Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BELAJAR MANDIRI

BLOK 2 KEDOKTERAN DASAR 1


MODUL 1 JARINGAN DASAR DAN HOMEOSTATIS

Disusun oleh :

Madherisa Paulita

Nim 1310015099

PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN 2016

UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mempunyai tubuh yang tersusun atas triliyunan sel yang saling
berinteraksi dan merupakan organisme multiseluler. setiap selnya melakukan
fungsi-fungsi dasar yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Sel merupakan
bagian terkecil dari suatu organisme. Sekumpulan sel yang ada dalam tubuh akan
membentuk suatu jaringan. Dari kumpulan jaringan tersebut akan membentuk
organ. Kumpulan organ yang bekerja secara bersama-sama membentuk sistem
organ yang melakukan fungsi yang saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk
menyelesaikan aktivitas yang penting bagi kelangsungan hidupnya secara
keseluruhan. Sel didalam tubuh akan kontak langsung dengan lingkungan dalam
maupun lingkungan luar sel tersebut. Untuk menjaga agar keadaan di dalamnya
tetap konstan, tubuh memerlukan upaya untuk tetap mempertahankan kondisinya
tersebut. Kondisi seperti ini disebut juga dengan homeostasis. Homeostasis ada
agar unsur-unsur yang ada dalam lingkungan dalam tubuh tetap menjaga dan agar
sel dapat menjalankan fungsi dasar sel secara optimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. SEL

Trilyunan sel didalam tubuh manusia diklasifikasikan menjadi sekitar 200


jenis sel berbeda berdasarkan variasi spesifik dalam struktur dan fungsinya.
Sebagian besar sel memiliki tiga subdivisi utama : membrane plasma, yang
membungkus sel ; nekleus, yang mengandung bahan genetic sel ; dan sitoplasma,
bagian interior sel yang tidak ditempati oleh nucleus.
Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil yang menyusun
mahluk hidup. Di dalam sel sebagian besar reaksi kimia berlangsung dalam sel
untuk mempertahankan kehidupan pada sel. Sel berjumlah sangat banyak atau
multiseluler. Ukuran sel tubuh manusia berdiameter sekitar 10 sampai 20
mikrometer (m).

Fungsi-fungsi dasar sel mencakup :

1. Memperoleh makanan (nutrient) dan oksigen (O2) dari lingkungan sekitar sel.
2. Melakukan reaksi-reaksi kimia yang menggunakan nutrient dan O 2 untuk
menghasilkan energy bagi sel.
Makanan + O2 CO2 + H2O + energi
3. Mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dan produk sampingan lainnya, atau produk
sisa yang terbentuk selama reaksi-reaksi kimia tersebut kelingkungan sekitar.
4. Membentuk protein dan komponen lainnya yang diperlukan untuk pembentukan
struktur sel, pertumbuhan, dan untuk melaksanakan fungsi tertentu sel.
5. Mengontrol sebagian besar pertukaran bahan antar sel dan lingkungan sekitarnya.
6. Memindahkan bahan dari satu bagian sel ke bagian lainnya dalam melaksanakan
aktivitas sel, dengan sebagian sel bahkan mampu bergerak secara utuh didalam
lingkungannya.
7. Peka dan responsive terhadap perubahan dilingkungan sekitarnya.
8. Sebagian besar sel dapat bereproduksi. Sebagian sel tubuh terutama sel saraf dan
sel otot, kehilangan kemampuan untuk bereproduksi setelah terbentuk pada tahap
awal perkembangan. Ini menjadi penyebab mengapa stroke dan yang
menyebabkan lenyapnya sel-sel saraf diotak, serta serangan jantung yang
menyebabkan kematian sel-sel otot jantung dapat menjadi sedemikian merugikan.

Sel-sel memiliki banyak kemiripan dalam melaksanakan fungsi-fungsi


dasar oini. Karena itu semua sel memiliki beberapa ciri umum.

Fungsi Khusus Sel :

Pada organism multiseluler, setiap sel memiliki fungsi khusus yang biasanya
adalah modifikasi atau elaborasi suatu fungsi dasar sel, beberapa contoh :

1. Dengan memanfaatkan kemampuannya membentuk protein, sel-sel kelenjar


system pencernaan mengeluarkan berbagai enzim pencernaan yang
menguraikan makanan yang masuk: enzim-enzim ini semuanya protein.
2. Sel ginjal mampu secara selektif menahan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh
tubuh sembari mengeluarkan bahan-bahan yang tidak dibutuhkan kedalam
urine, karena kemampuannya yang sangat khusus untuk mengontrol pertukaran
antara sel dan lingkungannya.
3. Dengan menggunakan kemampuan dasar sel untuk berespon terhadap
perubahan dilingkungan sekitar, sel-sel saraf menghasilkan dan menyalurkan
implus listrik kebagian tubuh lainnya yang menyampaikan informasi tentang
perubahan yang memicu respons sel tersebut. Sebagai contoh, sel saraf
ditelinga dapat menyampaikan informasi keotak tentang suara dilingkungan
luar. (Sherwood, 2012)

Sel tersusun dari tiga bagian:


a. Nukleus
Nukleus merupakan organel terbesar dalam sel, dapat berupa struktur bulat
atau oval yang biasanya terletak ditengah sel (inti sel). Struktur ini dikelilingi oleh
suatu membrane lapis ganda (selubung inti) yang memisahkan nucleus dari bagian
sel lainnya, yang dapat ditembusi oleh banyak pori inti yang memungkinkan lalu
lintas antara nucleus dan sitoplasma. Di dalamnya terdapat anak inti atau disebut
juga nukleolus.
Struktur dari nucleus :
Membran nuclear yang disusun dari membran ganda yang dipisahkan oleh ruang
perinuklear (membran dalam halus dan gabungan membran dalam dan luar).

Kromatin berupa gumpalan yang tidak beratur dan berwarna biru yang tersebar di
seluruh nucleus. Kromatin tersusun dari rantai pilin dna yang terikat pada protein
basa histon. Kromatin yang menebal saat membelah dan berpilin menjadi unit
khusus yang disebut dengan kromosom yang jumlahnya 23 pasang kromoson
pada manusia.

Berisi juga bahan genetik sel, asam deoksiribonukleat (DNA) yang punya fungsi
untuk menyediakan kode/sandi untuk mengarahkan sintesis protein, menentukan
jenis dan jumlah berbagai enzim dan protein lain yang diproduksi, nucleus secara
tidak langsung mengatur sebagian besar aktivitas sel dan berfungsi sebagai pusat
kontrol sel. Serta berfungsi sebagai cetak biru genetic selama replikasi sel untuk
memastikan bahwa sel menghasilkan sel lain yang sama dengan dirinya sehingga
tercipta turunan sel yang identik didalam tubuh dengan meneruskan karakteristik
genetic ke generasi berikutnya.

Nukleoplasma merupakan matriks yang menyelubungi kromatin. Nukleoplasma


tersusun dari protein, metabolit dan ion. Nucleolus merupakan anak dari inti sel
yang tersusun dari rna dan protein. (Sherwood, 2012)

b. Membran Sel
Membran Plasma/sel merupakan struktur membranosa yang menyelubungi
tiap sel, strukturnya elastic, fleksibel dan tipis dengan ketebalan hanyan 7,5-10
nanometer dan hanya tampak dengan mikroskop electron.. Membran sel hampir
seluruhnya tersusun dari protein dan lipid. Perkiraan komposisinya adalah protein
55%, fosfolipid 25%, kolesterol 13%, lipid lain 4% dan karbohidrat 3%. (Guyton,
2007)
Membran sel berfungsi sebagai sawar selektif ini memisahkan isi sel dari
lingkungan sekitar; membrane plasma menjaga cairan intrasel (CIS) tetap berada
dalam sel dan tidak bercampur dengan cairan ekstraseluler (CES) diluar sel.
Membran plasma bukan sekedar sekat mekanis yang menahan isi sel; selaput ini
juga memiliki kemampuan untuk secara selektif mengontrol pergerakan molukel
antar CIS dan CES. Melalui struktur ini, sel dapat mengontrol masuknya makanan
dan pasokan lain yang dibutuhkan dan mengeluarkan produk yang dibuat didalam
sel, sambil menjaga lalu lintas keluar masuk sel dari hal-hal yang tidak
diingankan. (Sherwood, 2012)
Struktur dasar membrane sel adalah sebuah lapisan lipid ganda, yang
merupakan lapisan tipis sebanyak dua buah lapisan lipid. Setiap lapisan memiliki
ketebalan hanya satu molekul yang terbentsng diseluruh permukaan sel. Molekul
protein globules yang besar tersebar dilapisan lipid tersebut.
Strukut dasar lapisan lipid ganda dibentuk oleh molekul-molekul
fosfolipid. Salah satu gugus dari setiap molekul fosfolipid tersebut larut dalam air
(hidrofilik), dan gugus yang larut dalam lemak (hidrofobik). Gugus fosfat dari
fosfolipid bersifat hidrofilik, dan gugus asam lemaknya bersifatnya hidrofobik.
Karena gugusn hidrofobik molekul fosfolipid tersebut menjauhi molekul
air, sedangkan antara satu gugus hidrofobik dilapisan lipid yang pertama dan
gugus hidrofobik dilapisan yang kedua saling tarik menarik, maka kedua lapis
gugus hidrofobik tersebut memiliki kecendrungan untuk saling bertemu dibagian
tengah membrane. Dengan demikian, gugus fosfat yang bersifat hidrofilik
membentuk dua permukaan membrane sel yang utuh, yaitu sisi dalam membrane
yang berhubungan dengan cairan intrasell dan sisi luar yang berhubungan dengan
cairan ekstrasel.
Lapisan lipid dibagian tengah membrane bersifat impermeable terhadap
zat yang biasanya larut dalam air, seperti ion, glukosa, dan urea. Sebaliknya zat
yang larut dalam lemak seperti oksigen, karbon dioksida, dan alcohol, dapat
dengan mudah menembus bagian membrane tersebut.
Molekul kolesterol pada membrane sel sebenarnya juga merupakan lipid
karena inti steroidnya sangat mudah larut dalam lemak. Molekul ini larut dalam
kedua permukaan membrane. Molekul kolestero; terutama membantu menentukan
derajat permeabilitas kedua lapisan membrane terhadap bahan larut-air dari cairan
tubuh, Kolesterol ini juga mengatur banyak sifat cair membrane.
Protein Membran Sel.Massa glonulus yang mengapung dalam lapisan lipid
ganda. Massa ini merupakan protein membrane, yang sebagian besar merupakan
glikoprotein. Terdapat dua jenis protein membrane yaitu protein integral yang
menembus membrane sepenuhnya dan protein perifer yang hanya melekat pada
satu sisi atau permukaan membrane dan tidak menembus membrane sepenuhnya.
Banyak protein integral yang berperan sebagai kanal structural (atau pori-
pori) yang dapat dilewati oleh molekul air dan zat larut-air, khususnya ion, yang
dapat berdifusi antara cairan ekstrasek dan cairan intrasel. Kanal protein ini juga
memiliki kemampuan memiliki zat yang akan lewat sehingga memungkinkan zat
tertentu lebih mudah berdifusi daripada zat lain.
Protein integral lain berfungsi sebagai protein pengangkat (carrier) untuk
membawa zat yang jika tidak diangkut, tidak akan bias menembus lapisan lipid
ganda. Kadang-kadang terjadi pengangkutan zat-zat kea rah yang berlawanan
dengan arah difusi yang seharusnya, yang disebut transport aktif. Protein integral
lainnya berperan sebagai enzim.
Protein integral membrane juga dapat berperan sebagai reseptor untuk zat
kimia yang larut air seperti hormone peptide yang tak dapat menembus membrane
sel dengan mudah. Interaksi reseptor dengan ligan spesifik yang menempe; pada
reseptor mengakibatkan perubahan bentuk protein reseptor. Hal tersebut
selanjutnya mengaktivasi bagian dalam protein integral atau menginduksi
terjadinya interaksi antara reseptor dan protein yang terdapat dalam sitoplasma
yang berperan sebagai second messenger. Oleh karena itu, sinyal dapat diteruskan
dari bagian luar reseptor kedalam sel. Dalam hal ini, protein integral yang tersebar
dimembran sel berfungsi sebagai sarana penyampaian informasi mengenai
lingkungannya diluar sel kedalam sel.
Molekul protein perifer seringkali melekat pada protein integral. Protein
perifer ini hamper sepenuhnya berfungsi sebagai enzim atau sebagai pengatur
lalu-lintas zat yang melalui pori-pori membrane sel.
Karbohidrat membrane hampir selalu terdapat dalam bentuk kombinasi
dengan protein atau lipid sebagai molekul glikoprotein atau glikolipid.
Kenyataannya hampir sebagian besar protein integral merupakan glikoprotein dan
sepersepuluh molekul-molekul lipid membrane merupakan glikolipid. Gugus
gliko dari molekul tersebut hampir selalu menonjol keluar dari sel. Banyak
senyawa karbohidrat lain, yang disebut proteoglikan yang secara khusus
merupakan zat karbohidrat yang terikat pada inti protein kecil yang juga teruntai
bebas dari permukaan luar sel. Jadi, seluruh permukaan luar sel tersebut seringkali
dilapisi oleh suatu selubung karbohidrat longgar yang disebut glikokaliks.
Bagian karbohidrat yang melekat dipermukaan luar sel mempunyai
beberapa fungsi penting : (1) Banyak karbohidrat tersebut bermuatan listrik
negative, yang menyebabkan sebagian besar sel mempunyai suatu muatan
keseluruhan permukaan sel yang negative sehingga dapat menolak benda-benda
bermuatan negative yang lain. (2) Glikokaliks dari beberapa sel melekat pada
glikokaliks sel yang lain, sehingga sel dapat saling melekat satu sama lain, (3)
Banyak karbohidrat yang berperan sebagai reseptor untuk mengikat hormone,
seperti insulin begitu terikat, protein interna yang terdapat di sel menjadi aktif dan
selunjutnya mengaktivasi serangkaian enzim intrasel. (4) Beberapa karbohidrat
juga akan ikut dalam reaksi kekebalan. (Guyton, 2007)

c. Sitoplasma
Sitoplasma dipenuhi oleh partikel dan organel berukuran besar dan kecil
yang tersebar. Mengandung sejumlah struktur yang jelas, sangat teratur,
terbungkus membrane yang disebut organel yang tersebar didalam sitosol, yaitu
cairan kompleks mirip gel. Bagian cairan yang bening dari sitoplasma yang
merupakan tempat partikel tersebut tersebar disebut sitosol yang mengandung
protein, elektrolit dan glukosa yang terlarut.
Didalam sitoplasma tersebar lemak netral berbentuk globulus, granula
glikogen, ribosom, vesikel sekretoris dan lima macam organel yang sangat
penting : Retikulum endoplasma, apparatus golgi, mitokondria, lisososm dan
peroksison. (Guyton, 2007)
Terbagi menjadi dua:
1) Sitosol : Bagian sitoplasma sisanya yang tidak ditempati oleh
organel terdiri sitosol (cairan sel) yang berada diantara membrane dan inti sel,
dibentuk oleh suatu massa setengah cair seperti gel yang berisi anyaman protein
yang dinamai sitoskeleton. Banyak reaksi kimia yang tidak saling mengganggu
berlangsung di sitosol. Anyaman sitoskeleton menentukan bentuk sel, organisasi
internal sel, dan mengatur berbagai gerakannya. (Sherwood, 2012)

2) Organela : Struktur yang teratur dan jelas merupakan komponen


sitoplasma yang terbungkus membrane tersebar didalam sitosol. Hampir separuh
dari volume sel total ditempati organel yang merupakan suatu kompartemen
tersendiri didalam sel yang terbungkus oleh suatu membrane yang mirip dengan
membrane plasma. Hampir semua sel mengandung enam jenis utama organel
yaitu :

a) Mitokondria
Berbentuk batang atau oval seukuran bakteri. Kenyataannya merupakan
turunan dari bakteri yang menginvasi atau ditelan oleh sel primitive pada awal
sejarah evolusi dan kemudian menjadi organel permanen. Memiliki DNA nya
sendiri yang berbeda dari DNA yang terdapat di nucleus sel. DNA mitokondria
mengandung kode genetic untuk membentuk banyak molekul mitokondria yang
dibutuhkan untuk menghasilkan energy.
Mitokondria disebut sebagai gudang energy/generator listik (powerhouses)
sel. Tanpa mitokondria sel tidak akan dapat memperoleh energy yang cukup dari
bahan makanan dan semua fungsi sel akan mati. Organel ini mengekstraksi dari
nutrient dalam makanan dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat
digunkanan oleh sel untuk beraktivitas
Mitokondria terdapat disemua bagian dari setiap sitoplasma sel, tetapi
jumlah total per sel sangat bervariasi, mulai kurang dari seratus sampai beberapa
ribu tergantung jumlah energy yang dibutuhkan oleh masing-masing sel. Diameter
hanya beberaparatus nanometer dan berbentuk globulus sedangkan mitokondria
lainnya berdiameter 1 mikrometer dan panjangnya 7 mikrometer.

b) Lisosom
Lisosom ditemukan pada semua sel kecuali sel darah merah dan sel kulit
yang telah terkeratinisasi.
Struktur dari lisosom terdiri dari :
Lisosom yaitu vesikel kecil yang terikat membran yag mengandung 50
jenis enzim hidrolitik .

Lisosom primer yang hanya mengandung enzim : dan enzim sekunder


yang mengandung enzim dan materi terdegradasi.

Lisosom berfungsi sebagai pencernaan intraseluler, menghancurkan bagian


sel yang telah rusak yang sudah tidak terpakai serta berfungsi dala pertumbuhan
dan perbaikan selular normal.
c) Retikulum endoplasma (RE)

Struktur dari re tersusun dari jaring-jaring rongga sisterna.


Berfungsi sebagai penghubung membran inti dan membran sel,
mengeluarkan produk berupa enzim dan hormon.
Retikulum endoplasma ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Retikulum endoplasma kasar

Pada retikulum endoplasma terdapat ribosom. Berfungsi membantu


sintesis protein.
Retikulum endoplasma halus yang tidak memiliki ribosom.

d) Ribosom

Ribosom merupakan granula kecil berwarana hitam yang tesusun dari rna
ribosomal dan 80 jenis protein.
Berfungsi untuk mensintesis protein. ii
e) Badan golgi

Badan golgi terdapat pada sebagaian besar sel, tetapi paling banyak
dibentuk dan dipelajari pada sel glandular. Badan golgi mengandung 6-7 kantung
datar yang terikat membran dan tersusun seperti mangkuk terbalik, permukaan
konveks mengahadap pada re dan nucleus, dan permukaan konveks mengahadap
permukaan eksternal sel. Aparatus golgi berfungsi sebagai tempat akumulasi,
konsentrasi, pembungkusan, dan modifikasi kimia, apparatus gologi juga
berfungsi memproses protein yang serfungsi secara intraseluler seperti enzim
lisosom.
f) Peroksisom

Peroksisom merupakan organel kecil, sferikal yang terikat pada membran


serta mengandung enzim destruktif. Peroksisom berfungsi sebagai pelindung sel
dari pengaruh hydrogen peroksida yang rusak serta berfungsi dalam metabolism
lipid.
HOMEOTASIS

Homeostasis merupakan suatu keadaan yang kecenderungan untuk tetap


stabil dalam keadaan tubuh organism normal (lingkungan internal). Fungsi-fungsi
yang dilakukan oleh system tubuh ikut berperan dalam mempertahankan
homeostasis, sehingga lingkungan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan
fungsi semua sel yang membentuk tubuh dapat dipertahankan. Kenyataan bahwa
lingkungan internal harus dijaga agar relatif stabil tidak berarti bahwa
komposisinya, suhu dan sebagainya tidak berubah sama sekali. Factor-faktor
eksternal dan internal terus menerus mengancam dan dapat mengacaukan
homeostasis.

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara


homeostasis mencakup sebagai berikut :

1. Konsentrsi molekul zat-zat gizi


Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk
digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energy. Energy
kemudian digunakan untuk menunjang aktivitas-aktivitas khusus dan untuk
mempertahankan hidup.
2. Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik
sebanyak mungkin energy dari molekul nutrient untuk digunakan oleh sel. CO 2
yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan
dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak
meningkatkan keasaman dilingkungan internal.
3. Konsentrasi zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang berefek
toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
4. pH
diantara efek-efek yang paling mencolok dari perubahan keasaman
lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentukan sinyal
listrik di sel saraf dan perubahan aktivitas enzim disemua sel.

5. Konsentrasi air, garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain.


Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel
(lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar
sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel
yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka
membengkak atau menciut.
6. Suhu
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentang suhu yng sempit.
Sel-sel akan mengalami perlambatan aktivitas yang hebat apabila suhunya terlalu
dingin dan, protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila
suhunya terlalu panas.
7. Volume dan tekanan
Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus
dipertahankan pada tekanan darah dan volume yag adekuat agar penghubung vital
antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi keseluruh tubuh.

Selain faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi homeostasis juga


terdapat pengaruh eksternal yaitu keadaan lingkungan eksternal. Keadaan
lingkungan eksternal tubuh juga berpengaruh besar terdapat homeostasis.
Sedangak fungsi dari homeostasis yaitu untuk menyeimbangkan keadaan tubuh
agar dapat berjalan dengan normal.

REGULASI HOMEOSTASIS

Untuk menjaga homeostasis diperlukan aktivitas berbagai sitem tubuh.


Terdapat 11 sistem tubuh utama yang menyumbang homeostasis:

1. Sistem rangka, menunjang dan melindungi jaringan dan organ-organ


yang lemah, serta berfungsi sebagai persediaan kalsium (Ca ++), suatu elektrolit
yang dalam plasma harus dijaga dalam jumalh yang terbatas. Bersama dengan
sistem otot, sistem rangka juga memungkinkan gerakan tubuh dan bagian-
bagiannya.
2. Sitem otot, menggerakan tulang-tulang tempat melekatnya. Dari
pandangan homeostasis secara murni, sistem ini memungkinkan suatu individu
bergerak ke arah makanan atau menjauhi bahaya. Selanjutnya panas yang
ditimbulkan oleh otot rangka sangat penting bagi regulasi suhu. Sebagai
tambahan, karena otot rangka dibawah kotrol kesadaran, memungkinkan
seseorang menggunakanya untuk melakukan geraka lsin yang tidak langsung
kearah pemeliharaan homeostasis.

3. Sistem saraf, adalah salah satu dari dua sistem kontrol tubuh yang utama.
Secara umum sistem saraf mengontrol dan mengkoordinir aktivitas tubuh yang
memerlikan respon yang cepat. Sistem ini secara khusus pentig dalam
maendeteksi dam memberikan reaksi kepada perubahan-perubahan dalam
lingkungan ekstetrnal. Selanjutnya, sistem ini bertanggung jawab pada fungsi-
fungsi yang lebih tinggiyang tidak seluruhnya langsing di bawah pemeliharaan
homeostasis, seperti kesadaran, memori (ingatan), dam kreativitas.

4. Sistem endokrin, adalah sistem kontrol utama yang lain. Secara umum,
hormon yang disekresikan meregulasi aktivitas tubuh yang lambat, sistem ni
khususnya penting dalam mengontril konsentrasi nutrien dan pengaturan fungsi
ginjal, mengontrol volume dan komposisi elektrolit lingkungan internal.

5. Sistem sirkulasi, adalah sistem transpor yang membawa berbagai zat


seperti; zat makanan, O2, CO2, zat sampah, elektrolit, dan hormon dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lain.

6. Sistem kekebalan, sebagai pertahanan melawan penyusup asing dan


sel-sel tubuh yang telah menjadi kangker. Sistem ini juga membuka jalan untuk
memperbaiki atau mengganti sel-sel yang luka atau usang.

7. Sistem respirasi, mengambil O2 dari ligkungan eksternal dan


mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan mengatur kecepatan
pemindahan CO2 sebagai pembentuk asam (H2CO3), maka sistem respirasi juga
penting dalam pemeliharaan pH yang tepat dalam lingkungan internal.
8. Sistem pencernan, mencerna makann yang kita makan menjadi molrkul
zat makann yang siap diabsorbsi ke dalam plasma untuk didistribusikan ke sel-sl
tubuh. Sistem ini juga mentransfer air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke
dalam lingkungan internal.

9. Sistem integumen, berfungsi sebagai pelindung luar untuk melindingi


kehilngan cairan internal dari tabuh dan masuknya microorganisme asing ke
dalam tubuh. Sistem ini juga pnting dalam meregulasi suhu tubuh. Jimlah panas
yang hilang dari permukaan tubuh ke lingkungan luar dapat diatur dengan
mengontrol produksi keringat dan dengan meregulasi aliran darah dan dengan
meregulasi aliran darah yang membawa panas ke kulit.

10. Sistem urinaria, mengeluarkan zar sampah selain CO2 dam memegang
peranan penting dalam meregulasi volume, komposisi elektrolit, dan keasaman
cairan ekstraseluler.

11. Sistem reproduksi, pada dasarnya tidak esensial untuk homeostasis dan
dengan demikian tidak esensial untuk kelangsungan hidup individu. Sistem
reproduksi esensial untuk pelestarian spesies.
BAB III

PEMBAHASAN

1. SEL

Sel merupakan satuan unit structural dan fungsional terkecil dalam


makhluk hidup. Sel terbagi menjadi 3 yaitu
1. Nukleus
Pada Nukleus terdapat membran inti, nukleoplasma, dan nukleolus.
Membran inti merupakan lapisan yang membatasi Antara nucleus dengan
sitoplasma. Nukleoplasma berisi benang-benang kromatin dimana yang tampak
jelas ketika terjadi pembelahan sel untuk membentuk kromosom. Kromosom
sendiri berfungsi untuk kehidupan sel serta pewarisan sifat-sifat gen. sedangkan
nukleous merupakan bagian dari nucleus yang berisi DNA, RNA, dan protein.

2. Sitoplasma
Pada sitoplasma terbagi menjadi organel dan sitosol. Dimana organel yaitu
substansi sitoplasma yang permanen yang aktif dalam proses metabolism.
Sedangkan sitosol adalah cairan yang merupakan hasil dari metabolism. Organel
terdiri atas ribosom, reticulum endoplasma, mitokondria, apparatus golgi, lisosom,
peroksisom, sentrosom, vakuola serta vault. Organel-organel tersebut memiliki
fungsinya masing-masing.

Ribosom berfungsi sebagai sintesis protein. Organel pen-sintesis protein.


Ribosom sering menempel satu sama lain membentuk rantai yang disebut
poliribosom atau polisom. Antar unit ribosom diikat oleh mRNA.

Reticulum endoplasma yang terbagi menjadi RE kasar dan RE halus,


dimana RE kasar terdapat ribosom berupa bintik-bintik kecil yang berfungsi
sebagai pendukung sintesis protein dan menyalurkan bahan genetic Antara inti sel
dengan sitoplasma dan berfungsi sebagai alat transportasi zat-zat di dalam sel itu
sendiri. Sedangkan RE halus berfungsi sebagai sintesis lipid, glikogen dan
persenyawaan steroid.

Mitokondria bergerak bebas membawa ATP ke daerah-daerah yang


memerlukan energi. Mitokondria tersusun atas 2 sistem membran yaitu membran
dalam dan membran luar. Membren dalam membentuk tonjolan-tonjolan ke arah
dalam (membran krista) untuk memperluas bidang penyerapan oksigen. Matrik
Mitokondria mengandung protein, lemak, enzim sitokrom, DNA & ribosom
sehingga memungkinkan sintesis enzim-enzim respirasi secara otonom. Untuk
melintasi membran mitokondria memerlukan mekanisme transpor aktif. Fungsi
Mitokondria adalah sebagai tempat berlangsung respirasi untuk menghasilkan
energi.
Aparatus golgi terdiri atas kumpulan vesikel pipih yang berbentuk
kantong berkelok-kelok (sisternae). Aparatus Golgi yang terdapat pada sel
tumbuhan disebut diktiosom, kebanyakan terletak di dekat antara sel. Aparatus
golgi dapat bergerak mendekati antara sel untuk mensekresikan isinya ke luar sel.
Oleh karena itu, organel ini disebut organel sekresi. Di dalam golgi banyak enzim
pencernaan yang belum aktif, seperti dan koenzim. Selain itu dihasilkan pula
antara yang disebut musin. Aparatus golgi juga dapat membentuk lisosom.

Lisosom dihasilkan oleh golgi yang penuh dengan protein. Lisosom


menghasilkan enzim-enzim hidrolitik seperti proteolitik, lipase, dan fosfatase.
Enzim hidrolitik berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam sel
secara fagositosis. Lisosom juga menghasilkan zat kekebalan sehingga banyak
dijumpai pada sel-sel darah putih. Lisosom juga bersifat autofagi, dan
menghancurkan makanan secara edsositosis.
Ada dua macam lisosom, yaitu lisosom primer dan sekunder. Lisosom
primer memproduksi enzim-enzim yang belum aktif. Fungsinya adalah sebagai
vakuola makanan. Lisosom sekunder adalah lisosom yang terlibat dalam kegiatan
mencerna. Ia berfungsi sebagai autofagosom.
Peroksisom dibentuk dalam endoplasma granular. Peroksisom
mengandung berbagai enzim yang terlibat dalam produksi peroksida (H 2O2).
Fungsi peroksisom yaitu penghasail enzim katalase yang menguraikan 2O2
menjadi H2O + O2
Sentrosom hanya dapat dijumpai pada sel hewan. Sentrosom pada saat
reproduksi sel akan membelah menjadi sentriol. Sentriol tersusun atas benang-
benang tubulin atau dibentuk oleh mikrotubulus. Sentriol membentuk benang-
benang antara yang dapat menggerakkan kromosom pada saat pembelahan
mitosis.

Vakuola berisi garam-garam, glikosida, minyak eteris, alkaloid, enzim,


dan butir-butir pati. Pada beberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan
vakuola nonkontraktil.

Vault yaitu sebagai truk sel yang bentuknya seperti pori inti, berfungsi
membawa mRNA/subunit ribosom dari nucleus ke bagian sitoplasma tempat
sintesis protein.

3. Membran Plasma
Membran Sel tersusun atas lapisan lipoprotein gabungan lemak dan
protein. Lipid yang menyusun adalah pospolipid yang bersifat hidrofilik dan sterol
yang bersifat hidrofobik. Protein yagn terdapat pada permukaan luar dan dalam
sel disebut protein ekstrinsik yang bersifat hidrofobik. Sedangkan protein yang
ada dan menembus kedua lapis lipid disebut protein yang bersifat hidrofobik.
Membran sel bersifat semi permiabel. Sifat sel ; pembatas isi sel dengan bagian
luar sel; sebagai pelindung sel; sebagai tempat pertukaran zat; sebagai reseptor
dari rangsang luar; sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reasi kimia.
Sel memiliki beberapa fungsi dasar, diantaranya :
a. mendapatkan zat gizi dan 02 dari lingkungan internal;
b. mengeluarkan CO2 dan zat-zat sisa atau produk sampingan yang
dihasilkan selama reaksi-reaksi kimia ke lingkungan internal;
c. sintesis protein dan komponen lain yang diperlukan untuk membentuk
struktur seluler, untuk pertumbuhan dan menjalankan fungsi tertentu sel;
d. mengontrol terjadinya pertukaran zat antara sel dan lingkungan internal;
e. memindahkan zat-zat dari salah satu bagian sel ke bagian lain ketika
menjalankan aktivitas sel, bahkan sebagian sel dapat menggerakkan seluruh
dirinya melintasi lingkungan, dan
f. kebanyakan sel dapat bereproduksi sehingga apabila sel-sel tersebut
rusak maka akan dapat digantikan dengan yang baru

2. JARINGAN DASAR

Jaringan dasar yang membentuk tubuh meliputi :


1. Jaringan Epitel
Menurut bentuknya epitel terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Epitel selapis
Epitel selapis tersusun oleh sel-sel dalam suatu lapisan yang tepinya tidak
teratur, saling berhimpitan membentuk suatu lembaran yang sempurna. Epitel
selapis dibagi menjadi:
- Epitel selapis pipih
- Epitel selapis kuboid
- Epitel selapis silindris

b. Epitel bertingkat
Epitel bertingkat terdiri atas inti sel yang terletak ditempat berbeda dan
ukurannya berbeda juga sedangkan bentuknya bertingkat.

c. Epitel berlapis
Epitel berlapis tersusun dua atau lebih lapisan. Epitel berlapis dibagi
menjadi:
- Epitel berlapis pipih
- Epitel berlapis kuboid
- Epitel berlapis silindris
- Epitel transisional
Kelenjar eksokrin multiselular digolongkan berdasarkan bercabang atau
tidaknya saluran keluar, dan berdasarkan bagian sekresi (tubular, alveolar, atau
kombinasinya).
Kelenjar endokrin jauh lebih sederhana dari pada kelenjar eksokrin,
biasanya diliputi suatu simpai jaringan ikat tipis yang menjulurkan sekat tak
lengkap ke dalam kelenjar serta membaginya menjadi beberapa lobus. Jaringan
penyokong utama terdiri atas serat-serat retikulin (jaringan ikat) sangat halus,
diikuti oleh kapiler darah.

2. Jaringan Ikat
a. Jaringan ikat sejati
Terbagi manjadi:
- Jaringan ikat padat, contohnya pada tendon
- Jaringan ikat longgar, contohnya pada lien
b. Jaringan ikat khusus : tulang rawan dan tulang
- Hialin : permukaan sendi pada tulang
- Tulang rawan iga : tulang rawan pada hidung
- Tulang rawan elastis : memerlukan penyokong fleksibel contohnya
epiglottis dan telinga luar
c. Jaringan ikat khusus: darah (sel-sel darah, trombosit dan plasma darah)

3. Jaringan Otot
Berfungsi untuk melakukan gerakan badan
a. Otot rangka : Berfungsi untuk menggerakkan tulang ciri-cirinya:
- variasi warna merah atau putih

- tiap serat bentuk silindris panjang


- berinti banyak

- ujung-ujung meruncung dan membulat

b. Otot jantung : Berfungsi untuk memompa darah atau berdenyut.


c. Otot polos : Berfungsi membungkus atau mengontrol gerakan isi organ
dalam.

4. Jaringan Saraf
Secara anatomis dibagi menjadi dua yaitu system saraf pusat dan system
saraf tepi.
a. Sistem Saraf Pusat
Terdiri dari otak dan medulla spinalis. pada otak terdapat pelindung berupa
korteks dan medulla. Korteks merupakan lapisan tipis yang memiliki warna
kelabu yang berisi badan sel saraf. Medulla merupakan lapisan tebal yang
berwarna putih yang berisi dendrit dan akson.
b. Sistem Saraf Tepi
Terdiri dari semua jaringan saraf berasal dari luar tubuh. Saraf tepi disusun
oleh berkas-berkas serta saraf, yang dipersatukan oleh jaringan ikat dan mencakup
saraf-saraf spinalis yang berhubungan dengan medulla spinal dan saraf cranial
yang berhubungan dengan otak.

3. STRUKTUR KULIT

Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu:


1. Epidermis
Merupakan lapisan terluar pada kulit, yang merupakan epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk. Terdiri dari 4 jenis sel yang berbeda yaitu:
a. Keratinosit
Merupakan sel dengan jumlah terbanyak yang membentuk sel epitel yang
akan berkembang membentuk keratin.
b. Melanosit : Sel yang menghasilkan melanin.
c. Sel Langerhans : Sel yang menangkap zat asing.
d. Sel Merkel : Sebagai reseptor mekanis menerima rangsangan

Ada 5 lapisan pada epidermis yaitu:


1. Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Terdiri dari sel-sel jernih, sel mati seperti sisik yang semakin menggepeng
dan menyatu. Tidak ada inti dan sitoplasma disulih dengan kertin yang dianggap
terutama berasal dari tonofibril lapisan epidermis dibawahnya.
2. Stratum Lucidium (lapisan bening)
Merupakan lapisan bening terang tebal 3-5 lapisan sel. Masing-masing
selnya tidak dapat dikenali dengan jelas sebagai wujud yang utuh.
3. Stratum Granulosum (lapisan berbutir)
Disusun oleh 3-5 lapisan sel gepeng yang sumbu panjangnya sejajar
dengan permukaan kulit.

4. Stratum Spinosum (lapisan taju)


Lapisan ini setebal beberapa lapisan sel dan terdiri atas sel polygonal tidak
beratur yang satu sama lain terlihat terpisah.
5. Stratum Basale (lapisan benih)
Lapisan ini terdiri atas selapis sel kubis atau silindris yang setiap selnya
memiliki sitoplasma pada permukaan basalnya.

1. Dermis
Merupakan jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya
pada jaringan sukutan (hypodermis). Dermis dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Lapisan Papilar
Terdiri atas jarinngan ikat longgar dengan fibroblast dan sel jaringan ikat
lainnya, seperti sel mast dan makrofag. Lapisan papilar terdiri atas serat kolagen
halus, elastin dan retikulin yang tersusun membentuk jejaring luas. Tepat dibawah
epidermis, serat retikulin dermis membentuk alas dari serabut yang menyelisip ke
dalam membrane basal dibawah epidermis dan merambah tegak lurus ke dalam
dermis sebagai serabut penambah.
b. Lapisan Retikular
Lapisan ini merupakan bagian utama dermis yang berserat. Lapisan ini
terdiri atas jalinan serat-serat kolagen kasar, padat, dan bersulamkan sedikit serat
retikulin dan banyak serat elastin.

3. Lapisan Tambahan

a. Hypodermis

Lapisan bawah kulit (fasia superfisial). Hypodermis bukan bagian kulit


tetapi kelihatan sebagai perluasan bagian dalam dermis. Kepadatan dan susunan
lapisan sukutan menentukan mobilitas kulit di atasnya. Sel lemak juga terdapat disini
yang jumlahnya tergantung kepada keadaan gizi dan daerah kulitnya. Pada kelopak
mata penis denskrotum lapisan sukutan tidak mengandung lemak. Bagian supervisial
hypodermis kelenjar keringat dan folikel rambut.

4. Adneksa

a. Kuku

Merupakan lempengan yang membentuk pelindung membungkus


permukaan dorsal falang terakhir jari-jari tangan dan kaki. Epidermis dasar kuku
berlanjut dibagian distal dengan epidermis ujung jari dibawah ujung kuku.
Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak
mengelupas. Badan kuku itu bening sehingga terlihat kemerahan karena adanya
pembuluh kapiler darah didalam dasar kuku. Akar kuku lebih kusam karena belum
kering benar. Akar kuku bersatu dengan lempeng kuku pada garis lengkung
bagian yang terlihat pada bagian distal alur kuku yang disebut lunula. Alur kuku
berbingkai ubahan epidermis dinding kuku. Pertumbuhan kuku lebih pesat pada
jari tangan daripada jari kaki. Bila lempeng kuku dicabut paksa asalkan matriks
tidak rusak, kuku akan tumbuh kembali.

b. Rambut
Berupa benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis. Terebar
diseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Struktur rambut terdiri dari
medulla (bagian tengah rambut, longgar, terdiri 2-3 lapisan mengkerut, menanduk
yang dipisahkan ruang berisi udara), korteks (bagian utama rambut, terdiri dari
lapisan sel gepeng, membentuk keratin keras), dan kutikula (terdapat sel tipis,
jernih).

c. Kelenjar

1) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari :
- Kelenjar keringat ekrin
Berfungsi untuk mengatur suhu tubuh manusia dan mempertahankan suhu
tubuh, banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar ekrin
mensekresi air, elektrolit,laktat, urea, ammonia.
- Kelenjar keringat apokrin
Berfungsi sebagai pada masa pubertas untuk merespon stress atau
kegembiraan, kelenjar ini tidak berbau tapi pada saat bereaksi dengan bakteri akan
mengahasilkan bau khas. Kelenjar ini banyak terdapat pada telinga dan kelenjar
susu.

2) Kelenjar sebasea
Kelenjar ini mengeluarkan sebum (lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-
pecahan sel) yang dialirkan folikel rambut. Kelenjar sebasae, rambut dan kelenjar
keringat apokrin membentuk suatu unit yang disebut unit polisebaseae, tapi hanya
terdapat pada area genitalia, bibir, puting susu, dan areola payudara. Salah satu
gangguan kelenjar sebasae adalah jerawat.
4. HOMEOSTASIS

Homeostasis pertama kali dikenalkan oleh Walter Canon menyebutkan


bahwa keadaan stabil dinamis unsur-unsur pokok lingkungan internal (mileu
interiur) yang mengelilingi dan saling bertukar berbagai zat dengan sel
http://www.fkui.ac.id (20 Oktober 2009).
Istilah dari homeostasis digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan
pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.
Pada dasarnya, semua organ dan jaringan tubuh melakukan aneka fungsi untuk
membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini. Misalnya, paru
menyediakan oksigen bagi cairan ekstrasel untuk menggantikan oksigen yang
dipakai oleh sel, ginjal mempertahankan konsentrasi ion agar konstan, dan sistem
gastrointestinal menyediakan nutrient. (Guyton and Hall, 2007)
Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup sel yaitu untuk
mempertahankan funsi sel. Gangguan pada homeostasis dapat menyebabkan
penyakit dan kematian. Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara
benar, homeostasis akan terganggu dan semua sel akan menderita karena tidak
lagi memperoleh linhkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi.
Muncul berbagai keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu pada
abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologis) yang berkaitan dengan
penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga
tidak lagi memungkinkan untuk kelangsungan hidup, maka akan timbul kematian.
(Sherwood, 2001).
Faktor-faktor lingkungan dalam yang perlu dipertahankan homeostasis
mencakup : ( Sherwood. 2001)
1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
2. Konsentrasi O2 dan CO2.
3. Konsentrasi zat-zat sisa berbagai reaksi kimia.
4. Konsentrasi PH.
5. Konsentrasi air, garam-garam, elektrolit-elektrolit.
6. Suhu.
7. Volume dan tekanan.

Cairan Tubuh
Cairan dalam tubuh manusia meliputi lebih kurang 60% total berat badan
laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai
dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan
tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase
ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian
(60%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) sedangkan 1/3
bagiannya (40%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan
intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat
badan dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat
badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati
oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil,
yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na + dan
Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel.

Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya


paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma. Cairan ekstrasel banyak
mengandung ion natrium klorida, dan bikarbonat plus berbagai nutrien untuk sel,
seperti oksigen, glukosa, asam lemak dan asam amino. Cairan ekstrasel juga
mengandung karbon dioksida yang diangkut dari sel ke paru untuk diekskresi.
Ditambah berbagai produk sampah sel lainnya yang diangkut ke ginjal untuk
diekskresi. (Guyton and Hall, 2007).

Cairan ekstrasel baik plasma darah dan cairan interstisial, keduanya


mengandung sejumlah besar ion natrium dan ion Cl, sejumlah besar ion
bikarbonat, tetapi hanya sejumlah kecil kalium, kalsium, magnesium, phospat,
sulfat dan ion asam organik. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia, 2006).
N Kis Kira-Kira
Nama Satu
ilai aran Batas Nonletal
Cairan an
Normal Normal Jangka Pendek
Oksige 4 35- 10-1000 mm
n 0 45 Hg
Karbo 4 35- 5-80 mm
n dioksida 0 45 Hg
Ion 1 138 115-175 mm
natrium 42 -146 ol/L
Ion 4, 3,8- 1,5-9,0 mm
kalium 2 5,0 ol/L
Ion 1, 1,0- 0,5-2,0 mm
kalsium 2 1,4 ol/L
Ion 1 103 70-130 mm
klorida 08 -112 ol/L
Ion 2 24- 8-45 mm
bikarbonat 8 32 ol/L
Glukos 8 75- 20-1500 mg/
a 5 95 dl
Suhu 9 98- 65-110 0F
tubuh 8,4 98,8 (37,0) (18,3-43,3) (0C)
(37,0)
Asam- 7, 7,3- 6,9-8,0 pH
basa 4 7,5

Komponen-komponen didalam milieu interiur adalah sebagi berikut :


(Guyton and Hall, 2007)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jadi, sel adalah unit structural dan fungsional terkecil pada makhluk hidup. Sel juga merupakan
penyusun jaringan. Sel terdiri dari membran sel, sitoplasma, dan inti sel. Ada macam-macam
organel pada sitoplasma, yaitu ribosom, reticulum endoplasma, mitokondria, apparatus golgi,
lisosom, peroksisom, sentrosom, vakuola serta vault.

2. Sel juga memiliki beberapa fungsi dasar, diantaranya mendapatkan zat gizi dan 0 2 dari
lingkungan internal; mengeluarkan CO2 dan zat-zat sisa; sintesis protein dan komponen lain;
mengontrol terjadinya pertukaran zat antara sel dan lingkungan internal; memindahkan zat-zat
dari salah satu bagian sel ke bagian lain; bereproduksi.

3. Tubuh memiliki empat jaringan dasar, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot dan
jaringan saraf.

4. Kulit memiliki dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Kulit juga memiliki lapisan tambahan
berupa hypodermis. Dan juga memiliki adneksa berupa kuku dan rambut.

5. Hubungan antara homeostasis, sistem tubuh dan sel adalah homeostasis penting bagi
kelangsungan hidup sel, sistem tubuh mempertahankan homeostasis dan sel membentuk sistem
tubuh.

6. Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap sel,
melalui aktivitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari sistem tubuh
untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.

7. Tujuan dari homeostasis adalah untuk menjaga kestabilan dalam tubuh agar tubuh tidak sakit
sehingga sel dapat bekerja secara optimal.

27
B. Saran

1. Sebaiknya mahasiswa harus belajar lagi tentang sel dan jaringan beserta strukturnya .
2. Sebaiknya mahasiswa lebih memahami pengertian dari homeostasis.
3. Sebaiknya mahasiswa lebih mengetahui ataupun mencari tahu lebih banyak informasi sejelas
jelasnya tentang permasalahan yang sedang dihadapi, seperti bertanya kepada pakar, mencari
dari buku dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

2. Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar JUNQUEIRA teks & atlas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

3. Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

4. http://ikdu.fk.ui.ac.id/integrasi%206.htm

5. http://www.perawatonline.com/index.php/artikel-keperawatan/kep-medika-bedah/22-fisiologi-manusia

6. Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.

7. Scanlon, Valarie C. (2006). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. EGC.

28
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai