produk tertentu pada waktu tertentu menyebabkan

permintaan akan barang atau jasa meningkat sehingga diperlukan modal kerja yang tinggi.

Perubahan teknologi yang tentu saja berdampak pada proses produksi dapat mempunyai

pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. Pada proses produksi konvensional yang

biasanya dikerjakan oleh tenaga manusia kemudian digantikan oleh mesin dapat mengurangi

pengeluaran terhadap pekerja yang akhirnya akan mengurangi kebutuhan modal kerja.

Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman,

misalnya ada kebijakan penghematan yang ditekankan oleh manajemen baru.

Hal yang hampir mirip dikemukakan oleh Riyanto (2000:57) tentang faktor yang

mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah Kebutuhan modal kerja akan dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

1 Besar kecilnya kegiatan usaha atau perusahaan (produksi dan penjualan), dimana semakin

besar perusahaan, semakin besar modal kerja yang diperlukan.

2 Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.

Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin lamanya

periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah makin besar.

Demikian pula halnya dengan periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah

pengeluaran kas setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun makin besar.

Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan

atau jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama
35

penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi

disimpan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang.

Kesimpulannya, penggunaan modal kerja secara garis besar ditentukan oleh faktor dari

dalam maupun luar perusahaan. Dimana faktor internal menyangkut hal yang berkaitan dengan

proses produksi sementara faktor eksternal dipengaruhi oleh keadaan perekonomian dan pasar,

Ekadini (2010 : 21).

Setelah mengetahui beberapa aspek tentang tinjauan umum mengenai modal kerja,

selanjutnya penulis akan membahas tinjauan teori mengenai profitabilitas.

2.2.5 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan

dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas

pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat

aktivitas atau investasi, Sartono (1998: 130) dalam Firnandy (2007).

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur dan mengevaluasi tingkat pendapatan

perusahaan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu

dari pemilik perusahaan, Syamsuddin (2002;53). Sedangkan menurut Harahap (2004:304)

dalam Frinandy (2007), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Menurut Purba

(2002:113) dalam Ekadini (2010), Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba, dimana laba tersebut terbentuk dari rasio-rasio profitabilitas yang dapat

dikelompokkan atas tiga bagian, yaitu :

1 Berkaitan dengan penjualan


36

1 Net Profit Margin

2 Operating profit margin

3 Gross profit margin

2 Berkaitan dengan penggunaan aktiva

1 Return on total assets atau return on investment (ROI)

2 Return on net working capital

3 Berkaitan dengan modal sendiri

1 Return on equity (ROE)

2 Return on common stock

3 Earning per share

4 Book value per share

5 Price to earning ratio

Salah satu ukuran yang digunakan penulis sehubungan dengan masalah dalam penelitian

ini adalah Return on Investment (ROI). ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan

secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan modal yang tersedia

di dalam perusahaan, Syamsuddin (2002:63).

Pada intinya profitabilitas suatu perusahaan merupakan gambaran yang mengukur

seberapa mampu perusahaan menghasilkan laba dari proses operasional yang telah

dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang, Ekadini

(2010:24).

2.3 Studi Sebelumnya


37

Penelitian mengenai modal kerja dan profitabilitas pada PT. Semen Tonasa pernah

dilakukan oleh Ruslan Gunawan (2000) dengan judul Analisis Kebutuhan Modal Kerja dan

Keterkaitannya dengan Keuntungan pada PT. Semen Tonasa di Pangkep. Menggunakan

analisis kebutuhan modal kerja, analisis cash flow dan analisis rasio keuangan (gross profit

margin, operating margin, operating ratio, return on investment, dan return on equity) dalam

pembahasannya. Melakukan analisis dengan menggunakan data perusahaan tahun 1995

hingga 1998. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah kebutuhan modal kerja

berkaitan erat dengan tingkat profitabilitas perusahaan, semakin tinggi modal kerja maka

semakin tinggi keuntungan yang diperoleh PT. Semen Tonasa.

Yuliany (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat Likuiditas dan Tingkat

Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa Persero di Kabupaten Pangkep tahun 2000

menggunakan data keuangan perusahaan antara tahun 1996 hingga 1999. Dalam

penelitiannya mengunakan metode analisis deskriptif yang memaparkan kinerja keuangan PT.

Semen Tonasa. Metode analisis rasio likuiditas dan profitabilitas juga digunakan seperti current

ratio, quick ratio, cash ratio, gross profit margin, net profit margin, dan return on investment.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan kenaikan positif jumlah aktiva dari tahun ke tahun

sehingga tingkat likuiditas menurun karena kenaikan jumlah pinjaman yang jatuh tempo dan

kenaikan pembelian bahan baku akibat manajemen tidak memperhatikan kenaikan kurs.

Profitabilitaspun mengalami penurunan tiap tahun karena kecilnya laba bersih yang diperoleh

PT. Semen Tonasa yang diakibatkan oleh naiknya beban bunga.

Frans Firnady (2007) dengan skripsi yang berjudul Analisis Hubungan Modal Kerja

terhadap Profitabilitas pada PT. Pola Indah Gas Medan tahun 2007. Menggunakan rasio

likuiditas antara lain current ratio, working capital turnover, total assets turnover, current ratio,

Receivables turnover dan Return on Investment (ROI). Kesimpulan dari penelitian ini adalah

menunjukkan hasil positif dan signifikan terhadap semua variabel yang digunakan. Artinya
38

bahwa kenaikan nilai rasio yang digunakan akan mempengaruhi kenaikan profitabilitas

perusahaan.

Yuyun Nuril Laila (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pengelolaan Modal Kerja

untuk Meningkatkan Produktivitas Perusahaan (Studi pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk) tahun 2009. Menggunakan Analisis Kebutuhan Modal kerja meliputi : Perputaran Kas,

Persediaan, dan Piutang Perusahaan. Kesimpulannya adalah Selama Periode data yang

digunakan (lima tahun terakhir) terus mengalami peningkatan, kenaikan ini disebabkan tingkat

penjualan perusahaan terus mengalami kenaikan pada tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan perlu menggunakan modal kerja yang tersedia secara lebih optimal.

Ekadini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penggunaan Modal Kerja dan

Pengaruhnya Terhadap Tingkat Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa di Pangkep tahun 2010.

Dalam penelitiannya menggunakan Analisis Perputaran Modal Kerja dan Metode Analisis

Current Ratio. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan hasil poitif dari kedua data yang

digunakan tadi.

Pada penelitian ini saya akan coba membahas lebih rinci lagi dengan memasukkan analisis

Rasio Profitabilitas dengan berbasis pada Return On Investment (ROI) dan Penggunaan Modal

dengan menggunakan kebijakan penggunaan modal (berkenaan dengan kebijakan perusahaan

menggunakan aktiva lancarnya) menggunakan variabel Tingkat Perputaran Modal Kerja

(Working Capital Turnover), Rasio Lancar (Current ratio) dan Rasio kecukupan kas (Cash to

revenues ratio)
39

Tabel 2.1
Mapping Penelitian Terdahulu
No. Nama, Tahun Judul Variabel Analisa Hasil

1. Ruslan Analisis analisis Metode analisis kebutuhan modal kerja


Gunawan Kebutuhan Modal kebutuhan modal yang digunakan berkaitan erat dengan
(2000) Kerja dan kerja, analisis dalam penelitian tingkat profitabilitas
Keterkaitannya cash flow dan ini adalah metode perusahaan, semakin tinggi
dengan analisis rasio analisis regresi modal kerja maka semakin
Keuntungan pada keuangan (gross berganda tinggi keuntungan yang
PT. Semen profit margin, diperoleh PT. Semen
Tonasa di operating Tonasa.
Pangkep margin,
operating ratio,
return on
investment, dan
return on equity)

2 Yuliany current ratio, Metode analisis kenaikan positif jumlah


(2000) Analisis Tingkat quick ratio, cash yang digunakan aktiva dari tahun ke tahun
Likuiditas dan ratio, gross profit dalam penelitian sehingga tingkat likuiditas
Tingkat margin, net profit ini adalah metode menurun karena kenaikan
Profitabilitas margin, dan analisis regresi jumlah pinjaman yang jatuh
pada PT. Semen return on berganda tempo dan kenaikan
Tonasa Persero investment pembelian bahan baku
di Kabupaten akibat manajemen tidak
Pangkep memperhatikan kenaikan
kurs. Profitabilitaspun
mengalami penurunan tiap
tahun karena kecilnya laba
bersih yang diperoleh PT.
Semen Tonasa yang
diakibatkan oleh naiknya
beban bunga

3 Frans Analisis current ratio, Metode analisis menunjukkan hasil positif


Firnady Hubungan Modal working capital yang digunakan dan signifikan terhadap
(2007) Kerja terhadap turnover, total dalam penelitian semua variabel yang
Profitabilitas assets turnover, ini adalah metode digunakan. Artinya bahwa
pada PT. Pola current ratio, analisis regresi kenaikan nilai rasio yang
Indah Gas Receivables berganda yang digunakan akan
Medan turnover dan dilakukan dengan mempengaruhi kenaikan
Return on SPSS 16. profitabilitas perusahaan.
Investment (ROI)

4 Yuyun Nuril Analisis Perputaran Kas, Analisa dilakukan Selama Periode data yang
Laila Pengelolaan Persediaan, dan dengan metode digunakan (lima tahun
(2009) Modal Kerja Piutang analisis linier terakhir) terus mengalami
untuk Meningkat Perusahaan berganda peningkatan, kenaikan ini
an Produktivitas disebabkan tingkat
Perusahaan penjualan perusahaan terus
(Studi pada PT. mengalami kenaikan pada
Indocement tiap tahunnya. Hal ini
Tunggal Prakarsa menunjukkan bahwa
Tbk) perusahaan perlu
40

menggunakan modal kerja


yang tersedia secara lebih
optimal.

5 Ekadini Analisis Analisis Analisis yang hasil poitif dari kedua data
(2010) Penggunaan Perputaran digunakan pada yang digunakan tersebut
Modal Kerja dan Modal Kerja dan penelitian ini
Pengaruhnya Metode Analisis adalah metode
Terhadap Tingkat Current Ratio analisis linear
Profitabilitas sederhana
pada PT. Semen
Tonasa di
Pangkep

Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2012.


41

2.4 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti yang dituangkan

dalam sebuah bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian. Kerangka pikir dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Kajian Empiris
Working Capital Turnover
(X1) 42

Kajian Empiris Penelitian Terdahulu

Kerangka berpikir yang digunakan peneliti mengenai pengaruh antara Working Capital

Turnover terhadap Profitabilitas (ROI), Current Ratio terhadap Profitabilitas (ROI), dan Cash to

Revenue Ratio terhadap Profitabilitas (ROI) secara parsial.

Menjelaskan pengaruh Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Cash to Revenue

Ratio terhadap profitabilitas secara simultan.

1 Hipotesis

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran di atas dan untuk menjawab identifikasi

masalah, maka penulis dapat merumuskan hipotesis :

1 Diduga efisiensi modal kerja yang terdiri dari variabel Tingkat Perputaran Modal Kerja (Working

Capital Turnover), Rasio Lancar (Current ratio) dan Rasio kecukupan kas (Cash to revenues

ratio) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap tingkat profitabilitas dalam hal ini

Return On Investment (ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun 2004-2011.

2 Diduga variabel modal kerja Tingkat Perputaran Modal (Working Capital Turnover) Kerja paling

dominan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas dalam hal ini Return On Investment

(ROI) perusahaan rokok yang terdaftar di BEI tahun 2004-2011.


43

BAB III

METODE PENELITIAN

1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kantor pusat perusahaan Rokok go-public yang terdaftar di

BEI yaitu PT Gudang Garam Tbk., PT HM Sampoerna Tbk., PT Bentoel International Investama

Tbk.

2 Jenis Peneltian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, yakni suatu

gambaran mengenai situasi-situasi secara sistematis, faktual dan akurat menggunakan angka-

angka.

Penelitian ini menggambarkan suatu bentuk pengelolaan modal kerja secara efisien

sehingga pada akhirnya mencapai hasil profit atau tingkat profitabilitas yang diharapkan

perusahaan.

3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yakni:

1 Data Kuantitatif, data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini adalah laporan keuangan perusahaan

rokok di Indonesia antara lain PT. Gudang Garam Tbk., PT. HM Sampoerna Tbk., dan PT.

Bentoel International Investama Tbk. dari tahun 2004 sampai tahun 2011

2 Data kualitatif, yaitu data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak dapat dihitung

melainkan dalam bentuk kata-kata. Data yang digunakan berasal dari buku, artikel jurnal,
44

dan halaman web serta berasal dari hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan dan

karyawan dalam perusahaan agar gambaran tentang konsep risiko investasi dan tingkat

keuntungan perusahaan dapat kita lihat dari perspektif akademisi dan praktisi. Kemudian

ditambah informasi-informasi yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti serta dari beberapa referensi yang dapat mendukung terselesaikannya

tulisan ini.

Suatu penelitian memerlukan data-data yang akan membantu penulis untuk sampai pada

suatu kesimpulan tertentu, sekaligus data tersebut akan memperkuat kesimpulan yang dibuat.

Adapun yang dimaksud sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh, Arikunto

(1998:114). Jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah data Sekunder, yaitu data yang

diperoleh melalui buku-buku atau literatur di situs yang berkaitan erat dengan masalah yang

akan dibahas maupun dari perusahaan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan penelitian. Data sekunder tersebut berupa laporan keuangan dari perusahaan yang

merupakan data kuantitatif. Berupa Neraca dan Laporan laba-rugi Perusahaan Rokok go-public

yang terdaftar di BEI tahun 2004 2011.

4 Teknik Pengumpulan Data

Penentuan metode pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis dan sumber data penelitian

yang dibutuhkan. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan adalah

metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencari data, mengumpulkan,

mempelajari, mengklasifikasikan, dan menggunakan data yang ada mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya

yang berkaitan dengan perusahaan, Arikunto (2002:206).

Agar dapat diuji kebenarannya, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :
45

1 Studi lapangan, peneliti menggunakan teknik dokumentasi, yaitu proses pengumpulan data

dengan jalan mempelajari dokumen-dokumen yang ada baik dari perusahaan ataupun dari

luar perusahaan, surat kabar, dan sebagainya

2 Studi Kepustakaan, yaitu dengan membaca beberapa literature buku yang ada kaitannya

dengan tema dan judul penelitian. Dalam hal penggunaan teori-teori untuk membahas

permasalahan permasalahan yang ada.

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan rokok di indonesia. Teknik

penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu populasi sama dengan

jumlah sampel.

1 Definisi Operasional

Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberikan

penjelasan atau keterangan tentang variable-variabel operasional sehingga dapat diamati atau

diukur. Definisi operasional yang akan dijelaskan penulis adalah efisensi modal kerja yaitu

variabel Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Cash to Revenue dan profitabilitas

perusahaan (Return On Investment).


Efisiensi Modal Kerja sebagai variabel bebas (X) merupakan sebagai kemungkinan hasil

yang diperoleh menyimpang dari hasil yang diharapkan. Variabel bebas (X) terdiri dari Working

Capital Turnover (X1), Current Ratio (X2), dan Cash to Revenue (X3). Profitabilitas perusahaan

(Return On Investment) dianggap sebagai variabel terikat (Y), yang mengukur tingkat

penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.


Variabel Working Capital Turnover, Current Ratio, dan Cash to Revenue dipilih sebagai

representasi dari Efisiensi Modal Kerja karena dengan ketiga variabel ini kita akan dapat

melihat nilai efisiensi modal kerja dengan lebih utuh.


46

Tabel 3.1

Ringkasan Variabel Penelitian

INDIKATOR SKAL
VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL
PENGUKURAN A
Return on Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
Investment Laba Bersih
perusahaan memperoleh keuntungan dari seluruh Rasio
Total Aktiva
(ROI) kekayaan yang dimiliki
(Y)

Working
Untuk melihat bagaimana tingkat perputaran Penjualan
Cappital Modal Kerja Rasio
modal kerja perusahaan.
Turnover (X1)
.

Untuk mengetahui seberapa cepat perusahaan Aktiva Lancar


Utang Lancar
Current Ratio memperoleh kembali modal dari kebijakan aktiva
(X2) lancarnya. Serta menghitung rasio kecukupan kas. Rasio

Untuk mengetahui nilai kecukupan kas


Cash to Kas
perusahaan dalam memenuhi produksi Penjualan Rasio
Revenue
perusahaan
(X3)
Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2012.

2 Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen (variabel bebas yang mempengaruhi

variabel terikat) dan variabel dependen. Variabel independen dinyatakan dengan symbol X

sedangkan variabel dependen dinyatakan dengan symbol Y.

1 Analisis Perputaran Modal Kerja


47

Metode analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana perputaran modal kerja

perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Rasio yang digunakan yaitu Working Capital Turn

Over (X1), Riyanto (2000:62). Yaitu dengan membandingkan antara penjualan dengan modal

kerja :

Modal Kerja = Aktiva Lancar Hutang Lancar

Penjualan
WCTO = Modal Kerja (1)

2 Analisis Rasio Keuangan

Rasio Likuiditas , adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek, Rusdin (2006:140). Yang dalam penelitian ini meliputi :

1 Current Ratio, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang dimiliki dalam

membayar kewajiban jangka pendek, semakin tinggi rasio semakin baik. (X2)

Aktiva Lancar
Current Ratio = Kewajiban Lancar (2)

2 Pada rasio likuiditas ada juga yang disebut Cash to revenues ratio (X3), yaitu menunjukkan

secara ekstrim apakah suatu perusahaan mengalami kecukupan kas untuk kegiatan

operasinya. Jika perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, hal ini akan

menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi laba, Sawir (2005:147). Dirumuskan sebagai berikut :

Kas
Cash to revenues Ratio = Penjualan (3)
48

Rasio Profitabilitas adalah Rasio yang menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan

untuk memperoleh laba serta efisiensi operasi perusahaan. Dalam pembahasan ini rasio yang

digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam hal ini adalah Return On Equity atau ROI (Y)

Laba Bersih setelah pajak


Return On Investment = Total Aktiva (4)

3 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Statistik

untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda

dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Y= a + b1x1 + b2x2 + b3x3 (5)

Y = Return On Investment (ROI)

a = konstanta persamaan regresi

b1,b2,b3 = koefisien regresi

x1 = Working Capital Turn Over (WCTO)

x2 = Current ratio

x3 = Cash to revenues ratio

3.8.1 Pengujian Asumsi Regresi


49

Model regresi yang digunakan dalam menguji hipotesis haruslah menghindari

kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi menurut Ghozali

dan Sugiyono (2002) dalam Ekadini (2010) antara lain :

a. Uji Multikolinearitas

Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi

berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi

dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel

bebas lainnya.

Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor

(VIF). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari

multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari

serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi

antara tempat berdekatan (apabila cross sectional).

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini

adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut :

1. 1,54< DW < 2,46 maka tidak ada autokorelasi.

2. 1,21< DW < 1,54 atau 2,46 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.


50

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik

adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala

heteroskedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman, dan barlett.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas

dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y

yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang terletak

di Studentized.

1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah

terjadi heterokedasitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel

bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk

normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogram dari residualnya:


51

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik

histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

1 Rancangan Pengujian Hipotesis

1 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien

determinasi totalnya (R2). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan

semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikat.Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-

variabel bebas terhadap variabel terikat.

2 Uji F (Uji Serempak)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel bebas terhadap

varibel terikat.Dimana Fhitung>Ftabel, maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas

dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak.Sebaliknya apabila Fhitung<Ftabel, maka

H0 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap

variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-sama

variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5% (= 0,05).

Jika sig > (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.


52

3 Uji T (Uji Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebasnya secara

sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Jika sig > (0,05),

maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.
53

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan ANALISIS DATA

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan penggambaran tentang hasil yang diperoleh

dalam penelitian yang terdiri atas variabel-variabel independen dan variabel dependen. Dalam

penelitian ini juga termasuk data atau keterangan yang terkait dengan laporan keuangan.

Data yang diperoleh merupakan data kondisi keuangan Perusahaan Rokok yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yaitu PT. HM Sampoerna, PT. Gudang Garam dan PT. Bentoel Investama

yang dipublikasikan dari tahun 2004 hingga tahun 2011. Data ini merupakan data sekunder

yang diperoleh dari ICMD(Indonesia Capital Market Directory) dalam bentuk neraca, laporan

laba rugi, dan data-data lainnya yang mendukung dalam penelitian ini. Serta hasil pengujian

asumsi regresi dan pengujian hipotesis menggunakan program pengolahan data SPSS 18.0.

4.1 Hasil Analisis Variabel

4.1.1 Analisis Perputaran Modal Kerja

Indonesia merupakan Negara yang menempati urutan ke 10 Perokok terbesar di dunia, hal ini

mendukung perusahaan rokok untuk berkembang di Indonesia. Dalam hal ini, perusahaan-

perusahaan rokok memproduksi rokok dalam skala yang besar. Dalam melaksanakan proses

produksi tersebut, pastinya digunakan modal kerja yang besar pula untuk mencapai

profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas perusahaan salah satunya dapat diukur dengan melihat

perputaran modal kerja. Modal kerja itu sendiri digunakan untuk membeli bahan baku,

mengolah bahan baku, dan biaya luar bahan baku seperti listrik, pemeliharaan mesin, gaji

karyawan, biaya distribusi, dan lain-lain.

Berikut dipaparkan hasil penjualan dan modal kerja bersih tiga Perusahaan Rokok tahun 2004

hingga 2011.

Tabel 4.1
54

Data Penjualan dan Modal Kerja Bersih Perusahaan Rokok di Indonesia


(dalam jutaan rupiah)

Penjualan Modal Kerja


Tahun HM Gudang Bentoel HM. Gudang Bentoel
sampoerna Garam Invest. Sampoerna Garam Investama

2004 17,646,694 24,291,692 4,226,135 4.963.827 5.483.685 1.450.167

2005 24,660,038 24,847,345 2,176,178 3.612.439 6.220.916 1.367.677

2006 29,545,083 26,339,297 2,996,514 3.819.655 6.960.842 1.693.183

2007 29,787,725 27,389,365 4,586,007 4.843.772 8.349.245 2.134.188

2008 34,680,445 30,251,643 5,940,801 3.395.080 9.338.044 1.821.146

2009 38,972,186 32,973,080 6,081,726 5.941.613 11.623.254 1.741.452

2010 43,381,658 37,691,997 8,904,568 5.989.616 14.426.360 1.831.843

2011 52,856,708 41,884,352 10,070,175 6.361.563 16.847.435 458.124

Sumber : Laporan Keuangan dari ICMD

Berdasarkan data tabel 4.1 dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi kenaikan penjualan

pada ketiga perusahaan rokok di Indonesia. Sementara itu, total modal kerja bersih berfluktuasi.

Penurunan paling signifikan terlihat pada tahun 2011 pada PT. Bentoel Investama. Penurunan

diatas 50% ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada kewajiban lancar perusahaan. Begitu

pula dengan kebijakan aktiva lancarnya, ketika aktiva lancar dikeluarkan sesuai dengan

efisiensi kebutuhan produksi maka dalam hal ini total modal kerja akan stabil setiap tahunnya

diikuti oleh peningkatan penjualan pula.

Setelah menganalisis hasil penjualan dan modal kerja, maka kita dapat menghitung perputaran

modal kerja ketiga Perusahan Rokok dengan menggunakan analisis Working Capital Turnover.

Penjualan
Dimana : WCTO = Modal Kerja

Tabel 4.2
Perputaran Modal Kerja Perusahaan Rokok Indonesia
Tahun HM sampoerna Gudang Garam Bentoel Inv.
55

2004 3.56 kali 4.43 kali 2.91 kali

2005 6.83 kali 3.99 kali 1.59 kali

2006 7.74 kali 3.78 kali 1.77 kali

2007 6.15 kali 3.28 kali 2.15 kali

2008 10.21 kali 3.24 kali 3.26 kali

2009 6.56 kali 2.84 kali 3.49 kali

2010 7.24 kali 2.61 kali 4.86 kali

2011 8.31 kali 2.49 kali 21.98 kali

Sumber : Data diolah, 2012

Setelah melakukan perhitungan terhadap tingkat perputaran modal kerja pada PT. HM

Sampoerna, PT. Gudang Garam dan PT. Bentoel Investama tahun 2004 hingga 2011,

didapatkan hasil bahwa tiap tahunnya perputaran modal kerja menunjukkan hasil yang positif

dan di atas standar perputaran 1 kali. Artinya perputaran modal kerja pada ketika perusahaan

rokok menunjukkan hasil yang baik selama 8 tahun dalam periode 2004-2011. Faktor yang

mendorong terjadinya perputaran modal kerja karena tingginya permintaan pasar akan produk

rokok, sehingga proses produksi hingga distribusi terus berlangsung, produk cepat terjual

dipasaran dan modal kerja yang digunakan juga mengalami perputaran yang positif dan

menunjukkan persentase yang terbilang tinggi. Efisiensi yang diperlukan dalam pengelolaan

modal kerja tersebut untuk kegiatan produksi sangat diperlukan, agar proses produksi tidak

memakan banyak biaya yang tidak diperlukan dan produk bisa mencapai penjualan maksimal

untuk kemudian hasil penjualan digunakan kembali sebagai modal kerja untuk kegiatan

produksi selanjutnya.

4.1.2 Analisis Rasio Lancar (Current Ratio)

Metode ini digunakan untuk melihat bagaimana rasio modal kerja yang dicapai perusahaan

selama kurun waktu tertentu. Pada penelitian kali ini rasio yang digunakan adalah Current
56

Ratio. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk

memenuhi kewajiban lancarnya.

Aktiva Lancar
Dimana : Current Ratio = Utang Lancar

Berikut adalah kondisi Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar ketiga Perusahaan Rokok di

Indonesia tahun 2004-2011.

Tabel 4.3
Data Aktiva Lancar dan Kewajiban Lancar Perusahaan Rokok di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

Aktiva Lancar Kewajiban Lancar


Tahun HM Gudang Bentoel HM. Gudang Bentoel
sampoerna Garam Invest. Sampoerna Garam Investama

2004 8,835,447 13,490,458 1,450,167 3,871,620 8,006,773 720,392

2005 8,729,173 14,709,465 1,367,677 5,116,734 8,488,549 618,162

2006 9,432,332 14,815,847 1,693,183 5,612,677 7,855,005 1,053,455

2007 11,056,457 17,124,562 2,976,925 6,212,685 8,775,317 842,737

2008 11,037,287 17,008,576 3,053,065 7,642,207 7,670,532 1,231,919

2009 12,688,643 19,584,533 2,791,034 6,747,030 7,961,279 1,049,582

2010 15,768,558 22,908,293 3,053,134 9,778,942 8,481,933 1,221,291

2011 14,851,460 30,381,754 4,287,268 8,489,897 13,534,319 3,829,144

Sumber : Laporan Keuangan dari ICMD

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa aktiva lancar HM. Sampoerna dan Gudang garam

mengalami kenaikan tiap tahunnya sedangkan Bentoel Inv. Berfluktuasi pada tahun 2008-2010

yakni pada periode 2009 turun sebesar 8% dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2010

dengan besar yang sama. Hal yang berbeda pada Kewajiban lancar, hamper ketiga perusahaan

rokok memiliki kewajiban lancar dengan jumlah yang berfluktuasi pada periode 2004-2011.

Berdasarkan data pada tabel 4.3 dapat dihitung rasio lancarnya yakni perbandingan antara
57

aktiva lancar dan kewajiban lancar, hal ini dihitung dengan tujuan mengetahui seberapa besar

perusahaan dapat memenuhi atau membayar semua kewajiban lancarnya.

Tabel 4.4
Rasio Lancar Perusahaan Rokok Indonesia
Tahun HM sampoerna Gudang Garam Bentoel Inv.

2004 228.21 % 168.49 % 201.30 %

2005 170.60 % 173.29 % 221.25 %

2006 168.05 % 188.62 % 160.73 %

2007 177.97 % 195.14 % 353.24 %

2008 144.43 % 221.74 % 247.83 %

2009 188.06 % 246.00 % 265.92 %

2010 161.25 % 270.08 % 249.99 %

2011 228.21 % 168.49 % 201.30 %

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan Current Ratio ketiga perusahaan rokok diperoleh hasil yaitu :

Untuk PT. HM Sampoerna, total Rasio Lancar berfluktuasi yakni mengalami penurunan dari

tahun 2004-2006, selanjutnya pada tahun 2007 naik menjadi 177.97% dan pada tahun 2008

kembali mengalami penurunan menjadi 144.43% dan hingga pada tahun 2011 menjadi

228.21%.

Untuk PT. Gudang Garam Tbk., total Rasio lancar mengalami kenaikan hingga periode 2004-

2010. Kemudian pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 168.49%.

Untuk PT. Bentoel Investama, hal yang hampir serupa yang terjadi pada PT. HM Sampoerna

yaitu rasio lancar yang berfluktuasi hal ini banyak disebabkan oleh kebijakan aktiva dan

keharusan perusahaan membayar kewajiban lancarnya yang kemudian akan mempengaruhi

rasio lancarnya dalam hal ini (likuiditas perusahaan).

Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik bagi perusahaan, menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Secara teori semakin rendah tingkat

likuiditas, maka probabilitas mengalami peningkatan karena dana yang dimiliki oleh perusahaan
58

dapat digunakan untuk berinvestasi yang mendatangkan profit atau keuntungan, dibandingkan

hanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan.

4.1.3 Analisis Rasio Kecukupan Kas

Rasio likuiditas ini menjadi penting dikarenakan rasio ini dapat menunjukkan secara ekstrim

apakah suatu perusahaan mengalami kecukupan kas untuk kegiatan operasinya. Jika

perusahaan memiliki saldo kas yang tidak mencukupi, hal ini akan menimbulkan hambatan

dalam kegiatan operasinya yang pada akhirnya dapat mempengaruhi laba.

Kas
Dimana : Rasio Kecukupan Kas = Penjualan

Sebelum menganalisis mengenai kecukupan kas perusahaan kita akan melihat data

mengenai jumlah kas dan penjualan perusahaan rokok di Indonesia periode 2004 hingga 2011.

Tabel 4.5
Data Jumlah Kas dan Penjualan Perusahaan Rokok di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

Kas Penjualan
Tahun HM Gudang Bentoel HM. Bentoel
Gudang Garam
sampoerna Garam Invest. Sampoerna Investama

2004 2,428,218 540,136 392,153 17,646,694 24,291,692 4,226,135

2005 1,352,844 420,471 466,080 24,660,038 24,847,345 2,176,178

2006 1,005,445 439,140 273,691 29,545,083 26,339,297 2,996,514

2007 557,239 486,586 593,403 29,787,725 27,389,365 4,586,007

2008 499,362 1,134,826 76,694 34,680,445 30,251,643 5,940,801

2009 527,981 1,222,897 84,311 38,972,186 32,973,080 6,081,726

2010 2,070,123 1,249,249 88,376 43,381,658 37,691,997 8,904,568

2011 3,209,559 1,094,895 88,338 52,856,708 41,884,352 10,070,175

Sumber : Laporan Keuangan dari ICMD


59

Berdasarkan data tabel 4.4 maka akan dihitung rasio kecukupan kas dengan metode

membandingkan kas dengan penjualan, ketika hasil yang didapatkan tinggi maka perusahaan

tersebut memiliki kecukupan kas untuk kegiatan produksi sebaliknya ketika rasio yang

didapatkan rendah maka perusahaan tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan

produksi.

Berikut disajikan data perhitungan kecukupan kas perusahaan rokok dari tahun 2004-2011

berdasarkan laporan keuangan ketiga perusahaan rokok.

Tabel 4.6
Rasio Kecukupan Kas Perusahaan Rokok Indonesia
Tahun HM sampoerna Gudang Garam Bentoel Inv.

2004 13.76 % 2.22 % 9.28 %

2005 5.49 % 1.69 % 21.42 %

2006 3.40 % 1.67 % 9.13 %

2007 1.87 % 1.78 % 12.94 %

2008 1.44 % 3.75 % 1.29 %

2009 1.35 % 3.71 % 1.39 %

2010 4.77 % 3.31 % 0.99 %

2011 6.07 % 2.61 % 0.88 %

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil yang berfluktuasi dari ketiga perusahaan rokok di

Indonesia. Dimulai dari HM Sampoerna periode 2004-2009 mengalami penurunan menjadi

1.35% sebelumnya ditahun 2004 sebesar 13.76%. dan kembali naik pada tahun 2010 dan 2011

berturut-turut menjadi 4.77% dan 6.07%. kenaikan dan penurunan yang terjadi ini, banyak

disebabkan oleh penurunan dari sisi kas, hal ini dikarenakan penggunaan kas untuk kegiatan-

kegiatan yang dilakukan perusahaan.


60

Untuk PT. Gudang Garam, rasio yang befluktuasi namun tidak terlalu signifikan jumlah

penurunan ataupun peningkatan yang terjadi. Penurunan ini disebabkan oleh kas atau

penjualan yang mengalami peningkatan.

Untuk PT. Bentoel Investama lebih signifkan terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011. Hal

ini disebabkan oleh penurunan penjualan produk perusahaan, dan juga jumlah kas perusahaan

yang sangat sedikit hal ini perlu diperhatikan oleh perusahaan mengingat rasio ini sangat

penting untuk melihat bagaimana perusahaan mampu melakukan kegiatan produksi

berdasarkan kas yang dimilikinya.

4.1.4 Analisis Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu tolak ukur tingkat keberhasilan suatu perusahaan, karena

menunjukkan kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba

bersih). Pada pembahasan kali ini profitabilitas akan diukur dengan menghitung ROI (Return

On Investment) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari

total Aktiva yang dimiliki dalam penelitian ini Perusahaan Rokok 2004 hingga 2011. Rumus

menghitung Return On Investment yaitu :

Laba Bersih setelah pajak


Return On Investment = Total Aktiva

Tabel 4.7
Data Total Aktiva dan Laba Bersih Perusahaan Rokok di Indonesia
(dalam jutaan rupiah)

Laba Bersih Total Aktiva


Tahun HM Gudang Bentoel HM. Gudang Bentoel
sampoerna Garam Invest. Sampoerna Garam Investama

2004 1,991,852 1,790,209 80,938 11,699,265 20,591,389 1,956,823

2005 2,383,066 1,889,646 108,166 11,934,600 22,128,851 1,842,317

2006 3,530,490 1,007,822 145,510 12,659,804 21,733,034 2,347,942


61

2007 3,624,018 1,443,585 242,917 15,680,542 23,779,951 3,859,160

2008 3,895,280 1,880,492 239,138 16,133,819 24,072,959 4,455,532

2009 5,087,339 3,455,702 25,165 17,716,447 27,230,965 4,302,659

2010 6,422,748 4,214,789 218,621 20,525,123 30,741,679 4,902,597

2011 8,064,426 4,958,102 305,997 19,376,343 39,088,705 6,333,957

Sumber : Laporan Keuangan dari ICMD

Berikut perhitungan ROI berdasarkan data tabel 4.5 diatas dengan menggunakan rumus

perhitungan ROI

Tabel 4.8
Return On Investment Perusahaan Rokok Indonesia
Tahun HM sampoerna Gudang Garam Bentoel Inv.

2004 17.03 % 8.69 % 4.14 %

2005 19.97 % 8.54 % 5.87 %

2006 27.89 % 4.64 % 6.20 %

2007 23.11 % 6.07 % 6.29 %

2008 24.14 % 7.81 % 5.37 %

2009 28.72 % 12.69 % 0.58 %

2010 31.29 % 13.71 % 4.46 %

2011 41.62 % 12.68 % 4.83 %

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel diatas profitabilitas yang paling signifikan mengalami kenaikan adalah PT.

HM Sampoerna. Penjelasan ketiga perusahaan adalah sebagai berikut :

Untuk PT. HM Sampoerna Tbk, pada tahun 2004 perusahaan mampu menghasilkan total laba

bersih sebesar 17.03% dari total aktiva, hingga tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi

27.89% sampai pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 4.78%. pada periode 2008-

2011 terus mengalami kenaikan hingga total profitabilitasnya menjadi 41.62% dari total aktiva.

Peningkatan ini disebabkan tingginya permintaan produk rokok PT. HM Samperna di pasaran,
62

mengingat Indonesia adalah Negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia yang masuk

kategori 10 besar.

Untuk PT. Gudang Garam Tbk., pada periode 2004-2011 tingkat profitabilitas dari total aktiva

berfluktuasi sampai pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 12.68%.

Untuk PT. Bentoel Inv Tbk., juga mengalami tingkat profitabilitas yang berfluktuasi namun

kenaikannya tidak terlalu signifikan yakni 0.5-2% saja. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan

yang masih belum dapat memaksimalkan profit yang didapatkan dari total aktiva yang

digunakan melalui kegiatan produksi sehingga dibutuhkan adanya efisiensi dalam penggunaan

aktiva agar profitabilitasnya naik.

4.2 Analisis Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

4.2.1 Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja (WCTO) terhadap Profitabilitas (ROI)

Setelah menghitung hasil dari masing-masing variabel, selanjutnya akan ditunjukkan hubungan

antara perputaran modal kerja yang menggunakan rasio Working Capital Turn Over yang

merupakan variabel independen (X1) terhadap profitabilitas yang merupakan variabel dependen

(Y) yang diukur dengan menghitung Return On Investment.

1 PT. HM Sampoerna Tbk.

Tabel 4.9
Perputaran Modal Kerja dan ROI PT. HM Sampoerna Tbk.
WCTO ROI
Tahun
(Kali) (%)

2004 3.56 17.03

2005 6.83 19.97

2006 7.74 27.89

2007 6.15 23.11

2008 10.21 24.14

2009 6.56 28.72


63

2010 7.24 31.29

2011 8.31 41.62

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil yang tidak terlalu signifikan pengaruh WCTO terhadap

ROI, peningkatan yang terjadi di tahun 2007-2008 pada tingkat perputaran modal kerja diikuti

oleh peningkatan pada tingkat profitabilitas. Namun, penurunan perputaran modal kerja ditahun

2009 tidak secara signifikan mempengaruhi ROI (terus naik di tahun berikutnya). Pada 2010

dan 2011, kenaikan perputaran modal kerja ikut mempengaruhi kenaikan ROI di periode

tersebut (berbanding lurus). Hal ini dikarenakan semakin sering modal kerja berputar, maka

semakin besar laba bersih yang didapatkan sehingga profitabilitas perusahaan akan naik..

Grafik 4.1
Kurva Pengaruh WCTO terhadap ROI PT. HM Sampoerna Tbk.

45

40

35

30

25
WCTO
20 ROI
15

10

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2 PT. Gudang Garam Tbk.

Tabel 4.10
Perputaran Modal Kerja dan ROI PT. Gudang Garam Tbk.
WCTO ROI
Tahun
(Kali) (%)
64

2004 4.43 8.69

2005 3.99 8.54

2006 3.78 4.64

2007 3.28 6.07

2008 3.24 7.81

2009 2.84 12.69

2010 2.61 13.71

2011 2.49 12.68

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel, pada PT. Gudang Garam Tbk., di peroleh hasil yang tidak berbanding lurus

antara perputaran modal kerja dan profitabilitas perusahaan. Penurunan yang terjadi pada

perputaran modal kerja tidak mempengaruhi penurunan pada tingkat profitabilitas. Penurunan

WCTO pada tahun 2004-2006 diikuti dengan penurunan profitabilitas(berbanding lurus di

periode ini). Namun ditahun berikutnya, penurunan pada WCTO sementara kenaikan pada

profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang tidak terlalu signifikan pada tingkat

perputaran modal kerja terhadap tingkat profitabilitas perusahaan pada tahun 2007-2011.

Dalam hal ini ada komponen-komponen lain yang dapat mempengaruhi kenaikan pada tingkat

profitabilitas perusahaan, misalnya kenaikan penjualan produk dan atau kewajiban yang tidak

terlalu besar sehingga menyebabkan perusahaan dapat memperoleh profitabilitas yang tinggi.

Grafik 4.2
Kurva Pengaruh WCTO terhadap ROI PT. Gudang Garam Tbk.
65

3 PT. Bentoel Investama Tbk.

Tabel 4.11
Perputaran Modal Kerja dan ROI PT. Bentoel Investama Tbk.
WCTO ROI
Tahun
(Kali) (%)

2004 2.91 4.14

2005 1.59 5.87

2006 1.77 6.20

2007 2.15 6.29

2008 3.26 5.37

2009 3.49 0.58

2010 4.86 4.46

2011 21.98 4.83

Sumber : Data diolah, 2012

Hasil yang ekstrim ditunjukkan pada perusahaan PT. Bentoel Investama Tbk., dimana

penggunaan aktiva sebagai modal kerja tidak diikuti peningkatan pada profitabilitas. Hal ini

dikarenakan tidak adanya efisiensi dalam penggunaan modal kerja sehingga tingkat

profitabilitas yang didapatkan tidak sesuai dengan modal kerja yang telah di keluarkan. Secara,
66

teori semakin cepat modal kerja berputar maka semakin tinggi tingkat profitabilitas yang

didapatkan, namun hasil yang didapatkan secara kontradiksi terlihat pada perusahaan ini

dimana pada tahun 2011 perputaran modal kerja dengan angka mencapai 22 kali namun

profitabilitasnya hanya mencapai tingkat 4.83% (hanya naik 0.37% dari tahun 2010). Maka pada

perusahaan ini diperlukan efisiensi penggunaan modal kerja agar profitabilitas yang didapatkan

sesuai dengan modal kerja yang telah dikeluarkan perusahaan.

Grafik 4.3
Kurva Pengaruh WCTO terhadap ROI PT. Bentoel Investama Tbk.

4.2.2 Analisis Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap Profitabilitas (ROI) Perusahaan

Rokok di Indonesia.

Berikut adalah hubungan antara Rasio Lancar (X2) terhadap Profitabilitas (Y).

Ditunjukkan hubungan Rasio Lancar dalam mempengaruhi kenaikan atau penurunan tingkat

Profitabilitas (ROI).
67

a. PT. HM Sampoerna

Tabel 4.12
Rasio Lancar dan ROI PT. HM Sampoerna Tbk.
Current Ratio ROI
Tahun
(%) (%)

2004 228.21 17.03

2005 170.60 19.97

2006 168.05 27.89

2007 177.97 23.11

2008 144.43 24.14

2009 188.06 28.72

2010 161.25 31.29

2011 228.21 41.62

Sumber : Data diolah 2012

Berdasarkan data dilihat bahwa terjadi kontradiksi pada tahun-tahun tertentu dimana ketika ROI

mengalami peningkatan, Rasio Lancar cenderung menurun yakni periode 2004-2005, 2007-

2008, dan 2009-2010. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya, saat PT. HM.

Sampoerna berhasil mendapatkan profitabilitas yang tinggi, perusahaan tidak menginvestasikan

keuntungannya dalam hal investasi pada aktiva perusahaan. Dapat pula dipengaruhi oleh

penambahan dalam hal kewajiban lancar perusahaan.

Grafik 4.4
Kurva Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI PT. HM Sampoerna Tbk.
68

b. PT.

Gudang Garam Tbk.

Tabel 4.13
Rasio Lancar dan ROI PT. Gudang Garam Tbk.
Current Ratio ROI
Tahun
(%) (%)

2004 168.49 8.69

2005 173.29 8.54

2006 188.62 4.64

2007 195.14 6.07

2008 221.74 7.81

2009 246.00 12.69

2010 270.08 13.71

2011 168.49 12.68

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan data dilihat bahwa hasil yang signifkan bahwa Rasio Lancar dan tingkat

profitabilitas bebanding lurus. Kesesuaian dengan teori yakni ketika rasio lancar semakin tinggi

maka semakin baik bagi perusahaan.


69

Grafik 4.5
Kurva Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI PT. Gudang Garam Tbk.

c. PT.
Bentoel Investama Tbk.
Tabel 4.14
Rasio Lancar dan ROI PT. Bentoel Investama Tbk.
Current Ratio ROI
Tahun
(%) (%)

2004 201.30 4.14

2005 221.25 5.87

2006 160.73 6.20

2007 353.24 6.29

2008 247.83 5.37

2009 265.92 0.58

2010 249.99 4.46

2011 201.30 4.83

Sumber : Data diolah, 2012

Dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan pada rasio lancar menyebabkan kenaikan pada

tingkat ROI, hal yang sama ditunjukkan ketika kecenderungan penurunan Rasio Lancar diikuti

penurunan ROI (berbanding lurus). Terlihat Rasio Lancar paling tinggi adalah pada tahun 2007,
70

begitu pula kecenderungan tingkat profitabilitas paling tinggi terdapat pada tahun tersebut yakni

dengan Rasio Lancar sebesar 353.24% dan Profitabilitasnya 6.29%.

Grafik 4.6
Kurva Pengaruh Rasio Lancar terhadap ROI PT. Bentoel Investama Tbk.

45

40

35

30

25
ROI
20 Current Ratio
15

10

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

4.2.3 Analisis Rasio Kecukupan Kas terhadap (Cash to Revenue Ratio) terhadap tingkat

Profitabilitas (ROI).

Selanjutnya variabel independen yang ketiga adalah Rasio Kecukupan Kas, akan

ditunjukkan pengaruhnya terhadap tingkat Profitabilitas (ROI). Secara teori, rasio kecukupan

kas akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan dimana ketika suatu perusahaan

memiliki kas yang cukup untuk kegiatan operasional maka perusahaan tersebut tidak memiliki

hambatan dalam memperoleh laba sehingga tingkat profitabilitas perusahaan akan naik. Berikut

akan ditunjukkan hubungan antara Rasio Kecukupan kas terhadap tingkat Return On

Investment (ROI) atau Profitabilitas secara berurut pada tiga perusahaan Rokok di Indonesia.

1 PT. HM Sampoerna Tbk.

Tabel 4.15
71

Rasio Kecukupan Kas dan ROI PT. HM Sampoerna Tbk.


Rasio Kecukupan Kas ROI
Tahun
(%) (%)

2004 13.76 17.03

2005 5.49 19.97

2006 3.40 27.89

2007 1.87 23.11

2008 1.44 24.14

2009 1.35 28.72

2010 4.77 31.29

2011 6.07 41.62

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan data, penurunan yang terjadi pada Rasio Kecukupan Kas pada periode 2004-

2009, cenderung menyebabkan ROI berfluktuasi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh

penurunan pada kas yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan (pembagi)

sementara penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun dari tabel dapat dilihat

bahwa tingkat profitabilitas yang meningkat menjadi hal baik bagi perusahaan, mengingat salah

satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba yang maksimal. Hal lain yang menyebabkan kas

menurun, adalah penggunaan kas pada saat kewajiban yang dilunasi sehingga Kas menurun.

Selain kecukupan kas ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenaikan Profitabilitas,

sehingga dalam hal ini ROI cenderung naik pada periode 2008-2011.

Grafik 4.7
Kurva Pengaruh Rasio kecukupan Kas terhadap ROI PT. HM Sampoerna Tbk.
72

60

50

40

30 ROI
Rasio Kecukupan Kas
20

10

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2 PT. Gudang Garam Tbk.

Tabel 4.16
Rasio Kecukupan Kas dan ROI PT. Gudang Garam Tbk.
Rasio Kecukupan Kas ROI
Tahun
(%) (%)

2004 2.22 8.69

2005 1.69 8.54

2006 1.67 4.64

2007 1.78 6.07

2008 3.75 7.81

2009 3.71 12.69

2010 3.31 13.71

2011 2.61 12.68

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel, hasil yang didapatkan adalah hubungan antara rasio kecukupan kas dan

tingkat profitabilitas secara rata-rata cenderung linier (berbanding lurus). Meskipun kenaikan

pada Rasio kecukupan yang tidak terlalu signfikan namun ikut mempengaruhi kenaikan tingkat
73

profitabilitas hal yang sama terjadi penurunan Rasio Kecukupan Kas. Dapat dilihat pada Grafik

tingkat penurunan dan kenaikan rasio kecukupan kas cenderung berpengaruh terhadap

kenaikan dan penurunan ROI. Terdapat faktor lain ketika kenaikan Rasio Kecukupan Kas tidak

berpengaruh pada ROI, seperti kewajiban perusahaan melunasi hutang-hutangnya

menggunakan kas perusahaan atau penggunaan kas dalam hal selain kegiatan produksi

(pembelian asset tetap) sehingga kas yang menurun.

Grafik 4.8
Kurva Pengaruh Rasio Kecukupan Kas terhadap ROI PT. Gudang Garam Tbk.

18

16

14

12

10
ROI
8 Rasio Kecukupan Kas
6

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

3 PT. Bentoel Investama Tbk.

Tabel 4.17
Rasio Kecukupan Kas dan ROI PT. Bentoel Investama Tbk.
Rasio Kecukupan Kas ROI
Tahun
(%) (%)

2004 9.28 4.14


74

2005 21.42 5.87

2006 9.13 6.20

2007 12.94 6.29

2008 1.29 5.37

2009 1.39 0.58

2010 0.99 4.46

2011 0.88 4.83

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel Rasio Kecukupan Kas dan ROI dapat dilihat bahwa rata-rata kenaikan dalam

hal Rasio Kecukupan Kas akan mempengaruhi kenaikan pada ROI namun tidak terlalu

signifkan. Pada tahun 2009 ROI yang secara ekstrim menurun hanya mencapai 0.58%

dipengaruhi berbagai faktor, misalnya penjualan yang menurun. Namun dapat dilihat pada

grafik bahwa fluktuasi (kenaikan dan penurunan) Rasio Kecukupan Kas cenderung diikuti ROI

yang berfluktuasi pula (berbanding lurus).

Grafik 4.9
Kurva Pengaruh Rasio Kecukupan Kas terhadap ROI PT. Bentoel Invest. Tbk.
75

30

25

20

15 ROI
Rasio Kecukupan Kas
10

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
4.3 Rasio

Rata-rata Variabel Penelitian pada Perusahaan Rokok di Indonesia

Dari hasil perhitungan data terhadap WCTO, CR dan CTR dari ketiga perusahaan Rokok di

Indonesia maka selanjutnya peneliti menunjukkan Rasio Rata-rata dari ketiga variabel

independen dan variabel dependen pada ketiga perusahaan rokok di Indonesia. Rata-rata

Rasio tiap perusahaan berikut ini didapatkan dari jumlah nilai setiap variabel dibagi banyaknya

variabel tiap tahunnya. Selanjutnya, hasil rasio rata-rata perusahaan rokok di Indonesia

diperoleh dari jumlah rasio rata-rata variabel pada tiap perusahaan dibagi banyaknya

perusahaan rokok. Agar terlihat jelas mengenai perkembangan Rasio ketiga variabel yang

digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.18
Rasio Rata-rata variabel penelitian pada Perusahaan Rokok di Indonesia

Perusahaan WCTO CR CTR ROI

PT. HM Sampoerna 7.075 183.3475 4.76875 26.72125


76

PT. Gudang Garam 3.3325 203.9813 2.5925 9.35375

PT. Bentoel Investama 5.25125 237.695 7.165 4.7175

Rasio rata-rata Perusahaan Rokok di Indonesia 5.219583 208.3413 4.842083 13.5975

Sumber : Data diolah, 2012

1 Rasio Perputaran Modal Kerja (WCTO)

Rasio rata-rata tingkat perputaran modal kerja perusahaan rokok di Indonesia adalah sebesar

5,22 kali. PT. HM Sampoerna dan PT. Bentoel Investama memiliki rasio rata-rata perputaran

modal kerja diatas rasio rata-rata perusahaan rokok di Indonesia, dengan rasio tertinggi pada

PT. HM Sampoerna Tbk. yaitu sebesar 7,075 kali.

2 Rasio Lancar (CR)

Likuiditas perusahaan rokok di Indonesia cukup baik karena nilai rasio rata-ratanya sebesar

208,34% (>200%). Likuiditas rata-rata tertinggi adalah pada PT. Bentoel Investama yaitu

sebesar 237,69%, sedangkan likuiditas terendah adalah PT. HM sampoerna dengan rasio rata-

rata sebesar 183,34%.

3 Rasio Kecukupan Kas (CTR)

Rasio rata-rata Kecukupan Kas perusahaan rokok di Indonesia adalah sebesar 4,84%. Rasio

kecukupan kas rata-rata yang tertinggi terdapat pada PT. Bentoel Investama sebesar 7,165%

dan rasio kecukupan kas rata-rata yang terendah terdapat pada PT. Gudang Garam yaitu

sebesar 2,59%.

4 Rasio Profitabilitas (ROI)

Rasio Rata-rata Profitabilitas perusahaan rokok di Indonesia adalah sebesar 13,597%. Dengan

rasio tertinggi pada PT. HM sampoerna sebesar 26,72% dan rasio terendah pada PT. bentoel

Investama yaitu sebesar 4,7175%.

4.4 Pengujian Asumsi Regresi


77

4.4.1 Uji Multikolineritas

Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda

adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan

variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas

lainnya.

Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor

(VIF). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance dibawah 1

maka model terbebas dari multikolinearitas. Berikut ditunjukkan hasil uji perusahaan Rokok di

Indonesia dengan menggunakan SPSS 18.

Tabel 4.19
Uji Multikolinieritas Perusahaan Rokok di Indonesia
Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

WCTO .721 1.387

CR .777 1.287

CTR .843 1.187

a. Dependent Variable: ROI

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari ketiga variabel

pada perusahaan rokok go publik tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance ketiga variabel dibawah

angka 1. Maka dapat disimpulkan bahwa pada ketiga variabel dalam penelitian ini yaitu

Perputaran Modal Kerja (WCTO), Rasio Lancar (CR) dan Rasio Kecukupan Kas (CTR) tidak

terjadi multikolinieritas antara ketiga variabel.

4.4.2 Uji Autokorelasi


78

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari

serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi

antara tempat berdekatan (apabila cross sectional).

Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini

adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut :

1. 1,54< DW < 2,46 maka tidak ada autokorelasi.

2. 1,21< DW < 1,54 atau 2,46 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.

Tabel 4.20
Uji Autokorelasi Perusahaan Rokok di Indonesia
Model Summaryb

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson

.685 13.772 3 19 .000 1.590

a. Predictors: (Constant), CTR, CR, WCTO


b. Dependent Variable: ROI

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan hasil olah data diatas maka diketahui bahwa nilai DW adalah sebesar 1,590.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini.

4.4.3 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik

adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Pengujiannya gejala heteroskedasitas dapat

dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Jika titik-titik pada scatter plot tersebut membentuk pola tertentu yang
79

teratur (misal bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka dapat diindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedasitas pada ketiga perusahaan rokok

yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Grafik 4.10
Uji heteroskedasitas Perusahaan Rokok di Indonesia

Berdasarkan scatter plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di

atas maupun di bawah maupun diatas angka 0 pada sumbu Y. hanya. Maka secara garis besar

dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedasitas.

4.4.4 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel

bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah
80

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk

normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogram dari residualnya:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik

histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Berikut adalah gambar yang memperlihatkan hasil uji normalitas pada ketiga perusahaan rokok

yang ditunjukkan secara berurut. Uji ini dilakukan menggunakan pengolahan data SPSS 18.0

dengan proses plot area.

Grafik 4.11
Uji Normalitas Perusahaan Rokok di Indonesia
81

Dari hasil uji diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis

diagonal membuat pola gelombang yang teratur. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual

untuk model regresi ini telah normal dan memenuhi asumsi normalitas dimana distribusi

datanya normal.

4.5 Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear berganda, karena variabel bebasnya

lebih dari satu yakni terdiri dari variabel Working Capital Turn Over (X1), Current Ratio (X2) dan

Cash to Revenue Ratio (X3).


82

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 R2 1). Tujuan

menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Dari analisis data pada perusahaan rokok di Indonesia diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.21
Uji Koefisien Determinasi R2 Perusahaan Rokok di Indonesia.
Model Summary
Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

dimension0
1 .828a .685 .635 6.54220

1 Predictors: (Constant), CTR, CR, WCTO


Sumber : Data diolah, 2012
Berdasarkan hasil pengujian diatas diketahui bahwa nilai R square adalah 0,685. Artinya,

sebesar 68,5% Return on Investment (ROI) dari ketiga Perusahaan Rokok di Indonesia

dipengaruhi oleh variasi ketiga variabel independen yang digunakan, yaitu Working Capital Turn

Over, Cash to Revenue Ratio dan Current Ratio. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain di luar model penelitian. Dengan demikian, hubungan ketiga variabel sangat kuat

berpengaruh terhadap ROI karena nilai R square mendekati angka 1.

4.5.2 Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel

terikat . Dalam uji ini kita melihat pengaruh variabel WCTO (X1), Current Ratio (X2), dan Cash

to Revenue Ratio (X3) bersama-sama terhadap variabel independen ROI. Untuk mengetahui

signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat

maka digunakan probability sebesar 5% (= 0,05).

Jika sig > (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.


83

Hipotesis berbunyi :

H0 : tidak ada pengaruh perubahan CR, CTR dan WCTO terhadap ROA.

H1 : minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO, CTR dan CR terhadap ROI.

Berikut hasil uji dari pada data perusahaan rokok di Indonesia :

Tabel 4.22
Uji F pada Perusahaan Rokok di Indonesia
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1768.381 3 589.460 13.772 .000a

Residual 813.208 19 42.800

Total 2581.588 22

a. Predictors: (Constant), CTR, CR, WCTO


b. Dependent Variable: ROI
Sumber : Data diolah, 2012

Pada tabel menunjukkan angka hasil uji F menghasilkan F hitung sebesar 13,772. Sementara

itu nilai pada tabel distribusi nilai F pada taraf signifikansi adalah sebesar 0,00%. Dengan

tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya antara WCTO, CR dan CTR memiliki

pengaruh linear dan sangat kuat terhadap ROI. Dengan kata lain, variabel-variabel independen

ini secara simultan dan signifikan memengaruhi variabel dependen. Hal ini sekaligus menjawab

hipotesis, dimana ada pengaruh secara simultan antara variabel Working Capital Turnover,

Current Ratio dan Cash to Revenue Ratio terhadap ROI dan dari hasil yang diperoleh

didapatkan pengaruh yang sangat besar dan signifikan yaitu taraf signifikasi sebesar 0,000

dengan F hitung sebesar 13,772.

4.5.3 Uji T

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri

atas WCTO, CR, dan CTR terhadap Return on Investment (ROI).

Jika sig > (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika sig < (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.


84

H0 : tidak ada pengaruh perubahan CR, CTR dan WCTO terhadap ROI.

H1 : minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO, CTR dan CR terhadap ROI.

Berikut ditunjukkan hasil olah data menggunakan SPSS untuk uji t dari ketiga perusahaan rokok

di Indonesia :

Tabel 4.23
Uji T pada Perusahaan Rokok di Indonesia
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -7.342 8.809 -.833 .415

WCTO 4.138 .705 .890 5.867 .000

CR .002 .033 .007 .050 .960

CTR .477 .296 .226 1.612 .123

a. Dependent Variable: ROI

Sumber : Data diolah, 2012

Berdasarkan data hasil olahan SPSS pada perusahaan rokok Indonesia di atas, maka diperoleh

penjelasan sebagai berikut:

1. Variabel Working Capital Turn Over (WCTO) mendapatkan statistik uji t = 5,867 dengan

signifikansi 0,048. Koefisien hasil uji t dari WCTO menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 yaitu

lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 (< 5%), maka dapat disimpulkan bahwa WCTO

berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi Return on Investment (ROI). Artinya, tingkat

perputaran modal kerja lebih cepat maka profit yang diterima oleh perusahaan rokok yang go-

public di Indonesia akan meningkat dan sebaliknya bila tingkat perputaran modal kerja lebih

lama maka profit yang diterima oleh perusahaan akan menurun.

2. Variabel Current Ratio (CR) menunjukkan statistik uji t = 0,50 dengan signifikansi 0,960.

Koefisien hasil uji t dari CR menunjukkan tingkat signifikansi 0,960 yang lebih besar

dibandingkan dengan 0,05 (> 5%). Maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio (CR) tidak

secara parsial berpengaruh terhadap Return on Investment (ROI) pada taraf =5%. Hasil ini

bertolak belakang dengan teori yang ada, seharusnya semakin tinggi rasio ini maka semakin
85

tinggi pula profitabilitas yang didapatkan. Hal ini disebabkan oleh penambahan hutang lancar

yang menyebabkan naiknya nilai kewajiban lancar sehingga dapat menyebabkan turunnya

profitabilitas. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekadini (2010), yakni

Current Ratio berbanding terbalik dengan Profitabilitas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

yakni saat mencapai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan terlalu fokus pada kewajiban

melunasi hutang dan mengabaikan investasi yang seharusnya menambah keuntungan. Sedang

di satu sisi saat berhasil mengurangi kewajibannya, total aktiva bertambah, dan memberi

peluang bagi datangnya profitabilitas yang lebih besar karena digunakan sebagai penambah

dana investasi dan deposito perusahaan.

3. Variabel Cash to Revenue Ratio (CTR) mendapatkan statistik uji t = 1,612 dengan signifikansi

0,123. Koefisien hasil uji t dari CTR menunjukkan tingkat signifikansi 0,123 yaitu lebih besar

dibandingkan dengan 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa CTR tidak berpengaruh

secara parsial terhadap Return on Investment (ROI) pada taraf =5%. Hasil ini bertentangan

dengan teori, dimana seharusnya semakin tinggi rasio kecukupan kas maka perusahaan tidak

memiliki hambatan dalam memperoleh profit. Penelitian mengenai kas perusahaan dilakukan

oleh Yuyun Nuril Laila (2009) yang membahas tentang perputaran kas perusahaan terhadap

profitabilitas.

4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda

Pembuatan persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan menginterpretasikan angka-

angka yang ada di dalam unstandardized coefficient beta. Berikut hasil persamaan regresi

berganda pada perusahaan Rokok di Indonesia berdasarkan data pada tabel 4.23 :

Y = (-7,342) + 4,138X1 + 0,002X2 + 0,477X3

Dari persamaan regresi di atas maka dapat diinterpretasikan beberapa hal, antara lain:

1. Nilai konstanta persamaan di atas adalah sebesar -7,342. Angka tersebut menunjukkan

tingkat Return on Investment (ROI) yang diperoleh oleh perusahaan bila tingkat WCTO, CR,
86

dan CTR diabaikan. Artinya ketika ketiga variabel diabaikan maka tingkat perolehan

profitabilitas perusahaan bernilai negatif (rugi).

2. Variabel Working Capital Turn Over (WCTO) memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu

sebesar 4,138. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa WCTO terhadap jumlah ROI

berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa nilai ROI akan mengalami peningkatan

sebesar koefisien pengali dari WCTO, dengan asumsi variabel independen lain dianggap

konstan.

3. Variabel Current Ratio memiliki nilai koefisien regresi yaitu sebesar 0,002. Hal ini berarti nilai

ROI akan mengalami peningkatan sebesar koefisien pengali dari CR, dengan asumsi bahwa

variabel independen yang lain dianggap konstan.

4. Variabel Cash to Revenue Ratio memiliki nilai koefisien regresi yaitu 0,477. Nilai koefisien

regresi ini menunjukkan bahwa CTR berpengaruh positif dan terhadap ROI. Hal ini berarti nilai

ROI akan mengalami peningkatan sebesar faktor pengali dari CTR, dengan asumsi bahwa

variabel independen yang lain dianggap konstan.

4.7 Pembahasan

4.7.1 Pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen pada

Perusahaan Rokok di Indonesia.

Pada hasil olah data menggunakan program SPSS 18.0 for Windows diatas dapat dilihat bahwa

ketiga variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen, dimana

pada tabel 4.22 nilai F hitung sebesar 13,772 (F tabel = 8,6602) dan taraf signifikasi sebesar

0,000 (sig < 0,05). Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan, teori-teori yang dijelaskan

sebelumnya, serta penelitian empiris sebelumnya oleh Ekadini (2010) dengan variabel Working

Capital Turnover dan Current Ratio. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa variabel
87

independen Working Capital Turnover, Current Ratio dan Cash to Revenue Ratio berpengaruh

secara simultan terhadap variabel independen ROI.

4.7.2 Pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen pada

Perusahaan Rokok di Indonesia.

a. Working Capital Turnover terhadap ROI

Berdasarkan hasil olah data, diperoleh nilai Unstandardized coefficient dan nilai t hitung yang

positif. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel Working Capital Turnover memiliki pengaruh

memiliki pegaruh positif dan signifikan terhadap ROI. Hasil yang didapatkan ini sudah sesuai

dengan teori-teori, penelitian empiris sebelumnya dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan

yakni Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROI.

2 Current Ratio terhadap ROI

Berdasarkan hasil olah data, didapatkan nilai Unstandardized coefficient sebesar 0,002 pada

taraf sig = 5% (sig > 0,05). Hasil ini menunjukkan Current Ratio tidak berpengaruh secara

parsial terhadap ROI pada taraf sig =5%. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan

sebelumnya, dimana teori mengatakan bahwa semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula

profitabilitas yang didapatkan perusahaan. Berdasarkan tabel 4.18, Rasio Lancar rata-rata

Perusahaan Rokok di Indonesia sebesar 208,34% mengindikasikan adanya kelebihan pada

jumlah aktiva lancar. Serta pada penelitian empiris sebelumnya oleh Ekadini (2010)

mendapatkan hasil yang sama yakni antara Current Ratio dan Profitabilitas yang berbanding

terbalik. Hal ini disebabkan oleh penambahan hutang lancar yang menyebabkan naiknya nilai

kewajiban lancar sehingga dapat menyebabkan turunnya profitabilitas. Saat mencapai tingkat
88

likuiditas yang tinggi, perusahaan terlalu fokus pada kewajiban melunasi hutang dan

mengabaikan investasi yang seharusnya menambah keuntungan. Sedang di satu sisi saat

berhasil mengurangi kewajibannya, total aktiva bertambah, dan memberi peluang bagi

datangnya profitabilitas yang lebih besar karena digunakan sebagai penambah dana investasi

dan deposito perusahaan Rokok di Indonesia.

3 Cash to Revenue Ratio terhadap ROI

Berdasarkan hasil olah data, didapatkan nilai Unstandardized coefficient dari CTR sebesar

0,477 dan pada taraf sig = 5% (sig > 0,05). Koefisien hasil uji t dari CTR menunjukkan

tingkat signifikansi 0,123 yaitu lebih besar dibandingkan dengan 0,05 (5%), maka dapat

disimpulkan bahwa CTR tidak berpengaruh secara parsial terhadap Return on Investment (ROI)

pada taraf sig =5%. Hasil ini bertentangan dengan teori, dimana seharusnya semakin tinggi

rasio kecukupan kas maka perusahaan tidak memiliki hambatan dalam memperoleh profit. Dari

pemahaman penelitian empiris sebelumnya dapat ditarik pernyataan bahwa pengaruh yang

tidak signifikan ini disebabkan oleh faktor jumlah kas yang menurun. Kas digunakan sebagai

modal kerja untuk kegiatan operasional perusahaan, namun penjualan dari kegiatan

operasional ini tidak meningkat sehingga produk yang dihasilkan menjadi persediaan. Adanya

kenaikan persediaan tersebut akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya

penyimpanan dan pemeliharaan digudang serta memperbesar resiko kerusakan produk. Semua

hal ini akan menurunkan keuntungan perusahaan.

4.7.3 Identifikasi Variabel paling dominan

Berdasarkan hasil olah data, diperoleh nilai Unstandardized coefficient dan t hitung variabel

WCTO paling tinggi yaitu sebesar 5,867 (t tabel = 2,353). Artinya, secara parsial Working

Capital Turnover berpengaruh terhadap ROI. Dalam hal ini tingkat perputaran modal kerja

(Working Capital Turnover) merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan

terhadap perubahan profitabilitas perusahaan rokok di Indonesia. Hasil yang didapatkan ini
89

sesuai dengan teori-teori yang dikemukakan dan berdasarkan penelitian-penelitian empiris

sebelumnya. Dimana variabel modal kerja yang paling dominan mempengaruhi Profitabilitas

Perusahaan adalah tingkat perputaran modal kerja (Working Capital Turnover ). Hal ini

sekaligus menjawab masalah penelitian dan sesuai dengan hipotesis yang diajukan

sebelumnya.

4.8 Catatan Berdasarkan Hasil Penelitian

Dari hasil yang didapatkan ini, penulis berharap hasil penelitian ini dapat membantu orang-

orang dalam penanganan masalah modal kerja. Terutama bagaimana mengelola modal kerja

dan mengefisiensikan modal kerja serta mendapatkan profit maksimal. Dalam penelitian ini PT.

HM Sampoerna Tbk. sangat baik dalam mengelola modal kerjanya, perusahaan menggunakan

modal kerja yang seminimum mungkin namun menghasilkan profitabilitas yang lebih tinggi

dibandingkan dua perusahaan lain dalam penelitian ini.

Penelitian ini menemukan bahwa tingkat perputaran kerja yang paling dominan berpengaruh

terhadap profitabilitas. Seharusnya kepada perusahaan-perusahaan besar agar lebih

mengetahui bagaimana pengelolaan tingkat perputaran modal kerja yang baik, ketika

perputaran modal kerja ini semakin cepat maka profit yang didapatkan semakin besar pula.

Penelitian ini menyarankan dunia keuangan, agar dapat mengajarkan kepada publik tentang

bagaimana kiat mempercepat tingkat perputaran modal kerja, mengelola kebijakan aktiva lancar

dan hutang lancar. Agar semua perusahaan dapat mengefisienkan modal kerja dan

memaksimalkan profit nya.


90

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis paparkan terhadap data penelitian yang

telah diolah mengenai pengaruh Working Capital Turn Over (WCTO), Current Ratio dan Cash

to Revenue Ratio terhadap Return on Investment (ROI) pada Perusahaan Rokok di Indonesia

periode 2004-2011, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa Working Capital Turn Over Current

Ratio dan Cash to Revenue Ratio berpengaruh positif terhadap Return On Investment. Dan

variabel independen yang signifikan berpengaruh terhadap Return On Investment adalah

Working Capital Turn Over.

2. Variabel independen antara lain Working Capital Turnover, Current Ratio dan Cash to

Revenue Ratio secara simultan berpengaruh terhadap Return on Investment (ROI) pada

perusahaan rokok di Indonesia periode 2004-2011. Pernyataan ini dibuktikan dengan R

square diatas 0,5 dan nilai F hitung sebesar 13,772 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000

(sig < 0,005). Hal ini sekaligus menjawab masalah penelitian dan sesuai dengan hipotesis

yang diajukan.

3. Variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap Return on Investment (ROI)

Perusahaan Rokok di Indonesia adalah Working Capital Turn Over. Hal ini dibuktikan

dengan hasil uji t yang lebih besar dibandingkan dengan variabel independen lainnya serta

nilai Unstandardized coefficient paling tinggi yaitu sebesar 4,138.

4. Hasil estimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel

independen yang digunakan berpengaruh terhadap Return on Investment (ROI) pada


91

perusahaan rokok di Indonesia. Pengaruh ketiga variabel pada penelitian ini sebesar 68,5%,

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

5. Perusahaan rokok yang paling baik dalam efisiensi penggunaan modal kerja adalah PT. HM

Sampoerna Tbk. dapat dilihat dari estimasi rata-rata rasio profitabilitas tertinggi sebesar

26,72% dengan tingkat perputaran modal kerja tertinggi sebesar 7,075%. Hal ini sesuai

dengan teori-teori yang dikemukakan dan penelitian-penelitian empiris sebelumnya. Serta

hasil yang didapatkan dari penelitian ini, dimana tingkat perputaran modal kerja paling

dominan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

5.2 Saran

1. Penulis menyarankan agar PT. Bentoel Investama lebih mengefisiensikan penggunaan modal

kerja agar perputaran modal kerja meningkat dan dapat berinvestasi pada aktiva lancar

yang kemudian menyebabkan laba perusahaan meningkat.

2. Penelitian ini akan lebih baik dengan memasukkan beberapa variabel yang dianggap perlu

atau mendukung penelitian ini, misalnya mengenai Debt to Equity, Rasio Perputaran

Piutang, Receivable Turnover dan rasio modal kerja lainnya. Untuk itu, penulis

menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar menambahkan variabel modal kerja lain

agar dapat lebih aplikatif menjelaskan hubungan antara modal kerja dan profitabilitas.
92

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta

Ekadini. 2010. Analisis Penggunaan Modal Kerja dan Pengaruhnya terhadap tingkat
Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa Pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : FE-
UIN.

Firnady, Frans. 2007. Analisis Hubungan Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada PT. Pola
Indah Gas. Skripsi diterbitkan. Medan : FE-USU.

Gunawan, Ruslan. 2000. Analisis Kebutuhan Modal Kerja dan Keterkaitannya dengan
Keuntungan pada PT. Semen Tonasa di Pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar :
FE-UH.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 1997. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Cetakan
Kelima. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Hernawati, Irma. 2007. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas , dan Solvabilitas
terhadap Profitabilitas. (http://www.scribd.com/doc/2/Fungsi-Modal-Kerja, diakses 23
Sept. 2012).

Kartadinata, Abas. 1983. Analisa Belanja (Dasar-dasar Perhitungan dalam keputusan


keuangan). Edisi pertama, cetakan pertama. Jakarta : Bina Aksara.

Kesuma, Ali. 2007. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya
Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Kalimantan Tengah : Universitas Darwan Ali
Sampit.

Kosasih, Engkos dan Hananto. 2007. Manajemen Keuangan & Akuntansi Perusahaan. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada

Nuril, Yuyun. 2009. Analisis Pengelolaan Modal Kerja Untuk Meningkatkan Produktivitas
Perusahaan. Skripsi. Malang : FE-UIN Malik Ibrahim.

Pratiwi, Adetya. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja.


(http://tiwi8.blogspot.com/2010/05/faktor-yang-mempengaruhi-modal-kerja.html, diakses
23 Sept. 2012).
93

Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta :


Yayasan Penerbit Gajah Mada.

Rusdin. 2006. Pasar Modal : Teori, masalah dan Kebijakan Dalam Praktik. Bandung : Alfabeta.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketujuh, Cetakan


Kesepuluh. Semarang : Gudang Buku.

Wibisono, Handoyo. 1997. Manajemen Modal Kerja. Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Yogyakarta :
Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Yuliany. 2000. Analisis Tingkat Likuiditas dan Tingkat Profitabilitas pada PT. Semen Tonasa
Persero Pangkep. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : FE-UH.
94
95

BIODATA

Identitas Diri
Nama : Kumala Jodie Pranata Limarjo
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 7 September 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Jl. Kerung-kerung no. 21
Telepon Rumah dan HP : 08991833384

Alamat E-mail : die.bitz@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1 Pendidikan Formal
1 Tahun 1996 - 2002 : SD Negeri Kalukuang 1 Makassar
2 Tahun 2002 - 2005 : SMP Negeri 10 Makassar
3 Tahun 2005 - 2008 : SMA Negeri 1 Makassar
4 Tahun 2009 2012 : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

2 Pendidikan Nonformal

Pengalaman Organisasi
1 Tahun 2005-2006 : Sekertariat PMR SMP Negeri 10

Makassar
2 Tahun 2007-2008 : Anggota divisi hubungan

masyarakat Taekwondo SMA Negeri 1 Makassar


3 Tahun 2008-2009 : Anggota Pengurus PMR SMA

Negeri 1 Makassar
4 Tahun 2010-2011 : Anggota Pengurus Ikatan

Mahasiswa Manajemen (IMMAJ) FEB-UH


5 Tahun 2011-2012 : Anggota divisi dana dan

kesekretariatan Ikatan Mahasiswa Manajemen (IMMAJ) FEB-UH

3 Kerja

1 Tahun 2010 : Magang di Finance Area PT. Telkom Tbk. Cabang Makassar
2 Tahun 2011 : Magang di Kantor Notaris Frans Polim SH., MH.
96

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.

Makassar, 30 November 2012

Kumala Jodie Pranata Limarjo


97
98
99

Anda mungkin juga menyukai